Pengaruh Asimetri Informasi, Ukuran Perusahaan, Leverage dan Return on Assets Terhadap Manajemen Laba dengan Kepemilikan Manajerial Sebagai Variabel Moderating pada Pertambangan Batubara yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

PENGARUH ASIMETRI INFORMASI, UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE DAN RETURN ON ASSETS TERHADAP MANAJEMEN LABA DENGAN

KEPEMILIKAN MANAJERIAL SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH

RENO PRASTANTYO 110503117

PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Asimetri Informasi, Ukuran Perusahaan, Leverage dan Return On Assets Terhadap Manajemen Laba Dengan Kepemilikan Manajerial Sebagai Variabel Moderating Pada Pertambangan

Batubara Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dipublikasikan dan diteliti oleh mahasisa lain dalam konteks penelititan Skripsi Program Strata I Departemen Akuntansi Fakultas ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas dan benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, 23 Desember 2015

Reno Prastantyo NIM: 110503117


(3)

ABSTRAK

PENGARUH ASIMETRI INFORMASI. UKURAN PERUSAHAAN.

LEVERAGE DAN RETURN ON ASSETSTERHADAP MANAJEMEN

LABA DENGAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh asimetri informasi, ukuran perusahaan, leverage dan return on assets baiksecara simultan maupun parsial terhadap manajemen laba dan untuk mengetahui Kepemilikan Manajerial mampu memoderasi hubungan antara asimetri informasi, ukuran perusahaan, leverage dan return on assets terhadap manajemen laba pada perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2014.

Populasi penelititan diambil dari perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2014 sebanyak 23 perusahaan. Sampel dipilih menggunakan metode purposive sampling yang menghasilkan 16 perusahaan. Teknik pengumpulan data berdasarkan pada data sekunder. Data diolah melalui uji koefisien determinasi, uji F dan uji t untuk hipotesis pertama, sedangkan pengujian hipotesis kedua untuk variabel moderating menggunakan uji residual.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan asimetri informasi, ukuran perusahaan, leverage dan return on assets berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba tetapi secara parsial asimetri informasi, ukuran perusahaan dan return on assets tidak berpengaruh terhadap manajemen laba sedangkan variabel leverage berpengaruh signifikan dan negatif terhadap manajemen laba perusahaan ypertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2014. Hasil uji residual menunjukan kepemilikan manajerial sebagai variabel moderating tidak mampu memoderasi hubungan antara asimetri informasi, ukuran perusahaan, leverage dan return on assets terhadap manajemen laba pada perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa efek Indonesia tahun 2011-2014.

Kata Kunci : Asimetri Informasi, Ukuran Perusahaan, Leverage, Return On Assets, Manajemen Laba, Kepemilikan Manajerial,


(4)

ABSTRACT

THE EF FECT OF ASSYMMETRIC INF ORMATION, F IRM SIZE, LEVERAGE AND RETURN ON ASSETS ON EARNINGS MANAGEMENT

WITH MANAGERIAL OWNERSHIP AS THE MODERATING VARIABLE TO MINING AND COAL COMPANIES LISTED IN INDONESIA STOCK

EXCHANGE

This study aims to determine whether the variable Assymmetric Information, Firm Size, Leverage and Return On Assets influence simultaneously and partially on Earnings Manajement and to determine whether the Managerial Ownership able to moderate the relationship between Assymmetric Information, Firm Size, Leverage and Return On Assets on Earnings Manajement to Mining and Coal Companies Listed in Indonesia Stock Exchange for period 2011-2014.

The population in this research taken from Mining and Coal Companies Listed in Indonesia Stock Exchange for period 2011-2014 amount 23 companies. The sample choosen by using purposive sampling method and resulted 16 companies. Data collection techniques based on secondary data. Data processed by using coefficient determination test, F-test and t-test for the first hyphotesis, while the second hyphotesis for the moderating variable used residual test.

The result of the hyphotesis test showed that simultaneously (F Test) the variable Assymmetric Information, Firm Size, Leverage and Return On Assets effect significantly on Earnings Manajement but partially (t test) showed that Assymmetric Information, Firm Size, and Return On Assets have no effect on Earnings Manajement, while leverage have significant negative influence on Earnings Manajement to Mining and Coal Companies Listed in Indonesia Stock Exchange for period 2011-2014. The result of Residual Test showed that Managerial Ownership as the moderating variable is not able to moderate the relationship between Assymmetric Information, Firm Size, Leverage and Return On Assets on Earnings Manajement to Mining and Coal Companies Listed in Indonesia Stock Exchange for period 2011-2014.

Key words : Assymmetric Information, Firm Size, Leverage, Return On Assets, Earnings Manajement, Managerial Ownership


(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memeberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi yang berjudul

“Pengaruh Asimetri Informasi, Ukuran Perusahaan, Leverage dan Return On Assets Terhadap Manajemen Laba Dengan Kepemilikan Manajerial Sebagai Variabel Moderating Pada Pertambangan Batubara Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia”. Skripsi ini disususn sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana S-1 pada Departemen AKuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Sumatera Utara.

Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak yang membantu baik secara langsung maupun tidak langsung selama penulisan skkripsi ini. Oleh karena itu, pada penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, S.E., M.Ec., Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unversitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, S.E., M.A.F.I.S., Ak. dan Bapak

Drs. Hotmal Ja’far, M.M., Ak., CA selaku Ketua dan Sekretaris

Departemen Akuntansi Fakultas Ekononmi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, S.E., M.Si., Ak. Dan Ibu Dra. Mutia Ismail, S.E., M.M., Ak,. Selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara


(6)

4. Bapak Drs. Syahrul Rambe, M.M., Ak., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga serta arahan kepada penulis dalam proses penyususnan dan penyelesaian skripsi ini dan Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak., selaku Dosen Penguji serta Ibu Dra. Nurzaimah, M.M., Ak., selaku Dosen Pembanding yang telah memberikan saran serta penilaian terhadap perbaikan dan penulisan skripsi ini.

5. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Ismanto dan Ibunda Azrida Nasution yang selalu memberikan semangat, motivasi, kasih sayang dan doa yang begitu besar kepada penulis. Untuk Tulang Aznir Nst dan Ibu Diar Nst serta sepupu penulis Sakti Tanjung, Ahmad Fauzi Nst, Azly Anggraini Nst dan Fatimah Azzahra Nst yang telah memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Teman-teman seperjuangan stambuk 2011 S-1 Akuntansi terutama Fika, Debby, Ocha, Adrian yang bersedia meluangkan waktu dan memberikan semangat dalam menyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyajian skripsi ini, sehingga kritik dan saran sangat diharapkan. Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini memberikan manfaat bag pembacanya.

Medan, 23 Desember 2015 Penulis,

Reno Prastantyo NIM: 110503117


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 10

1.4. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teoritis ... 12

2.1.1. Teori Keagenan (Agency Theory) ... 12

2.1.2. Manajemen Laba ... 14

2.1.2.1. Definisi Manajemen Laba ... 14

2.1.2.2. Motivasi Manajemen Laba ... 15

2.1.2.3. Pola Manajemen Laba ... 17

2.1.2.4. Teknik Manajemen Laba ... 18

2.1.3. Asimetri Informasi ... 19

2.1.3.1. Teori Bid-Ask Spread ... 20

2.1.4. Ukuran Perusahaan ... 22

2.1.5. Leverage ... 23

2.1.6. Return On Asset ... 24

2.1.7. Kepemilikan Manajerial ... 25

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 26

2.3. Kerangka Konseptual ... 30

2.4. Hipotesis Penelitian ... 33

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian ... 34

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 34

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 36

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 37

3.5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 37

3.5.1. Variabel Dependen (Y) ... 37

3.5.2. Variabel Independen (X) ... 38

3.5.2.1. Asimetri Informasi ... 39


(8)

3.5.2.3. Leverage ... 41

3.5.2.4. Return On Assets (ROA) ... 41

3.5.3. Variabel Moderating (Z) ... 41

3.6. Metode Analisis Data ... 43

3.6.1. Uji Asumsi Klasik ... 43

3.6.1.1. Uji Normalitas Data ... 43

3.6.1.2. Uji Multikolonearitas ... 45

3.6.1.3. Uji Heteroskedastisitas ... 45

3.6.1.4. Uji Autokorelasi ... 46

3.7. Analisis Regresi Linier Berganda ... 46

3.8. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 48

3.8.1. Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 48

3.8.2. Uji F (Uji Pengaruh Simultan) ... 48

3.8.3. Uji t (Uji Pengaruh Parsial) ... 49

3.8.4. Uji Residual ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 51

4.1.1. Statistik Deskriptif ... 51

4.1.2. Uji Asumsi Klasik ... 54

4.2. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 59

4.2.1. Pengujian Hipotesis Pertama (H1) ... 59

4.2.2. Pengujian Hipotesis Kedua (H2) ... 61

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 65

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 66

5.3 Saran ... 66


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Review Penelitian Terdahulu ... 28

3.1 Daftar Nama Sampel Penelitian ... 36

3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 42

4.1 Statistik Desriptif ... 51

4.2 One Sample Kolmogorov Smirnov ... 55

4.3 Hasil Uji Multikolinearitas ... 56

4.4 Uji Durbin-Watson ... 58

4.5 UJi Koefisien Determinasi ... 58

4.6 Hasil Uji F ... 59

4.7 Hasil Uji t ... 60


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual Penelitian ... 31

4.1 Grafik Histogram ... 53

4.2 Normal P-Plot ... 54


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Daftar Populasi dan Sampel Penelitian ... 71

2 Data Asimetri Informasi ... 72

3 Data Ukuran Perusahaan ... 73

4 Data Leverage ... 74

5 Data Return On Assets ... 75

6 Data Kepemilikan Manajerial ... 76

7 Data Manajemen Laba ... 77


(12)

ABSTRAK

PENGARUH ASIMETRI INFORMASI. UKURAN PERUSAHAAN.

LEVERAGE DAN RETURN ON ASSETSTERHADAP MANAJEMEN

LABA DENGAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh asimetri informasi, ukuran perusahaan, leverage dan return on assets baiksecara simultan maupun parsial terhadap manajemen laba dan untuk mengetahui Kepemilikan Manajerial mampu memoderasi hubungan antara asimetri informasi, ukuran perusahaan, leverage dan return on assets terhadap manajemen laba pada perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2014.

Populasi penelititan diambil dari perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2014 sebanyak 23 perusahaan. Sampel dipilih menggunakan metode purposive sampling yang menghasilkan 16 perusahaan. Teknik pengumpulan data berdasarkan pada data sekunder. Data diolah melalui uji koefisien determinasi, uji F dan uji t untuk hipotesis pertama, sedangkan pengujian hipotesis kedua untuk variabel moderating menggunakan uji residual.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan asimetri informasi, ukuran perusahaan, leverage dan return on assets berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba tetapi secara parsial asimetri informasi, ukuran perusahaan dan return on assets tidak berpengaruh terhadap manajemen laba sedangkan variabel leverage berpengaruh signifikan dan negatif terhadap manajemen laba perusahaan ypertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2014. Hasil uji residual menunjukan kepemilikan manajerial sebagai variabel moderating tidak mampu memoderasi hubungan antara asimetri informasi, ukuran perusahaan, leverage dan return on assets terhadap manajemen laba pada perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa efek Indonesia tahun 2011-2014.

Kata Kunci : Asimetri Informasi, Ukuran Perusahaan, Leverage, Return On Assets, Manajemen Laba, Kepemilikan Manajerial,


(13)

ABSTRACT

THE EF FECT OF ASSYMMETRIC INF ORMATION, F IRM SIZE, LEVERAGE AND RETURN ON ASSETS ON EARNINGS MANAGEMENT

WITH MANAGERIAL OWNERSHIP AS THE MODERATING VARIABLE TO MINING AND COAL COMPANIES LISTED IN INDONESIA STOCK

EXCHANGE

This study aims to determine whether the variable Assymmetric Information, Firm Size, Leverage and Return On Assets influence simultaneously and partially on Earnings Manajement and to determine whether the Managerial Ownership able to moderate the relationship between Assymmetric Information, Firm Size, Leverage and Return On Assets on Earnings Manajement to Mining and Coal Companies Listed in Indonesia Stock Exchange for period 2011-2014.

The population in this research taken from Mining and Coal Companies Listed in Indonesia Stock Exchange for period 2011-2014 amount 23 companies. The sample choosen by using purposive sampling method and resulted 16 companies. Data collection techniques based on secondary data. Data processed by using coefficient determination test, F-test and t-test for the first hyphotesis, while the second hyphotesis for the moderating variable used residual test.

The result of the hyphotesis test showed that simultaneously (F Test) the variable Assymmetric Information, Firm Size, Leverage and Return On Assets effect significantly on Earnings Manajement but partially (t test) showed that Assymmetric Information, Firm Size, and Return On Assets have no effect on Earnings Manajement, while leverage have significant negative influence on Earnings Manajement to Mining and Coal Companies Listed in Indonesia Stock Exchange for period 2011-2014. The result of Residual Test showed that Managerial Ownership as the moderating variable is not able to moderate the relationship between Assymmetric Information, Firm Size, Leverage and Return On Assets on Earnings Manajement to Mining and Coal Companies Listed in Indonesia Stock Exchange for period 2011-2014.

Key words : Assymmetric Information, Firm Size, Leverage, Return On Assets, Earnings Manajement, Managerial Ownership


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Laporan keuangan menjadi perhatian utama bagi penggunanya sebagai informasi akuntansi kepada pihak internal maupun pihak eksternal untuk pengambilan keputusan dan juga menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercaya pada mereka, sehingga laporan keuangan harus mampu menyajikan informasi yang relevan agar dapat digunakan oleh investor untuk pengambilan keputusan investasinya. Menurut Sulistyanto (2008:14) informasi laporan keuangan harus lengkap atau komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi (transaction) maupun peristiwa (event) yang dilakukan dan dialami perusahaan selama satu periode tertentu. Dalam penyusunan laporan keuangan, dasar akrual dipilih karena secara umum memberikan indikasi lebih baik tentang ekonomi perusahaan daripada informasi yang dihasilkan dari penerimaan kas terkini.

Informasi laba yang terdapat di laporan keuangan merupakan informasi utama karena digunakan sebagai pengukuran atas kinerja operasional perusahaan untuk pengambilan keputusan berinvestasi, dimana laba tersebut diukur dengan dasar akrual tersebut. Selain itu informasi laba tersebut membantu pemilik dan pihak lain yang berkepentingan terhadap perusahaan melakukan penaksiran atas earning power perusahaan di masa yang akan datang. informasi laba tersbut tidak selamanya akurat. Informasi laba sebagai bagian dari laporan keuangan, sering


(15)

menjadi target rekayasa melalui tindakan oportunitis manajemen untuk memaksimumkan kepuasannya dan dapat merugikan pemegang saham atau investor. Pilihan metode akuntansi yang sengaja dipilih oleh manajemen untuk tujuan tertentu mengarah pada praktek manajemen laba atau earning management. Sulistyanto (2008:6) mendefinisikan manajemen laba sebagai upaya manajer perusahaan untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi-informasi dalam laporan keuangan dengan suatu tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan. Tindakan manajemen laba didasari oleh adanya dua perilaku manajer. Pertama, perilaku oportunistik manajemen untuk memaksimumkan utilitasnya dalam kompensasi, kontrak dan kas politik. Kedua, perspektif kontrak efisien ketika manajemen laba dilakukan untuk menguntungkan semua pihak yang terlibat dalam kontrak. Upaya manajemen dalam melakukan tindakan tersebut menyebabkan kredibilitas laporan keuangan berkurang dan juga menambah bias laporan keuangan sehingga menimbulkan keraguan bagi pemakainya dalam mempercayai hasil laporan keuangan tersebut.

Pemilik perusahaan atau pemegang saham sebagai pemilik modal menginginkan manajemen dapat menjamin kepentingan mereka dengan adanya peningkatan laba sebagai indikasi adanya pengembalian modal yang telah ditanamkan, sementara manajemen menginginkan penilaian kinerja yang baik yang ditunjukkan dengan perolehan laba yang terus meninggkat sehingga dapat meningkatkan insentif mereka. Hal tersebut menimbulkan benturan atas kepentingan anatara pemilik saham (principal) dengan manajemen (agent) yang


(16)

biasa disebut dengan masalah keagenan. Dalam teori keagenan (Agency Theory), hubungan keagenan muncul karena adanya suatu kontrak yang dilakukan oleh satu orang atau lebih pemilik (principal) yang memperkerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent (Jensen dan Meckling, 1976:72). Manajer sebegai pengelola berkewajiban menyampaikan informasi mengenai kondisi perusahaan yang sesungguhnya kepada pemilik, namun informasi yang disampaikan kadang tidak sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya dan cenderung memanipulasi informasi tersebut dengan tindakan manajemen laba. Manajer melakukan tindakan tersebut karena mengetahui lebih banyak informasi internal perusahaan dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik. Ketidakseimbangan penguasaan informasi akan memicu munculnya suatu kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi (information asymmetry).

Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki akses informasi yang lebih banyak mengenai prospek perusahaan yang tidak

dimiliki oleh pihak eksternal perusahaan. Richardson (1998:24) berpendapat ”Test of the hypothesis provide evidence of the predicted positive relationsip between information asymmetry and earnings management”. Adanya asimetri informasi akan mendorong manajer untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja manajer. Beberapa penelitian telah dilakukan mengenai hubungan asimetri informasi dengan praktik manajemen laba. Rahmawati, dkk (2006) menyatakan bahwa asimetri informasi berpengaruh secara positif signifikan terhadap manajemen laba.


(17)

Selain itu penelitian Restuwulan (2013) menyatakan hal sama bahwa asimetri informasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba.

Para pemilik saham selalu mengawasi perusahaannya agar terus memberikan prospek yang baik untuk kedepannya, sehingga manajer selalu berusaha menggambarkan ukuran dari perusahaannya. Ukuran perusahaan (firm size) menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan dengan total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan dan rata-rata total aktiva. Perusahaan dengan ukuran sedang dan besar lebih memiliki tekanan yang kuat dari pada stakeholders, agar kinerja perusahaan sesuai dengan harapan para investornya dibanding perusahaan yang kecil. Selain itu perusahaan besar cenderung akan memerlukan dana yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang kecil. Tambahan dana tersebut dapat berupa penambahan utang dari kreditur ataupun penerbitan saham baru. Dua hal tersebut mendorong manajemen melakukan tindakan manajemen laba

Perusahaan memiliki berbagai sumber pendanaan dalam menjalankan aktivitas bisnisnya, salah satunya melalui sumber dana eksternal berupa hutang. Leverage merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar aset perusahaan yang dibiayai oleh hutang dalam rangka menjalankan aktivitas operasionalnya. Rasio leverage yangtinggi menunjukkan perusahaan memiliki hutang yang sangat besar dibandingkan aktiva yang dimiliki sehingga menimbulkan tingginya resiko perusahaan terancam untuk di likuidasi. Agar perusahaan terhindar dari pelanggaran kontrak mengenai kewajiban dalam pembayaran hutang tepat waktu, maka manajer termotivasi untuk melakukan praktik manajemen laba. Hutang yang


(18)

dipinjam perusahaan dapat efisien dan efektif apabila perusahaan dapat meningkatkan kinerjanya sehingga perputaran rasionya akan normal. Dari penelitian yang terdahulu, Jao dan Pagulung (2011) dan Widyastuti (2009) menyatakan bahwa leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba.

Efektivitas perusahaan dalam menghasilkan laba yang disajikan pada laporan keuangan melalui pengoperasian aktiva digunakan manajer sebagai tolok ukur kinerja perusahaan. Kinerja tersebut tercermin melalui profitabilitas perusahaan. Profitabilitas sendiri merupakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Rasio profitabilitas diukur dengan beberapa macam pengukuran salah satunya dengan Return On Assets (ROA). Return On Assets (ROA) merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Semakin besar rasio Return On Assets (ROA) yang dimiliki oleh suatu perusahaan maka semakin efisien penggunaan aktiva sehingga memperbesar laba. Manajer termotivasi untuk melakukan tindakan manajemen laba dengan menunjukkan rasio ROA yang tinggi agar investor yakin untuk menanamkan modal ke perusahaannya.

Fenomena yang terjadi dilapangan tentang adanya tindakan manajemen laba telah banyak terjadi di beberapa perusahaan besar yang ada di Indonesia. Pada PT Kimia Farma, disebutkan adanya kesalahan penyajian laporan keuangan PT Kimia Farma yaitu overstated laba sebesar Rp 32,7 miliar untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2001, dimana 2,3% berasal dari penjualan dan sebesar 24,7% berasal dari laba bersih milik PT Kimia Farma. Kesalahan tersebut berasal


(19)

dari overstated penjualan pada unit industri bahan baku, pada persediaan barang, pada unit logistik sentral, pada persediaan barang dagangan dan pada penjualan. Pada kasus lainnya mengenai dugaan praktik manajemen laba pada perusahaan pertambangan. Indonesia Corruption Watch (ICW) melaporkan dugaan manipulasi pelaporan penjualan tiga perusahaan tambang batu bara milik Grup Bakrie kepada Direktorat Jendaral Pajak. ICW menduga rekayasa pelaporan yang dilakukan PT Bumi Rresources Tbk. dan anak usaha yang menyebabkan kerugian Negara sebesar US$ 620,49 juta. Hasil perhitungan ICW dengan menggunakan berbagai data primer termasuk laporan keuangan yang telah diaudit, menunjukkan laporan penjualan Bumi selama 2003-2008 lebih rendah US$ 1,06 miliar dari yang sebenarnya. Akibatnya selama itu pula diperkirakan kerugian negara dari kekurangan penerimaan.

Perusahaan pertambangan batubara di Indonesia merupakan bidang perusahaan yang cukup diandalkan karena salah satu dari sumber kekayaan alam yang ada Indonesia. Perusahaan pertambangan batubara memiliki potensi yang menjanjikan untuk berkembang namun terkendala dengan pengelolaannya yang cukup rendah dengan biaya investasi yang sangat besar dan berjangka panjang. Hal tersebut memberikan celah bagi pihak manajemen untuk bertindak sesuai keinginan mereka demi mendapatkan modal investasi dengan melakukan praktik manajemen laba. Pada penelitian terdahulu, masih jarang yang meneliti mengenai tindakan manajemen laba di bidang perusahaan pertambangan batubara. Peneliti tertarik untuk meneliti perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di BEI tahun 2011-2013.


(20)

Dadbeh dan Narjes (2013:6) dalam penelitian “A study on effect of information asymmetry on earning management: Evidence from Tehran Stock Exchange” menyatakan bahwa asimetri informasi berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Tarigan (2011) yang meneliti Pengaruh Asimetri Informasi, Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Praktik Manajemen Laba (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar DI BEI menyatakan asimetri informasi dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba praktik manajemen laba. Sementara Restuwulan (2013) menemukan hasil bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Madli (2014) yang meneliti Pengaruh Ukuran Perusahaan, Return On Assets, Debt To Equity Ratio terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang terdaftar di BEI tahun 2008-2012 menemukan pengaruh positif dan signifikan antara ukuran perusahaan dengan manajemen laba sementara Return On Assets tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

Hasil penelitian oleh Purwandari (2011) yang berjudul, Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance, Profitabilitas dan Leverage terhadap Manejemen Laba (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang tercatat pada BEI periode 2005-2009) yang menemukan hasil bahwa profitabilitas dengan memakai proksi ROA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba begitu juga leverage yang tidak terbukti berpengaruh signifikan tehadap manajemen laba.


(21)

Berbeda dengan penelitian sebelumnya, pada penelitian ini peneliti menggunakan kepemilikan manajerial sebagai variabel moderating. Hal tersebut dikarenakan kepemilikan saham oleh manajer memberikan mereka peran ganda selain melakukan pengelolaan perusahaan mereka juga bertindak layaknya sebagai pemegang saham perusahaan tersebut. Dengan begitu manajer akan bertindak sesuai dengan keinginan principal juga. Diharapkan dengan semakin tingginya kepemilikan manajerial dapat menekan tindakan manajemen laba. Peneliti ingin melihat pengaruh kepemilikan manajerial terhadap hubungan variabel independen dengan manajemen laba.

Berdasarkan penjelasan diatas ditemukan adanya perbedaan hasil penelitian terdahulu (research gap) maka peneliti termotivasi untuk melakukan

penelitian lanjut dengan judul : “Pengaruh Asimetri Informasi, Ukuran

Perusahaan, Leverage dan Return On Assets terhadap Manajemen Laba dengan Kepemilikan Manajerial sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Pertambangan Batubara yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2011-2014”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(22)

1. Apakah Asimetri Informasi berpengaruh terhadap Manajemen Laba secara parsial pada perusahaan Pertambangan Batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014?

2. Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Manajemen Laba secara parsial pada perusahaan Pertambangan Batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014?

3. Apakah Leverage berpengaruh terhadap Manajemen Laba secara parsial pada perusahaan Pertambangan Batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014?

4. Apakah Return On Asset berpengaruh terhadap Manajemen Laba secara parsial pada perusahaan Pertambangan Batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014?

5. Apakah Asimetri Informasi, Ukuran Perusahaan, Leverage dan Return On Asset berpengaruh terhadap Manajemen Laba secara simultan pada perusahaan Pertambangan Batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014?

6. Apakah Kepemilikan Manejerial sebagai variabel moderating mampu memoderasi hubungan antara Asimetri Informasi, Ukuran Perusahaan, Leverage dan Return On Assets dengan Manajemen Laba pada perusahaan Pertambangan Batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014?


(23)

Sesuai dengan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui hubungan antara Asimetri Informasi secara parsial terhadap

Manajemen Laba pada perusahaan Pertambangan Batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2014.

2. Mengetahui hubungan Ukuran Perusahaan secara parsial terhadap Manajemen Laba pada perusahaan Pertambangan Batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2014.

3. Mengetahui hubungan antara Leverage secara parsial terhadap Manajemen Laba pada perusahaan Pertambangan Batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2014.

4. Mengetahui hubungan antara Return On Asset secara parsial terhadap Manajemen Laba pada perusahaan Pertambangan Batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2014.

5. Mengetahui hubungan antara Asimetri Informasi, Ukuran Perusahaan, Leverage dan Return On Asset secara simultan terhadap Manajemen Laba pada perusahaan Pertambangan Batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2014.

6. Mengetahui kemampuan Kepemilikan Manajerial dalam memoderasi hubungan antara Asimetri Informasi, Ukuran Perusahaan, Leverage dan Return On Asset dengan Manajemen Laba pada perusahaan Pertambangan Batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2014.


(24)

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :

1. Peneliti, dapat menambah pengetahuan dan mengembangkan wawasan mengenai pengaruh asimetri informasi, ukuran perusahaan, leverage dan return on asset dengan kepemilikan manajerial sebagai variabel moderating terhadap manajemen laba.

2. Perusahaan (emiten), diharapkan dalam penyusunan laporan keuangan tetap sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mempertahankan relevansi nilai informasi laporan keuangan tersebut.

3. Investor, hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan kepada investor dan calon investor dalam memandang manajemen laba yang dilakukan perusahaan sehingga dapat mengambil keputusan ekonomi yang tepat.

4. Akademisi dan peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan bahan referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya yang sejenis sehingga nantinya dapat tercapai kesempurnaan teori dan hasil penelitian.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teoritis

2.1.1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan menggambarkan suatu titik temu antara pemilik perusahaan (principal) dengan manajemen (agent) yang ada di dalam suatu

perusahaan. Jensen dan Meckling (1976:308) menyatakan “agency relationship as a contract under which one or more persons (the principal(s)) engage another person (the agent) to perform some service on their behalf which involves delegating some decision making authority to the agent.

Sementara Scott (2012:340) mendefinisikan teori agensi “Agency theory is a branch of game theory that studies the design of contract to motivate a rational agent to act on behalf of a principal when the agent’s interest would otherwise conflict with those of the principal”.

Pemisahan dalam teori keagenan menandakan principal tidak lagi terlibat dalam pengelolaan perusahaan karena telah dialihkan kepada agent. Wewenang dan tanggung jawab agent maupun principal diatur dalam kontrak

kerja atas persetujuan bersama. Pihak principal hanya bertindak mempekerjakan agent untuk melakukan tugas demi kepentingan principal termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan keputusan dari principal kepada agent dan juga mengawasi dengan memonitor kinerja perusahaan melalui laporan yang diberikan oleh agent. Dengan adanya pemisahan antara


(26)

principal dan agent cenderung menimbulkan konflik keagenan yang

didasarkan pada adanya perbedaan kepentingan.

Pihak principal mengadakan kontrak untuk memaksimumkan kesejahteraan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat sedangkan agent termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi. Sehingga perilaku oportunistik dari agent yaitu perilaku untuk memaksimumkan kesejahteraannya sendiri yang berlawanan dengan kepentingan principal akan muncul. Perilaku oprtinistik didasari atas pengetahuan informasi yang lebih banyak seputar perusahaan dibandingkan principal sebagai dampak dari pengalihan pengelolan perusahaan kepada agent. Hal tersebut memberikan keluasan bagi agent untuk memilih dan menerapkan metoda akuntansi yang dapat memperlihatkan kinerjanya yang baik untuk tujuan mendapatkan bonus dari principal. Penguasaan informasi yang lebih banyak oleh agent sering disalahgunakan untuk melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan keinginan dan kepentingan untuk memaksimumkan utilitasnya dengan menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada principal, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agent.Ketidakseimbangan penguasaan informasi yang diketahui antara principal dengan agent ini disebut asimetri informasi (information asymmetry).


(27)

2.1.2. Manajemen Laba

2.1.2.1. Definisi Manajemen Laba

Manajemen laba mengacu pada berbagai cara untuk mengutak-atik laba agar tampak hasil yang baik. Scott (2012:423) menerangkan manajemen laba “The choice by a manager of accounting policies, or actions affecting earnings, so as to achieve some specific reported earnings objective”. Sementara Schipper (1989:92) “Earnings management is disclosure management in the sense of a purposeful intervention in the external financial reporting process, with the extent of obtaining some private gain, as opposed to merely facilitating the neutral operation of the process”. Manajemen laba akan membuat laba tidak sesuai dengan realitas ekonomi yang ada, sehingga kualitas laba yang dilaporkan menjadi rendah. Laba yang disajikan mungkin tidak mencerminkan realitas ekonomi, tetapi lebih karena keinginan manajemen untuk memperlihatkan sedemikian rupa sehingga kinerjanya dapat terlihat baik..

Menurut Belkaoui (2007:74) manajemen laba yaitu suatu kemampuan untuk memanipulasi pilihan-pilihan yang tersedia dan mengambil pilihan yang tepat untuk mendapatkan tingkat laba yang diinginkan. Definisi lain dinyatakan oleh Sulistyanto (2008:6) bahwa manajemen laba sebagai upaya manajer perusahaan untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi-informasi dalam


(28)

laporan keuangan dengan suatu tujuan untuk mengelabuhi stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen laba adalah tindakan yang dilakukan oleh manajer mempunyai perilaku opportunistic dalam mengelola perusahaan dengan memanipulasi laba diperoleh selama periode berjalan.

2.1.2.2. Motivasi Manejemen Laba

Terdapat berbagai motivasi yang dapat melatarbelakangi manajer dalam melakukan praktik manajemen laba. Scott (2012:426-427) menemukan beberapa motivasi terjadinya manajemen laba, yaitu:

a. Bonus Purposes

Managers compensation depends upon the net earnings. Managers would find opportunities in which they could manage net income in an attempt to maximize their bonuses under the firm’s compensation plans.

b. Contractual motivation

Covenants in a long-term lending contract exist to protect the lender from the potentially adverse actions of managers. Earnings management can serve as motivation to steer managers away from violating the terms of a debt contract (known as covenant violation), since such a violation would be highly costly to the manager and could affect his/her ability to freely operate the firm. Earnings management gives a manager the flexibility to choose those accounting policies that avoid a close proximity to covenant violation.

c. Political Motivations

To the extent that firms are politically visible, that is, they are often in the public eye or subject to governmental scrutiny, firms will use earnings measurement to reduce reported net


(29)

income. This will circumvent external bodies from forcing a politically visible firm to lower its profitability

d. Taxation Motivations

Due to the already stringent regulations on the calculation of taxable net income, firms have less flexibility in applying earnings management to income taxation. However, there is a tendency for firms to switch inventory methods to LIFO in the face of rising prices because under LIFO, reported net income will be lower and so will be the calculated taxes. This reflects positively in the securities market, as investors are more likely to invest in firms with lowered taxes when market prices rise.

e. Changes of Chief Executive Officer (CEO)

CEOs engage in behaviour that maximizes their utility. The following are consistent with the bonus plan hypothesis: a CEO of a poorly performing firm will use earnings management to avoid being fired; another will use it to maximize his/her income prior to retirement; and a new CEO will manage earnings so as to increase his/her future income potential.

f. Initital Public Offering (IPO)

Firms making initial public offerings (IPOs) do not have established market price. In order to best communicate firm’s earnings power to investor, the firm will likely use prospectuses. Manager will try to inflate future expected earnings so as to get high price from IPO.

Sedangkan menurut Sulistyanto (2008:44) merumuskan tiga hipotesis teori akuntansi positif (Positive Accounting Theory) yang dapat dijadikan dasar pemahaman dalam tindakan manajemen laba adalah :

a. Bonus Plan Hypothesis\

Pada perusahaan yang memiliki rencana pemberian bonus, manajer perusahaan akan lebih memilih metode akuntansi yang dapat menggeser laba dari periode mendatang ke peeriode berjalan. Hal ini dikarenakan manajer lebih menyukai pemberian upah yang lebih tinggi untuk masa kini.

b. Debt Covenant Hypothesis

Pada perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity tinggi, manajer perusahaan cenderung menggunakan metode akuntansi yang menangguhkan pelaporan laba pada periode mendatang ke periode sekarang. Perusahaan dengan rasio debt to equity yang


(30)

tinggi akan mengalami kesulitan dalam memperoleh dana tambahan dari pihak kreditor bahkan perusahaan terancam melanggar perjanjian utang.

c. Political Cost Hypothesis

Perusahaan yang besar maka memiliki biaya politik yang dimiliki, maka manajer akan memilih metode akuntansi yang dapat menurunkan laba. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menghindari regulasi atas keputusan pemerintah, misalkan menaikkan pajak penghasilan perusahaan.dan mengenakan peraturan antitrust.

2.1.2.3. Pola Manajemen Laba

Menurut Scott (2012:425), mengidentifikasikan adanya empat pola yang dilakukan manajemen untuk melakukan pengelolaan atas laba sebagai berikut:

a. Taking a Bath,

This can take place during periods of reorganizations. If a firm must report a loss, management may feel it might as well report a large one. Consequently, it will write off asset, providefor expected future costs, and generally “clear the decks”. Because of accrual reversal, this enhances the probability of future reported profits.

b. Income Minimization,

This is similary to taking a bath, but less extreme. Such a pattern may be chosn by a politically visible firm during periods of high profitability. Policies the suggest income minimization include rapid writeoffs of capital assets and intangibles, and expensive of advertising and R&D expenditures. Income tax considerations, such as for LIFO inventory in the United States, provide another set of motivations for this pattern, as does enhancement of arguments for relief from foreign competitions.

c. Income Maximization,

Managers may engage in a pattern of maximization of reported net income for bonus purposes, providing that this does not put them above the cap. Firms that are close to debt covenant violations may also maximize income.

d. Income Smoothing,

From a contracting perpective, risk-averse manager prefer a less variable bonus stream, other things equal. Consequently,


(31)

managers may smooth reported earnigs over time so as to receive relatively constant compensation. Efficient compensation contracting may exploit this effect, and condone some income smoothing as a low cost way to attain the manager’s reservation utility.

2.1.2.4. Teknik Manajemen Laba

Menurut Setiawati dan Ainun (2000:429) bahwa ada tiga teknik yang dapat digunakan dalam melakukan praktik manajemen laba yaitu:

a. Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi Cara ini dilakukan pihak manajemen dengan mempengaruhi laba melalui judgment (perkiraan) terhadap estimasi akuntansi antara lain estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud, estimasi biaya garansi dan lain-lain.

b. Mengubah metoda akuntansi

Manajer melakukan perubahan metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi, contoh : merubah metoda depresiasi aktiva tetap, dari metoda depresiasi angka tahun ke metoda depresiasi garis lurus.

c. Menggeser periode biaya atau pendapatan.

Manajemen melakukan rekayasa periode biaya atau pendapatan antara lain: mempercepat/menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan sampai pada periode akuntansi berikutnya, mempercepat/menunda pengeluaran promosi sampai periode berikutnya, mempercepat/menunda pengiriman produk ke pelanggan dan mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tak dipakai.

2.1.3. Asimetri Informasi

Laporan keuangan dibuat sebagai sarana mengkomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak berkepentingan dengan laporan keuangan yaitu para pengguna eksternal (pemegang saham, kreditor,


(32)

pemerintah, masyarakat), dan juga berguna bagi pihak internal perusahaan itu sendiri seperti manajer, karyawan, serikat buruh dan lainnya. Para pengguna internal atau pihak manjemen sebagai pihak yang menjalankan kegiatan perusahaan mengetahui informasi ataupun peristiwa-peristiwa yang terjadi pada perusahaan. Sementara itu, pihak eksternal yang tidak berada di perusahaan secara langsung, tidak mengetahui informasi tersebut sehingga tingkat ketergantungan manajemen terhadap informasi akuntansi tidak sebesar para pengguna eksternal.

Jensen dan Meckling (1976:311) menyatakan bahwa “if the two groups (agents and principals) are people who are seeking tomaximize utility, then there is good reason to believe that the agent will not always act in the best interest of the principal”. Informasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan keinginan dan kepentingan untuk memaksimumkan utility-nya dan menciptakan kebijakan yang tanpa sepengetahuan pihak eksternal. Kendala mengenai ketidakseimbangan informasi ini yang akan menimbukan permasalahan antara agent dan principal yang disebut dengan asimetri informasi (information asymmetry).

Asimetri informasi adalah suatu keadaan dimana agent mempunyai informasi yang lebih banyak tentang perusahaan dan prospek dimasa yang akan datang dibandingkan dengan principal. Richardson (1998:24) “… that the level of earnings management increases as the level of information asymmetry increases”. Asimetri informasi yang terjadi antara manajer dengan


(33)

pemegang saham sebagai pengguna laporan keuangan menyebabkan pemegang saham tidak dapat mengamati seluruh kinerja dan prospek perusahaan secara sempurna. Dalam situasi dimana pemegang saham memiliki informasi yang lebih sedikit daripada manajer, maka manajer dapat memanfaatkan fleksibilitas yang dimilikinya tersebut untuk melakukan praktik manajemen laba dalam rangka memaksimalkan kemakmuran mereka. Menurut Scott (2012:21-22)

“We shall consider two major types of information asymmetry. Adverse selection is a type of information asymmetry whereby one or more parties to a business transaction, or potential transaction, have an information advantage over other parties. Moral hazard is a type of information asymmetry whereby one or more parties to a business transaction, or potential transaction, can observe their actions in fulfilment of the transactions but other parties cannot”.

2.1.3.1Teori Bid-Ask Spread

Jika seorang investor ingin membeli atau menjual suatu saham atau sekuritas lain di pasar modal, dia biasanya melakukan transaksi melalui broker/dealer yang memiliki spesialisasi dalam sekuritas. Broker/dealer inilah yang siap untuk menjual pada investor untuk harga ask jika investor ingin membeli suatu sekuritas. Jika investor sudah mempunyai suatu sekuritas dan ingin menjualnya, maka broker/dealer ini yang akan membeli sekuritas dengan harga bid. Perbedaan antara harga bid dan harga ask adalah spread.

Penggunaan bid-ask spread sebagai proksi dari asimetri informasi menurut Komalasari (2001:73) dikarenakan dalam


(34)

mekanisme pasar modal, pelaku pasar modal juga menghadapi masalah keagenan. Partisipan pasar saling berinteraksi di pasar modal guna mewujudkan tujuannya yaitu membeli atau menjual sekuritasnya, sehingga aktivitas yang mereka lakukan dipengaruhi oleh informasi yang diterima baik secara langsung (laporan publik) maupun tidak langsung (insider trading). Namun dealer menghadapi suatu ketidakpastian mengenai informasi harga saham. Untuk mengurangi ketidakpastian tersebut dealer membutuhkan biaya untuk mendapatkannya informasi. Dealers atau market-makers memiliki daya pikir terbatas terhadap persepsi masa depan dan menghadapi potensi kerugian ketika berhadapan dengan informed traders. Hal inilah yang menimbulkan adverse selection yang mendorong dealers untuk menutupi kerugian dari pedagang terinformasi dengan meningkatkan spread-nya. Dealer selalu berusaha menentukan spread secara wajar dengan memperhatikan kejadian tertentu atau kondisi atau informasi apa saja yang memberikan sinyal mengenai surat berharga yang dimilikinya. Besarnya ketidakseimbangan informasi yang dihadapi dealer akan tercermin pada spread yang ditentukannya.

Terdapat tiga komponen kos dalam menetapkan bid-ask spread menurut Krinsky dan Lee (dalam Rahmawati, dkk, 2006:10) menyatakan bahwa :

a. Kos pemrosesan pesanan (order processing cost), terdiri dari biaya yang dibebankan oleh pedagang sekuritas (efek) atas


(35)

kesiapannya mempertemukan pesanan pembelian dan penjualan, dan kompensasi untuk waktu yang diluangkan oleh pedagang sekuritas guna menyelesaikan transaksi.

b. Kos penyimpanan persediaan (inventory holding cost), yaitu kos yang ditanggung oleh pedagang sekuritas untuk membawa persediaan saham agar dapat diperdagangkan sesuai dengan permintaan.

c. Adverse selection component, menggambarkan suatu upah (reward) yang diberikan kepada pedagang sekuritas untuk mengambil suatu risiko ketika berhadapan dengan investor yang memiliki informasi superior. Komponen ini terkait erat dengan arus informasi di pasar modal.

Berkaitan dengan bid-ask spread, fokus perhatian akuntan adalah pada komponen adverse selection karena berhubungan dengan penyediaan informasi ke pasar modal. \

2.1.4. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor indikator yang digunakan investor dalam menilai aset maupu kinerja perusahaan. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium-size) dan perusahaan kecil (small firm). Total asset merupakan salah satu ukuran umum untuk menentukan besar kecilnya suatu perusahaan tersebut.

Ukuran perusahaan merupakan faktor yang dipertimbangkan oleh investor dalam melakukan investasi. Perbedaan ukuran perusahaan menimbulkan risiko usaha yang berbeda secara signifikan antara perusahaan besar dan perusahaan kecil (Pujiningsih, 2011:26) Perusahaan besar dianggap mempunyai risiko yang lebih kecil dibanding dengan perusahaan kecil. Selain itu. Perusahaan yang berukuran besar memiliki basis pemegang kepentingan


(36)

yang lebih luas, sehingga berbagai kebijakan perusahaan besar akan berdampak lebih besar terhadap kepentingan publik dibandingkan dengan perusahaan kecil.

Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki akses yang lebih besar untuk mendapat sumber pendanaan dari berbagai sumber, sehingga untuk memperoleh pinjaman dari kreditur pun akan lebih mudah karena perusahaan dengan ukuran lebih besar memiliki profitabilitas lebih besar untuk memenangkan persaingan atau bertahan dalam industri. Pada sisi lain, perusahaan dengan skala kecil lebih fleksibel dalam menghadapi ketidakpastian, karena perusahaan kecil lebih bereaksi terhadap perubahan yang mendadak sehingga memungkinkan perusahaan untuk melakukan manajemen laba.

2.1.5. Leverage

Struktur keuangan perusahaan memiliki kaitan yang erat dengan informasi keuangan yang akan disampaikan kepada penyedia dana. Struktur ini juga mencakup leverage. Leverage adalah perbandingan antara total kewajiban dengan total aktiva perusahaan. Rasio ini menunjukkan besarnya besar aktiva yang dimiliki perusahaan yang dibiayai dengan hutang. Semakin tinggi nilai leverage maka risiko yang akan dihadapi investor akan semakin tinggi dan para investor akan meminta keuntungan yang semakin besar.selain itu dikhawatirkan perusahaan tidak dapat melunasi kewajiban tepat waktu dan hal ini yang menyebabkan suatu perusahaan dapat di likuidasi. Dengan


(37)

demikian, tingkat leverage perusahaan menggambarkan resiko keuangan perusahaan.

Kebijakan hutang merupakan salah satu alternatif pendanaan perusahaan selain menjual saham di pasar modal. Hutang yang dipergunakan secara efektif dan efisien akan meningkatkan nilai perusahaan. Tetapi bila dilakukan dengan dalih menarik perhatian para kreditur, maka justru akan memicu manajer untuk melakukan manajemen laba. Perusahaan yang memiliki hutang tinggi akan memilih kebijakan akuntansi dengan menggeser laba masa depan ke masa sekarang. Pernyataan ini juga dibuktikan oleh penelitian Herawati dan Baridwan (2007:32) yang memberikan bukti empiris tentang adanya tingkat manajemen laba yang lebih besar pada perusahaan yang terikat perjanjian hutang daripada perusahaan yang tidak terikat perjanjian hutang.

2.1.6. Return On Asset (ROA)

ROA merupakan salah satu rasio yang mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan. Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan (Kasmir, 2011:197). ROA dipengaruhi oleh profit margin dan perputaran total aktiva. Untuk menaikkan ROA, suatu perusahaan bisa memilih dengan menaikkan profit margin dan mempertahankan perputaran total aktiva. Profit margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Semakin tinggi laba yang dihasilkan


(38)

perusahaan akan mengakibatkan harga saham perusahaan juga akan meningkat sehingga semakin tinggi pula return saham yang diperoleh.

Pada rasio ini, angka laba yang digunakan dalam perhitungan adalah yang berasal dari kegiatan usaha pokok perusahaan. Rasio ini mencerminkan tingkat efisiensi perusahaan dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh laba secara keseluruhan. ROA berfungsi untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan laba melalui pengoperasian aktiva yang dimiliki. Semakin besar ROA suatu perusahaan, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan tersebut dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan akitva. Jadi memungkinkan manajer melakukan manajemen laba untuk mendapatkan keadaan tersebut.

2.1.7. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham perusahaan oleh pihak manajemen. Kepemilikan manajerial akan menyelaraskan kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham. “If managers do not have a high level of shares in the firm, they may not act most likely in behalf of shareholders” (Jensen dan Meckling, 1976:314). Dengan adanya kepemilikan manajerial, manajemen tidak hanya berfungsi sebagai pengelola perusahaan namun juga sebagai pemegang saham.


(39)

Dengan adanya kepemilikan manajerial, pihak manajemen akan terdorong untuk meningkatkan kinerja serta mengambil keputusan yang tepat karena manajer akan ikut merasakan langsung manfaat maupun resiko yang terkait pengambilan keputusan tersebut sehingga dengan begitu praktek manajemen laba di perusahaan dapat berkurang. Dalam kepemilikan saham yang rendah, maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya perilaku oportunistik manajer akan meningkat (Herawaty, 2008 : 28).

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian ini merujuk atas beberapa penelitan sebeelumnya yang memiki hasil penelitian yag berbeda. Peneletian oleh Restuwulan (2013) dalam Pengaruh Asimetri Informasi dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba (Penelitian pada Perusahaan di Sektor Industri Food dan Beverages yang Terdaftar Di BE menunjukkan asimetri informasi berpengaruh positif dan signifikan terhadapa manajemen laba. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini menunjukkan pengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba.

Tarigan (2011) menguji Pengaruh Asimetri Informasi, Corporate Goveernance dan Ukuran Perusahaan terhadap Praktik Manajemen Laba (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di BEI. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa yaitu asimetri informasi berpengaruh terhadap praktik manajemen laba begitu juga ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik manajemen laba


(40)

Madli (2014) dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Ukuran

Perusahaan, Return On Asset dan Debt To Equity Ratio terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Properti dan real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” menunjukkan bahwa Uuran Perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba sementara Return On Asset tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

Purwandari (2011) meneliti Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance, Profitabilitas dan Leverage terhadap Manejemen Laba (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang tercatat pada BEI periode 2005-2009) yang menemukan hasil bahwa profitabilitas dengan memakai proksi ROA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba dan leverage tidak terbukti berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

Joa dan Pagulung (2011) dengan penelitiannya berjudul “Corporate Governance, Ukuran perusahaan dan Leverage terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur di BEI menunjukkan Kepemilikan Manjerial dan Ukuran Perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba. Sementara leverage berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba.


(41)

Tabel 2.1

Review Penelitian Terdahulu Nama

Peneliti

Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil penelitian Restuwulan (2013) Pengaruh Asimetri Informasi dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur sektor Food and Beverages yang terdaftar di BEI

Variabel Independen : Asimetri Informasi dan Ukuran Perusahaan Variabel Dependen : Manajemen Laba Asimetri Informasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Manajemen Laba sedangkan Ukuran Perusahaan

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Manajemen Laba Tarigan (2011) Pengaruh Asimetri Informasi, Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan Terhadap Praktik Manajemen Laba (Studi Pada Perusahaan Manufaktur terdaftar di BEI 2008-2010 Variabel Independen : Asimetri Informasi, Komposisi Dewan Komisaris, Keberadaan Komite Audit dan Ukuran Perusahaan

Variabel Dependen:

Manajemen Laba

Asimetri Informasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Manajemen Laba, Komposisi Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite Audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap Manajemen Laba, Ukuran Perusahaan

berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba.

Madli (2014) Pengaruh Ukuran Perusahaan, Return On Asset dan Debt To Equity Ratio terhadap

Manajemen Laba pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Variabel Independen :

Ukuran

Perusahaan, Return On Assets, dan Debt To Equity Ratio

Variabel Dependen:

Manajemen Laba

Ukuran Perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Manajemen Laba, Return On Asset dan Debt To Equity Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba


(42)

Lanjutan Review Penelitian Terdahulu Nama

Peneliti

Judul Penelitian Variabel Penelitian

Hasil penelitian

Purwandari (2011)

Pengaruh

Mekanisme Good Corporate Governance, Profitabilitas dan Leverage terhadap Manejemen Laba (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang tercatat pada BEI periode 2005-2009) Variabel Independen : Komite Audit, Ukuran Dewan Direksi, Proporsi Komisaris Independen, Kepemilikan Institusional, Profitabilitas dan Leverage Variabel Dependen : Manajemen Laba Komite audit, kepemilikan institusional dan profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba. Sedangkan ukuran dewan direksi, proporsi komisaris

independen dan leverage tidak terbukti berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Jao dan Pagulung (2011) Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Leverage terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur di BEI Variabel independen: Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Ukuran Dewan Komisaris, Komposisi Dewan Komisaris Independen Komite Audit, Ukuran Perusahaan dan Leverage Variabel Dependen: Manajemen Laba Kepemilikan Manajerial, Komposisi Dewan Komisaris Independen, Komite Audit dan Ukuran Perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap Manajemen Laba Kepemilikan Institusional, Ukuran Dewan Komisaris dan

Leverage berpengaruh positif signifikan terhadap


(43)

2.3. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dibangun untuk memperlihatkan hubungan pengaruh setiap variabel dalam satu penelitian. Berdasarkan rumusan masalah, landasan teoritis dan review penelitian terdahulu, kerangka konseptual penelitian ini digambarkan pada Gambar 2.1

Variabel Independen Variabel Dependen

H1

H2

H3

H4

H5

H6

Variabel Moderating

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual Penelitian

Asimetri Informasi (X1)

Ukuran Perusahaan (X2)

Manajemen Laba (Y)

Leverage (X3) Return On Asset

(X4)

Kepemilikan Manajerial (Z)


(44)

Dalam penelitian ini, manajemen laba menjadi variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Alasan peneliti untuk menjadikan manajemen laba sebagai dependen karena dengan adanya pemisahan wewenang dan tanggung jawab antara agent dan principal memberikan peluang bagi pihak agent bertindak oportunistik untuk memaksimalkan kesejahteraannya dengan cara melakukan praktik tersebut.

Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut :

a. Pengaruh Asimetri Informasi terhadap Manajemen Laba

Asimetri informasi timbul ketika manajer lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa depan dibandingkan dengan pemegang saham dan stakeholder lainnya. Hal tersebut memberikan peluang bagi manajer untuk bertindak oportunistik untuk memaksimalkan kepentingannya dengan menyajikan informasi yang tidak sebenarnya melalu praktik manajemen laba.

b. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba

Perusahaan dengan ukuran yang relatif besar akan dilihat kinerjanya oleh publik sehingga perusahaan tersebut akan melaporkan kondisi keuangannya dengan lebih hati – hati, informatif dan lebih transparan sehingga perusahaan lebih sedikit dalam melakukan praktik manajemen laba. Sedangkan perusahaan yang mempunyai ukuran yang lebih kecil mempunyai kecenderungan untuk melakukan manajemen laba dengan melaporkan laba yang lebih besar untuk menunjukkan kinerja perusahaan yang memuaskan.


(45)

Leverage sebagai salah satu usaha dalam peningkatan laba perusahaan, dapat menjadi tolok ukur dalam melihat perilaku manajer dalam hal manajemen laba. Perusahaan yang mempunyai leverage finansial tinggi akibat besarnya hutang dibandingkan aktiva yang dimiliki perusahaan diduga membuat keputusan sendir dengan praktek manajemen laba karena perusahaan terancam default, yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban membayar hutang pada waktunya.

d. Pengaruh Return On Asset terhadap Manajemen Laba

Return on asset (ROA) menunjukkan kemampuan manajemen dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang digunakan dalam kegiatan operasi. Semakin besar perubahan ROA menunjukkan semakin besar fluktuasi kemampuan manajemen dalam menghasilkan laba yang mempengaruhi investor dalam memprediksi laba dan memprediksi risiko dalam investasi Sehubungan dengan itu, manajemen termotivasi untuk melakukan manajemen laba agar laba yang dilaporkan tidak berfluktuatif sehingga dapat meningkatkan kepercayaan investor.

e. Pengaruh Kepemilikan Manajerial sebagai Variabel Moderating dalam Memoderasi Hubungan Antara Variabel Independen dengan Manajemen Laba

Dari sudut pandang teori akuntansi, manajemen laba sangat ditentukan oleh motivasi manajer perusahaan. Motivasi yang berbeda akan menghasilkan besaran manajemen laba yang berbeda, seperti antara manajer yang juga sekaligus sebagai pemegang saham dan manajer yang tidak sebagai pemegang saham. Adanya peningkatan persentase kepemilikan saham oleh manajerial akan


(46)

mengakibatkan manajer lebih fokus pada kinerjanya kepada peningkatan laba perusahaan.

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, landasan teori dan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. H1 : Asimetri Informasi berpengaruh terhadap Manajemen Laba secara parsial.

2. H2 : Ukuran Perusahaanberpengaruh terhadap Manajemen Laba secara

parsial.

3. H3 : Leverage berpengaruh terhadap Manajemen Laba secara parsial.

4. H4 : Return On Asset berpengaruh terhadap Manajemen Laba secara

parsial.

5. H5 : Asimetri Informasi, Ukuran Perusahaan, Leverage dan Return On Asset, berpengaruh terhadap Manajemen Laba secara simultan.

6. H6 :Kepemilikan Manajerial mampu memoderasi hubungan antara

Asimetri Informasi, Ukuran Perusahaan, Leverage dan Return On Asset, berpengaruh dengan Manajemen La


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang dilakukan adalah hubungan sebab akibat (kausal) yaitu jika variabel dependen dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen tertentu, maka dapat dinyatakan bahwa variabel X menyebabkan variabel Y (Erlina, 2007:66). Jenis penelitian bertujuan ini bertujuan untuk menemukan hubungan sebab-akibat dengan cara pengamatan terhadap akibat yang ada dan menelusuri faktor-faktor penyebabnya.

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011:61). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di BEI sebanyak 23 perusahaan.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalkan karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dalam populasi tersebut (Sugiyono, 2011:62). Sampel harus representative atau mewakili kriteria dari populasi karena sampel yang tidak representative akan menyebabkan


(48)

ketidaktepatan pengujian dan berdampak pada kesimpulan hasil penelitian sehingga penelitian dianggap tidak valid.

Teknik penentuan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011:68). Seleksi sampel menggunakan kriteria tertentu yang ditentukan peneliti pada awal penelitian. Dalam penelitian ini, sampel yang diambil harus memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011, 2012, 2013 dan 2014.

b. Perusahaan yang tidak delisting dari Bursa Efek Indonesia selama periode 2011, 2012, 2013 dan 2014.

c. Mempublikasikan laporan keuangan dan tahunan untuk tahun 2011, 2012, 2013 dan 2014 yang telah diaudit.

d. Memiliki data harga saham lengkap yang tersedia selama periode estimasi dan pengamatan.

Berdasarkan kriteria tersebut, diperoleh perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini tercantum dalam Tabel 3.1, maka perusahaan yang lolos uji adalah:


(49)

Tabel 3.1

Daftar Nama Sampel Penelitian

No Kode Nama Perusahaan

1 ADRO Adaro Energy Tbk.

2 ARII Atlas Resources Tbk.

3 ATPK ATPK Resources Tbk.

4 BORN Borneo Lumbung Energy & Metal Tbk.

5 BUMI Bumi Resources Tbk.

6 BYAN Bayan Resources Tbk.

7 DEWA Derma Henwa Tbk.

8 DOID Delta Dunia Makmur Tbk.

9 GEMS Golden Energy Mines Tbk.

10 GTBO Garda Tujuh Buana Tbk.

11 HRUM Harum Energy Tbk.

12 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk. 13 KKGI Resources Alam Indonesia Tbk. 14 PKPK Perdana Karya Perkasa Tbk. 15 PTBA Tambang Batubara BukitAsam Tbk.

16 PTRO Petrosea Tbk.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan peneliti adalah data sekunder dalam bentuk kuantitatif yaitu data yang diukur berdasarkan skala numerik seperti nilai rasio.. Data sekunder merupakan data primer yang telah dikelola lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer maupun oleh pihak lain. Data yang diperoleh data time series yaitu data dari suatu fenomena tertentu yang didapat dari beberapa interval waktu tertentu misalnya dalam waktu mingguan, bulanan, dan tahunan. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara mendownload melalui situs www.idx.co.id.


(50)

3.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi dokumentasi berupa laporan keuangan perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014. Metode dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data yang penyelidikannya ditujukan pada penguraian dan penjelasan apa yang telah lalu, melalui sumber-sumber dokumen. Metode ini diharapkan akan diperoleh catatan mengenai data-data yang ada hubungannya dengan penelitian ini yaitu laporan keuangan.

3.5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2011:2). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen, variabel dependen dan variabel moderating.

3.5.1. Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen disebut juga variabel terikat, variabel konsekuen, atau variabel output. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2011:4). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba, dimana variabel dependen disimbolkan dengan “Y”.

Manajemen laba (earnings management) adalah suatu kondisi dimana manajemen melakukan intervensi dalam proses penyusunan


(51)

laporan keuangan bagi pihak eksternal sehingga dapat meratakan, menaikkan dan menurunkan laba. Tindakan manipulasi data ini mengurangi kredibilitas laporan keuangan yang disajikan sehingga menyesatkan bagi penggunanya (Beneish, 2001:3). Manajemen laba dalam penelitian ini diukur menggunakan nilai discretionary accruals dengan Modified Jones Model (Dechow et al, 1995 dalam Sulistyanto, 2008). Model perhitungannya adalah sebagai berikut:

TAi.t = Ni.t – CFOi.t ………...(1) Nilai total accruals (TAi.t) diestimasi dengan persamaan regresi berganda sebagai berikut:

TAi.t/Ai.t-1 = α1(1/Ai.t-1) + α2{(ΔREVi.t –ΔRECi.t)/Ai.t-1} + α3(PPEi.t/Ai.t-1) +

ei.t ………..(2)

Persamaan total akrual diatas diestimasi dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Estimasi α1,α2,α3 diperoleh dari regresi OLS tersebut dan digunakan untuk menghitung non-discretionaryaccrual sebagai berikut: NDAi.t = α1(1/Ai.t-1) + α2{(ΔREVi.t –ΔRECi.t)/Ai.t-1} + α3(PPEi.t/Ai.t-1) ...(3) Selanjutnya discretionary accruals (DA) dapat dihitung sebagai berikut: DAi.t = (TAi.t/Ai.t-1) - NDAi.t ………..(4) Keterangan:

DAi.t = Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t NDAi.t = Non Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t TAi.t = Total akruals perusahaan i pada periode ke t

Ni.t = Laba bersih perusahaan i pada periode ke t

CFOi.t = Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke t Ai.t-1 = Total aktiva perusahaan i pada periode ke t-1

ΔREVi.t = Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke t PPEi.t = Aktiva tetap perusahaan i pada periode ke t

ΔRECi.t = Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t

α = Koefisien regresi e = Error

3.5.2. Variabel Independen (X)

Variabel independen sering disebut sebagai variabel bebas atau variabel prediktor. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya


(52)

variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2011:4). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan variabel independen yang terdiri dari Asimetri Informasi (X1), Ukuran Perusahaan (X2), Leverage (X3) dan Return On Assets (X4).

3.5.2.1. Asimetri Informasi

Asimetri Informasi muncul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemegang saham dan stakeholders lainnya. Asimetri informasi dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan relative bid-ask spread yang dioperasikan sebagai berikut:

SPREAD = (aski.t – bidi.t) / {(aski.t + bidi.t) /2} x 100% ………...(1) Model untuk menyesuaikan spread adalah:

SPREADi.t= α0+ α1PRICEi.t + α2VARi.t + α3TRANSi.t +

α4DEPTHi.t + ADJSPREADi.t ………....(2) Keterangan:

Aski.t = Harga ask tertinggi saham perusahaan i yang terjadi pada hari t

Bidi.t =Harga bid terendah saham perusahaan i yang terjadi pada hari t

PRICEi.t =Harga penutupan saham perusahaan i pada hari t


(53)

pada hari t

VARi.t = Variasi return harian selama periode penelitian pada saham perusahaan I pada hari ke t. Return harian merupakan persentase perubahan harga saham pada hari ke t dengan harga saham pada hari sebelumnya (t-1)

DEPTHi.t = Rata-rata jumlah saham perusahaan i dalam semua quotes (jumlah yang tersedia pada ask ditambah jumlah yang tersedia pada saat bid dibagi dua) selama setiap hari t.

ADJSPREADi.t = Residual error yang digunakan sebagai ukuran SPREAD yang telah disesuaikan untuk perusahaan i pada hari ke t.

3.5.2.2. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki perusahaan. Peneliti memproksikan ukuran perusahaan dengan total aktiva perusahaan sampel. Jumlah total aktiva perusahaan ini kemudian dilakukan transformasi ke dalam bentuk logaritma natural (LN), atau dapat dituliskan sebagai berikut:


(54)

3.5.2.3. Leverage

Rasio leverage merupakan alat untuk mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang. Rasio leverage yang digunakan dalam penelitian ini adalah debt to asset ratio. Leverage dapat dirumuskan sebagai berikut:

Leverage = × 100%

3.5.2.4. Return On Asset (ROA)

Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap satu rupiah asset yang digunakan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas karena menunjukkan keefektifan manajemen dalam menggunakan aktivanya untuk memperoleh pendapatan. ROA dapat diukur dengan rumus:

ROA = × 100%

3.5.3. Variabel Moderating (Z)

Variabel moderating adalah variabel yang mempunyai dampak kontijensi yang kuat pada hubungan variabel independen dan dependen (Erlina, 2007:33). Variabel moderating dapat berperan sebagai faktor yang memperlemah atau memperkuat hubungan antara variabel independen dan variabel dependen suatu penelitian. Di dalam penelitian ini. Variabel moderating yang digunakan adalah kepemilikan manajerial. Kepemilikan

Total Kewajiban Total Aktiva

Laba Bersih Setelah Pajak Total Aktiva


(55)

manajerial adalah jumlah saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang dikelola (Gideon, 2005:28). Kepemilikan manajerial dalam penelitian ini tergolong dalam pengukuran skala rasio dengan rumus:

Kepemilikan manajerial = × 100%

Ringkasan definisi operasional dan pengukuran variabel penelitian ditunjukkan dalam tabel 3.

Tabel 3.2.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel Definisi Indikator Skala

Manajemen Laba (Y) Suatu kondisi dimana manajemen melakukan intervensi dalam proses penyusunan laporan keuangan bagi pihak eksternal sehingga dapat meratakan

Discretionary accrual Rasio

Asimetri Informasi (X1) Suatu keadaan dimana manajer memiliki akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan

Relative bid-ask spread Rasio

Ukuran Perusahaan

(X2)

Ukuran atau besarnya aset yang dimiliki perusahaan

Ln(Total Aset) Rasio

Leverage (X3) Mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang

Total Kewajiban × 100% Total Aktiva

Rasio Saham yang dimiliki manajemen


(56)

Variabel Definisi Indikator Ket

Return On Asset

(X4)

Perbandingan laba bersih setelah pajak terhadap total aktiva

Laba Bersih Setelah Pajak × 100% Total Aktiva Rasio Kepemilikan Manajerial (Z) Besarnya kepemilikan saham yang di miliki oleh manajer dari keseluruhan saham diperusahaan.

Saham yang dimiliki manajemen

× 100% Total Saham beredar

Rasio

3.6. Metode Analisi Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Analisis regresi digunakan untuk memprediksi seberaoa jauh perubahan variabel dependen jika variabel independennya dimanipulasi. Sebelum melakukan regresi, peneliti terlebih dahulu melakukan uji asumsi klasik dan statistik deskriptif.

3.6.1. Uji Asumsi Klasik

Asumsi klasik adalah asumsi yang mendasari analisis regresi dengan tujuan mengukur asosiasi atau keterikatan antarvariabel bebas. Terdapat 4 (empat) pengujian terkait uji asumsi klasik yaitu uji normalitas data, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokolerasi.

3.6.1.1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui keberadaan variabel pengganggu atau residual di dalam model regresi. Jika


(57)

data normal, maka statistik yang dipergunakan adalah statistik parametrik. Jika sebaliknya, maka statistik non parametriklah yang digunakan atau peneliti dapat melakukan treatment agar data normal.

Dalam menguji normalitas data, peneliti menggunakan uji Kolgomorov-Smirnov untuk menemukan distribusi residual. Apabila nilai sig. atau signifikan atau probabilitas <0,05 maka distribusi data adalah tidak normal, tetapi jika sig atau p-value > 0,05 maka data berdistribusi normal l (Ghozali, 2013:27).

Cara lain untuk melihat normalitas distribusi data penelititan adalah dengan melihat grafik histogram yang menunjukkan pola distribusi normal. Hasil dari grafik histogram juga perlu diperkuat dengan melihat normal probability plot. Dasar pengambilan kepututsan dari analisis normal probability plot adalah sebagai berikut

a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas

b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas


(58)

3.6.1.2. Uji Multikolonearitas

Uji ini betujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen karena akan mengurangi keyakinan dalam pengujian signifikan.

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya gejala multikolonearitas didalam model regresi ini dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF), nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonearitas adalah nilai VIF > 10. Apabila nilai VIF < 10 berarti tidak terjadi multikolonearitas (Ghozali, 2013:105).

3.6.1.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.

Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Uji heterokedastisitas dalam penelitian ini dengan cara melihat grafik Scatterplot.


(59)

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur, maka terjadi heteroskedastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas atau titik-titk menyebar diatas dan dibawah angka 0 pola sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.6.1.4. Uji Autokorelasi

Pengujian autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diunitkan menurut waktu (data time series) atau ruang data (data cross section). Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).

Uji autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan uji Durbin-Watson (DW test), dimana apabila:

a. Angka D-W dibawah -2, berarti ada autokorelasi positif.

b. Angka D-W diantara -2 sampai +2 berati tidak ada autokorelasi. c. Angka D-W diatas +2, berarti ada autokorelasi negatif.

3.7. Analisis Regresi Linier Berganda

Regresi linier berganda yaitu suatu model linier regresi yang variabel dependennya merupakan fungsi linier dari beberapa variabel bebas. Regresi linier


(1)

NPar Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardize d Residual

N 64

Normal Parametersa,b

Mean 0E-7

Std. Deviation .15298905

Most Extreme Differences

Absolute .082

Positive .082

Negative -.068

Kolmogorov-Smirnov Z .659

Asymp. Sig. (2-tailed) .778

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(2)

(3)

(4)

Hasil Pengujian Multikolinearitas

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1

(Constant) -.328 .426 -.769 .445

AI -.003 .003 -.100 -.761 .449 .796 1.257

UP .010 .015 .097 .678 .501 .672 1.488

Leverage -.216 .097 -.374 -2.225 .030 .485 2.063

ROA .084 .152 .084 .553 .583 .597 1.675


(5)

Uji Durbin-Watson

Model Summaryb Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .437a .191 .136 .15809 1.922

a. Predictors: (Constant), ROA, UP, AI, Leverage b. Dependent Variable: ML

Uji Koefisien Determinasi.

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .437a .191 .136 .15809 1.922

a. Predictors: (Constant), ROA, UP, AI, Leverage b. Dependent Variable: ML

Hasil Uji F

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression .348 4 .087 3.482 .013b

Residual 1.475 59 .025


(6)

Hasil Uji t

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) -.328 .426 -.769 .445

AI -.003 .003 -.100 -.761 .449

UP .010 .015 .097 .678 .501

Leverage -.216 .097 -.374 -2.225 .030

ROA .084 .152 .084 .553 .583

a. Dependent Variable: ML

Hasil Uji Residual

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) .122 .020 6.196 .000

ML .014 .093 .020 .156 .877


Dokumen yang terkait

Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Return On Assets dengan Komisaris Independen sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 64 130

Pengaruh Asimetri Informasi, Leverage, dan Ukuran Perusahaan Dengan Struktur Kepemilikan Manajerial Sebagai Variabel Moderating Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indoensia

0 4 103

Pengaruh Asimetri Informasi, Ukuran Perusahaan, Leverage dan Return on Assets Terhadap Manajemen Laba dengan Kepemilikan Manajerial Sebagai Variabel Moderating pada Pertambangan Batubara yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 7 97

PENDAHULUAN Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan Dan Free Cash Flow Terhadap Manajemen Laba Riil Dengan Kepemilikan Institusional Sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 10

PENGARUH ASIMETRI INFORMASI, LEVERAGE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN Pengaruh Asimetri Informasi, Leverage Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

0 1 14

PENDAHULUAN Pengaruh Asimetri Informasi, Leverage Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

0 1 7

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, LEVERAGE, DAN PROFITABILITAS TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Kasus pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2015)

0 6 16

Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Return On Assets dengan Komisaris Independen sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 15

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN MELALUI MANAJEMEN LABA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING DI INDONESIA PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

0 1 12

PENGARUH ASIMETRI INFORMASI, LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN

0 0 13