PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KREATIF-PRODUKTIF PADA SISWA KELAS IV B SD N 1 METRO UTARA

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KREATIF-PRODUKTIF

PADA SISWA KELAS IV B SD N 1 METRO UTARA

Oleh SULIHAWATI

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV B SD N 1 Metro Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar menggunakan model pembelajaran kreatif-produktif.

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan tiga siklus dan setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pengumpulan data diperoleh melalui teknik nontes dan tes dengan menggunakan lembar observasi untuk mengetahui aktivitas, sikap, keterampilan siswa, dan kinerja guru serta soal tes untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa. Data dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif.

Perbaikan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kreatif-produktif menunjukkan peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Nilai rata-rata

aktivitas siswa pada siklus I 49,51 dengan kategori “Cukup Aktif”, siklus II 60,84 dengan kategori “Aktif”, dan siklus III 75,25 dengan kategori “Aktif”. Nilai rata -rata sikap siswa pada siklus I 57,81 dengan kategori “Belum Terlihat”, siklus II 65,23 dengan kategori “Mulai Terlihat”, dan siklus III 77,5 dengan kategori

“Mulai Membudaya”. Nilai rata-rata keterampilan siswa pada siklus I 51,64

dengan kategori “Kurang Terampil”, siklus II 60,86 dengan kategori “Cukup Terampil”, dan siklus III 75 dengan kategori “Terampil”. Nilai rata-rata

pengetahuan siswa pada siklus I 65,41 dengan kategori “Cukup”, siklus II 69,26 dengan kategori “Cukup”, dan siklus III 76,53 dengan kategori “Baik.


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti bernama Sulihawati lahir di Tangerang, Provinsi Banten, pada tanggal 22 September 1990. Peneliti adalah anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Ali Terin

(Alm) dan IbuSri Supatmi.

Pendidikan Sekolah Dasar peneliti, di SD N 6 Metro Utara dan lulus pada tahun 2003. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama peneliti, di SMP N 8 Metro dan lulus pada tahun 2006. Pendidikan Sekolah Menengah Atas peneliti, di SMA N 3 Metro dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2010 peneliti terdaftar sebagai mahasiswa S-1 PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung.


(7)

MOTO

“Raih keinginan dengan usaha terbaik,

berdoa, dan bersabar”


(8)

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur kepada Allah Swt., sholawat dan salam untuk panutan

terbaik Rasulullah Saw., dan mengucap bismillah, rangkaian kalimat bukti

perjuangan selama kurang lebih 4 tahun kupersembahkan untuk:

Ibunda Sri Supatmi tercinta, sang motivator dan semangat terbesar dalam

hidupku, yang selalu mendoakan untuk keberhasilan-ku. Karyaku ini

kupersembahkan untuk Ibunda tecinta sebagai hadiah kecil

untuk pengorbanan yang tak ternilai.

Adik kandung Ibunda tercinta “Om No”, terima kasih atas kepercayaan,

dukungan, serta bantuan yang diberikan kapan pun dibutuhkan

sehingga peneliti bisa menikmati pendidikan hingga saat ini.

Adikku tercinta “Yuliyanda” terima kasih atas pengertian dan dukungannya.


(9)

x SANWACANA

Puji syukur ke hadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat, kasih sayang serta hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul ”Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Melalui Model

Pembelajaran Kreatif-Produktif Pada Siswa Kelas IV B SD N 1 Metro Utara”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Lampung.

Penyusunan skripsi ini dapat terwujud berkat adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati peneliti menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hi. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung yang mengesahkan ijazah dan gelar sarjana kami, sehingga peneliti termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas

Lampung yang telah mengesahkan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan.

3. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung yang telah menyetujui penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD yang telah

memilih dan memilah serta menyetujui judul-judul skripsi kami, sehingga dapat diseminarkan dan diselesaikan.


(10)

xi

memotivasi dan mengingatkan untuk tidak menunda-nunda pekerjaan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan oleh peneliti.

6. Ibu Dr. Hj. Sowiyah, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik dan

sekaligus Dosen Pembimbing II yang dalam penulisan skripsi ini telah banyak memberikan arahan dan masukan berarti bagi peneliti sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

7. Bapak Drs. Siswantoro, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah

meluangkan waktu kapan saja dalam membimbing dan memberikan masukan berarti sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

8. Ibu Dra. Sulistiasih, M.Pd., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan saran-saran yang sangat bermanfaat bagi peneliti dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

9. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf PGSD UPP Metro yang telah banyak

memberikan masukan dan membantu kelancaran penyusunan skripsi ini. 10. Ibu Mundriyani, S. Pd. SD., selaku Kepala SD N I Metro Utara, yang telah

mengizinkan peneliti untuk meneliti sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 11. Ibu Rahma Lili Nur I.S., A.Ma., selaku Wali Kelas IV B yang banyak

membantu dan memberikan saran serta masukan kepada peneliti dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.

12. Siswa-siswi kelas IV B SD N I Metro Utara yang telah berpartisipasi aktif sehingga penelitian ini dapat terlaksana dan skripsi ini dapat diselesaikan. 13. Sahabat serta Saudara yang peneliti temukan karena Alloh Swt., Serlia


(11)

xii

Fatimah, sebagai tempat berbagi cerita dan keluhan bersama, tempat meminta saran, kritikan, pendapat serta masukan, dan yang selalu mengingatkan dalam kebaikan, terima kasih karena telah menjadikanku bagian dari kalian.

14. Rekan-rekan mahasiswa Program S-1 PGSD angkatan 2010, terima kasih

kebersamaan dan dukungan yang telah diberikan selama ini, terutama keluarga besar Semester B (Sherli, Reni, Riri, Mayang, Rimba, Dita Erwidiya, Cahya Sari, Dita Tricandria, Rizka, Veridiana, Putu, Surani, Mega, Nyoman, Ratna, Hardiana, Saras, Risty, Marlita, Zulia, Syaiful, Suhardi, Sisworo, Fahmi, Aji, Akmal, Bagus, dan Fauzi), masing-masing dari kalian memiliki cerita yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-satu.

15. Adik-adik dan Kakak Tingkat yang dipertemukan Alloh Swt., dalam sebuah

rumah bernama “ LSO-Formasi PGSD Metro-FPPI FKIP Unila” terima kasih atas motivasi dan dukungannya dalam setiap kesempatan.

16.Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan namanya satu per satu yang telah membantu kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini mungkin masih terdapat kekeliruan, baik tulisan maupun isinya. Namun, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dan peningkatan dunia pendidikan khususnya ke-SD-an.

Metro, 20 Juni 2014 Peneliti

Sulihawati


(12)

xiii

DAFTAR ISI

Isi Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSYARATAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

MOTTO ... viii

PERSEMBAHAN ... ix

SANWACANA ... x

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR GRAFIK ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 5

C.Pembatasan Masalah ... 5

D.Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A.Model Pembelajaran Kreatif-Produktif ... 8

1. Landasan Pengembangan ... 8

2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kreatif-Produktif ... 9

3. Kelebihan dan Kelemahan ... 13

B.Pembelajaran Tematik Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar ... 15

1. Pengertian Belajar ... 15

2. Pengertian Pembelajaran ... 16

3. Pembelajaran Tematik ... 17

C.Aktivitas Belajar ... 20

D.Kinerja Guru ... 22

1. Kompetensi Pedagogik ... 23


(13)

xiv

4. Kompetensi Profesional... 24

E. Hasil Belajar ... 25

1. Pengertian Hasil Belajar ... 25

2. Jenis-jenis Hasil Belajar ... 26

1) Ranah Afektif (Sikap) ... 26

2) Ranah Psikomotor (Keterampilan) ... 28

3) Ranah Kognitif (Pengetahuan) ... 29

F. Hipotesis Tindakan ... 30

BAB III METODE PENELITIAN... 31

A.Jenis Penelitian ... 31

B.SettingPenelitian ... 31

1. Subjek Penelitian ... 31

2. Lokasi Penelitian ... 32

3. Waktu Penelitian ... 32

C.Teknik Pengumpulan Data ... 32

1. Teknik Nontes ... 32

2. Teknik Tes ... 32

D.Alat Pengumpul Data ... 33

1. Lembar Observasi ... 33

2. Soal Tes ... 37

E. Teknik Analisis Data ... 38

1. Teknik Analisis Data Kualitatif ... 38

2. Teknik Analisis Data Kuantitatif ... 40

F. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ... 40

G.Indikator Keberhasilan ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

A.Profil SD N 1 Metro Utara ... 53

B.Pelaksanaan Kegiatan dan Hasil Penelitian ... 55

1. Siklus I ... 55

1) Perencanaan ... 55

2) Pelaksanaan ... 56

a. Pertemuan I ... 56

b. Pertemuan II ... 58

3) Hasil Penelitian Siklus I ... 59

a. Aktivitas Belajar Siswa ... 59

b. Kinerja Guru ... 60

c. Sikap Sosial Siswa dalam Diskusi Kelompok ... 62

d. Keterampilan Berdiskusi Siswa ... 63

e. Pengetahuan Siswa ... 65

f. Refleksi Siklus I ... 66

g. Saran Perbaikan/Tindakan Kelas untuk Siklus II ... 68

2. Siklus II ... 70

1) Perencanaan ... 70

2) Pelaksanaan ... 70


(14)

xv

3) Hasil Penelitian Siklus II ... 74

a. Aktivitas Belajar Siswa ... 74

b. Kinerja Guru ... 75

c. Sikap Sosial Siswa dalam Diskusi Kelompok ... 76

d. Keterampilan Berdiskusi Siswa ... 77

e. Pengetahuan Siswa ... 79

f. Refleksi Siklus II ... 80

g. Saran Perbaikan/Tindakan Kelas untuk Siklus III ... 82

3. Siklus III ... 83

1) Perencanaan ... 83

2) Pelaksanaan ... 84

a. Pertemuan I ... 84

b. Pertemuan II ... 85

3) Hasil Observasi pada Siklus III ... 86

a. Aktivitas Belajar Siswa ... 86

b. Kinerja Guru ... 88

c. Sikap Sosial Siswa dalam Diskusi Kelompok ... 89

d. Keterampilan Berdiskusi Siswa ... 90

e. Pengetahuan Siswa ... 92

f. Refleksi Siklus III ... 93

4) Rekapitulasi Hasil Penelitian ... 94

a. Rekapitulasi Hasil Aktivitas Belajar Siswa Siklus I-III .. 94

b. Rekapitulasi Hasil Kinerja Guru Siklus I-III ... 96

c. Rekapitulasi Hasil Sikap Sosial Siswa Siklus I-III ... 97

d. Rekapitulasi Hasil Keterampilan Berdiskusi Siswa Siklus I-III ... 98

e. Rekapitulasi Hasil Pengetahuan Siswa Siklus I-III ... 100

C.Pembahasan ... 101

1. Aktivitas Belajar Siswa ... 101

2. Kinerja Guru ... 102

3. Sikap Sosial Siswa dalam Diskusi Kelompok ... 103

4. Keterampilan Berdiskusi Siswa ... 104

5. Pengetahuan Siswa ... 104

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 106

A.Kesimpulan ... 106

B.Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 108 LAMPIRAN


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran ... 12

3.1 Indikator penilaian aktivitas belajar siswa ... 34

3.2 Indikator penilaian kinerja guru ... 35

3.3 Indikator penilaian sikap siswa ... 36

3.4 Indikator penilaian keterampilan siswa ... 37

3.5 Kategori aktivitas siswa ... 38

3.6 Kategori kinerja guru ... 39

3.7 Kategori sikap siswa ... 39

3.8 Kategori keterampilan ... 39

3.9 Kriteria persentase ketuntasan klasikal hasil belajar pengetahuan ... 40

4.1 Keadaan guru dan karyawan SD N 1 Metro Utara ... 54

4.2 Jadwal pelaksanaan penelitian ... 55

4.3 Nilai aktivitas belajar siswa siklus I ... 59

4.4 Nilai kinerja guru siklus I ... 61

4.5 Nilai sikap sosial siswa siklus I ... 62

4.6 Nilai keterampilan berdiskusi siswa siklus I ... 63

4.7 Nilai pengetahuan siswa siklus I ... 65

4.8 Nilai aktivitas belajar siswa siklus II ... 74

4.9 Nilai kinerja guru siklus II ... 75

4.10 Nilai sikap sosial siswa siklus II ... 76

4.11 Nilai keterampilan berdiskusi siswa siklus II... 78

4.12 Nilai pengetahuan siswa siklus II ... 79

4.13 Nilai aktivitas belajar siswa siklus III ... 87

4.14 Nilai kinerja guru siklus III ... 88

4.15 Nilai sikap sosial siswa siklus III ... 89

4.16 Nilai keterampilan berdiskusi siswa siklus III ... 90

4.17 Nilai pengetahuan siswa siklus III ... 92

4.18 Rekapitulasi hasil aktivitas belajar siswa siklus I-III ... 95

4.19 Rekapitulasi hasil kinerja guru siklus I-III ... 96

4.20 Rekapitulasi hasil sikap sosial siswa siklus I-III ... 97

4.21 Rekapitulasi hasil keterampilan siswa siklus I-III ... 98


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Rangkuman langkah-langkah model pembelajaran kreatif-produktif ... 12


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan pondasi terkuat dalam sebuah negara. Indonesia menganggap pendidikan sebagai faktor penting dalam pembangunan nasional di Indonesia, karena pendidikan yang baik akan menghasilkan manusia yang berkualitas sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman.

Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah menyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Belajar pada hakikatnya adalah suatu proses interaksi aktif seseorang terhadap semua situasi yang terjadi di lingkungan sekitar, sehingga terjadi perubahan perilaku. Sedangkan, pembelajaran adalah penyediaan situasi yang mengakibatkan terjadinya proses belajar pada diri peserta didik.

Sani (2013: v) menyatakan bahwa pembelajaran kreatif dan inovatif seharusnya dilakukan guru dalam upaya menghasilkan peserta didik yang kreatif. Tingkat keberhasilan guru dapat dilihat dari keberhasilan peserta didik.


(18)

Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari aktivitas peserta didik ketika belajar dan kreativitas yang dihasilkan oleh peserta didik setelah mengikuti pembelajaran. Selain itu, menurut Rusman (2012: 325) pembelajaran dikatakan efektif jika memberikan pengalaman baru kepada siswa sehingga membentuk kompetensi siswa, serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal. Hal ini dapat dicapai dengan melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Namun dalam pelaksanaannya, masih banyak kegiatan pembelajaran yang justru menghambat aktivitas dan kreativitas peserta didik. Hal tersebut dikarenakan pembelajaran yang hanya menekankan pada penguasaan aspek pengetahuan tanpa diimbangi dengan penguasaan sikap dan keterampilan.

Berdasarkan wawancara dengan guru kelas IV B SD N 1 Metro Utara pada hari Selasa 22 September 2013, diperoleh keterangan bahwa pelaksanaan pembelajaran yang menerapkan Kurikulum 2013 masih terdapat beberapa kendala dan masalah. Masalah pertama adalah aktivitas siswa yang terlihat kurang aktif sesuai dengan tuntutan pembelajaran berbasis pendekatann ilmiah (scientific approach). Sebagian besar siswa terlihat kurang antusias dalam

kegiatan pembelajaran, khususnya pada kegiatan diskusi. Kegiatan diskusi hanya terlihat aktivitas siswa dalam menyampaikan hasil pekerjaan kelompok, tanpa adanya respon/tanggapan maupun pertanyaan dari kelompok lain.

Masalah kedua adalah rendahnya hasil belajar siswa kelas IV B jika dibandingkan dengan kelas IV A dan IV C, khususnya pengetahuan siswa pada hasil ujian akhir semester (UAS) ganjil, yaitu rata-rata nilai kelas hanya 58. Hasil belajar pengetahuan tersebut dikatakan rendah, karena standar


(19)

keberhasilan pembelajaran yang dicanangkan Kemendikbud adalah mencapai rata-rata klasikal ≥ 75 (Mulyasa, 2013: 131). SD N 1 Metro Utara menetapkan standar pencapaian minimal setiap kompetensi siswa, yaitu sebesar ≥ 66.

Rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa disebabkan karena guru mengalami kesulitan dalam mengembangkan buku guru dan buku siswa dari Kemendikbud. Bahan ajar yang disediakan masih terlalu sempit dan menuntut guru untuk mencari sumber lain dan mengembangkannya. Selain itu, guru kesulitan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan

ilmiah karena kurangnya referensi tentang berbagai metode yang dapat

digunakan dalam pendekatan tersebut. Kemudian siswa kurang dibiasakan mencari, menggali, mengembangkan, dan menghasilkan informasi dari sumber lain. Sebagian besar kemampuan intelektual yang dimiliki siswa berasal dari pemahaman materi pelajaran yang bersifat ingatan, karena siswa dituntut untuk

menerima hal–hal yang dianggap penting oleh guru dan menghafalnya.

Kondisi demikian merupakan salah satu yang menyebabkan aktivitas dan kreativitas peserta didik terhambat atau tidak dapat berkembang secara optimal. Tentu hal ini kurang sesuai dengan tujuan yang diharapkan dalam Kurikulum 2013 yang berbasis aktivitas siswa, agar membentuk sikap melalui pengetahuan serta keterampilan yang dimiliki siswa dari kegiatan pembelajaran dengan pendekatan ilmiah.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka sebaiknya guru lebih sering menggunakan model, metode, strategi, atau teknik pembelajaran yang mengajak siswa ke arah proses pemahaman konsep secara keseluruhan melalui pengalaman langsung. Salah satu model pembelajaran yang diharapkan


(20)

mampu mengaktifkan siswa adalah model pembelajaran kreatif-produktif. Menurut Solihatin (2012: 161) model pembelajaran kreatif-produktif merupakan model yang dikembangkan dengan mengacu kepada berbagai pendekatan pembelajaran yang diasumsikan mampu meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar.

Menurut Zulkifli (2011: 1) model pembelajaran kreatif-produktif merangsang siswa untuk lancar dan luwes dalam berpikir, mampu melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang dan mampu melahirkan banyak gagasan yang sangat menarik selama pembelajaran disertai usaha-usaha yang dapat menciptakan sesuatu yang bermakna. Dengan demikian, model

pembelajaran kreatif-produktif merupakan salah satu alternatif yang

dimungkinkan dapat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran serta meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik dengan penilaian autentik berbasis pendekatan ilmiah.

Rusman (2012: 111) menyatakan bahwa keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran sangat bergantung dari pemanfaatan potensi yang dimiliki siswa itu sendiri. Oleh karena itu, keaktifan siswa merupakan salah satu kunci keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Selain itu, Bloom (Suprijono, 2011: 50) menyatakan bahwa metode sangat penting dipilih sesuai dengan konsep yang akan dipelajari siswa. Dalam pelaksanaannya, metode dapat mempermudah siswa menyerap materi ajar dan juga dapat membantu guru memudahkan penyajian materi kepada siswa. Penggunaan metode juga diharapkan dapat mengembangkan ketiga aspek perkembangan siswa yang tidak hanya kognitifnya saja, tetapi afektif dan psikomotornya.


(21)

Model pembelajaran kreatif produktif pernah diterapkan oleh guru kelas IV B SD N 1 Metro Utara, namun belum maksimal. Masalah yang timbul adalah karena guru belum memahami secara jelas langkah-langkah pembelajaran yang harus dilaksanakan. Akibatnya, tujuan pembelajaran tidak tercapai dan siswa terlihat pasif dalam pembelajaran.

Berkaitan dengan uraian di atas, maka peneliti mengambil judul:

“Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran

Kreatif-Produktif Pada Siswa Kelas IV B SD N 1 Metro Utara”.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat disimpulkan bahwa identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Masih banyak kegiatan pembelajaran yang menghambat aktivitas dan

kreativitas siswa karena guru hanya menekankan pada aspek pengetahuan.

2. Siswa kurang diberikan kesempatan untuk mencari, menggali,

mengembangkan, dan menghasilkan pengetahuan sendiri.

3. Guru masih kesulitan dalam mengembangkan bahan ajar.

4. Guru masih kesulitan dalam menerapkan dan memilih metode pembelajaran

yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

5. Guru belum terbiasa menerapkan pendekatan ilmiah.

6. Penerapan model pembelajaran kreatif-produktif belum maksimal.

7. Rendahnya aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran berbasis

pendekatan ilmiah, terutama pada kegiatan diskusi kelompok.


(22)

C.Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, perlu adanya pembatasan masalah penelitian. Penelitian ini difokuskan pada peningkatan aktivitas dan hasil belajar melalui model pembelajaran kreatif-produktif pada siswa kelas IV B SD N 1 Metro Utara.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimanakah peningkatan aktivitas siswa melalui model pembelajaran

kreatif-produktif pada siswa kelas IV B SD N 1 Metro Utara?

2. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran

kreatif-produktif pada siswa kelas IV B SD N 1 Metro Utara?

E.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Meningkatkan aktivitas siswa melalui model pembelajaran kreatif-produktif

pada siswa kelas IV B SD N 1 Metro Utara.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran

kreatif-produktif pada siswa kelas IV B SD N 1 Metro Utara.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas IV B SD N 1 Metro Utara diharapkan memiliki beberapa manfaat sebagai berikut.


(23)

1. Secara Teoritis

Dapat dijadikan referensi atau masukan dalam kepustakaan pendidikan dan menambah kajian ilmu tentang model pembelajaran yang dapat mengaktifkan dan mengembangkan kreativitas siswa.

2. Secara Praktis

1) Siswa

Dapat terlibat secara aktif dalam mencari, menggali, menghasilkan, dan mengembangkan pengetahuan sendiri, sehingga ketiga kompetensi siswa berkembang secara utuh/holistik .

2) Guru

Dapat memperluas wawasan dan pengetahuan guru dalam menggunakan berbagai metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran sesuai dengan pendekatan ilmiah yang dianjurkan dalam Kurikulum 2013, sehingga meningkatkan dan mengembangkan kemampuan profesional guru.

3) Sekolah

Dapat memberikan sumbangan yang berguna dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran di SD N 1 Metro Utara sehingga menghasilkan output yang optimal.


(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Model PembelajaranKreatif-Produktif

1. Landasan Pengembangan Model Pembelajaran Kreatif-Produktif

Model pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam pembelajaran dan dapat memberikan informasi yang berguna bagi siswa di dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran yang efektif bagi siswa akan sangat membantu dalam pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan akan tercapai.

Kreativitas dan produktivitas merupakan dua hal yang saling berkaitan. Kreativitas akan membuat seseorang menghasilkan atau meningkatkan produktivitas. Wena (2013: 138) menyatakan bahwa kreativitas terkait langsung dengan produktivitas dan merupakan bagian esensial dalam pemecahan masalah. Dengan demikian, dalam proses pembelajaran hal tersebut harus ditumbuhkan secara bersamaan.

Menurut Solihatin (2012: 161) model pembelajaran kreatif-produktif merupakan model yang dikembangkan dengan mengacu kepada berbagai pendekatan pembelajaran yang diasumsikan mampu meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Pendekatan tersebut antara lain: belajar aktif, kreatif, konstruktif serta kolaboratif dan kooperatif. Karakteristik penting


(25)

dari setiap pendekatan tersebut diintegrasikan sehingga menghasilkan suatu model yang memungkinkan siswa mengembangkan kreativitas untuk menghasilkan produk yang bersumber dari pemahaman mereka terhadap konsep yang sedang dikaji.

Beberapa karakteristik kegiatan pembelajaran pada model pembelajaran kreatif-produktif menurut Solihatin (2012: 161) adalah sebagai berikut.

1) Keterlibatan peserta didik secara intelektual dan emosional dalam setiap kegiatan pembelajaran. Keterlibatan ini difasilitasi melalui pemberian kesempatan kepada siswa, untuk melakukan eksplorasi dari konsep bidang ilmu yang sedang dikaji, serta menafsirkan hasil eksplorasinya. Eksplorasi ini memungkinkan siswa untuk melakukan interaksi dengan lingkungan dan pengalamannya sendiri sebagai media untuk mengkonstruksi pengetahuan.

2) Siswa didorong untuk menemukan dan mengkonstruksi konsep yang

sedang dikaji melalui penafsiran yang dilakukan dengan berbagai cara, seperti observasi, diskusi, atau percobaan. Tujuannya adalah agar konsep tidak langsung ditransfer dari guru ke siswa, tetapi dibentuk sendiri oleh siswa melalui pengalaman dan interaksinya dengan lingkungan. Selain itu, siswa didorong untuk memunculkan berbagai sudut pandang terhadap topik/konsep/masalah yang sama dan untuk mempertahankan sudut pandangnya dengan menggunakan argumentasi relevan yang merupakan salah satu realisasi hakikat kontruktivisme dalam pembelajaran.

3) Peserta didik diberikan kesempatan untuk bertanggung jawab

menyelesaikan tugas bersama yang dilakukan dalam kegiatan eksplorasi, interpretasi dan rekreasi. Peserta didik juga diharapkan membantu temannya yang kesulitan dalam menyelesaikan tugas. Kebersamaan dalam menyelesaikan tugas merupakan arena interaksi yang memperkaya pengalaman peserta didik.

2. Langkah-langkah Pembelajaran Kreatif-Produktif

Menurut Solihatin (2012: 164-167), kegiatan pembelajaran kreatif-produktif dibagi menjadi lima langkah, yaitu; orientasi, eksplorasi, interpretasi, rekreasi, dan evaluasi. Setiap langkah dalam pembelajaran kreatif-produktif dapat dikembangkan lebih lanjut oleh guru dengan berpegang pada hakikat setiap langkah sebagai berikut.


(26)

1) Orientasi

Setiap pembelajaran selalu diawali guru dengan mengomunikasikan tujuan pembelajaran, materi, langkah-langkah pembelajaran atau hasil akhir yang diharapkan setelah melakuakan kegiatan pembelajaran. Tahap orientasi sangat penting dilakukan pada awal pembelajaran, karena dapat memberi arah dan petunjuk bagi siswa tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

2) Eksplorasi

Langkah pada tahap ini, yaitu siswa melakukan eksplorasi terhadap masalah atau konsep yang dikaji. Eksplorasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti membaca, melakukan observasi, wawancara,

menonton pertunjukan, browsing melalui internet, dan sebagainya.

Kegiatan eksplorasi lebih menuntut kepada aktivitas siswa karena siswa terlibat dan berinteraksi secara langsung dengan sumber belajar. Hal ini sesuai dengan Kurikulum 2013 yang berbasis aktivitas siswa. Selain itu dikuatkan dengan pendapat Black (Wena, 2013: 141) yang menyatakan bahwa melalui kegiatan eksplorasi siswa akan dirangsang untuk

meningkatkan rasa ingin tahu (curiosity) dan hal tersebut dapat memacu

kegiatan belajar selanjutnya. 3) Interpretasi

Tahap interpretasi dilaksanakan setelah kegiatan eksplorasi, yaitu hasilnya diinterpretasikan melalui kegiatan analisis, diskusi, tanya jawab, simulasi atau bahkan berupa percobaan kembali jika hal itu diperlukan. Tahap interpretasi sangat penting dilakukan dalam kegiatan pembelajaran


(27)

karena mendorong siswa untuk berpikir tingkat tinggi (analisis, sintesis, dan evaluasi), sehingga terbiasa dalam memecahkan masalah.

4) Rekreasi

Pada tahap ini, siswa ditugaskan untuk menghasilkan sesuatu yang mencerminkan pemahamannya terhadap konsep/topik/masalah yang dikaji menurut kreasinya masing-masing. Karena menurut Clegg & Berch (Wena, 2013: 141) pada setiap akhir suatu pembelajaran, sebaiknya siswa dituntut untuk mampu menghasilkan sesuatu sehingga apa yang telah dipelajarinya menjadi bermakna, lebih-lebih untuk memecahkan masalah yang sering dijumpai pada kehidupan sehari-hari.

Hasil rekreasi sebagai produk kreatif dapat dipersentasikan,

didemonstrasikan, dipajang atau ditindaklanjuti. 5) Evaluasi

Evaluasi dilakukan selama proses pembelajaran dan pada akhir pembelajaran. Selama proses pembelajaran, evaluasi dilakukan dengan mengamati sikap, kesungguhan mengerjakan tugas, hasil eksplorasi,

kemampuan berpikir kritis dan logis dalam memberikan

pandangan/argumentasi, kemauan untuk bekerja sama dan memikul tanggung jawab bersama. Evaluasi pada akhir pembelajaran adalah evaluasi terhadap produk kreatif yang dihasilkan siswa, di samping tes tentang penguasaan konsep pada akhir pembelajaran.

Selain Solihatin (2012: 164-167), Wena (2013: 143) dan Suryosubroto (2009: 131) juga menguraikan langkah-langkah model pembelajaran kreatif-produktif, yaitu sebagai berikut:


(28)

Tabel 2.1 Langkah-langkah pembelajaran model pembelajaran kreatif-produktif menurut Wena (2013: 143).

No Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

1 Orientasi

Mengomunikasikan tujuan, waktu, langkah

pembelajaran, hasil yang diharapkan dan penilaian

Menanggapi/mendisku sikan langkah pembelajaran, hasil yang diharapkan dan penilaian

2 Eksplorasi

Fasilitator, motivator, mengarahkan dan memberi bimbingan belajar

Membaca, melakukan observasi, wawancara,

melakukan percobaan, browsing

lewat internet, dan sebaginya 3 Interpretasi Membimbing, fasilitator,

mengarahkan

Analisis, diskusi, tanya jawab, atau berupa percobaan kembali 4 Rekreasi

Membimbing, mengarahkan, memberi dorongan,

menumbuhkembangkan daya cipta

Mengambil kesimpulan, menghasilkan sesuatu/ produk baru

5 Evaluasi Mengevaluasi, memberi balikan

Mendiskusikan hasil evaluasi

Gambar 2.1 Rangkuman langkah-langkah model pembelajaran kreatif-produktif menurut Suryosubroto (2009: 131).

Langkah-langkah pembelajaran kreatif-produktif dari Wena (2013: 143) pada tabel 2.1 terdapat lima langkah seperti yang disebutkan oleh Solihatin (2012: 164-167), yaitu orientasi, eksplorasi, interpretasi, rekreasi, dan evaluasi. Masing-masing langkah pada umumnya memiliki persamaan. Sedangkan berdasarkan gambar 2.1, langkah-langkah pembelajaran model

Orientasi

Garis besar tugas dan penilaian

Interpretasi

Bahas, hayati karakter, gali tema dan nilai Eksplorasi

Cari, baca, bacakan, dengarkan, saksikan

Rekreasi

Gubah dalam bentuk lisan (puisi, prosa, drama, cerita bergambar, dll)


(29)

pembelajaran kreatif-produktif menurut Suryosubroto (2009: 131) terdiri dari empat langkah, yaitu orientasi, eksplorasi, interpretasi, dan rekreasi. Pada dasarnya, keempat langkah yang disebutkan oleh Suryosubroto memiliki kesamaan dengan langkah-langkah yang disebutkan sebelumnya oleh Solihatin (2012: 164-167) dan Wena (2013: 143). Hanya saja Suryosubroto tidak menyebutkan langkah evaluasi.

Namun, menurut Suryosubroto (2009: 129) tahap evaluasi perlu dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran dan hasil belajar yang diperoleh siswa setelah selesai melaksanakan kegiatan pembelajaran. Selain itu, evaluasi digunakan untuk mengetahui pencapaian tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menggunakan langkah-langkah pembelajaran yang disebutkan oleh Wena (2013: 143). Langkah-langkah yang disebutkan oleh Wena sama dengan Langkah-langkah yang disebutkan oleh Solihatin (2012: 164-167) dan lebih jelas menggambarkan kegiatan antara guru dan siswa.

3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kreatif-Produktif 1) Kelebihan Model Pembelajaran Kreatif-Produktif

Dampak instruksional yang dapat dicapai melalui model pembelajaran kreatif-produktif menurut Solihatin (2012: 163-164) antara lain: (1) pemahaman terhadap suatu nilai, konsep, atau masalah tertentu, (2) kemampuan menerapkan konsep atau memecahkan masalah, dan (3) kemampuan mengkreasikan sesuatu berdasarkan pemahaman tersebut.


(30)

Sedangkan dampak pengiring (nurturant effects) model pembelajaran

kreatif produktif yang diharapkan dapat dibentuk adalah kemampuan berpikir kritis, bertanggung jawab, serta bekerja sama, yang merupakan tujuan jangka panjang. Kelebihan model pembelajaran kreatif produktif menurut WordPress (http://deo.wordpress.com: 2011) sebagai berikut.

1) Siswa terlibat secara aktif, baik intelektual maupun emosional.

2) Melalui tahap-tahap kegiatan dalam model pembelajaran

kreatif-produktif, siswa akan mendapat kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan sumber belajar, sehingga kesempatan untuk membentuk pengetahuan sendiri terbuka lebar.

3) Melalui kegiatan rekreasi, kreativitas siswa akan terpacu untuk menghasilkan sesuatu yang baru, berdasarkan pemahaman siswa terhadap konsep yang sedang dikaji.

4) Penilaian proses dan hasil belajar yang dilakukan sepanjang pembelajaran, memungkinkan dilakukannya penilaian secara utuh dan komprehensif, di samping siswa mendapat kesempatan untuk menampilkan pemahamanannya dalam berbagai bentuk.

2) Kelemahan Model Pembelajaran Kreatif-Produktif

Menurut Solihatin (2012: 167) model pembelajaran kreatif-produktif juga tidak terlepas dari kelemahan di samping kelebihan yang dimiliki. Kelemahan tersebut antara lain terkait dengan kesiapan guru dan siswa untuk terlibat dalam model pembelajaran ini, karena sangat berbeda dari pembelajaran tradisional. Guru yang terbiasa menyampaikan materi melalui ceramah, mungkin memerlukan waktu untuk dapat berangsur-angsur mengubah kebiasaan tersebut. Siswa yang terbiasa mendengarkan penjelasan yang diberikan guru harus mengubah kebiasaan tersebut menjadi aktif mencari sendiri sumber belajar yang dibutuhkan.

Kelemahan yang telah diuraikan sebenarnya bukan merupakan kelemahan model pembelajaran kreatif-produktif, tetapi lebih mengacu


(31)

kepada ketidaksiapan lapangan. Pada dasarnya, model ini tidak memiliki kelemahan, hanya saja kelemahan itu baru muncul ketika model ini diterapkan. Jika kelemahan dapat diminimalkan, maka kekuatan model ini akan membuahkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dapat memacu kreativitas, sekaligus meningkatkan kualitas pembelajaran.

B.Pembelajaran Tematik Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar (SD) 1. Pengertian Belajar

Belajar adalah sebuah proses yang akan terus dialami oleh manusia sepanjang hidupnya. Perubahan seseorang yang asalnya tidak tahu menjadi tahu merupakan hasil dari proses belajar. Para ahli kontruktivisme (Suprijono, 2011: 39) menekankan pada belajar autentik. Belajar autentik adalah proses interaksi seseorang dengan objek yang dipelajari secara nyata. Belajar bukan sekadar mempelajari teks-teks (tekstual), yang terpenting adalah menghubungkan teks dengan kondisi nyata atau konstekstual.

Rusman (2012: 134) menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan. Belajar bukan hanya sekadar menghafal, melainkan suatu proses mental yang terjadi dalam diri seseorang. Saud, dkk. (2006: 3) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang sebagai hasil dari pengalaman dan latihan. Perubahan sebagai hasil belajar contohnya adalah berubahnya pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku, kecakapan atau kemampuan. Oleh sebab itu, proses belajar adalah proses aktif.


(32)

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka belajar adalah suatu proses perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman individu yang didapatkan karena adanya interaksi dengan segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitar individu. Perubahan yang dialami dapat berupa perubahan sikap, pengetahuan maupun keterampilan.

2. Pengertian Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar. Rusman (2012: 3) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Husamah (2013: 34) mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa dan perancangan pembelajaran merupakan penataan upaya tersebut agar muncul perilaku belajar. Dalam kondisi yang ditata dengan baik, strategi yang direncanakan akan memberikan peluang dicapainya hasil belajar.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka pembelajaran adalah suatu kegiatan interaksi antara guru, siswa maupun sumber belajar yang dilakukan sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan berbagai metode maupun strategi yang telah direncanakan serta disesuaikan dengan lingkungan sekitar siswa. Tujuan dari pembelajaran adalah munculnya perilaku belajar sebagai hasil dari kegiatan pembelajaran.


(33)

3. Pembelajaran Tematik

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dirancang dengan tujuan untuk mempersiapkan insan Indonesia supaya memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Pengembangan Kurikulum 2013 difokuskan kepada pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik, berupa panduan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dapat didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap konsep yang dipelajarinya secara konstektual.

Susanto (2013: 86) menyatakan bahwa karakteristik anak usia SD adalah suka bermain, memiliki rasa ingin tahu yang besar, mudah terpengaruh oleh lingkungan, dan gemar membentuk kelompok sebaya. Dengan demikian, pembelajaran di SD diusahakan agar tercipta suasana yang kondusif dan menyenangkan. Selain itu, dunia anak adalah dunia nyata dan tingkat perkembangan anak selalu dimulai dari tahap berpikir nyata dalam kehidupan sehari-hari yang memandang objek yang ada di sekelilingnya secara utuh. Untuk itu, pembelajaran hendaknya dimulai dari lingkungan terdekat anak, yaitu dari diri sendiri kemudian dikembangkan kepada keluarga dan sekolah.

Piaget (Susanto, 2013: 76) menyatakan bahwa perkembangan kognitif atau pengetahuan anak usia SD berada pada tahap operasional konkret, yaitu memahami peristiwa-peristiwa nyata yang terjadi di lingkungan sekitar anak, dan melibatkan anak secara langsung dalam kegiatan aktif untuk


(34)

mendapatkan pengetahuan dari peristiwa nyata yang dialami. Keaktifan anak tidak hanya berdampak kepada perolehan pengetahuan, namun keterampilan dan sikap anak pun ikut berkembang. Dengan demikian, proses pembelajaran melahirkan kualitas pribadi yang mencerminkan keutuhan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Menurut Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh (Tim Penyusun, 2013: iii), pencapaian kompetensi terpadu seperti rumusan di atas, menuntut pendekatan pembelajaran tematik terpadu, yaitu mempelajari semua mata pelajaran secara terpadu melalui tema-tema kehidupan yang dijumpai peserta didik sehari-hari. Materi-materi mata pelajaran-mata pelajaran dikaitkan satu sama lain sebagai satu kesatuan membentuk pembelajaran multi disipliner dan inter-disipliner untuk menghindari tumpang tindih dan ketidakselarasan antar-materi mata pelajaran. Tujuannya adalah tercapainya efisiensi materi yang harus dipelajari dan efektivitas penyerapannya oleh peserta didik. Selain itu, pembelajaran tematik terpadu juga mengharapkan adanya penilaian secara autentik untuk menilai pencapaian ketiga kompetensi tersebut. Berdasarkan Permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang standar proses,

karakteristik pembelajaran kurikulum 2013 adalah menggunakan

pembelajaran tematik terpadu. Istilah pembelajaran terpadu berasal dari kata integrated teaching and learning atau integrated curriculum approach.

Menurut Kemendikbud (2013: 193) pembelajaran tematik terpadu dilaksanakan dengan menggunakan prinsip pembelajaran terpadu.

Saud, dkk. (2006: 5) berpendapat bahwa pada perspektif bahasa,

pembelajaran terpadu sering diartikan sebagai pendekatan tematik (thematic

approach). Hal ini sesuai dengan pendapat Rusman (2012: 254), yaitu

bahwa pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran

terpadu (intregated instrucrion) yang merupakan suatu sistem pembelajaran

yang memungkinkan siswa, baik secara individu maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara


(35)

holistik, bermakna dan autentik. Pembelajaran terpadu berorientasi pada praktik pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan minat perkembangan siswa.

Trianto (2010: 82) menyatakan bahwa pembelajaran terpadu/tematik adalah pembelajaran yang diawali dengan suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain baik dalam satu bidang studi atau lebih dan dengan pengalaman belajar siswa, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Karena dalam pembelajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Fokus perhatian dalam pembelajaran tematik terletak pada proses yang ditempuh siswa saat berusaha memahami isi pembelajaran dengan bentuk-bentuk keterampilan yang harus dikembangkan.

Selain itu, proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach). Prof. Sudarwan (Kemendikbud,

2013: 201) menyatakan bahwa pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal dan memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber, bukan diberi tahu.

Berdasarkan kajian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada Kurikulum 2013 bertujuan untuk mengembangkan kompetensi dan karakter peserta didik sebagai bekal untuk menghadapi tantangan dan


(36)

perubahan zaman. Untuk mencapai tujuan tersebut, dirancanglah sebuah

pembelajaran tematik terpadu dengan pendekatan ilmiah dan penilaian

secara autentik untuk semua jenjang pendidikan termasuk jenjang SD.

C.Aktivitas Belajar

Proses pembelajaran dikatakan sedang berlangsung apabila ada aktivitas di dalamnya. Aktivitas belajar merupakan faktor yang menentukan keberhasilan belajar siswa. Setiap orang yang belajar harus beraktivitas, tanpa ada aktivitas maka proses belajar tidak akan terjadi secara maksimal. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Meier (Rusman, 2012: 389) yang mengemukakan bahwa belajar harus dilakukan dengan aktivitas, yaitu menggerakkan fisik ketika belajar, dan memanfaatkan indra siswa sebanyak mungkin, serta membuat seluruh tubuh/pikiran terlibat dalam proses belajar. Hal tersebut berarti bahwa ketika seseorang belajar maka secara otomatis dia sedang beraktivitas.

Selain itu, Rusman (2012: 325) berpendapat bahwa pembelajaran dikatakan efektif jika memberikan pengalaman baru kepada siswa sehingga membentuk kompetensi siswa, serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal. Hal ini dapat dicapai dengan melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Kemendikbud (Mulyasa, 2013: 131) menentukan bahwa pembentukan kompetensi/karakter dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya/ setidak-tidaknya sebagian besar ≥75% dari peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran. Selain itu, proses pembentukan kompetensi atau karakter dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar ≥75% dari peserta didik. Hanafiah & Suhana (2010: 23) menyatakan bahwa aktivitas pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek psikologis peserta didik, baik jasmani maupun


(37)

rohani sehingga akselerasi perubahan perilaku siswa dapat terjadi secara cepat, tepat, mudah, dan benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. Aktivitas tersebut menurut Dierich (Hanafiah & Suhana, 2010: 24) di antaranya adalah seperti berikut.

1) Kegiatan visual, yaitu membaca, melihat gambar-gambar, mengamati, eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

2) Kegiatan lisan (oral), yaitu mengemukakan suatu fakta/prinsip,

menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi, dan interupsi.

3) Kegiatan mendengarkan, yaitu mendengarkan penyajian bahan,

mendengarkan percakapan dan diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, atau mendengarkan radio.

4) Kegiatan menulis, yaitu menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan copy, membuat outline atau rangkuman, dan mengerjakan tes, serta mengisi angket.

5) Kegiatan menggambar, yaitu menggambar, membuat grafik, chart,

diagram, peta, dan pola.

6) Kegiatan-kegiatan metrik, yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, serta menari dan berkebun.

7) Kegiatan mental, yaitu merenungkan, mengingat, memecahkan

masalah, menganalisis faktor-faktor, melibatkan hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.

8) Kegiatan emosional, yaitu minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain.

Maslow & Bruner (Rusman, 2012: 398) memberikan landasan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa melalui pembelajaran kolaboratif, yaitu menempatkan siswa dalam kelompok dan memberi tugas yang menuntut siswa untuk bergantung satu sama lain dalam mengerjakannya, merupakan cara yang bagus untuk menempatkan kebutuhan sosial siswa. Siswa cenderung lebih terlibat dalam kegiatan belajar karena siswa mengerjakannya bersama-sama. Kegiatan belajar bersama dapat membantu memacu belajar aktif.

Selain itu, para ahli kontruktivis (Rusman, 2012: 202) menekankan pentingnya interaksi dengan teman sebaya, melalui pembentukan kelompok


(38)

belajar. Dengan kelompok belajar, memberikan kesempatan kepada siswa secara aktif untuk mengemukakan sesuatu yang dipikirkan siswa kepada teman, melihat sesuatu dengan lebih jelas bahkan melihat ketidaksesuaian pandangan siswa sendiri.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan segala kegiatan baik fisik maupun psikis yang dilakukan siswa dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penelitian ini mengususkan penelitian aktivitas siswa, yaitu aktivitas siswa berinteraksi dalam kegiatan diskusi. Sebagaimana diketahui bahwa aktivitas siswa dalam kegiatan diskusi melibatkan berbagai kegiatan, seperti kegiatan visual, lisan, mendengarkan, dan lain-lain sesuai dengan pendapat Dierich (Hanafiah & Suhana, 2010: 24).

D.Kinerja Guru

Guru memiliki peranan penting dalam pendidikan. Perencanaan pembelajaran yang dilakukan guru akan berimbas kepada hasil belajar yang diperoleh siswa. Agar pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka guru harus memiliki berbagai keterampilan/kinerja yang menunjang dari profesinya tersebut.

Kinerja menurut Rusman (2012: 50) adalah performance atau unjuk kerja.

Kinerja dapat pula diartikan sebagai prestasi kerja atau hasil unjuk kerja sebagai perwujudan perilaku seseorang atau organisasi dengan orientasi prestasi. Wujud perilaku guru di antaranya adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran, yaitu kegiatan guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai hasil belajar. Dengan demikian, kinerja guru tidak hanya terbatas pada saat terjadi proses belajar mengajar di ruang kelas, akan tetapi termasuk juga kegiatan guru dalam mempersiapkan proses pembelajaran tersebut.


(39)

Sedangkan menurut Susanto (2013: 29) kinerja guru dapat diartikan sebagai prestasi, hasil, atau kemampuan yang dicapai atau diperlihatkan oleh guru dalam melaksanakan tugas pendidikan dalam pembelajaran. Adapun yang dimaksud dengan kinerja mengajar guru adalah seperangkat perilaku nyata yang ditunjukkan guru sesuai dengan tugasnya sebagi pendidik.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru (Rusman, 2012: 54-58) standar kompetensi guru dikembangkan secara utuh ke dalam empat kompetensi sebagai berikut.

1. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki peserta didik.

2. Kompetensi Kepribadian

Tata nilai termasuk norma, moral, estetika, dan ilmu pengetahuan, memengaruhi perilaku etik siswa sebagai pribadi dan sebagai anggota masyarakat. Penerapan disiplin yang baik dalam proses pendidikan akan menghasilkan sikap mental, watak, dan kepribadian siswa yang kuat. Guru dituntut harus mampu membelajarkan siswanya tentang kedisiplinan diri, belajar membaca, mencintai buku, menghargai waktu, mematuhi aturan/tata tertib, dan belajar bagaimana harus berbuat. Semua itu akan berhasil apabila guru juga disiplin dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.


(40)

3. Kompetensi Sosial

Guru di mata masyarakat dan siswa merupakan panutan yang perlu dicontoh dan merupakan suri teladan dalam kehidupannya sehari-hari. Guru perlu memiliki kemampuan sosial dengan masyarakat dalam rangka pelaksanaan proses pembelajaran yang efektif. Karena dengan dimilikinya kemampuan tersebut, otomatis hubungan sekolah dengan masyarakat akan berjalan dengan lancar, sehingga jika ada keperluan dengan para orang tua siswa, guru tidak akan mendapat kesulitan. Kemampuan sosial tersebut meliputi kemampuan guru dalam berkomunikasi, bekerja sama, bergaul, simpatik, dan mempunyai jiwa yang menyenangkan.

4. Kompetensi Profesional

Kemampuan profesional adalah kemampuan yang harus dimiliki guru dalam proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Kemampuan profesional tersebut adalah: (1) penyampaian pembelajaran, yaitu guru sebagai sumber materi yang tidak pernah kering dalam mengelola proses pembelajaran, (2)-pelaksanakan pembelajaran, yaitu guru harus selalu mengaktifkan siswa dengan menggunakan metode/strategi yang tepat, menciptakan suasana yang dapat mendorong siswa untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep

yang benar menggunakan multimedia, (3)-dalam proses pembalajaran, yaitu

guru harus memerhatikan prinsip-prinsip didaktik metodik sebagai ilmu keguruan, seperti cara menerapkan apersepsi, perhatian, kerja kelompok,


(41)

korelasi, dan sebagainya, dan (4) dalam hal evaluasi, yaitu secara teori dan praktik guru harus dapat melaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin diukurnya, maka alat ukur tersebut harus benar dan tepat.

Keempat kompetensi yang telah dijelaskan di atas diperlukan guru sebagai bentuk profesionalitas guru agar dapat menjalankan tugasnya. Profesionalisme guru sangat menentukan keberhasilan peserta didik. Hal ini sesuai dengan pendapat Sani (2013: v) yang menyatakan bahwa tingkat keberhasilan guru dapat dilihat dari keberhasilan peserta didik. Selain itu, kualitas pembelajaran dapat dilihat dari aktivitas peserta didik ketika belajar dan kreativitas yang dihasilkan oleh peserta didik setelah mengikuti pembelajaran.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kineja guru adalah suatu kemampuan yang diperlihatkan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kinerja tersebut di antaranya adalah kegiatan merencanakan, melaksanakan, dan menilai hasil belajar yang berkenaan dengan kompetensi profesinal guru.

E.Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Kegiatan akhir dalam pembelajaran adalah proses evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui hasil belajar yang telah diperoleh siswa. Sebelum melaksanakan penilaian, seorang guru harus tahu apa yang harus dinilai serta bagaimana cara menilainya. Secara sederhana, hasil belajar merupakan perubahan perilaku anak setelah melalui kegiatan belajar.


(42)

Menurut Sudjana (2012: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah anak yang mencapai tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional. Senada dengan Sudjana, Susanto (2013: 5) berpendapat bahwa hasil belajar siswa adalah kemampuan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Dengan demikian, untuk mengetahui hasil belajar yang diperoleh siswa dapat dilakukan serangkaian tes yang dirancang sesuai dengan kebutuhan pengetahuan yang ingin diketahui.

2. Jenis-jenis Hasil Belajar 1) Ranah Afektif (Sikap)

Taksonomi ranah afektif dikembangkan oleh David R. Krathwohl, dkk. (Sudijono, 2011: 54). Sikap menurut Fishbein & Ajzen (Kunandar, 2013: 108) merupakan suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara positif/negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau orang.

Menurut Kunandar (2013: 99) sikap adalah ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup seseorang yang bermula dari perasaan suka atau tidak suka dan berkaitan dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu atau objek. Selain itu, Sardiman (Susanto, 2013: 11) mendefinisikan sikap sebagai suatu kecenderungan untuk melakukan sesuatu dengan cara, metode, pola, dan teknik tertentu terhadap dunia sekitar baik berupa individu-individu maupun objek-objek tertentu. Sikap


(43)

merujuk kepada perbuatan, perilaku atau tindakan seseorang. Sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti perhatiannya terhadap mata pelajaran yang sedang dipelajari, kedisiplinannya dalam mengikuti pelajaran di sekolah, penghargaan dan rasa hormatnya terhadap guru, dan sebagainya.

Sikap dalam Kurikulum 2013 yang dirumuskan oleh Kemendikbud dibagi menjadi dua (Kunandar, 2013: 124), yaitu sikap spiritual yang merupakan Kompetensi Inti 1 (KI 1) dan sikap sosial yang merupakan Kompetensi Inti 2 (KI 2). Penilaian kompetensi sikap spiritual dan sosial harus mengacu kepada indikator yang dirinci dari kompetensi dasar (KD) serta kompetensi inti (KI) yang ada di kerangka dasar dan struktur kurikulum untuk setiap jenjang. Oleh karena itu, guru harus merinci setiap KD dari KI menjadi indikator pencapaian sikap spiritual dan sosial yang nantinya akan dinilai oleh guru dalam bentuk perilaku peserta didik. Hasil belajar afektif yang dinilai dalam penelitian ini adalah sikap sosial siswa dalam diskusi kelompok. Sebagaimana pendapat Dierich (Hanafiah & Suhana, 2010: 24) bahwa aktivitas siswa melibatkan berbagai kegiatan baik fisik maupun psikis. Berkaitan dengan psikis, kegiatan diskusi dapat membentuk sikap siswa di antaranya adalah sikap menghargai pendapat teman, sikap toleransi, sikap kesopanan, dan lain-lain. Indikator penilaian sikap dalam penelitian ini terdiri dari sikap siswa dalam menerima pendapat, sikap siswa dalam menerima kritikan, sikap


(44)

kesopanan siswa dalam memberikan kritikan, kemauan membantu teman yang mengalami kesulitan dalam mengemukakan pendapat (empati), dan sikap kesabaran untuk mendengarkan usulan teman Kemendikbud (Kunandar, 2013: 112).

2) Ranah Psikomotor (Keterampilan)

Ranah psikomotor berkaitan dengan keterampilan, (skill) atau

kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Simpson (Sudijono, 2011: 57) menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan, (skill) atau kemampuan

bertindak individual.

Kunandar (2013: 249) mengemukakan bahwa ranah psikomotor dapat dicapai melalui keterampilan (skill) sebagai hasil dari tercapainya

kompetensi pengetahuan. Hal ini berarti bahwa kompetensi keterampilan adalah sebagai implikasi dari tercapainya kompetensi pengetahuan. Keterampilan menunjukkan tingkat keahlian seseorang dalam tugas atau sekumpulan tugas tertentu.

Sejalan dengan Kunandar, Kemendikbud-(Kunandar, 2013: 251)

menjelaskan kompetensi inti 4 (KI 4), yakni keterampilan yang tidak dapat dipisahkan dengan kompetensi inti 3 (KI 3). Karena kompetensi pengetahuan menunjukkan peserta didik tahu tentang keilmuan tersebut dan kompetensi keterampilan menunjukkan peserta didik bisa/mampu tentang keilmuan tersebut. Hasil belajar psikomotor yang dinilai dalam penelitian ini adalah keterampilan berdiskusi. Indikatornya terdiri dari


(45)

penguasaan pengetahuan/materi, keberanian, dan antusias siswa (Kemendikbud, 2013: 282).

3) Ranah Kognitif (Pengetahuan)

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental otak. Menurut Sudjana (2012: 22) kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Sedangkan Bloom (Sudijono, 2011: 49), mengemukakan bahwa segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif, yang terdiri dari enam jenjang proses berpikir, mulai dari jenjang terendah hingga jenjang yang paling tinggi.

Penilaian kompetensi pengetahuan (Kunandar, 2013: 159) adalah penilaian yang dilakukan untuk mengukur tingkat pencapaian/ penguasaan peserta didik dalam aspek pengetahuan yang meliputi ingatan/hafalan, pemahaman, penerapan, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Berikut adalah cara menilai aspek pengetahuan/kognitif peserta didik.

a) Tes Tertulis

Tes tertulis merupakan tes yang soal dan jawaban yang diberikan kepada siswa dalam bentuk tulisan. Tes tertulis dalam bentuk apapun

sebisa mungkin bersifat komprehensif, sehingga mampu


(46)

b)Tes Lisan

Tes lisan berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru secara ucap (oral) sehingga peserta didik merespon pertanyaan tersebut secara ucap, sehingga menimbulkan keberanian peserta didik.

c) Tes Penugasan

Penugasan adalah penilaian yang dilakukan oleh pendidik yang dapat berupa pekerjaan rumah baik secara individu maupun kelompok sesuai dengan karakteristik tugasnya.

Penilaian pengetahuan yang peneliti gunakan adalah tes tertulis berupa kegiatan mensuplai jawaban, yaitu berupa soal pilihan jamak, isian singkat, dan essai serta penugasan berupa pekerjaan rumah.

F. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian kajian pustaka di atas, dapat dirumuskan hipotesis

penelitian tindakan kelas, yaitu: “Apabila dalam pembelajaran tematik

menggunakan model pembelajaran kreatif-produktif dengan langkah-langkah yang tepat, maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV B SD N 1 Metro Utara”.


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas, atau yang dikenal dengan classroom action

research.. Menurut Arikunto S. (2011: 3) PTK adalah suatu pencermatan

terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. Guru melakukan penelitian tindakan karena telah menyadari adanya kekurangan pada dirinya. Pemberian tindakan yang dilakukan oleh guru menyangkut penyajian strategi, pendekatan, metode atau cara untuk memperoleh hasil melalui sebuah tindakan. Tindakan ini dilakukan secara berulang-ulang sampai memperoleh informasi yang mantap tentang pelaksanaan metode tersebut.

B.Setting Penelitian 1. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif partisipatif antara peneliti dengan guru. Subjek penelitian tindakan kelas adalah siswa dan guru kelas IV B SD N 1 Metro Utara dengan jumlah 32 siswa yang terdiri 19 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.


(48)

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV B SD N 1 Metro Utara, di Jalan Pattimura Nomor 136 Kelurahan Banjarsari, Kecamatan Metro Utara, Kota Metro.

3. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2013/ 2014 selama kurang lebih 6 bulan. Kegiatan penelitian dimulai dari perencanaan sampai pelaporan hasil penelitian (bulan Januari-Juni 2014).

C.Teknik Pengumpulan Data

Peneliti mengumpulkan keseluruhan data yang diperoleh berdasarkan instrumen penelitian yaitu dengan teknik tes dan nontes.

1. Teknik Nontes

Menurut Poerwanti (2008: 1-34) teknik nontes digunakan untuk mengobservasi atau mengamati kegiatan siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Teknik nontes digunakan sebagai pelengkap dan digunakan sebagai pertimbangan tambahan dalam pengambilan keputusan penentuan kualitas hasil belajar, teknik ini dapat bersifat lebih menyeluruh pada semua aspek kehidupan anak. Teknik nontes pada penelitian ini digunakan untuk menilai aktivitas siswa, kinerja guru, serta sikap, dan keterampilan siswa.

2. Teknik Tes

Teknik tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban baik berupa lisan, tertulis maupun


(49)

perbuatan. Tes menurut Sudjana (2012: 35) pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif/pengetahuan berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai tujuan pendidikan dan pengajaran. Teknik tes ini akan menghasilkan data yang bersifat kuantitatif berupa nilai-nilai siswa untuk mengetahui hasil belajar domain kognitif atau pengetahuan dalam pembelajaran tematik menggunakan model pembelajaran kreatif-produktif.

D.Alat Pengumpulan Data

1. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengetahui peningkatan aktivitas siswa, kinerja guru, serta sikap, dan keterampilan siswa kelas IV B SD N 1 Metro Utara pada pembelajaran tematik menggunakan model pembelajaran kreatif-produktif. Adapun instrumen yang digunakan untuk menilai aktivitas siswa, kinerja guru, sikap, dan keterampilan siswa, yaitu:

1) Aktivitas Belajar Siswa

Aktivitas belajar yang diamati dalam penelitian ini adalah aktivitas siswa berinteraksi dalam kegiatan diskusi. Aktivitas siswa berinteraksi dalam kegiatan diskusi melibatkan berbagai kegiatan, seperti kegiatan visual, lisan, mendengarkan dan lain-lain sebagaimana pendapat Dierich (Hanafiah & Suhana, 2010: 24).

Selain itu, para ahli kontruktivis (Rusman, 2012: 202) menekankan pentingnya interaksi dengan teman sebaya, melalui pembentukan kelompok belajar, yang memberikan kesempatan kepada siswa secara aktif, dan mengemukakan sesuatu yang dipikirkan siswa kepada teman


(50)

yang akan membantunya untuk melihat sesuatu dengan lebih jelas bahkan melihat ketidaksesuaian pandangan siswa sendiri. Dengan demikian, indikator untuk menilai aktivitas siswa dalam kegiatan diskusi kelompok terdiri dari kerja sama, keaktifan, tanggung jawab, dan sikap menghargai pendapat.

Tabel 3.1 Indikator penilaian aktivitas belajar siswa

Aktivitas yang diamati

Aspek yang

dinilai Indikator Skor

Aktivitas siswa berinteraksi dalam kegiatan diskusi Kerja sama (kegiatan emosional)

1. Mengerjakan tugas sendiri

2. Mengerjakan tugas dengan memaksakan pendapat

3. Mengerjakan tugas bersama-sama namun belum mau menerima saran dan pendapat teman lain

4. Mengerjakan tugas dan berdiskusi bersama dalam mengerjakan tugas

1 2 3 4 Keaktifan (kegiatan lisan dan mental)

1. Diam saja dan tidak melakukan apa pun 2. Sesekali bertanya dan tidak aktif dalam

mencari informasi

3. Sesekali bertanya namun aktif mencari informasi

4. Sering bertanya, mau bekerja sama dalam menyelesaikan tugas, aktif mencari informasi 1 2 3 4 Sikap menghargai pendapat teman (kegiatan emosional)

1. Jika tidak pernah/tidak mau

mendengarkan pendapat/saran dari teman 2. Mau mendengarkan pendapat teman tetapi

belum menerima jika pendapatnya tidak diterima

3. Mau mendengarkan pendapat teman tetapi tidak memaksakan pendapatnya untuk diterima

4. Menerima dan mau mendengarkan

pendapat teman dan rela jika pendapatnya tidak diterima 1 2 3 4 Tanggung jawab (kegiatan mendengar kan dan emosional)

1. Tidak mau menyelesaikan tugas dan berkerja bersama

2. Mau bekerja sama tetapi tidak peduli dengan tugas

3. Melaksanakan tugas bersama-sama, namum tidak sampai selesai diserahkan kepada teman yang lain

4. Melaksanakan diskusi bersama-sama dan menyelesaikan tugas sampai selesai

1 2 3

4

Total skor 16


(51)

2) Kinerja Guru

Tabel 3.2 Indikator penilaian kinerja guru

Kompetensi yang dinilai Aspek yang dinilai Indikator Pedagogik Penguasaan karakteristik peserta didik

Apersepsi dan Motivasi

1. Mengaitkan pembelajaran sekarang dengan pengalaman peserta didik/pembelajaran sebelumnya.

2. Mengajukan pertanyaan menantang. 3. Menyampaikan manfaat materi pembelajaran

4. Mendemonstrasikan sesuatu yang terkait tema

Penguasaan teori dan prinsip pembelajaran

Penguasaan Materi Pembelajaran

1. Kemampuan menyesuaikan materi dengan tujuan pembelajaran.

2. Kemampuan mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan, perkembangan Iptek dan kehidupan nyata.

3. Menyajikan pembahasan materi pembelajaran dengan tepat.

4. Menyajikan materi secara sistematis (mudah ke sulit, konkret ke abstrak)

Penerapan kegiatan pembelajaran yang mendidik

Penerapan Strategi Pembelajaran yang Mendidik

1. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai. 2. Menfasilitasi kegiatan yang memuat komponen eksplorasi, elaborasi dan

konfirmasi.

3. Melaksanakan pembelajaran secara runtut. 4. Menguasai kelas.

5. Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual.

6. Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif (nurturant effect).

7. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan.

Pengembangan potensi peserta didik

Pelibatan Peserta Didik dalam Pembelajaran

1. Menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik melalui interaksi guru, peserta didik, sumber belajar.

2. Merespon positif partisipasi peserta didik.

3. Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons peserta didik. 4. Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif.

5. Menumbuhkan keceriaan atau antusiasme peserta didik dalam belajar.

Pribadi Teladan

Penggunaan Bahasa yang Benar dan Tepat dalam Pembelajaran

1. Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar. 2. Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar.

Sosial Komunikasi

Penyampaian Kompetensi dan Rencana Kegiatan

1. Menyampaikan kemampuan yang akan dicapai peserta didik.

2. Menyampaikan rencana kegiatan misalnya, individual, kerja kelompok, dan melakukan observasi.

Pemanfaatan Sumber Belajar/Media Pembelajaran

3. Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan sumber belajar pembelajaran. 4. Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media pembelajaran. 5. Menghasilkan pesan yang menarik.

6. Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan sumber belajar pembelajaran. 7. Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan media pembelajaran.

Profesional

Proses Pembelajaran

Penerapan Pendekatan Scientific

1. Memberikan pertanyaan mengapa dan bagaimana. 2. Memancing peserta didik untuk bertanya. 3. Memfasilitasi peserta didik untuk mencoba. 4. Memfasilitasi peserta didik untuk mengamati. 5. Memfasilitasi peserta didik untuk menganalisis.

6. Memberikan pertanyaan peserta didik untuk menalar (proses berpikir yang logis dan sistematis).

7. Menyajikan kegiatan peserta didik untuk berkomunikasi.

Penerapan Pembelajaran Tematik Terpadu

8. Menyajikan pembelajaran sesuai tema.

9. Menyajikan pembelajaran dengan memadukan berbagai mata pelajaran dalam satu PBM.

10. Menyajikan pembelajaran yang memuat komponen karakteristik terpadu. 11. Menyajikan pembelajaran yang bernuansa aktif dan menyenangkan.

Evaluasi pembelajaran

Penutup Pembelajaran

1. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan peserta

didik.

2. Memberikan tes lisan atau tulisan .

3. Mengumpulkan hasil kerja sebagai bahan portofolio.

4. Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan kegiatan berikutnya dan tugas pengayaan.

Jumlah Aspek yang Diamati 44


(52)

3) Sikap Siswa

Tabel 3.3 Indikator penilaian sikap siswa

Sikap yang diamati

Aspek yang dinilai Indikator Skor

Sikap sosial siswa dalam diskusi kelompok

Sikap siswa dalam menerima/ memberi pendapat (sikap menghargai pendapat teman)

1. Jika sama sekali tidak mau

menerima/memberikan pendapat , meskipun pendapat tersebut benar.

2. Jika mau menerima/memberi pendapat, meskipun dengan berat hati atau menunjukan sikap tidak senang/lebih banyak

mempertahankan pendapatnya.

3. Jika mau mendengarkan/memberi pendapat, meskipun sedikit kurang senang/setelah teman yang lain juga menyatakan bahwa pendapat yang disampaikan benar.

4. Jika rela menyatakan/mau menerima/

mengharapkan orang lain memberikan pendapat. 1

2

3

4

Sikap siswa dalam menerima/ memberi kritikan (sikap toleransi)

1. Jika sama sekali tidak mau menerima/memberi kritikan meskipun kritikan yang diberikan benar. 2. Jika menerima/memberikritikan, tetapi

menunjukan perilaku tidak senang atau lebih banyak mempertahankan pendapatnya.

3. Jika mau menerima/memberi kritikan, meskipun sedikit kurang senang atau setelah teman lain juga menyatakan bahwa pendapat yang disampaikan memang benar.

4. Jika rela menerima atau mengharapkan orang lain memberikan masukan.

1

2

3

4

Sikap kesopanan 1. Jika tidak pernah/tidak mau menerima/memberi kritikan.

2. Jika menerima/memberi kritikan namun dengan kalimat dan cara yang kurang sopan.

3. Jika menerima/memberi kritikan dengan cara dan kalimat yang sopan.

4. Jika rela dan mau meminta kesempatan berpendapat dengan sopan dan rela jika pendapatnya tidak diterima

1

2

3

4

Sikap empati 1. Jika tidak pernah menerima/memberi pendapat 2. Jika mau menerima/memberi bantuan/

kesempatan kepada teman untuk menyampaikan pendapat tetapi setelah diingatkan teman/guru. 3. Jika mau menerima/memberi

bantuan/kesempatan kepada teman untuk menyampaikan pendapat tetapi dengan cara yang kurang baik/sopan.

4. Jika rela menerima, membantu, mendorong atau memberikan kesempatan kepada teman untuk berpendapat.

1 2

3

4

Sikap kesabaran 1. Jika selalu berupaya memotong pembicaraan teman.

2. Jika sesekali masih berupaya memotong pembicaraan teman

3. Jika mau mendengarkan pembicaraan teman, meskipun kurang serius dalam

mendengarkannya.

4. Jika mau mendengarkan pembicaraan hingga teman selesai berbicara.

1

2

3

4

Total skor 20


(53)

4) Keterampilan Siswa

Kemendikbud menjelaskan kompetensi inti 4 (KI 4), yakni

keterampilan yang tidak dapat dipisahkan dengan kompetensi inti 3 (KI 3). Karena kompetensi pengetahuan menunjukkan peserta didik tahu tentang keilmuan tersebut dan kompetensi keterampilan menunjukkan peserta didik bisa/mampu tentang keilmuan tersebut. Hasil belajar psikomotor yang dinilai dalam penelitian ini adalah keterampilan berdiskusi siswa. Indikatornya terdiri dari kemampuan berkomunikasi, sistematika penyampaian pendapat, penguasaan pengetahuan/materi, keberanian, dan atusias siswa (Kemendikbud, 2013: 282).

Tabel 3.4 Indikator penilaian keterampilan siswa

Keterampilan yang diamati

Aspek yang dinilai

Indikator Skor

Keterampilan berdiskusi

Komunikasi 1. Tidak dapat berkomunikasi

2. Komunikasi agak lancar, tetapi sulit dimengerti 3. Komunikasi lancar tetapi kurang jelas dimengerti 4. Komunikasi sangat lancar, benar dan jelas

1 2 3 4 Sistematika penyampaian

1. Tidak sistematis/urut

2. Sistematis, namun uraian kurang,/tidak jelas 3. Sistematis, namun uraian cukup

4. Sistematis, uraian luas dan jelas

1 2 3 4 Penguasaan pengetahuan atau materi

1. Tidak menunjukkan pengetahuan/ materi 2. Sedikit memiliki pengetahuan/materi

3. Memiliki pengetahuan/materi tetapi kurang luas 4. Memiliki pengetahuan/materi yang luas

1 2 3 4 Keberanian 1. Tidak ada keberanian

2. Kurang berani 3. Berani 4. Sangat berani

1 2 3 4 Antusias 1. Tidak antusias

2. Kurang antusias

3. Antusias tetapi kurang kontrol 4. Antusias dan terkontrol

1 2 3 4 Total skor 20

(Kemendikbud, 2013: 282) 2. Soal tes

Soal tes digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa nilai-nilai siswa guna mengetahui peningkatan hasil belajar siswa domain kognitif pada pembelajaran tematik menggunakan model pembelajaran kreatif-produktif di kelas IV B SD N 1 Metro Utara pada semester genap.


(1)

f. Guru membagikan LKS sebagai bahan diskusi. Interpretasi

g. Perwakilan masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya secara bergantian (mengomunikasikan).

h. Setelah selesai, teman/anggota kelompok lain menanggapi hasil presentasi (mengkomunikasikan).

3) Kegiatan Penutup Rekreasi

a. Guru memberikan PR kepada siswa untuk menggambar 3 alat yang mereka sukai pada zaman logam dan mendeskripsikan secara singkat dengan kata-kata sendiri.

Evaluasi

b. Guru bersama siswa membuat kesimpulan/rangkuman hasil belajar. c. Guru melakukan penilaian hasil belajar.

d. Guru mengajak siswa untuk berdoa menurut agama masing-masing, kemudian mengucapkan salam.

3. Pengamatan

Pelaksanaan observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung, peneliti sebagai observer melakukan kegiatan di bawah ini.

1) Mengamati hasil belajar siswa melalui tes yang telah disiapkan yaitu untuk melihat peningkatan hasil belajar domain pengetahuan, sikap, dan keterampilan melalui pembelajaran tematik menggunakan model pembelajaran kreatif-produktif.


(2)

melihat kinerja guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. 4. Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan, peneliti menganalisis keberhasilan dan kekurangan dalam proses pembelajaran melalui model pembelajaran kreatif-produktif pada pembelajaran tematik. Merefleksi kembali tentang berhasil atau tidaknya kegiatan penelitian yang dilakukan pada siklus I, II, dan III.

G.Indikator Keberhasilan

Penerapan model pembelajaran kreatif produktif ini dikatakan berhasil apabila:

1. Aktivitas siswa pada kategori “Aktif” mencapai ≥75% dari jumlah siswa dan nilai rata-rata secara klasikal mencapai kategori “Aktif” (Winarno, 2013: 238).

2. Sikap siswa pada kategori “Mulai Terlihat” mencapai ≥75% dari jumlah siswa dan nilai rata-rata secara klasikal mencapai kategori “Baik/Mulai Membudaya” Kemendikbud (Kunandar, 2013: 139).

3. Keterampilan siswa pada kategori “Cukup Terampil” mencapai ≥75% dari jumlah siswa dan nilai rata-rata secara klasikal mencapai kategori “Terampil” Kemendikbud (Kunandar, 2013: 264).

4. Adanya peningkatan rata-rata hasil belajar domain kognitif secara klasikal dengan mencapai rata-rata ≥ 75 Kemendikbud (Mulyasa, 2013: 131).


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada siswa kelas IV B SD N 1 Metro Utara dapat disimpulkan bahwa:

1. Penggunaan model pembelajaran kreatif-produktif dengan langkah-langkah yang tepat, dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Aktivitas siswa berinteraksi dalam kegiatan dikusi yang semula “Pasif”, pada siklus I meningkat menjadi Cukup Aktif, siklus II meningkat menjadi “Mulai Aktif”, dan siklus III meningkat menjadi “Aktif”.

2. Penggunaan model pembelajaran kreatif-produktif dengan langkah-langkah yang tepat dapat meningkatkan hasil belajar siswa, baik sikap, keterampilan maupun pengetahuan, yaitu:

1) Hasil belajar siswa domain sikap, yaitu sikap sosial siswa dalam diskusi kelompok pada siklus I “Belum Terlihat”, siklus II meningkat menjadi “Mulai Terlihat”, dan siklus III meningkat kembali menjadi “Mulai

Membudaya”.

2) Hasil belajar siswa domain keterampilan, yaitu keterampilan berdiskusi siswa pada siklus I “Kurang Terampil”, siklus II meningkat menjadi “Cukup Terampil”, dan siklus III meningkat menjadi sudah “Terampil”.


(4)

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat menjawab hipotesis penelitian ini, bahwa pembelajaran tematik menggunakan model pembelajaran kreatif-produktif dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV B SD N 1 Metro Utara.

B.Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan di atas, berikut ini disampaikan saran-saran dalam menerapkan model pembelajaran kreatif produktif, yaitu: 1. Kepada siswa

Agar selalu aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran (berani bertanya, berani mengemukakan pendapat, atau aktif mencari informasi dari berbagai sumber) sehingga dapat mempermudah memahami materi pembelajaran dan hasil belajar meningkat.

2. Kepada guru

Agar penggunaan model atau metode pembelajaran dapat berhasil dengan baik, maka guru harus terus menerus mencoba dan melaksanakan serta memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam penerapan model pembelajaran yang dipilih.

3. Kepada sekolah

Agar dapat memantau, mendukung, dan memfasilitasi guru untuk dapat melaksanakan perbaikan pembelajaran demi peningkatan mutu pendidikan di sekolah.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Agung, Iskandar. 2012. Panduan Penelitian Tindakan Kelas bagi Guru. Jakarta: .

PT Bestari Buana Murni.

Arikunto, Suharsimi. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Penerbit Aditya Media.

Aqib, Zainal, dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK.

Bandung: Yrama Widya.

Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana. 2010. Konsep dan Strategi Pembelajaran.

Bandung: PT Refika Aditama.

Husamah dan Yanur Setyaningrum. 2013. Desain Pembelajaran Berbasis Pencpaian Kompetensi (Panduan Merancang Pembelajaran untuk

Mendukung Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Penerbit Prestasi

Pustaka Raya.

Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai

Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

. 2013. Penilaian Autentik. Jakarta: PT Grafindo Persada Rajawali Pers. Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Riduwan. 2010. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Jawa Barat: ALFABETA.

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sani, Ridwan Abdullah. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Saud, Udin Syaefuddin, dkk. 2006. Pembelajaran Terpadu. Bandung: UPI Press.


(6)

Sudjana, Nana. 2013. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi PAIKEM).

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Tim Penyusun. 2013. Permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kemendikbud 2013.

. 2013. Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud 2013.

. 2013. Buku Guru Tematik Terpadu SD/MI Kelas IV Tema 5

Indahnya Negeriku. Jakarta: Kemendikbud 2013.

Trianto. 2010. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Wena, Made. 2013. Strategi Pembelajaran. Inovatif Komtemporer. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Winarno. 2013. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Wordpress. 2011. Model Pembelajaran Kreatif dan Produktif. http://deo2029. wordpress.com/2011/06/18/model-pembelajaran-kreatif-dan-produktif/ (Diakses pada hari Jumat, 31 mei 2013 pukul 20 : 16).

Zulkifli. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kreatif. http://bantaeng baruga-safety.blogspot.com/2011/03/penerapan-model-pembelajaran-kreatif.html (Diakses pada hari Jumat, 31 mei 2013 pukul 20 : 16)


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INDUKTIF PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV B SEKOLAH DASAR NEGERI 2 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2010/2011

0 12 46

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SDN 5 METRO SELATAN KOTA METRO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 6 56

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK PADA SISWA KELAS IV SD N I SUMBERAGUNG KECAMATAN METRO KIBANG

0 3 62

PENERAPAN MODEL PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS 1 SD N 07 METRO TIMUR

1 13 86

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 4 METRO UTARA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 5 66

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR TEMATIK MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS PADA SISWA KELAS IV C SD NEGERI 01 METRO UTARA

0 10 167

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY DENGAN MEDIA GRAFIS PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV B SD NEGERI 4 METRO PUSAT

0 4 77

PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING TIPE INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV B SD N 04 METRO UTARA

0 6 65

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE SCRAMBLE SISWA KELAS IV B SD NEGERI 5 METRO PUSAT

0 10 68

PENINGKATAN KOMUNIKASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KREATIF MODEL Peningkatan Komunikasi Dan Hasil Belajar Matematika Melalui Penerapan Pembelajaran Kreatif Model Treffinger (PTK Pembelajaran Matematika Pada Siswa Kelas VII

0 1 10