PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK PADA SISWA KELAS IV SD N I SUMBERAGUNG KECAMATAN METRO KIBANG

(1)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK

PADA SISWA KELAS IV SD N I SUMBERAGUNG KECAMATAN METRO KIBANG

Oleh Ihsan

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(2)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK

PADA SISWA KELAS IV SD N I SUMBERAGUNG KECAMATAN METRO KIBANG

Oleh

IHSAN

Permasalahan penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas IV SD Negeri 1 Sumberagung. Terlihat dengan jumlah 33 siswa, sebanyak 18 siswa belum tuntas dengan persentase 54,55% sedangkan 15 siswa telah tuntas belajar dengan persentase 45,45%. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menggunakan Pendekatan Matematika Realistik (PMR) pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Sumberagung.

Penelitian ini dilakukan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Prosedur penelitian berbentuk siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data berupa tes dan non tes yang dianalisis dengan menggunakan data kualitatif dan kuantitatif. Pengumpulan data berupa lembar penilaian aktivitas guru dan siswa serta lembar evaluasi belajar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan Pendekatan Matematika Realistik (PMR) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Terlihat rata-rata aktivitas siswa siklus I sebesar 53,73% dengan kaegori pasif. Pada siklus II rata-rata aktivitas siswa 72,04% dengan kategori aktif. Sedangkan hasil belajar siswa memperoleh rata-rata kelas pada siklus I 59,13, dan siklus II 69,85 dengan persentase siswa tuntas siklus I mencapai 54,54% dan siklus II 77,27%.


(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 7

C.Rumusan Masalah ... 7

D.Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8

II. KAJIAN PUSTAKA ... 10

A.Pengertian Belajar ... 10

B.Pengertian Aktivitas Belajar ... 12

C.Pengertian Hasil Belajar ... 14

D.Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 15

E. Pengertian Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik ... 18

1. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Matematika Realistik .... 20

2. Langkah-langkah Matematika Dengan Pendekatan Matematika Realistik ... 22

F. Tinjauan Tentang Matematika ... 23

G.Hipotesis Tindakan ... 26

III. METODE PENELITIAN ... 27

A.Metode Penelitian ... 27

B.Setting Penelitian ... 28

C.Prosedur Penelitian ... 30

D.Teknik Pengumpulan Data ... 42

E. Teknik Analisis Data ... 43

F. Indikator Keberhasilan ... 47

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

A.Hasil Penelitian ... 48

1. Profil SD Negeri 1 Sumberagung ... 48

2. Deskripsi Awal ... 49

3. Temuan Kegiatan Pembelajaran Per Siklus ... 50

a. Siklus I ... 50

b. Siklus II ... 62

4. Temuan Penelitian ... 71


(7)

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

A.Kesimpulan ... 78

B.Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 80 LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kategori kinerja guru berdasarkan perolehan nilai ... 44

2. Kategori keaktifan siswa dalam pembelajaran ... 45

3. Aktivitas siswa siklus I ... 56

4. Lembar observasi aktivitas guru siklus I ... 57

5. Rekapitulasi hasil belajar siswa siklus I ... 59

6. Aktivitas siswa siklus II ... 68

7. Lembar observasi aktivitas guru siklus II ... 69

8. Rekapitulasi hasil belajar siswa siklus II ... 70

9. Rekapitulasi aktivitas siswa setiap siklus ... 73

10.Rekapitulasi rata-rata aktivitas guru per siklus ... 75


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

SURAT

1. Penelitian pendahuluan ... 82

2. Surat keterangan ... 83

3. Surat pernyataan ... 84

4. Surat keterangan penelitian ... 85

SIKLUS I 1. Analisis SK KD Siklus I Pertemuan 1 ... 86

2. Analisis SK KD Siklus I Pertemuan 2 ... 90

3. Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 1 ... 93

4. Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 2 ... 99

5. Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan 1 ... 104

6. Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan 2 ... 108

7. Instrumen Penilaian Kinerja Guru siklus I pertemuan 1 ... 111

8. Instrumen Penilaian Kinerja Guru siklus I pertemuan 2 ... 113

9. Lembar observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan 1 ... 114

10. Lembar observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan 2 ... 116

11. Hasil belajar siswa siklus I ... 117

SIKLUS II 1. Analisis SK KD Siklus II Pertemuan 1 dan 2 ... 118

2. Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus II Pertemuan 1 ... 123

3. Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus II Pertemuan 2 ... 129

4. Lembar Kerja Siswa Siklus II Pertemuan 1 ... 134


(11)

6. Instrumen Penilaian Kinerja Guru Siklus II pertemuan 1 ... 138

7. Instrumen Penilaian Kinerja Guru siklus II pertemuan 2 ... 139

8. Lembar observasi aktivitas siswa siklus II pertemuan 1 ... 140

9. Lembar observasi aktivitas siswa siklus II pertemuan 2 ... 141

10. Hasil belajar siswa siklus II ... 142

11. Foto kegiatan pembelajaran siklus I ... 143


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik.

Sesuai dengan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 Bab I Pasal I (ayat 1) bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pentingnya arti pendidikan menuntut guru untuk lebih bertanggungjawab dalam proses pembelajaran di kelas sehingga terjadi peningkatan pada pengetahuan dan keterampilan siswa.

Berlakunya KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran. Salah satu perubahan paradigma pembelajaran adalah orientasi pembelajaran yang


(13)

2

(student centered), karena pembelajaran yang masih berpusat pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, seringkali menjadikan ceramah sebagai pilihan utama dalam mengajar. Sebenarnya ceramah merupakan metode yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran, hanya saja dalam menerapkan metode ceramah hendaknya guru perlu menempatkannya pada porsi yang sesuai dengan kegiatan pembelajaran sehingga tidak terkesan membosankan dan siswa dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran. Pendekatan yang semula lebih banyak bersifat tekstual perlu diubah menjadi kontekstual. Djamarah dan Zain (2006: 77) mengemukakan bahwa guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar anak didik di kelas.

Pembelajaran matematika dipandang sebuah pembelajaran yang sulit bagi siswa SD. Hal ini disebabkan karena dalam materi matematika, terdapat objek yang bersifat abstrak. Hal ini sesuai dengan pendapat Diyah (2007:2) yang menyatakan bahwa salah satu karakter matematika adalah mempunyai objek yang bersifat abstrak. Sifat abstrak menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam pelajaran matematika yang bersifat real. Pada tahap pendidikan dasar siswa memandang “dunia” secara objektif dan berorientasi secara konseptual. Pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Selanjutnya menurut Piaget (dalam Syah, 2007: 73) anak pada tahap perkembangan operasional konkret (7-11 tahun) baru mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret, pada tahap ini anak membangun sendiri


(14)

3

skemata dari pengalaman sendiri dan lingkungannya. Kegiatan yang dilakukan anak adalah untuk mendapatkan pengalaman langsung atau memanipulasi objek-objek konkret. Peran guru adalah fasilitator, bukan sekedar pemberi informasi. Untuk itu guru perlu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi siswanya.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan dari mulai jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Menurut James (Augustinus Subekti, 2011: 6), matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep yang saling berhubungan satu dengan lainnya. James juga menyatakan bahwa matematika terbagi menjadi tiga bidang, meliputi aljabar, analisis, dan geometri. Namun demikian ada pendapat lain yang menyatakan bahwa adanya matematika disebabkan oleh pikiran manusia yang berkenaan dengan ide atau nalar yang terbagi atas empat bidang yaitu aljabar, aritmetika, analisis, dan geometri.

Berdasarkan pendapat para ilmuwan tersebut, dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan eksak yang terorganisasi secara sistematis dan mencakup penalaran/logika, bilangan, aljabar, geometri, yang mana menggunakan metode deduktif dalam pembuktian kebenarannya serta dapat membantu manusia untuk mempelajari ilmu lain.


(15)

4

Matematika memiliki banyak manfaat dalam kehidupan manusia. Selain dapat membantu pekerjaan manusia melalui kontribusinya atas perkembangan teknologi, matematika juga dapat mengembangan karakter manusia yang mempelajarinya. Seperti yang dikutip dari Abdusysyakir (Abdul Halim Fathani, 2009: 99), terdapat beberapa sikap terpuji yang menjadi manfaat ketika kita mempelajari matematika. Sikap-sikap tersebut antara lain: 1) sikap teliti, cermat, dan hemat, 2) sikap jujur, tegas, dan bertanggung jawab, 3) sikap pantang menyerah dan percaya diri.

Berdasarkan observasi dan pengalaman peneliti di SD 1 Sumberagung, guru belum menggunakan sebuah pendekatan yang mampu menjadikan anak dapat berpikir lebih real terhadap mata pelajaran matematika, guru pun belum memberikan materi dengan baik sehingga menyebabkan anak tidak memerhatikan dan tidak termotivasi untuk belajar. Dampaknya, aktivitas belajar siswa dipandang pasif dan hasil belajar yang kurang baik. Terlihat dari jumlah 33 siswa, hanya 13 siswa yang aktif dengan persentase 39,39% sedangkan 20 siswa cendrung pasif dengan persentase 60,61%. Hal ini pun berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa dalam pelajaran matematika masih rendah. Hasil ini terlihat pada hasil ulangan harian matematika pada semester ganjil tahun pelajaran 2012 dengan jumlah 33 siswa, sebanyak 15 siswa telah tuntas belajar dengan persentase 45,45% sedangkan 18 siswa belum tuntas dengan persentase 54,55%. Berdasarkan data tersebut masih ada nilai siswa yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu 60.


(16)

5

Rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa disebabkan 1) Guru cendrung menggunakan metode ceramah sebagai pilihan utama 2) Guru kurang memanfaatkan media real untuk menunjang proses pembelajaran.

Berdasarkan pemaparan di atas,agar tidak terjadi penurunan aktivitas dan hasil belajar dalam waktu yang lama, diperlukan suatu pendekatan yang dapat mendukung proses pembelajaran matematika yang tidak membosankan sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD negeri 1 Sumberagung Kecamatan Metro Kibang. Salah satu pendekatan tersebut adalah dengan mengaitkan secara langsung kegiatan pembelajaran dengan dunia nyata siswa sehingga dapat mempermudah pemahaman siswa dalam belajar matematika. Melalui Pendekatan Matematika Realistik (PMR) yang pengajarannya berangkat dari persoalan dalam dunia nyata, diharapkan pelajaran tersebut menjadi bermakna bagi siswa. Dengan demikian mereka termotivasi untuk terlibat dalam pelajaran. Untuk mendukung proses pembelajaran yang mengaktifkan siswa diperlukan suatu pengembangan materi pelajaran matematika yang difokuskan kepada aplikasi dalam kehidupan sehari-hari (kontekstual) dan disesuaikan dengan tingkat kognitif siswa, serta penggunaan metode evaluasi yang terintegrasi pada proses pembelajaran.

Pada Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik siswa didorong atau ditantang untuk aktif bekerja, bahkan diharapkan dapat mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuan yang diperolehnya (Dalyana, 2003:17).


(17)

6

Selanjutnya Soedjadi (dalam Sudarsiah, 2005: 2) mengemukakan bahwa, Dalam pendekatan PMR, pembelajaran matematika lebih memusatkan kegiatan belajar pada siswa dan lingkungan serta bahan ajar yang disusun sedemikian sehingga siswa lebih aktif mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuan yang akan diperolehnya. Pengalaman yang diperoleh siswa akan semakin berkesan apabila proses pembelajaran yang diperolehnya merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya sendiri. Pembelajaran yang bermakna akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan. Pengalaman yang diperoleh siswa akan semakin berkesan apabila proses pembelajaran yang diperolehnya merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya sendiri. Konteks pembelajaran yang berlangsung melibatkan siswa sepenuhnya untuk merumuskan sendiri suatu konsep. Keterlibatan guru hanya sebagai fasilitator, motivator dan moderator dalam proses pembelajaran tersebut.

Berdasarkan teori-teori yang telah peneliti kutip dari berbagai sumber, peneliti tergugah untuk melakukan sebuah penelitina dengan judul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dengan Pendekatan Matematika Realistik pada Siswa Kelas IV SD N I Sumberagung Kecamatan Metro Kibang” Melalaui pembelajaran dengan pendekatan realistik ini diharapkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD N 1 Sumberagung meningkat.


(18)

7

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Siswa merasa bosan terhadap pelajaran matematika

2. Guru cenderung menggunakan metode ceramah sebagai pilihan utama dalam mengajar.

3. Guru kurang memanfaatkan media yang real untuk menunjang proses pembelajaran.

4. Siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran. Ketika diberikan pertanyaan siswa tidak berani menjawab. Begitu pula ketika diberikan kesempatan untuk bertanya, siswa tidak berani mengajukan pertanyaan. 5. Hasil belajar siswa masih tergolong rendah sebab nilai rata-rata siswa

masih di bawah KKM. Dari 33 siswa sebanyak 15 siswa telah tuntas belajar dengan persentase 45,45% sedangkan 18 siswa belum tuntas dengan persentase 54,55%, yaitu kurang dari 60.

C. Rumusan Masalah

Masalah adalah segala rintangan tentang hambatan dan kesulitan yang memerlukan pemecahan jawaban agar usaha pencapaian tujuan dimaksud dapat berhasil dengan baik. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah pembelajaran matematika dengan pendekatan matematika realistik dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa kelas IV SDN 1 Sumberagung?


(19)

8

2. Bagaimanakah pembelajaran matematika dengan pendekatan matematika realistik dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN 1 Sumberagung?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan penelitian ini adalah:

1. Pendekatan matematika realistik Untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa Kelas IV SDN 1 Sumberagung Kecamatan Metro Kibang tahun pelajaran 2012/2013.

2. Pendekatan matematika realistik Untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa Kelas IV SDN 1 Sumberagung Kecamatan Metro Kibang tahun pelajaran 2012/2013.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin diraih melalui Penelitian ini yakni : 1. Bagi siswa

Melalui penerapan pendekatan matematika realistik diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika.

2. Bagi Guru

Sebagai bahan masukan guru dalam meningkatkan mutu pendidikan di kelasnya. Melalui Penelitian ini guru bidang studi matematika dapat


(20)

9

mengetahui keefektifan mengajar dengan menggunakan pendekatan matematika realistik.

3. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini Sebagai bahan informasi bagi sekolah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan khususnya pendidikan matematika.

4. Bagi peneliti

Menambah pengetahuan dan wawasan tentang peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui penerapan pendekatan pembelajaran matematika realistik dan menjadi bekal untuk mengajar kelak setelah berprofesi sebagai pendidik dan sebagai salah satu syarat terselesaikannya studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).


(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar

Skinner ( dalam Dimyati, 2002: 10) berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik dan sebaliknya bila tidak belajar responnya menjadi menurun. Sedangkan Galloway (dalam Soekamto, 1992: 27) mengatakan belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan faktor-faktor lain berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya.

Morgan (dalam Eka, 2009: 10) menyebutkan bahwa suatu kegiatan dikatakan belajar apabila memiliki tiga ciri-ciri sebagai berikut:

1 Belajar adalah perubahan tingkah laku;

2 Perubahan terjadi karena latihan dan pengalaman, bukan karena pertumbuhan;

3 Perubahan tersebut harus bersifat permanen dan tetap ada untuk waktu yang cukup lama

Tujuan-tujuan pembelajaran telah dirumuskan dalam kurikulum yang

berlaku. Peran guru disini adalah sebagai pengelola proses belajar mengajar. Menurut Witherington (dalam masbied.com, 2012) belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecepatan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian. Sedangkan menurut Slameto (1995: 2) belajar adalah suatu


(22)

11

proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Telah dikatakan di muka bahwa belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian, ilmu pengetahuan. Sampai dimanakah perubahan itu dapat dicapai atau dengan kata lain dapat berhasil baik atau tidaknya belajar itu tergantung pada macam-macam faktor.

Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar tersebut menunjukkan bahwa belajar itu merupakan proses yang cukup kompleks. Aktivitas belajar individu memang tidak selamanya menguntungkan. Kadang-kadang juga tidak lancar, kadang mudah menangkap apa yang dipelajari, kadang sulit mencerna materi pelajaran. Dalam keadaan dimana anak didik/siswa dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut kesulitan belajar.

Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap, baik yang diamati maupun tidak dapat diamati secara langsung, yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman dalam intraksi


(23)

12

B. Pengertian Aktivitas Belajar

Sebuah pembelajaran terdapat beberapa sistem aktivitas diantaranya yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan, pemikiran dan psikis atau aktivitas motorik. Pembelajaran harus secara aktif menggunakan hal tersebut dalam pembelajaran sehingga terjadi sebuah kemampuan memperoleh informasi, ide, sikap dan pemahaman terhadap sesuatu. Dalam hal ini guru sangat berperan penting dalam membantu siswa mengembangkan aktivitasnya secara efektif dengan menggunakan berbagai kesempatan belajar dan fasilitas yang memadai (Slameto, 2003: 98).

Proses pembelajaran, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berfikir maupun berbuat. Menurut kamus besar bahasa indonesia (2003: 23), aktivitas adalah kegiatan. Jadi aktivitas belajar adalah kegiatan-kegiatan siswa yang menunjang keberhasilan belajar. Sardiman (2010: 100) mengemukakan bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik dan mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu berkait. Aktivitas selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Kunandar (2010: 277) menyebutkan bahwa aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan anak melakukan aktivitas sendiri. Seperti apa yang dikatakan mehl-mills-douglass (dalam hamalik,


(24)

13

learns only by some aktivities in the neural system: seeings, hearing, smelling, feeling, thinking, physical or motor activity. The learner must actively engage in the “learning”, whether it be of information a skill, an understanding, a habit, an ideal, an attitude, an interest, or the nature of a task.

Hal ini menunjukan bahwa dalam sebuah pembelajaran terdapat beberapa sistem aktivitas diantaranya yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan, pemikiran dan psikis atau aktivitas motorik. Pembelajar harus secara aktif menggunakan hal tersebut dalam pembelajaran sehingga terjadi sebuah kemampuan memperoleh informasi, ide, sikap dan pemahaman terhadap sesuatu. Dalam hal ini guru sangat berperan penting dalam membantu siswa mengembangkan aktivitasnya secara efektif dengan menggunakan berbagai kesempatan belajar dan fasilitas yang memadai (Slameto, 2003: 98). Aktivitas yang dapat dinilai dalam proses pembelajaran dapat berupa segala hal yang dilakukan saat pembelajaran berlangsung, seperti: ketekunan dan semangat siswa, kesiapan dalam belajar, motivasi, kerja sama dalam pembelajaran, dsb.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa aktivitas belajar adalah segala bentuk keterlibatan siswa baik fisik maupun mental yang ditunjukan dalam proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan belajar dengan berbagai pengolahan dan fasilitas yang disediakan oleh guru.


(25)

14

C. Pengertian Hasil Belajar

Abdurrahman (2003: 37) mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Sedangkan Dimyati dan Mudjiono (2006: 3) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari siswa hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Menurut pemikiran kunandar (2010: 277) hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa dengan mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kualitatif maupun kuantitatif.

Bloom (dalam Sudjana, 2010: 22) secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang diantaranya terdiri atas pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap, kategorinya dimulai dari tingkat sederhana sampai tingkat yang kompleks, diantaranya yaitu reciving/ attending (kemampuan menerima rangsangan), responding (reaksi yang diberikan terhadap stimulasi) valuing (konsistensi prilaku yang mengandung nilai), organization (pengembangan nilai ke dalam sistem organisasi), dan characterization by evalue or value complex (keterpaduan sistem nilai). Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak, diantaranya terdiri atas gerakan refleks, gerakan terbimbing, kemampuan bertindak, kemampuan perseptual, gerakan kemampuan fisik,


(26)

15

gerakan skill dan kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive. Hasil belajar dipengaruhi oleh adanya kesempatan yang diberikan kepada anak. Ini berarti bahwa guru perlu menyusun rancangan dan pengelolaan pembelajaran yang memungkinkan anak bebas untuk melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya.

Prestasi dalam penilitian yang dimaksudkan adalah nilai yang diperoleh oleh siswa pada mata pelajaran matematika dalam bentuk nilai berupa angka yang diberikan oleh guru kelasnya setelah melaksanakan tugas yang diberikan padanya

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Banyak faktor yang mempengaruhi proses termasuk pencapaian hasil belajar. Belajar hakikatnya adalah proses psikologis, oleh karena itu semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang. Hal itu berarti belajar bukanlah berdiri sendiri dari faktor luar maupun dalam.

Menurut Djamarah, faktor psikologis sebagai faktor dari dalam tentu saja merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar seorang anak. Meski faktor luar mendukung tetapi faktor psikologis tidak mendukung, maka faktor luar itu akan kurang signifikan. Oleh Karena itu, intelegensi, minat, bakat, motivasi adalah faktor-faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik (Djamarah, 2002:151-156).

Sedangkan menurut Slameto (1995: 182) minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar untuk mencapai atau memperoleh benda atau


(27)

16

tujuan yang diminati itu. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya jika minat yang kurang menghasilkan prestasi yang rendah.

Dalam konteks itulah diyakini bahwa minat mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik. Tidak banyak yang dapat diterapkan untuk menghasilkan prestasi belajar yang baik dari seorang anak yang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu.

Adapun yang tertulis dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dijelaskan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Depdiknas, 2006:71).

Kurikulum adalah a plan for learning yang merupakan unsur substansi dalam pendidikan. Tanpa kurikulum kegiatan belajar mengajar tidak dapat berlangsung, muatan kurikulum akan mempengaruhi intensitas dan frekuensi belajar anak didik. Seorang guru terpaksa menjejalkan sejumlah bahan pelajaran kepada anak didik dalam waktu yang tersisa sedikit karena ingin mencapai target kurikulum, hal ini akan memaksa anak didik belajar dengan keras tanpa mengenal lelah.


(28)

17

Pembelajaran dapat mengembangkan keterampilan anak dalam mempelajari sesuatu pengetahuan (misalnya suatu konsep matematika), maka materi pelajaran perlu disajikan dengan memerhatikan tahap perkembangan kognitif/ pengetahuan anak agar pengetahuan itu dapat diinternalisasi dalam pikiran (struktur kognitif) orang tersebut. Menurut Bruner (dalam Aisyah, 2007: 1.6) proses internalisasi akan terjadi secara sungguh-sungguh (yang berarti proses belajar terjadi secara optimal) jika pengetahuan yang dipelajari itu dipelajari dalam tiga model tahapan yaitu: a. Model enaktif

Dalam tahap ini penyajian dilakukan melalui tindakan anak secara langsung terlibat dalam memanipulasi (mengotak-atik) objek. Anak belajar sesuatu pengetahuan dimana hal itu dipelajari dengan menggunakan benda-benda konkret atau menggunakan situasi nyata. Anak akan memahami sesuatu dari berbuat atau melakukan sesuatu

b. Model tahap ikonik

Dalam tahap ini kegiatan dilakukan berdasarkan pada pikiran internal dimana pengetahuan disajikan melalui serangkaian gambar-gambar yang dilakukan anak. Pengetahuan direpresentasikan dalam bentuk bayangan visual, gambar, atau diagram yang menggambarkan kegiatan konkret. c. Model tahap simbolis

Dalam tahap ini bahasa adalah pola dasar simbolik. Anak pada tahap ini sudah mampu menggunakan notasi tanpa ketergantuangan terhadap objek real. Pembelajaran direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak, baik simbol verbal misalnya huruf, kata-kata, atau kalimat, maupun lambang-lambang matematika lainnya.


(29)

18

Dari uraian di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa matematika merupakan kegiatan yang mengajak anak untuk mencari, menemukan, dan membangun pengetahuan berdasarkan perhitungan dengan aktivitas nyata dalam kehidupan mereka. Matematika merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan realitas kehidupan manusia dalam perhitungan sehari-hari yang dapat mewujudkan tujuan dari pendidikan, yaitu membentuk manusia yang cerdas, berintelektual, dan memiliki daya nalar berdasarkan pemikiran yang logis. Dalam mempelajari matematika, seorang guru perlu memerhatikan tahap perkembangan kognitif anak yang kemudian direprsentasikan melalui tiga model tahapan yaitu enaktif, ikonik, dan simbolis.

E. Pengertian Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik

Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang diharapkan mampu menggunakan berbagai metode dan pendekatan. Pembelajaran akan berhasil dengan nilai yang baik jika menggunakan pendekatan yang sesuai. Dalam hal ini, akan dibahas mengnai Pendekatan Matematika Realistik seperti yang dikemukan oleh ahli berikut:

Menurut Diyah (2007: 6) pembelajaran matematika realistik adalah suatu teori dalam pendidikan matematika yang berdasarkan pada ide bahwa matematika adalah aktivitas manusia dan matematika harus dihubungkan secara nyata terhadap konteks kehidupan sehari-hari siswa sebagai aplikasi proses matematisasi horizontal dan vertikal.

Selanjutnya Aisyah (2008: 7. 1) mengemukakan bahwa pendekatan matematika realistik merupakan suatu pendekatan belajar matematika yang dikembangkan untuk mendekatkan matematika kepada siswa. Masalah-masalah nyata dari kehidupan sehari-hari digunakan sebagai titik awal


(30)

19

dekat dengan kehidupan sehari-hari. Benda-benda nyata yang akrab dengan keseharian siswa dijadikan sebagai alat dalam pembelajaran matematika. Pendekatan matematika realistik dikenal dua jenis matematisasi yang diformulasikan oleh Treffers (dalam Aisyah, 2007: 7.3) Yaitu matematisasi horizontal dan matematisasi vertikal. Matematisasi horizontal adalah proses penyelesaian soal-soal konstekstual dari dunia nyata. Dalam proses ini siswa mencoba menyelesaikan soal-soal dari dunia nyata dengan cara mereka sendiri. Sedangkan matematisasi vertikal adalah proses formalisasi konsep matematika. Siswa mencoba menyusun prosedur umum yang dapat digunakan untuk menyelesaikan soal-soal sejenis secara langsung tanpa bantuan konteks. Dengan kata lain, matematisasi horizontal berarti bergerak dari dunia nyata ke dalam dunia simbol, sedangkan matematisasi vertikal berarti bergerak di dalam dunia simbol itu sendiri.

Pendidikan Matematika Realistik (PMR) dikembangkan berdasarkan pemikiran Hans Freudenthal yang menyatakan bahwa pembelajaran matematika sebaiknya berangkat dari aktivitas manusia karena mathematics is human actvity (Marsigit.blogspot.com, 2008).

Berdasarkan pendekatan ini, kelas matematika bukan tempat memindahkan dari guru kepada siswa, melainkan tempat siswa menemukan kembali ide dan konsep matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata. Dalam pendekatan matematika realistik, siswa dipandang sebagai individu (subjek)


(31)

20

yang memiliki pengetahuan dan pengalaman sebagai hasil interaksinya dengan lingkungan.

Selanjutnya, diyakini pula bahwa siswa memiliki potensi untuk mengembangkan sendiri pengetahuannya dan bila diberi kesempatan siswa dapat mengembangkan pengetahuannya dan pemahamannya tentang matematika melalui eksplorasi sebagai masalah, siswa dapat merekonstruksi kembali temuan-temuan dalam bidang matematika. Pembelajaran matematika realistik menekankan akan pentingnya konteks nyata yang dikenal murid dan proses konstruksi pengetahuan matematika oleh murid sendiri (Tarigan, 2006: 3).

Dari uraian pendapat para ahli di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa yang dimaksud pendekatan matematika realistik dalam penelitian ini adalah suatu pendekatan yang berorientasi pada matematisasi pengalaman sehari-hari dan menerapkan matematika dalam kehidupan nyata dimana siswa dapat membangun sendiri pemahaman dan pengetahuannya, menemukan ide dan gagasan matematika, menemukan sendiri hasilnya, dan membentuk konsep yang telah ia bangun sendiri atas pemahamannya terhadap realitas kehidupannya.

1. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Matematika Realistik

Menurut Suwarno (dalam nalole.jurnal.go.id, 2008) pendekatan matematika realistik memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan


(32)

21

pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik adalah sebagai berikut:

a) Memberikan pengertian yang dan operasional kepada siswa bahwa Pembelajaran memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa tentang keterkaitan antar matematika dengan kehidupan sehari-hari dan kegunaan matematika pada umumnya bagi manusia. b) Pembelajaran matematika suatu bidang kajian yang dikonstruksi dan

dikembangkan sendiri oleh siswa.

c) Pembelajaran memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak harus tunggal, dan tidak harus sama antara orang yang satu dan yang lain.

d) Pembelajaran memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa dalam mempelajari matematika, proses pembelajaran merupakan sesuatu yang utama, dan untuk mempelajari matematika seseorang harus menjalani proses itu dan berusaha untuk menemukan sendiri konsep-konsep matematika dengan bantuan pihak lain yang lebih tahu.

Adapun kelemahan dari pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik adalah sebagai berikut:

a) Upaya mengimplementasikan pembelajaran matematika realistik membutuhkan perubahan pandangan yang sangat mendasar mengenai berbagai hal yang tidak mudah untuk dipraktikan.

b) Mengonstruksi soal-soal kontekstual yang memenuhi syarat-syarat yang dituntut dalam pembelajaran matematika realistik tidak selalu mudah untuk setiap topik matematika yang perlu dipelajari siswa.

c) Upaya mendorong siswa agar dapat menemukan berbagai cara untuk menemukan jawaban juga merupakan hal yang tidak mudah dilakukan guru.

d) Proses pengembangan kemampuan berfikir siswa melalui soal-soal kontekstual, proses matematisasi horizontal, dan proses matematisasi vertikal juga bukan merupakan sesuatu yang sederhana.


(33)

22

2. Langkah-langkah Pendekatan Matematika Realistik

Berdasarkan pemikiran De Lange (dalam ka2riena.student.umm.ac.id, 2010) yang menyatakan bahwa pengajaran matematika dengan pendekatan PMR meliputi langkah-langkah berikut:

a. Memulai pelajaran dengan mengajukan masalah (soal) yang “riil” bagi siswa sesuai dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya, sehingga siswa segera terlibat dalam pelajaran secara bermakna;

b. Permasalahan yang diberikan tentu harus diarahkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam pelajaran tersebut; c. Siswa mengembangkan atau menciptakan model-model

simbolik secara informal terhadap persoalan/masalah yang diajukan;

d. Pengajaran berlangsung secara interaktif: siswa menjelaskan dan memberikan alasan terhadap jawaban yang diberikannya, memahami jawaban temannya (siswa lain), setuju terhadap jawaban temannya, menyatakan ketidaksetujuan, mencari alternatif penyelesaian yang lain; dan melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh atau terhadap hasil pelajaran.

Pada prinsipnya dalam pembelajaran matematika realistik seorang siswa didorong secara aktif untuk memahami sesuatu. Fakta matematika telah ditemukan sebelumnya namun belum pernah diajarkan secara langsung. Pitajeng (2006: 49) mengungkapkan bahwa matematika realistik merupakan pendekatan yang menggunakan masalah realistik sebagai pangkal tolak pembelajaran. Kegiatan pembelajaran matematika realistik diharapkan dapat memberikan kesan kepada siswa bahwa belajar matematika tidaklah sulit. Dengan menganggap matematika tidak sulit, anak menjadi tidak takut terhadap matematika dan mau belajar mau menyelesaikan masalah matematika sendiri tanpa bergantung pada orang lain.


(34)

23

Dari uraian pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran matematika realistik pada penelitian ini berangkat dari masalah yang riil sehingga siswa terlibat dalam proses pembelajaran secara bermakna. Dalam kegiatan pembelajaran ini guru berperan lebih banyak pada motivasi dan mendorong kegiatan siswa. Adanya bimbingan dan motivasi dari guru memungkinkan berkurangnya tingkat frustasi yang dihadapi siswa ketika siswa tidak mampu memecahkan suatu permasalahan.

F. Tinjauan tentang matematika

Istilah Matematika berasal dari bahasa Yunani “Mathematikos” berarti secara ilmu pasti, atau “Mathesis” yang berarti ajaran, pengetahuan abstrak dan deduktif, dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan, tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidah–kaidah tertentu melalui deduksi (Ensiklopedia Indonesia).

Matematika adalah suatu mata pelajaran yang mempelajari tentang kemampuan berhitung yang memiliki ciri-ciri yang abstrak, berpola pikir deduktif dan konsisten.

Garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) terdapat istilah Matematika Sekolah yang dimaksudnya untuk memberi penekanan bahwa materi atau pokok bahasan yang terdapat dalam GBPP merupakan materi atau pokok bahasan yang diajarkan pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.


(35)

24

Matematika merupakan mata pelajaran yang diajarkan mulai dari jenjang SD sampai dengan perguruan tinggi. Alasan pentingnya matematika untuk dipelajari karena begitu banyak kegunaannya. Suwangsih (2006: 9) menyebutkan kegunaan matematika yaitu sebagai berikut:

a. Matematika sebagai pelayan ilmu yang lain.

b. Matematika digunakan manusia untuk memecahkan masalahnya kehidupan sehari-hari.

Beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu pasti dan konsisten yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan daya pikir manusia yang menunjang berbagai disiplin ilmu pengetahuan lainnya serta aspek-aspek perkembangan kehidupan seperti penguasaan berbagai perkembangan teknologi dan komunikasi. Oleh karena itu mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Garis Besar Program Pembelajaran (GBPP, 1993) menyebutkan tujuan pengajaran matematika di sekolah dasar, yaitu:

1 Tujuan Pengajaran Matematika di Sekolah Dasar a. Tujuan umum

1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan yang ada di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis,


(36)

25

2) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

b. Tujuan khusus

1) Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (dalam menggunakan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari. 2) Menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialih gunakan,

melalui kegiatan matematika.

3) Mengembangkan kemampuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut di SLTP.

4) Membentuk sikap logis, kritis, kreaktif, cermat dan disiplin.

2 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Pembelajaran adalah proses yang dinamis, proses yang berkembang terus dan di dalam proses itu akan terjadi proses belajar (Kartadinata, 1997: 46). Pembelajaran matematika yang baik menuntut penggunaan metode-metode, media dan pendekatan pembelajaran yang bervariasi. Oleh karena itu guru harus bisa menciptakan pembelajaran yang bervariasi. Guru tidak boleh memaksa menciptakan program belajar bagi individu, tetapi harus menciptakan program pembelajaran bagi komunitas banyak. Pembelajaran matematika akan lebih baik dilaksanakan dengan mengaitkan keadaan riil (nyata) yang terdapat di lingkungan siswa, dengan begitu pembelajaran akan lebih mudah dipahami siswa serta bermanfaat untuk memecahkan masalah-masalah yang kontekstual.


(37)

26

Muchlisoh 1991 (dalam Suyatinah dkk, 1999: 18) mengemukakan bahwa guru berkewajiban untuk menciptakan suatu kondisi di sekolah, terutama di dalam kelas yang memungkinkan anak mengembangkan minat untuk belajar matematika.

3 Ruang Lingkup Mata Pelajaran Matematika SD

Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek Bilangan, Geometri dan pengukuran, serta Pengolahan data.

G. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir seperti yang diungkapkan di atas, maka dalam penelitian ini akan diajukan rumusan hipotesis tindakan yaitu: Apabila pendekatan pembelajaran matematika realistik dilaksanakan dengan langkah-langkah yang tepat, dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika di kelas IV SD N 1 Sumberagung Kecamatan Metro Kibang tahun pelajaran 2012/ 2013.


(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penilitian Tindakan Kelas (PTK) diartikan sebagai suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan dengan jalan merancang, melaksanakan, mengamati, dan merefleksikan tindakan melalui beberapa siklus untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelas (Kunandar, 2010: 46)

Aqib (2007: 18) mengemukakan bahwa Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu cara yang dapat digunakan oleh guru untuk memperbaiki layanan pendidikan yang diselenggarakan di kelas dan meningkatkan kualitas program sekolah secara keseluruhan.

Dengan penelitian tindakan kelas guru akan lebih terampil dalam menanggulangi masalah–masalah yang dihadapinya di kelas sekaligus memperbaiki dan meningkatkan kualitas unjuk kerjanya. Hal–hal yang kurang memuaskan dalam pembelajaran dapat disempurnakan untuk menuju keadaan


(39)

28

Rangkaian Siklus Penelitian Tindakan Kelas. Siklus I

1. Perencanaan I. 2. Pelaksanaan I. 3. Observasi I. 4. Refleksi I. Siklus II

1. Revisi Rencana I. 2. Pelaksanaan II. 3. Observasi II. 4. Refleksi II.

Gambar 1. Rangkaian Siklus Penelitian Tindakan Kelas (sumber: Kemmis & Taggart 1998: 114).

B. Setting penelitian

1. Tempat Penelitian

PTK ini dilaksanakan di kelas IV SD Negeri 1 Sumberagung Kecamatan Metro Kibang Kabupaten Lampung Timur tahun pelajaran 2012/ 2013

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap yaitu bulan Januari sampai dengan Mei 2013, dimulai dari tahap persiapan hingga penyusunan

1 4 4 2 2 1 0 ▼ ◄ ► ▼ ► ◄ ▲3 ▲3 dst.


(40)

29

laporan hasil penelitian. Penentuan waktu pelaksanaan penelitian di SD dilakukan pada tanggal 25 Maret 2013 hingga tanggal 22 April 2013.

3. Subjek penelitian

Subjek penelitian adalah seorang guru dan siswa kelas IV SD Negeri 1 Sumberagung dengan jumlah 33 orang siswa terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan.

4. Faktor yang diteliti

Faktor yang diteliti pada penelitian ini adalah kinerja guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika kelas IV SD Negeri 1 Sumberagung T.P. 2012/2013 dengan menggunakan pendekatan pembelajaran matematika realistik.

5. Sumber data

Sumber data pada penelitian ini adalah siswa dan guru. Data kualitatif diperoleh dari aktivitas siswa dan kinerja guru sedangkan data kuantitatif diperoleh dari hasil belajar siswa.

6. Siklus Penelitian

PTK ini dilaksanakan dengan empat tahap a) Perencanaan (Planning) b) Pelaksanaan (Acting) c) Observasi (Observation) d) Refleksi (Reflecting) hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan kemmis &


(41)

30

taggart ( dalam Aqib, 2006: 22) untuk melihat peningkatan dilaksanakan dengan dua siklus. Setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan.

C. Prosedur Penelitian 1. Siklus I

Siklus pertama dalam PTK ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi sebagai berikut:

a. Perencanaan (Planning)

1) Menyusun rencana pengajaran sesuai dengan kurikulum yang diberlakukan (KTSP) dengan menggunakan pendekatan matematika realistik.

2) Peneliti bersama guru mengadakan diskusi untuk membuat kesepakatan tentang kegiatan pembelajaran yang berdasarkan pendekatan matematika realistik.

3) Menyiapkan media berdasar pada pembelajaran matematika realistik yang akan digunakan selama proses pembelajaran di kelas. 4) Menyiapkan instrumen penelitian yang digunakan dalam PTK

(lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung)

5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.

b. Pelaksanaan (Acting)

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah mengelola proses pembelajaran matematika dengan pendekatan matematika realistik.


(42)

31

Pada siklus I terdapat 2 pertemuan. Adapun skenario perbaikan pembelajaran adalah sbb:

1) Kegiatan Awal (± 15 menit)

a) Pendahuluan (salam, doa, dan absensi) b) Apersepsi

- Untuk membangkitkan skemata siswa, guru memberikan pertanyaan kepada siswa, yaitu pernahkah kalian berbagi kue dengan adik kalian? Siswa akan bertanya dengan berbagai jawaban. Dengan begitu, guru telah menggali persepsi awal siswa

- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa.

2) Kegiatan Inti (± 45 menit)

Eksplorasi

a) Guru mengawali pembelajaran dengan menggunakan hal-hal yang sering dijumpai siswa seperti bagaimana cara membagi sebuah kue secara adil, pembagian jeruk, kertas lipat atau contoh yang lain.

b) Siswa diminta oleh guru memotong kue menjadi 4 dan 8 bagian. c) Guru menanyakan kepada siswa berapa bagian besarnya 1 iris

kue, 2 iris kue, 3 iris kue dan seterusnya dan meminta siswa memberikan alasan jawabannya.


(43)

32

e) Siswa membuat kelompok masing-masing 5 orang. Masing-masing kelompok dibagikan kertas lipat 2 warna

f) Siswa membuat pasangan pecahan dari kertas yang dibagikan kemudian membandingkan pasangan pecahan yang diperoleh.

Elaborasi

a) Beberapa kelompok mempresentasikan pasangan pecahan yang dibuat dan membandingkannya.

b) Kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya dan memberi tanggapan.

c) Siswa secara berpasangan mengerjakan LKS 1 yang telah dibagikan oleh guru.

d) Guru memantau kegiatan siswa dengan berkeliling dan memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan. e) Siswa beserta guru membahas LKS secara bersama-sama. f) Siswa diminta mempresentasilan jawaban LKS di papan tulis. g) Siswa yang lain memberi tanggapan terhadap jawaban teman. h) Siswa diberikan soal latihan oleh guru.

i) Siswa diminta untuk mengumpulkan hasil pekerjaannya.

Konfirmasi

a) Guru memperjelas mengenai materi dan mempertegas jawaban siswa saat proses eksplorasi dan elaborasi


(44)

33

3) Kegiatan Akhir (± 10 menit)

a) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang materi yang baru diajarkan.

b) Siswa membuat simpulan dengan bimbingan guru.

c) Siswa diingatkan oleh guru untuk mempelajari materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya yaitu tentang membandingkan pecahan berpenyebut sama.

Pertemuan 2

Pembelajaran siklus I pertemuan 2 dilaksanakan pada tanggal 1 April 2013 pukul 08.00 s.d 9.30 WIB. Adapun kegiatan sebagai berikut:

1) Kegiatan Awal (± 15 menit)

a) Pendahuluan (salam, doa, dan absensi) b) Apersepsi

- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa. - Guru mengajak siswa mengingatkan kembali kepada siswa tentang

membandingkan pecahan berpenyebut sama misalnya dengan pertanyaan lebih besar mana ¼ dengan ¾, atau sebutkan pecahan-pecahan yang lebih besar dari 1/6 dan sebagainya.

2) Kegiatan Inti (± 45 menit)

Eksplorasi

a) Siswa memerhatikan penjelasan guru tentang materi menggunakan kertas lipat 3 warna dan penggaris.

b) Siswa membuat kelompok masing-masing 5 orang. Masing-masing kelompok dibagikan kertas lipat 2 warna


(45)

34

kemudian membandingkan pasangan pecahan yang diperoleh. Elaborasi

a) Beberapa kelompok mempresentasikan pasangan pecahan yang dibuat dan membandingkannya.

b) Kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya dan memberi tanggapan.

c) Siswa secara berpasangan mengerjakan LKS 2 yang telah dibagikan oleh guru.

d) Guru memantau kegiatan siswa dengan berkeliling dan memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan. e) Siswa beserta guru membahas LKS secara bersama-sama. f) Siswa diminta mempresentasilan jawaban LKS di papan tulis. g) Siswa yang lain memberi tanggapan terhadap jawaban teman. h) Siswa diberikan soal latihan oleh guru.

i) Siswa diminta untuk mengumpulkan hasil pekerjaannya. Konfirmasi

a) Guru memperjelas mengenai materi dan mempertegas jawaban siswa saat proses eksplorasi dan elaborasi

b) Guru memberikan penguatan kepada siswa yang memperoleh nilai baik

3) Kegiatan Akhir (± 10 menit)

a) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang materi yang baru diajarkan.


(46)

35

c) Siswa diingatkan oleh guru untuk mempelajari materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya yaitu tentang membandingkan pecahan berpenyebut sama.

c. Pengamatan (Observation)

1) Mengamati situasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa.

2) Pengamatan dilakukan oleh observer baik secara langsung maupun bantuan pihak lain dengan alat berupa kamera digital yang digunakan untuk merekam kembali aktivitas yang telah dilakukan. 3) Aktivitas siswa diamati dengan memberikan tanda ceklist (√) pada

tiap indikator aktivitas yang terpenuhi atau dilakukan oleh siswa, dan tanda silang (×) pada indikator aktivitas yang tidak dilakukan. Tanda ceklist memiliki skor 1 dan tanda silang memiliki skor 0. 4) Aktivitas guru diamati dengan memberikan skor (rentang 0-5) pada

tiap-tiap indikator aktivitas yang terpenuhi.

5) Data dari lembar observasi diperoleh dari setiap pertemuan pada masing-masing siklus yang berupa skor aktivitas guru dan siswa yang kemudian diolah menjadi nilai untuk mmberikan kriteria pada aktivitas yang dilakukan.

d. Refleksi (Reflecting)


(47)

36

2) Hasil analisis digunakan untuk mengadakan revisi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan guna perbaikan kinerja praktisi dan merivisi perencanaan sehingga pada siklus selanjutnya menjadi lebih baik lagi.

2. Siklus II

Seperti halnya siklus pertama, siklus kedua pun terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

a. Perencanaan (Planning)

Peneliti membuat rencana pembelajaran matematika realistik berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama

b. Pelaksanaan (Acting)

Peneliti melaksanakan pembelajaran matematika realistik berdasarkan rencana perbaikan pembelajaran yang telah dipersiapkan. Adapun skenario pelaksanaan perbaikan pembelajaran adalah sbb:

1) Kegiatan awal (± 15 menit)

a) Pendahuluan (salam, doa, dan absensi) b) Apersepsi

- Guru menyampaikan hasil tes siklus pertama sebagai motivasi.

- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa. - Guru mengingatkan kembali kepada siswa bahwa pada


(48)

37

panjang mempunyai nilai yang lebih besar.

2) Kegiatan inti (± 45 menit) Eksplorasi

a) Guru membagi siswa menjadi 8 kelompok dan membagikan kertas lipat dengan 4 warna untuk dibuat pecahan yang menunjukkan pecahan senilai. (Siswa dibiarkan menyelesaikan masalah menurut cara mereka masing-masing, Guru mengamati dan memfasilitasi kerja siswa, memotivasi, dan membantu siswa yang mengalami kesulitan.)

b) Guru mengajukan beberapa pertanyaan, seperti:

(1)Sebutkan pecahan-pecahan yang senilai dengan 2/4!

(2)Di antara pecahan-pecahan yang senilai dengan 2/4, pecahan manakah yang memiliki bilangan pembilang dan penyebut paling kecil? (Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan jawaban yang bervariasi).

Elaborasi

a) Beberapa kelompok mempresentasikan pasangan pecahan yang dibuat dan membandingkannya.

b) Kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya dan memberi tanggapan.

c) Siswa secara berpasangan mengerjakan LKS 3 yang telah dibagikan oleh guru.


(49)

38

d) Guru memantau kegiatan siswa dengan berkeliling dan memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan. e) Siswa beserta guru membahas LKS secara bersama-sama. f) Siswa diminta mempresentasilan jawaban LKS di papan tulis. g) Siswa yang lain memberi tanggapan terhadap jawaban teman. h) Siswa diberikan soal latihan oleh guru.

i) Siswa diminta untuk mengumpulkan hasil pekerjaannya. Konfirmasi

a) Guru memperjelas mengenai materi dan mempertegas jawaban siswa saat proses eksplorasi dan elaborasi

b) Guru memberikan penguatan kepada siswa yang memperoleh nilai baik

3) Kegiatan akhir (± 10 menit)

a) Guru memberi kesempatan untuk bertanya tentang materi yang baru diajarkan.

b) Siswa membuat simpulan dengan bantuan guru. c) Guru memberi PR.

d) Guru mengingatkan siswa untuk membaca materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya yaitu tentang menyederhanakan pecahan.


(50)

39

Pertemuan 2

Pelaksanaan siklus II dilaksanakan hpada tanggal 22 April 2013 pukul 08.00 s.d 09.30 WIB. Adapun kegiatan sebagai berikut.

1) Kegiatan awal (± 15 menit)

a) Pendahuluan (salam, doa, dan absensi) b) Apersepsi

- Guru dan siswa membahas PR dengan memilih beberapa soal saja untuk dibahas bersama-sama. - Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan

memotivasi siswa.

2) Kegiatan inti (± 45 menit) Eksplorasi

a) Guru dengan bantuan siswa membagikan LKS.

b) Perwakilan siswa untuk melakukan aktivitas nyata yaitu membagikan 10 permen untuk 5 anak, guru menanyakan kepada siswa berapa jumlah permen yang diperoleh masing-masing anak, dan meminta siswa untuk mengemukakan alasannya. Sampai siswa menemukan konsep 10:5 = 2.

c) Siswa diberi waktu 10 menit untuk memahami tiap soal dan meminta siswa melengkapi jawaban pertanyaan pada LKS.

d) Guru memantau dengan berkeliling dan memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan.


(51)

40

Elaborasi

a) Beberapa kelompok mempresentasikan pasangan pecahan yang dibuat dan membandingkannya.

b) Kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya dan memberi tanggapan.

c) Siswa secara berpasangan mengerjakan LKS 4 yang telah dibagikan oleh guru.

d) Guru memantau kegiatan siswa dengan berkeliling dan memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan.

e) Siswa beserta guru membahas LKS secara bersama-sama. f) Siswa diminta mempresentasilan jawaban LKS di papan

tulis.

g) Siswa yang lain memberi tanggapan terhadap jawaban teman. h) Siswa diberikan soal latihan oleh guru.

i) Siswa diminta untuk mengumpulkan hasil pekerjaannya. Konfirmasi

a) Guru memperjelas mengenai materi dan mempertegas jawaban siswa saat proses eksplorasi dan elaborasi

b) Guru memberikan penguatan kepada siswa yang memperoleh nilai baik

3) Kegiatan akhir (± 10 menit)

a) Guru memberi kesempatan untuk bertanya tentang materi yang baru diajarkan.


(52)

41

b) Siswa membuat simpulan dengan bantuan guru. c. Pengamatan (Observation)

1) Mengamati situasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa.

2) Pengamatan dilakukan oleh observer baik secara langsung maupun bantuan pihak lain dengan alat berupa kamera digital yang digunakan untuk merekam kembali aktivitas yang telah dilakukan. 3) Aktivitas siswa diamati dengan memberikan tanda ceklist (√) pada

tiap indikator aktivitas yang terpenuhi atau dilakukan oleh siswa, dan tanda silang (×) pada indikator aktivitas yang tidak dilakukan. Tanda ceklist memiliki skor 1 dan tanda silang memiliki skor 0. 4) Aktivitas guru diamati dengan memberikan skor (rentang 0-5) pada

tiap-tiap indikator aktivitas yang terpenuhi.

5) Data dari lembar observasi diperoleh dari setiap pertemuan pada masing-masing siklus yang berupa skor aktivitas guru dan siswa yang kemudian diolah menjadi nilai untuk mmberikan kriteria pada aktivitas yang dilakukan.

d. Refleksi (Reflecting)

Hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan refleksi adalah membahas sesuatu yang terjadi dalam siklus pertama yang dilakukan oleh peneliti baik itu kelebihan ataupun kekurangan selama proses pembelajaran berlangsung. Jika pada siklus kedua pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan telah terjadi peningkatan dibanding siklus


(53)

42

sebelumnya, maka penelitian dianggap cukup. Namun jika masih terdapat kekurangan, peneliti akan dilanjutkan pada siklus selanjutnya.

D. Teknik dan alat pengumpulan data 1. Teknik pengumpulan data

Data penelitian ini bersumber dari interaksi peneliti dan siswa, dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas IV SDN 1 Sumberagung dengan menggunakan pendekatan matematika realistik, untuk meningkatkan prestasi belajar matematika. Peningkatan prestasi belajar berupa data tindak belajar atau perilaku belajar yang dihasilkan dari tindak mengajar dan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran matematika realistik.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yaitu teknik non tes (Observasi) dan tes.

a. Non tes ( Observasi )

Teknik non tes digunakan untuk mengumpulkan data yang bersifat kualitatif, yaitu keaktifan siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran. Dari hasil observasi ini akan terlihat kelebihan dan kekurangan baik aktivitas siswa maupun kinerja guru pada proses pembelajaran. Hasil observasi ini juga digunakan sebagai acuan tindakan perbaikan pada siklus berikutnya.

b. Tes

Tes hasil belajar digunakan sebagai alat untuk memperoleh data yang bersifat kuantitatif. Teknik tes dilaksanakan dengan memberikan soal


(54)

43

formatif kepada siswa, setelah diberi tindakan pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik.

2. Alat pengumpulan data

Peneliti mengumpulkan seluruh data yang dibutuhkan berdasarkan instrumen penelitian, antara lain:

a. Soal eveluasi akhir siklus

Alat yang digunakan untuk mengukur hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa berupa lembar kerja siswa dan lembar soal evaluasi pembelajaran.

b. Lembar panduan observasi

Lembar panduan observasi digunakan untuk mengetahui efektifitas penggunaan pendekatan pembelajaran matematika realistik, apa pengaruhnya serta bagaimana pembelajaran yang akan dilakukan. Observasi dilakukan oleh observer terhadap aktivitas siswa maupun kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.

E. Teknik analisis data

Untuk mengetahui keefektifan pembelajaran pada setiap siklus tindakan perlu dilakukan analisis data. Data yang dikumpulkan dalam PTK merupakan data kualitatif dan kuantitatif. Analisis dilakukan pada tahapan refleksi. Melalui kegiatan refleksi setiap indikator dicermati, sehingga diperoleh kesimpulan untuk program perbaikan pada siklus berikutnya (Aqib dkk, 2009: 115).


(55)

44

1. Analisis Kinerja Guru

Data aktivitas guru diperoleh melalui lembar panduan observasi untuk mengetahui sejauh mana implementasi pendekatan pembelajaran matematika realistik dapat terlaksana denagan baik selama proses pembelajaran. Perolehan nilai kinerja guru didapat dari:

Keterangan N : nilai yang diharapkan P : skor perolehan SM : skor maksimal 100 : bilangan tetap Sumber: Purwanto (2008: 102)

Tabel 1. Kategori Kinerja Guru Berdasarkan Perolehan Nilai. Tingkat Keberhasilan (%) Kategori Skor

≥90 Sangat tinggi 5

76 – 89 Tinggi 4

60 – 75 Sedang 3

30 – 59 Rendah 2

<30 Sangat rendah 1

Sumber: Adaptasi dari Aqib dkk (2009: 41) 2. Analisis Aktivitas Belajar Siswa

Hasil observasi akan memberikan gambaran Keaktifan siswa selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Untuk mengetahui tingkat


(56)

45

Keterangan N : nilai yang diharapkan P : skor perolehan

SM : skor maksimal 100 : bilangan tetap Sumber: Purwanto (2008: 102)

Tabel 2. Kategori Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran

Sumber: Adaptasi dari Aqib dkk (2009: 41)

Untuk menghitung Keaktifan siswa secara klasikal digunakan rumus:

3. Analisis tes hasil belajar siswa

a. Nilai hasil belajar siswa diperoleh dari tes formatif setiap siklus.

b. Cara menilai tes formatif dilakukan dengan menjumlah semua skor yang didapat siswa atau dengan percentages correction (hasil yang dicapai setiap siswa dihitung dari persentase jawaban yang benar). Nilai individual ini menggunakan rumus:

Keterangan:

S : nilai yang dicari/ diharapkan

R : jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar

Rentang Nilai (%) Kategori Skor

80 – 100 Sangat Aktif 4

60 – 79 Aktif 3

30 – 59 Pasif 2


(57)

46

N : skor maksimum tes 100 : bilangan tetap

(Sumber: adopsi Purwanto, 2008: 112)

c. Nilai rata-rata seluruh siswa didapat dengan menggunakan rumus:

Keterangan: x : nilai rata-rata xi : nilai

fi : frekuensi nilai

(Sumber: Herrhyanto, dkk 2008: 4.3)

d. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal, digunakan rumus sebagai berikut:


(58)

47

F. Indikator Keberhasilan

Penelitian ini dikatakan berhasil apabila memenuhi beberapa indikator sebagai berikut:

1. Aktivitas siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran meningkat pada tiap siklus.

2. Pada akhir penelitian ada peningkatan hasil belajar siswa 75%, dari jumlah siswa 33 dengan KKM (60). Hal ini sesuai dengan rentang ketuntasan seperti yang diungkapkan Arikunto (2006: 250) bahwa tingkat penguasaan

yang dicapai jika menggunakan prinsip belajar tuntas yaitu sekurang-kurangnya menguasai >75%, atau jika < 75% maka tergolong belum tuntas.


(59)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan terhadap siswa kelas IV SD N 1 Sumberagung pada mata pelajaran matematika dapat disimpulkan bahwa:

1. Pendekatan matematika realistik pada mata pelajaran matematika Kelas IV SD N 1 Sumberagung dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I sebesar 53,73% dengan kategori pasif. Pada siklus II rata-rata aktivitas siswa 72,04% dengan kategori aktif. Peningkatan rata-rata aktivitas yang terjadi dari siklus I ke siklus II sebesar 18,67%.

2. Pendekatan matematika realistik pada mata pelajaran matematika Kelas IV SD N 1 Sumberagung dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa memperoleh rata-rata kelas pada siklus I nilai rata-rata kelas sebesar 59,13 dengan ketuntasan 54,54%, dan siklus II mencapai 69,85 dengan ketuntasan 77,27%.


(60)

79

Dengan demikian, pendekatan matematika realistik pada mata pelajaran matematika Kelas IV SD N 1 Sumberagung dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada mata pelajaran matematika Kelas IV SD N 1 Sumberagung.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti menyarankan kepada pembaca atau yang berkepentingan diantaranya:

a. Kepada siswa, untuk lebih memperhatikan materi yang sedang disampaikan guru, berkonsentrasi dan fokus saat belajar di kelas, agar dapat lebih mudah memahami materi yang diberikan oleh guru dan lebih perhatian terhadap instruksi yang diberikan oleh guru.

b. Bagi guru yang mengampu mata pelajaran lain dapat mencoba menggunakan pendekatan matematika realistik dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar dan senantiasa memotivasi siswa untuk lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran.

c. Bagi pihak sekolah, diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada guru mengenai berbagai cara mengajar bervariasi agar guru mampu melaksanakan pembelajaran dengan cara yang lebih menarik.


(61)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar. Rineka cipta. Jakarta.

Aisyah, Nyimas dkk. 2007. Pengembangan pembelajaran matematika sd. Dirjen dikti depdiknas. Jakarta.

Aqib, Zainal dkk. 2009. Penelitian tindakan kelas untuk guru sd, slb, tk. Yrama widya. Bandung.

Aqib, Zainal. 2007. Penelitian tindakan kelas untuk: guru. Yrama widya. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi dkk. 2008. Penelitian tindakan kelas. Cetakan ke-5. Bumi aksara. Jakarta

. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan PraktikEd Revisi VI. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Cronbach Lee j. 1959. Essentials of psychology testing. Harper and row publisher. New York.

Depdikbud, 1993. Garis-garis besar pengajaran matematika di sltp. Jakarta. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan pembelajaran. Rineka cipta. Jakarta. Diyah. 2007. Keefektifan pembelajaran matematika realistic pada kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa kelas vii smp. (skripsi). Universitas negeri semarang. Semarang.

Djamarah dan Zain. 2006. Strategi belajar mengajar. Rineka cipta. Jakarta. Hamalik, Oemar. 2009. Proses belajar mengajar. Bumi aksara. Bandung. Herrhyanto, Nar. 2008. Statistika Dasar. Universitas Terbuka. Jakarta.

Kemmis, s & mc. Taggart, r. 1988. The action research planner. Victoria: deakin university press.

Kunandar. 2010. Langkah mudah penelitian tindakan kelas sebagai pengembangan profesi guru. Pt rajawali pers. Jakarta.


(62)

81

Marsigit. Pendekatan matematika realistik. Matmarsigit blogspot. Desember.

2008. Blogger. 17 desember 2012.

Http//:pbmmatmarsigit.blogspot.com/2008/12/pendekatan-matematika-realistik-pada.html.

Nalole, Martianty. Pembelajaran melalui pendekatan realistik di kelas v sekolah dasar. Martianty (ed). September 2008. Ung. 13 desember 2012. Http//:jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/53038136147.pdf

Peraturan menteri pendidikan nasional republik indonesia nomor 14 tahun 2007. Depdiknas. Jakarta.

Peraturan menteri pendidikan nasional republik indonesia nomor 22 tahun 2006. Depdiknas. Jakarta.

Pitajeng. 2006. Pembelajaran matematika yang menyenangkan. Dirjen dikti depdiknas. Jakarta.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran. Remaja rosdakarya. Bandung.

Sardiman. 2010. Interaksi & motivasi belajar mengajar. Rajawali pers. Jakarta Slameto, 1995. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Rineka cipta.

Jakarta.

2003. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Rineka cipta. Jakarta.

Sudjana, Nana. (2010). Dasar-dasar proses belajar mengajar. Sinar baru algensindo. Bandung.

………... 2010. Penilaian hasil proses belajar mengajar. Remaja

rosdakarya. Bandung.

Suharsimi, Arikunto. 2007. Manajemen penelitian. Rineka cipta. Jakarta. Suwangsih, Erna. 2006. Model pembelajaran matematika. Upi press. Bandung. Syah, Muhibbin. 2007. Psikologi pendidikan. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Tarigan, Daitin. 2006. Pembelajaran matematika realistik. Dirjen pendidikan tinggi depdiknas. Jakarta.

Tim penyusun kamus pusat bahasa. 2003. Kamus bahasa indonesia. Pusat bahasa. Jakarta.


(1)

N : skor maksimum tes 100 : bilangan tetap

(Sumber: adopsi Purwanto, 2008: 112)

c. Nilai rata-rata seluruh siswa didapat dengan menggunakan rumus:

Keterangan: x : nilai rata-rata xi : nilai

fi : frekuensi nilai

(Sumber: Herrhyanto, dkk 2008: 4.3)

d. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal, digunakan rumus sebagai berikut:


(2)

47

F. Indikator Keberhasilan

Penelitian ini dikatakan berhasil apabila memenuhi beberapa indikator sebagai berikut:

1. Aktivitas siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran meningkat pada tiap siklus.

2. Pada akhir penelitian ada peningkatan hasil belajar siswa 75%, dari jumlah siswa 33 dengan KKM (60). Hal ini sesuai dengan rentang ketuntasan seperti yang diungkapkan Arikunto (2006: 250) bahwa tingkat penguasaan yang dicapai jika menggunakan prinsip belajar tuntas yaitu sekurang-kurangnya menguasai >75%, atau jika < 75% maka tergolong belum tuntas.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan terhadap siswa kelas IV SD N 1 Sumberagung pada mata pelajaran matematika dapat disimpulkan bahwa:

1. Pendekatan matematika realistik pada mata pelajaran matematika Kelas IV SD N 1 Sumberagung dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I sebesar 53,73% dengan kategori pasif. Pada siklus II rata-rata aktivitas siswa 72,04% dengan kategori aktif. Peningkatan rata-rata aktivitas yang terjadi dari siklus I ke siklus II sebesar 18,67%.

2. Pendekatan matematika realistik pada mata pelajaran matematika Kelas IV SD N 1 Sumberagung dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa memperoleh rata-rata kelas pada siklus I nilai rata-rata kelas sebesar 59,13 dengan ketuntasan 54,54%, dan siklus II mencapai 69,85 dengan ketuntasan 77,27%.


(4)

79

Dengan demikian, pendekatan matematika realistik pada mata pelajaran matematika Kelas IV SD N 1 Sumberagung dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada mata pelajaran matematika Kelas IV SD N 1 Sumberagung.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti menyarankan kepada pembaca atau yang berkepentingan diantaranya:

a. Kepada siswa, untuk lebih memperhatikan materi yang sedang disampaikan guru, berkonsentrasi dan fokus saat belajar di kelas, agar dapat lebih mudah memahami materi yang diberikan oleh guru dan lebih perhatian terhadap instruksi yang diberikan oleh guru.

b. Bagi guru yang mengampu mata pelajaran lain dapat mencoba menggunakan pendekatan matematika realistik dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar dan senantiasa memotivasi siswa untuk lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran.

c. Bagi pihak sekolah, diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada guru mengenai berbagai cara mengajar bervariasi agar guru mampu melaksanakan pembelajaran dengan cara yang lebih menarik.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar. Rineka cipta. Jakarta.

Aisyah, Nyimas dkk. 2007. Pengembangan pembelajaran matematika sd. Dirjen dikti depdiknas. Jakarta.

Aqib, Zainal dkk. 2009. Penelitian tindakan kelas untuk guru sd, slb, tk. Yrama widya. Bandung.

Aqib, Zainal. 2007. Penelitian tindakan kelas untuk: guru. Yrama widya. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi dkk. 2008. Penelitian tindakan kelas. Cetakan ke-5. Bumi aksara. Jakarta

. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Ed Revisi VI. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Cronbach Lee j. 1959. Essentials of psychology testing. Harper and row publisher. New York.

Depdikbud, 1993. Garis-garis besar pengajaran matematika di sltp. Jakarta. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan pembelajaran. Rineka cipta. Jakarta. Diyah. 2007. Keefektifan pembelajaran matematika realistic pada kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa kelas vii smp. (skripsi). Universitas negeri semarang. Semarang.

Djamarah dan Zain. 2006. Strategi belajar mengajar. Rineka cipta. Jakarta. Hamalik, Oemar. 2009. Proses belajar mengajar. Bumi aksara. Bandung. Herrhyanto, Nar. 2008. Statistika Dasar. Universitas Terbuka. Jakarta.

Kemmis, s & mc. Taggart, r. 1988. The action research planner. Victoria: deakin university press.

Kunandar. 2010. Langkah mudah penelitian tindakan kelas sebagai pengembangan profesi guru. Pt rajawali pers. Jakarta.


(6)

81

Marsigit. Pendekatan matematika realistik. Matmarsigit blogspot. Desember.

2008. Blogger. 17 desember 2012.

Http//:pbmmatmarsigit.blogspot.com/2008/12/pendekatan-matematika-realistik-pada.html.

Nalole, Martianty. Pembelajaran melalui pendekatan realistik di kelas v sekolah dasar. Martianty (ed). September 2008. Ung. 13 desember 2012. Http//:jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/53038136147.pdf

Peraturan menteri pendidikan nasional republik indonesia nomor 14 tahun 2007. Depdiknas. Jakarta.

Peraturan menteri pendidikan nasional republik indonesia nomor 22 tahun 2006. Depdiknas. Jakarta.

Pitajeng. 2006. Pembelajaran matematika yang menyenangkan. Dirjen dikti depdiknas. Jakarta.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran. Remaja rosdakarya. Bandung.

Sardiman. 2010. Interaksi & motivasi belajar mengajar. Rajawali pers. Jakarta Slameto, 1995. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Rineka cipta.

Jakarta.

2003. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Rineka cipta. Jakarta.

Sudjana, Nana. (2010). Dasar-dasar proses belajar mengajar. Sinar baru algensindo. Bandung.

………... 2010. Penilaian hasil proses belajar mengajar. Remaja

rosdakarya. Bandung.

Suharsimi, Arikunto. 2007. Manajemen penelitian. Rineka cipta. Jakarta. Suwangsih, Erna. 2006. Model pembelajaran matematika. Upi press. Bandung. Syah, Muhibbin. 2007. Psikologi pendidikan. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Tarigan, Daitin. 2006. Pembelajaran matematika realistik. Dirjen pendidikan tinggi depdiknas. Jakarta.

Tim penyusun kamus pusat bahasa. 2003. Kamus bahasa indonesia. Pusat bahasa. Jakarta.

Tim Redaksi. 2008. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003. Sinar Grafika. Jakarta.