STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DAN PROJECT-BASED LEARNING

(1)

ABSTRAK

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DAN PROJECT-BASED

LEARNING

Oleh

DITA WIDIASTUTI

Penelitian dilatarbelakangi oleh belum diterapkannya model pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk menemukan dan membangun sendiri pengetahuannya, cenderung tradisional, berpusat pada guru dan bersifat menghafal. Hal ini diduga menyebabkan masih banyaknya siswa yang belum mencapai nilai KKM. Alternatif solusi yaitu penerapan model pembelajaran DL dan PjBL. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPS Terpadu siswa dan efektivitas model pembelajaran DL dan PjBL pada mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Pagelaran. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran Tahun Ajaran 2014/2015. Melalui teknik cluster sampling terpilih 2 sampel yaitu kelas VII 6 sebagai kelas eksperimen dan VII 7 sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen diberi perlakuan pembelajaran dengan model DL sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan dengan PjBL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar pada kelas eksperimen diperoleh nilai tertinggi tes akhir sebesar 97 dan nilai terendah 63 dengan rata-rata 80,06 sedangkan pada kelas kontrol, nilai tertinggi tes akhirsebesar 93 dan nilai terendah 60 dengan rata-rata sebesar 75,19. Uji gain pada kelas eksperimen sebesar 0,527 sedangkan kelas kontrol sebesar 0,412. Hal ini menunjukkan pembelajaran dengan model DL lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar daripada model PjBL.


(2)

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DAN

PROJECT-BASED LEARNING

Oleh

DITA WIDIASTUTI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DAN

PROJECT-BASED LEARNING (Skripsi)

Oleh:

DITA WIDIASTUTI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Paradigma Penelitian ... 36 2. Desain Penelitian ... 38


(5)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

1. Tingkat Ketuntasan Tes Awal Kelas Eksperimen ... 76

2. Tingkat Ketuntasan Tes Awal Kelas Kontrol ... 78

3. Tingkat Ketuntasan Tes Akhir Kelas Eksperimen ... 81

4. Tingkat Ketuntasan Tes Akhir Kelas Kontrol ... 83

5. Perbandingan Rata-Rata Hasil Belajar IPS Terpadu Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 91

6. Presentase Ketuntasan Hasil Belajar antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 97


(6)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... 8

C.Pembatasan Masalah ... 9

D.Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Kegunaan Penelitian ... 10

G.Ruang Lingkup Penelitian ... 11

II.TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN DAN HIPOTESIS A.Tinjauan Pustaka ... 12

1. Belajar dan Hasil Belajar ... 12

1.1 Belajar ... 12

1.2 Hasil Belajar... 15

2. Model Pembelajaran ... 17

3. Pendekatan Saintifik ... 19

4. Model Pembelajaran Discovery Learning ... 21

4.1 Pengertian Discovery Learning... 21


(7)

4.3 Langkah-Langkah Pembelajaran Discovery Learning... 24

4.4 Keunggulan dan Kelemahan Discovery Learning ... 24

5. Model Pembelajaran Project-Based Learning... 25

5.1 Pengertian Project-Based Learning ... 25

5.2 Teori-Teori yang Mendukung Project-Based Learning ... 27

5.3 Langkah-Langkah Pembelajaran Project-Based Learning ... 28

5.4Keunggulan dan Kelemahan Project-Based Learning ... 28

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 30

C.Kerangka Pikir ... 33

D.Hipotesis ... 37

III. METODOLOGI PENELITIAN A.Metode Penelitian ... 38

1. Prosedur Rancangan ... 39

2. Prosedur Penelitian ... 39

2.1 Tahap Awal ... 39

2.2 Pelaksanaan ... 40

2.3 Tahap Akhir ... 40

B.Populasi dan Sampel ... 41

1. Populasi ... 41

2. Sampel ... 41

C.Variabel Penelitian ... 41

1. Variabel Bebas ... 42

2. Variabel Terikat ... 42

D.Definisi Konseptual dan Operasional Variabel ... 42

1. Definisi Konseptual ... 42

1.1 Hasil Belajar ... 42

1.2 Model Pembelajaran Discovery Learning ... 43

1.3 Model Pembelajaran Project-Based Learning ... 43

2. Definisi Operasional ... 44

E. Teknik Pengumpulan Data ... 45

F. Uji Persyaratan Instrumen ... 46

1. Uji Validitas ... 47

2. Uji Reliabilitas ... 49

3. Taraf Kesukaran ... 50

4. Daya Beda... 51

G.Uji Persyaratan Analisis Data ... 52

1. Uji Normalitas ... 52

2. Uji Homogenitas ... 53

H.Teknik Analisis Data ... 54


(8)

2. Efektivitas Model Pembelajaran (N-Gain) ... 55

I. Uji Hipotesis ... 56

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 58

1. Visi, Misi dan Tujuan SMP N 1 Pagelaran ... 59

2. Sarana dan Fasilitas SMP N 1 Pagelaran... 61

3. Proses Belajar Mengajar di SMP N 1 Pagelaran ... 62

4. Data Karyawan SMP N 1 Pagelaran... 62

B.Implementasi Pelaksanaan Proses Pembelajaran ... 62

1. Pembelajaran Menggunakan Model Discovery Learning ... 62

2. Pembelajaran Menggunakan Model Project-Based Learning ... 68

C.Deskripsi Data ... 73

1. Data Hasil Tes Awal ... 74

2. Data Hasil Tes Akhir ... 79

D.Pengujian Persyaratan Analisis Data ... 84

1. Uji Normalitas ... 84

2. Uji Homogenitas ... 85

E. Pengujian Hipotesis ... 86

F. Pembahasan ... 90

1. Ada Perbedaan Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa yang diberi perlakuan Model Pembelajaran Discovery Learning dan Project-Based Learning pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran ... 90

2. Model pembelajaran Discovery Learning lebih efektif dibandingkan model pembelajaran Project-Based Learning pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran ... 95

G.Keterbatasan Penelitian ... 99

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...100

B. Saran ...101

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen ...106

2. Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol ...107

3. Daftar Nama Kelompok Kelas Eksperimen ...108

4. Daftar Nama Kelompok Kelas Kontrol ...109

5. Perangkat Pembelajaran Discovery Learning ...110

6. Perangkat Pembelajaran Project-Based Learning ...134

7. Instrumen Uji Coba Hasil Belajar ...158

8. Instrumen Tes Awal dan Tes Akhir Hasil Belajar ...169

9. Hasil Uji Validitas, Reliabilitas, Taraf Kesukaran dan Daya Beda ...175

10. Hasil Belajar IPS Terpadu Kelas Eksperimen ...184

11. Hasil Belajar IPS Terpadu Kelas Kontrol ...185

12. Uji Normalitas Tes Akhir Kelas Eksperimen ...186

13. Uji Normalitas Tes Akhir Kelas Kontrol ...188

14. Uji Homogenitas Tes Akhir Kelas Eksperimen dan Kontrol ...190

15. Uji T-Test Hasil Belajar ...191


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hasil Ujian Tengah Semester Ganjil Siswa Kelas VII SMP N 1 Pagelaran

TP. 2014/2015 ... 5

2. Hasil Penelitian yang Relevan ... 30

3. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 44

4. Kisi-Kisi Instrumen ... 46

5. Hasil Uji Validitas Instrumen ... 49

6. Tingkat Besar Koefisien Korelasi ... 50

7. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 50

8. Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen ... 51

9. Hasil Uji Daya Beda Instrumen ... 52

10. Kriteria Indeks Gain ... 56

11. Data Sarana dan Fasilitas Sekolah ... 61

12. Data Karyawan ... 62

13. Distribusi Frekuensi Tes Awal IPS Terpadu Kelas Eksperimen ... 75

14. Distribusi Frekuensi Tes Awal IPS Terpadu Kelas Kontrol ... 77

15. Distribusi Frekuensi Tes Akhir IPS Terpadu Kelas Eksperimen ... 80

16. Distribusi Frekuensi Tes Akhir IPS Terpadu Kelas Kontrol ... 82

17. Hasil Uji Normalitas IPS Terpadu Sampel Kelas Eksperimen ... 84

18. Hasil Uji Normalitas IPS Terpadu Sampel Kelas Eksperimen ... 85

19. Hasil Uji Homogenitas Tes Akhir IPS Terpadu Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 85

20. Uji Hipotesis Hasil Belajar IPS Terpadu ... 87


(11)

(12)

(13)

MOTO

Jika kamu sudah selesai melakukan sesuatu pekerjaan, bersegeralah

lakukan pekerjaan lain

(QS. Al-Insyirah: 7)

Bergantunglah hanya kepada Allah SWT

(Dita Widiastuti)

If everything has been written down, so why worry?

(Dewi Lestari)


(14)

(15)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan syukur kehadiran Allah SWT, atas rahmat dan hidayah Nyalah skripsi ini dapat diselesaikan

Kemuliaan dan kesejahteraan semoga selalu Allah limpahkan kepada Rasullulah Muhammad SAW, keluargaya, sahabatnya dan pengikutnya hingga

akhir zaman.

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

Ibu Sunarsih dan Ayah Widodo yang senantiasa sabar mengupayakan segala hal untuk kebahagiaanku

Mbak Asri, Mbak Endah dan Arif serta Iqbal yang selalu memberikan semangat, dukungan dan do’a untuk keberhasilanku.

Para pendidik yang tidak pernah lelah membimbing dan memberikan ilmu yang bermanfaat untukku

Teman-teman Pendidikan Ekonomi 2011 Almamater tercinta Universitas Lampung


(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Dita Widiastuti dilahirkan di Panutan, Kecamatan Pagelaran, Pringsewu pada tanggal 22 Oktober 1991, yang merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara pasangan Bapak Sri Widodo dan Ibu Sunarsih.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri 1 Patoman pada tahun 2003, lalu melanjutkan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Pagelaran dan selesai pada tahun 2006 kemudian melanjutkan sekolah di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pringsewu dan lulus pada tahun 2009.

Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa baru di Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Jurusan Pendidikan IPS Program Studi Pendidikan Ekonomi melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Pada tahun 2014, penulis mengikuti Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dan studi banding dengan tujuan Solo, Bali, Yogyakarta, Bandung dan Jakarta. Penulis juga telah menyelesaikan Program Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) pada bulan Juli-September 2014 di Kabupaten Lampung Barat.


(17)

SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Skripsi ini berjudul “Studi Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Melalui Model Pembelajaran Discovery Learning dan Project-Based Learning”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan do’a, bimbingan, motivasi, kritik dan saran yang telah diberikan oleh berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih secara tulus kepada.

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerja Sama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;


(18)

4. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidiakn Universitas Lampung;

5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

6. Bapak Drs. Hi. Nurdin, M.Si., selaku Ketua Program Studi serta Pembimbing Akademik Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, terima kasih atas bimbingan, nasehat dan ilmu yang telah bapak berikan;

7. Ibu Dr. Pujiati, S.Pd., M.Pd., selaku Pembimbing I atas kesabaran, arahan, masukan, serta ketelitian dalam membimbing penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi dengan baik;

8. Bapak Drs. Yon Rizal, M.Si selaku Penguji yang telah membantu dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terima kasih untuk semua kebaikan dan nasehat yang telah diberikan;

9. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan IPS FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan ilmunya kepada penulis;

10.Bapak dan Ibu bagian Akademik FKIP Universitas Lampung;

11.Bapak Drs. Suwardi SY selaku Kepala Sekolah SMP N 1 Pagelaran yang telah mengizinkan penulis melaksanakan penelitian di sekolah yang beliau pimpin;


(19)

12.Bapak Y. Setyoadi, S.Pd., selaku guru pengampu IPS Terpadu di SMP N 1 Pagelaran yang telah memberikan banyak pengetahuan baru bagi penulis, serta untuk istri dan seluruh keluarga dengan segala cerita-cerita kalian yang banyak menginspirasi penulis;

13.Om Herdi dan Kak Dani, untuk bantuan, informasi, semangat dan candaan; 14.Ibu Sunarsih dan Bapak Sri Widodo yang dengan segala kemampuannya,

mau dan mampu mencukupi segala yang dibutuhkan sehinggga saya bisa sampai sejauh ini. Semoga nantinya hal ini akan bermanfaat, mampu untuk membuat kalian tersenyum bahagia dan bangga. Terima kasih untuk doa, cinta dan kasih sayang yang telah kalian berikan;

15.Mbak, adik dan keponakan ku tersayang: Bunga Asri, Endah Aprilia Sari, Arif Hidayat dan Mohammad Iqbal. Terima kasih untuk dukungan, kebersamaan, keceriaan dan semangatnya selama ini;

16.Keluarga besarku yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas doa, dukungan dan kasih sayangnya;

17.Heni dan Isra. Terimakasih untuk kebersamaan dan cinta empat tahun ini, semoga setelah ini tetap ada empat tahun-empat tahun selanjutnya untuk kita;

18.Ica, Dedek, Arrum, Tata, Meilani, Desi, Retta, Leny. Terimakasih untuk cinta yang nyata ada saat ini, untuk tebengan dan tumpangan kosan selama ini, untuk bantuan-bantuan kalian yang sangat berarti;

19.Teman-teman Pendidikan Ekonomi Angkatan 2011, terima kasih atas persahabatan dan kebersamaan yang terjalin selama ini;


(20)

20.Keluarga besar KKN-KT Tawan Sukamulya 2014: Winarni, Desy, Fina, Firma, Indra, Dwi, Elisa, Munir, Aryo. Bapak dan Ibu Sadeli, SMP N 1 Atap 3 Tawan Sukamulya serta seluruh warga pekon Tawan Sukamulya. Terimakasih untuk tiga bulan yang luar biasa mengesankan;

21.Kakak dan adik tingkat di FKIP Ekonomi angkatan 2007–2014 terimakasih untuk bantuan dan kebersamaannya selama ini;

22.Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.

Penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kebaikan yang telah diberikan dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Aamin.


(21)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, menengah dan tinggi. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang diharapkan bisa menjadikan anak-anak bangsa cerdas dan berakhlak. Pendidikan ini bertujuan memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan kepada anak sehingga mampu mengenali permasalahan yang ada dalam hidupnya dan mengatasi serta menyelesaikan permasalahan tersebut dengan bijak. Proses pembelajaran dalam pendidikan formal menggunakan pendekatan, strategi, model pembelajaran, media dan juga metode sesuai dengan materi yang akan dipelajari. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

Pendidikan harus bisa mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupannya.


(22)

2

Konsep pendidikan tersebut terasa semakin penting ketika siswa harus memasuki kehidupan di masyarakat dan dunia kerja, karena siswa harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk menghadapi masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari saat ini maupun yang akan datang.

Proses pembelajaran yang dirancang oleh guru akan memberi pengaruh besar bagi hasil belajar siswa-siswa mereka. Pembelajaran yang menyenangkan dan tidak bersifat menghafal akan membuat siswa memahami lebih dalam tentang apa yang diajarkan guru dan membuat hasil belajar mereka menjadi baik. Dewasa ini, proses pembelajaran diharapkan berpusat pada siswa, membentuk students’s self concept, terhindar dari verbalisme, memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum dan prinsip, serta mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa. Pembelajaran seperti ini akan terjadi bila kita menggunakan pendekatan ilmiah dalam proses pembelajarannya. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah lebih mengedepankan penalaran induktif (inductive reasoning) daripada penalaran deduktif (deductive reasoning). Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan. Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum.


(23)

3

Namun, pada kenyataannya yang terjadi dalam proses pembelajaran di kebanyakan sekolah-sekolah formal adalah sebaliknya. Guru-guru masih banyak menggunakan model pembelajaran tradisional, seperti guru yang menjadi pusat pembelajaran dan pusat segala informasi. Proses belajar juga masih sekedar pembelajaran verbalisme, bukan konsep. Akibatnya hasil belajar para siswa tidak begitu baik, dimana hasil belajar merupakan salah satu indikator keberhasilan proses belajar mengajar. Pendidikan formal biasanya mengukur hasil belajar dengan cara memberikan tes kepada siswanya. Tes tersebut bisa berupa lisan maupun tulisan.

Hal ini juga terjadi pada proses pembelajaran di SMP Negeri 1 Pagelaran. Melalui wawancara yang dilakukan penulis dengan guru IPS Terpadu di sekolah tersebut, diketahui bahwa pada mata pelajaran IPS Terpadu, guru pengampu merasa kesulitan untuk menerapkan model pembelajaran yang berpusat pada siswa karena para peserta didik dirasa belum mampu untuk belajar mandiri seperti yang diharapkan.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dikembangkan secara terpadu, tidak dipisah dalam kelompok geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi. Pembelajaran IPS diintegrasikan melalui konsep ruang, koneksi antar ruang dan waktu. Ruang adalah tempat manusia beraktivitas, koneksi antar ruang menggambarkan mobilitas manusia antara satu tempat ke tempat lain, dan waktu menggambarkan masa di mana kehidupan manusia itu terjadi. Tujuan IPS lebih menekankan pada pengetahuan tentang bangsanya, semangat kebangsaan, patriotisme, serta aktivitas masyarakat di bidang ekonomi dalam ruang wilayah


(24)

4

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada pelaksanaan kegiatan pembelajarannya, peserta didik lebih diarahkan untuk memiliki kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungannya.

Proses belajar Ilmu Pengetahuan Sosial cenderung hanya tekstual dan menggunakan metode yang kadang membosankan sehingga untuk mengubah anggapan bahwa pelajaran IPS dan dalam pembelajarannya membosankan perlu dilakukan inovasi agar pembelajaran dapat membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan. Pengalaman yang diperoleh siswa akan semakin berkesan apabila proses pembelajaran yang diperolehnya merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya sendiri. Keterlibatan guru hanya sebagai fasilitator dan moderator dalam proses pembelajaran tersebut.

Hasil belajar IPS Terpadu siswa SMP N 1 Pagelaran kelas VII pada ranah kognitif masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya siswa yang belum mampu memperoleh nilai di atas kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh pihak sekolah ketika mereka menghadapi ujian tengah semester. Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan di SMP Negeri 1 Pagelaran Tahun Pelajaran 2014/2015 diketahui hasil belajar siswa sebagai berikut.


(25)

5

Tabel 1. Hasil Ujian Tengah Semester Ganjil Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran Tahun Pelajaran 2014/2015

No. Kelas Nilai Jumlah

Siswa <75 ≥75

1 VII 1 13 19 32

2 VII 2 14 18 32

3 VII 3 19 13 32

4 VII 4 20 12 32

5 VII 5 17 15 32

6 VII 6 22 9 31

7 VII 7 18 14 32

8 VII 8 21 11 32

9 VII 9 17 15 32

10 VII 10 19 12 31

Jumlah 180 138 318

% 56,6 43,4 100

Sumber: Guru mata pelajaran IPS Terpadu

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh SMP Negeri 1 Pagelaran untuk mata pelajaran IPS Terpadu pada ranah kognitif sebesar 75. Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa hasil belajar yang diperoleh siswa pada ujian mid semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 masih belum optimal. Hal ini dikarenakan hanya 138 siswa (43,4%) dari 318 siswa yang mendapat nilai ≥75, berarti 180 siswa (56,6%) memperoleh nilai <75. Siswa yang tidak mencapai KKM harus mengikuti remedial atau perbaikan.

Beberapa faktor mempengaruhi hasil belajar siswa, diantaranya adalah: 1. faktor intern (dari dalam diri), meliputi:

a. faktor jasmaniah: faktor kesehatan, cacat tubuh;

b. faktor psikologis: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan;

c. faktor kelelahan.

2. faktor ekstern (dari luar diri), meliputi:

a. faktor keluarga: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, perhatian orang tua, latar belakang kebudayaan;


(26)

6

b. faktor sekolah: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan guru, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah. Standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah;

c. faktor masyarakat: kegiatan siswa dalam masyarakat, media masa, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.

(Slameto, 2003: 54-71)

Hasil belajar siswa yang belum optimal diduga dipengaruhi oleh model pembelajaran guru. Model pembelajaran yang paling banyak digunakan oleh para guru adalah semacam ceramah atau menerangkan apa yang ada di dalam buku teks. Porsi ini bisa sekitar 80 persen, baru sisanya semacam praktek di laboratorium, diskusi dan demonstrasi. Model pembelajaran yang baik adalah bagaimana siswa bisa mengerti, untuk bisa membuat siswa mengerti yang paling bagus adalah mengajak mereka berpatisipasi untuk membangun sendiri pengetahuannya dengan diskusi, mengamati, menemukan dan memecahkan masalah atau menugaskan mereka membuat sebuah karya. Intinya mereka mengerti karena keterlibatan mereka, biasanya jika mereka melalui proses mengalami seperti ini, mereka akan lebih mengerti dan pengetahuan tersebut bisa bertahan lebih lama daripada ketika mereka hanya mendengarkan ceramah guru saja.

Upaya yang dapat dilakukan oleh peneliti untuk mengatasi hal demikian adalah dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat yang diduga akan mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru sehingga pembelajaran berlangsung efektif dan melibatkan peran aktif siswa yang diharapkan bisa meningkatkan hasil belajar mereka.


(27)

7

Salah satu model pembelajaran yang membuat siswa membangun sendiri pengetahuannya adalah Discovery Learning (DL). DL adalah model pembelajaran yang sengaja dirancang untuk meningkatkan keaktifan siswa yang lebih besar, berorientasi pada proses, untuk menemukan sendiri informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan instruksional. Oleh karena itu, model ini berorientasi pada proses dan hasil secara bersama-sama. Fair dan Kachaturoff dalam Ngalimun (2014: 40) menyatakan “sebagaimana dikemukakan oleh para ahli, pembelajaran ini kemungkinan adalah metode yang paling membantu dalam pembelajaran IPS dengan penelitian sebuah masalah yang memerlukan pembuktian secara ilmiah”. Kegiatan pembelajaran semacam ini menjadikan siswa aktif dalam proses pembelajaran, guru hanya berperan sebagai fasilitator untuk mengatur jalannya pembelajaran. Proses pembelajaran yang demikian membawa dampak positif pada pengembangan kreativitas berpikir siswa.

Adanya perbedaan aktivitas antara siswa yang menggunakan model pembelajaran Discovery Learning (DL) dan model pembelajaran Project-Based Learning (PjBL) akan memberikan berbagai kemungkinan hasil belajar siswa. Perbedaan aktivitas dalam proses pembelajaran DL dan PjBL tersebut dapat memberikan hasil belajar IPS Terpadu yang berbeda yaitu diharapkan lebih tingginya hasil belajar IPS Terpadu siswa yang diberi model pembelajaran DL dibandingkan PjBL ataupun sebaliknya yaitu hasil belajar IPS Terpadu siswa yang diberi model pembelajaran PjBL lebih tinggi dibandingkan DL.


(28)

8

Model yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar dan pembelajaran di kelas diduga diperlukan untuk menambah semangat siswa saat belajar dan diharapkan bisa meningkatkan hasil belajar mereka. Kedua model tersebut, Discovery Learning dan Project Based-Learning, dapat digunakan secara kreatif dan inovatif baik oleh guru maupun siswa untuk menunjang kondisi pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Serta, kedua model ini dapat memberikan perbandingan hasil belajar IPS Terpadu siswa sehingga guru dapat menggunakan media yang tepat dan baik untuk meningkatkan hasil belajar IPS Terpadu. Berdasarkan latar belakang tersebut maka hendak dikaji lebih lanjut mengenai:

Studi Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa melalui Model Pembelajaran Discovery Learning dan Project-Based Learning

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut.

1. SMP Negeri 1 Pagelaran yang merupakan salah satu lembaga pendidikan formal diharapkan bisa memberi bekal keterampilan dan pengetahuan bagi siswa agar mampu mengenali dan memecahkan permasalahan.

2. Hasil belajar IPS Terpadu pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran Tahun Pelajaran 2014/2015 masih rendah.

3. Proses pembelajaran yang cenderung masih tradisional dan berpusat pada guru.


(29)

9

5. Belum digunakannya model pembelajaran yang bersifat konstruktivisme atau model pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk menemukan dan membangun sendiri pengetahuannya.

C.Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan, tampak bahwa hasil belajar ranah kognitif mata pelajaran IPS Terpadu dipengaruhi beberapa faktor, baik dari guru maupun dari siswa. Maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada studi perbandingan hasil belajar IPS Terpadu siswa pada ranah kognitif yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dan Project-Based Learning.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dan Project-Based Learning?

2. Apakah terdapat perbedaan efektivitas antara model pembelajaran Discovery Learning dan Project-Based Learning terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa?


(30)

10

E.Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui. 1. Perbedaan hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang diajarkan dengan

menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dan Project-Based Learning.

2. Perbedaan efektivitas antara model pembelajaran Discovery Learning dan Project-Based Learning terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa.

F. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan secara teoritis dan praktis sebagai berikut. 1. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, yakni dapat menambah referensi penelitian dalam pengembangan dan penggunaan model pembelajaran Discovery Learning dan Project-Based Learning yang disesuaikan dengan materi yang disampaikan untuk meningkatkan hasil belajar.

2. Secara praktis

a. Bagi guru, menjadikan model pembelajaran Discovery Learning dan Project-Based Learning sebagai alternatif model pembelajaran untuk diterapkan dalam pembelajaran IPS Terpadu.

b. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman belajar berbeda yang dapat menumbuhkan rasa kerjasama yang positif antar siswa dan dapat membuat siswa merasa menjadi ilmuan karena menemukan sendiri pengetahuannya.


(31)

11

c. Bagi peneliti, yaitu memberikan pengalaman sebagai calon guru dalam menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dan Project Based-Learning di kelas.

d. Bagi sekolah, yaitu memberikan sumbangan pemikiran untuk meningkatkan mutu pembelajaran IPS Terpadu di sekolah dengan penggunaan model pembelajaran Discovery Learning dan Project-Based Learning di sekolah.

G. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Ruang lingkup objek penelitian

Objek penelitian ini adalah model pembelajaran Discovery Learning dan Project-Based Learning dan hasil belajar ranah kognitif IPS Terpadu. 2. Ruang lingkup subjek penelitian

Ruang lingkup subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII. 3. Ruang lingkup tempat penelitian

Ruang lingkup tempat penelitian adalah di SMP N 1 Pagelaran. 4. Ruang lingkup waktu penelitian

Waktu penelitian adalah pada semester genap Tahun Pelajaran 2014/2015. 5. Ruang lingkup ilmu


(32)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Belajar dan Hasil Belajar

Hasil belajar tidak akan diperoleh jika tidak melalui proses belajar, maka dari itu dalam bagian ini juga akan dibahas beberapa pendapat ahli tentang definisi belajar dan juga teori-teori yang mendukung pendapat tersebut.

1.1Belajar

Belajar merupakan suatu proses untuk mengubah yang tidak tahu menjadi tahu, yang tidak bisa menjadi bisa dan yang tidak mengerti menjadi mengerti. Lebih dari itu, belajar merupakan media atau pengantar seseorang untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana pun dia berada. Kemampuan menyesuaikan diri tentunya sangat diperlukan dalam pergaulan kehidupan sehari-hari, baik itu di lingkungan sekolah, masyarakat dan juga lingkungan kerja nantinya. Belajar menghasilkan perubahan pengetahuan, sikap, tingkah laku, pemahaman, keterampilan, dan banyak aspek lainnya yang akan membuat orang-orang belajar mengerti, memahami dan menerima sehingga bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya.


(33)

13

Menurut Cronbach dalam Riyanto (2012: 5), belajar adalah suatu cara mengamati, membaca, meniru, mengintimasi, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu. Cronbach memiliki pandangan bahwa belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami sesuatu yaitu menggunakan pancaindra. Teori yang mendukung pendapat Cronbach ini adalah Teori Connectionism yang dikemukakan oleh Thorndike dalam Riyanto (2012: 6), menyatakan bahwa dasar dari belajar adalah asosiasi antara kesan pancaindra (sense impression) dan impuls untuk bertindak atau terjadinya hubungan antara stimulus dan respon.

Belajar dengan mengalami sendiri diduga bisa membuat siswa lebih memahami akan apa yang ia pelajari, dengan mengalami siswa diharapkan akan tahu mengapa, tahu bagaimana dan juga tahu apa, dimana ketiga hal tersebut adalah indikator dari ranah-ranah pembelajaran dalam proses pendekatan saintifik yaitu ranah afektif, psikomotorik dan juga kognitif.

Belajar menurut Soemanto (2002: 104) adalah proses dasar dari perkembangan hidup manusia, dengan pertumbuhan perkembangan itu manusia dapat mengadakan penyesuaian-penyesuaian terhadap lingkungannya. Teori yang mendukung pendapat ahli ini adalah teori belajar kognitif, Riyanto (2012: 9), yakni teori yang lebih mementingkan proses belajar dan menganggap bahwa belajar tidak hanya sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon.


(34)

14

Tokoh dalam teori ini antara lain Piaget, Wertheimer dan Kohler. Menurut teori ini, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan.

Belajar menurut Hamalik (2004: 36) adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan. Pendapat ini didukung oleh teori psikologi humanistik yang menganggap bahwa tiap-tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri, Soemanto (2002: 135). Tokoh dalam aliran teori ini antara lain Combs, Maslov dan Rogers.

Siswa biasanya belajar dengan menggabungkan pengetahuan yang sudah dimiliki dengan pengetahuan yang baru diterima untuk nantinya memperkuat pengetahuan lama tersebut dan juga membentuk pengetahuan atau pemahaman baru. Proses penggabungan tersebut terjadi secara bertahap. Degeng dalam Riyanto (2012: 6) menyatakan bahwa belajar merupakan pengaitan pengetahuan baru pada struktur kognitif yang sudah dimiliki si pebelajar. Hal ini berarti bahwa peserta didik akan menghubung-hubungkan pengetahuan yang sudah ia miliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru saja dia dapatkan. Pendapat Degeng didukung oleh Piaget. Piaget dalam Riyanto


(35)

15

(2012:9) mengemukakan teori bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan yaitu (1) asimilasi, yang berarti proses penyatuan informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa, (2) akomodasi, yaitu penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru dan (3) equilibrasi, yaitu penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.

Jadi, bisa dikatakan bahwa belajar merupakan aktivitas nyata para peserta didik dalam mengalami sesuatu dengan mengoptimalkan semua pancaindra yang mereka miliki dan memanfaatkan pengetahuan yang sudah lama mereka ketahui untuk kemudian menghasilkan pengetahuan baru.

1.2Hasil Belajar

Hasil belajar akan diperoleh setelah melalui segala proses pembelajaran. Pendidikan formal biasanya menilai hasil belajar siswa mereka dengan mengadakan tes yang dilakukan setelah proses belajar-mengajar. Hasil tes tersebut menjadi salah satu indikator keberhasilan proses belajar-mengajar yang dilakukan sebelumnya. Ranah pembelajaran yang diukur melalui tes adalah ranah kognitif (pengetahuan).

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3), hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak mengajar. Hasil belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku. Bukti seseorang telah belajar


(36)

16

ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut. Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek, hal ini akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut. Aspek-aspek itu menurut Hamalik (2004: 36) adalah pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap.

Hasil belajar yang diharapkan dalam setiap pembelajaran tentunya adalah hasil belajar yang baik, dimana hal tersebut adalah sesuatu yang sangat bisa diusahakan dengan berbagai macam cara. Misalnya dengan menciptakan proses pembelajaran yang berkesan dengan menerapkan model-model pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa mengerti dan pengetahuan yang ia dapat bisa bertahan lama dan diaplikasikan dalam kehidupannya.

Sardiman (2001: 49) mengemukakan bahwa hasil pembelajaran itu dapat dikatakan baik apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

a. Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa;

b. Hasil itu merupakan pengetahuan asli atau otentik. Pengetahuan hasil proses belajar-mengajar itu bagi siswa seolah-olah telah merupakan bagian kepribadian bagi diri setiap siswa, sehingga akan dapat mempengaruhi pandangan dan cara mendekati suatu permasalahan. Sebab pengetahuan itu dihayati dan penuh makna bagi dirinya.

Agar hasil belajar dapat tercapai secara optimal maka proses pembelajaran harus dilakukan dengan sadar dan terorganisir. Sadirman (2001: 19) mengemukakan bahwa agar memperoleh hasil belajar yang


(37)

17

optimal, maka proses belajar dan pembelajaran harus dilakukan dengan sadar dan sengaja serta terorganisir.

Berdasarkan pendapat diatas, hasil belajar dapat diartikan sebagai suatu perubahan ke arah yang lebih baik yang dicapai seseorang setelah menempuh proses belajar. Hasil belajar diperoleh siswa setelah melalui proses belajar yang dapat dilihat dari nilai yang diperoleh setelah mengikuti tes, dan hasil belajar memiliki arti penting dalam proses pembelajaran di sekolah yang dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan proses tersebut.

Hasil belajar seorang siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan juga eksternal. Faktor internal antara lain yaitu faktor biologis dan psikologis, sedangkan faktor eksternal yakni lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat, faktor lingkungan sekolah salah satu didalamnya ialah model pembelajaran. Model pembelajaran akan berpengaruh pada pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan. Siswa dituntut untuk aktif dalam pembelajaran sehingga pada penerapan model pembelajaran diusahakan siswa tidak bosan agar mereka lebih termotivasi dalam belajar sehingga berdampak pada hasil belajar yang optimal.

2. Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan suatu pedoman yang dapat membantu guru dalam perencanaan, proses serta aktivitas belajar mengajar. Melalui


(38)

18

model pembelajaran diharapkan proses belajar mengajar lebih terarah dan tidak keluar dari tujuan pembelajaran melalui indikatornya. Sani (2013: 89) mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual berupa pola prosedur sistematik yang dikembangkan berdasarkan teori dan digunakan dalam mengorganisasikan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar.

Model pembelajaran menurut Hamiyah dan Jauhar (2014: 57) merupakan cara atau teknik penyajian yang digunakan guru dalam proses pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran diadakan dengan maksud untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan cara-cara yang menyenangkan dan variatif sehingga membuat para siswa merasa tertantang dan tidak cepat bosan dalam proses belajar mengajar. Penggunaan model pembelajaran diharapkan bisa membuat para siswa memahami materi-materi pelajaran mereka dengan lebih baik, melalui bimbingan guru juga diharapkan para siswa akan mengerti pentingnya materi-materi tersebut sehingga mereka tidak keberatan untuk mempelajarinya.

Lebih lanjut lagi Hamiyah dan Jauhar (2014: 58) mengungkapkan bahwa model pembelajaran adalah cara, contoh maupun pola yang mempunyai tujuan untuk menyajikan pesan kepada siswa yang harus diketahui, dimengerti dan dipahami yaitu dengan cara membuat suatu pola atau contoh dengan bahan-bahan yang dipilih oleh para pendidik atau guru sesuai dengan materi yang diberikan dan kondisi dalam kelas.

Pola-pola tersebut akan disajikan secara berbeda-beda oleh tiap guru, bergantung pada kekreatifan masing-masing guru. Guru yang kreatif akan


(39)

19

lebih banyak menggunakan model pembelajaran yang dapat membuat siswa tertarik untuk belajar sehingga mereka akan aktif mencari informasi tentang materi pelajaran. Seperti yang disebutkan Ngalimun (2014: 27) bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas.

3. Pendekatan Saintifik

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.

Menurut Kemdikbud (2014: 8), pembelajaran dengan pendekatan saintifik dapat didefinisikan sebagai pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum, atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan pertanyaan, mengumpulkan informasi, mengolah informasi dan menarik kesimpulan serta mengomunikasikan kesimpulan.

Pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach). Pembelajaran dengan pendekatan saintifik menjadikan peserta didik mengkonstruksi pengetahuan bagi dirinya. Bagi peserta didik, pengetahuan yang dimilikinya bersifat dinamis, berkembang dari sederhana menuju kompleks, dari ruang lingkup dirinya dan di sekitarnya menuju ruang lingkup yang lebih luas, dan dari yang bersifat konkrit menuju abstrak. “Sebagai manusia yang sedang berkembang, peserta didik


(40)

20

telah, sedang, dan/atau akan mengalami empat tahap perkembangan intelektual, yakni sensori motor, pra-operasional, operasional konkrit, dan operasional formal” (Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013). Proses pembelajaran saintifik menyentuh tiga ranah pembelajaran, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Menurut Daryanto (2014: 51), pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dari berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.

Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana di maksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, dan mengkomunikasikan untuk semua mata pelajaran. Majid (2014: 95) menyebutkan bahwa pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi, menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja tidak tergantung pada info searah dari guru.

Pendekatan saintifik bertumpu pada kegiatan belajar-mengajar yang lebih banyak mengarah pada siswa dan melibakan guru hanya sebagai motivator, fasilitator dan juga mediator pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih mandiri dalam pembelajaran dan lebih mengerti tentang apa yang dipelajari karena lebih banyak terlibat dan tidak hanya sebagai pendengar ceramah guru.


(41)

21

4. Model Pembelajaran Discovery Learning

4.1Pengertian Discovery Learning

Model Discovery Learning (DL) mengacu kepada teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri. Sebagai model pembelajaran, DL mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (penemuan) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini, hanya saja DL lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Hal ini telah diklarifikasi oleh Marsh di tahun 1991 dalam Ngalimun (2014: 34), beliau menyebutkan bahwa “inkuiri telah digunakan sebagai sinonim bagi “inductive thingking”, “problem solving”,

“discovery”, dan “critical thingking”. Perbedaan inkuiri dan problem

solving dengan discovery learning ialah bahwa pada discovery learning masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru”.

Seif dalam Ngalimun (2014: 33) mengartikan inkuiri adalah mengetahui bagaimana menemukan sesuatu dan bagaimana mengetahui cara untuk memecahkan masalah. Menginkuiri tentang sesuatu berarti mencari informasi, memiliki rasa ingin tahu, menanyakan pertanyaan, menyelidiki dan mengetahui keterampilan yang akan membantunya memecahkan masalah.

Dengan melakukan pembelajaran seperti ini, siswa diharapkan lebih mandiri dalam belajar serta memiliki keberanian untuk mengajukan


(42)

22

pertanyaan. Sering dijumpai dalam proses pembelajaran di kelas, siswa merasa malu apabila akan mengajukan pertanyaan karena berbagai alasan, misalnya karena takut dengan guru atau takut diejek temannya karena tidak tahu dan terus bertanya. Keadaan seperti ini biasanya akan terjadi apabila guru terbiasa melakukan pembelajaran konvensional.

Menurut Johnson dalam Soemanto (2003: 228) Discovery Learning adalah usaha untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang lebih dalam. Sementara itu penjelasan lebih spesifik dinyatakan oleh Sund dalam Suryosubroto (2002: 193) yaitu discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasikan sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya: mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya.

Melihat dari pendapat para ahli di atas, Discovery Learning sengaja dirancang untuk meningkatkan keaktifan siswa yang lebih besar, berorientasi pada proses, untuk menemukan sendiri informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan instruksional. Dengan demikian model discovery berorientasi pada proses dan hasil secara bersama-sama.


(43)

23

4.2Teori-Teori yang Mendukung Discovery Learning

1. Teori Discovery Learning

Teori ini dikemukakan oleh Bruner. Yang menjadi dasar ide Bruner adalah pendapat dari Piaget yang merupakan penggagas teori belajar kognitif. Oleh karena itu, teori Discovery Learning merupakan teori yang termasuk ke dalam teori belajar kognitif. Piaget dalam Riyanto (2012:12) menyatakan bahwa anak atau siswa harus berperan secara aktif di dalam belajar di kelas. Untuk itu, Bruner memakai cara yang disebut Discovery Learning.

2. Teori Problem Solving

Teori Discovery Learning didukung oleh Complete Art Reflective Activity atau dikenal dengan Problem Solving yang dikemukakan oleh J. Dewey dalam Soemanto (2003: 134). Teori ini mendukung DL karena pembelajaran dalam model ini diawali dengan adanya masalah.

3. Teori Konstruktivisme

Teori ini memusatkan perhatian berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar pada hasilnya, Riyanto (2012: 151). Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini akan mendorong siswa untuk belajar lebih mandiri dalam proses belajar mengajar sebagaimana yang dihakikatkan oleh Discovery Learning.


(44)

24

4.3Langkah-Langkah Pembelajaran Discovery Learning

Kegiatan inti untuk model pembelajaran penemuan menurut Ngalimun (2014: 35) adalah sebagai berikut.

1. Penerimaan dan Pendefinisian Masalah 2. Pengembangan Hipotesis

3. Pengumpulan Data 4. Pengujian Hipotesis 5. Penarikan Kesimpulan

Proses awal DL dimulai ketika siswa menerima dan mengidentifikasi sebuah masalah yang membutuhkan penjelasan dimana masalah yang ada adalah masalah yang ditimbulkan atau direkayasa oleh guru. Setelah situasi yang membingungkan disajikan, siswa mulai mengembangkan jawaban sementara bagi permasalahan itu kemudian mengumpulkan data untuk menguji jawaban sementara mereka. Ketika semua data telah dikumpulkan mereka kemudian mencermati dan selanjutnya membedakan antara penjelasan-penjelasan yang menyesatkan dengan penjelasan yang memadai atau cocok. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran data, jawaban sementara dicek kebenarannya dan kemudian siswa bersama guru membuat kesimpulan pembelajaran.

4.4Keunggulan dan Kelemahan Discovery Learning

Seperti halnya model pembelajaran lain, Discovery Learning memiliki beberapa keunggulan namun juga tidak luput dari beberapa kelemahan. Hal ini merupakan hal yang lumrah karena sebenarnya tidak ada yang


(45)

25

sempurna dan juga tidak ada model pembelajaran yang sempurna dan cocok untuk semua mata pelajaran. Beberapa keuntungan belajar penemuan menurut Ngalimun (2014:41) adalah sebagai berikut.

1. Ekonomis dalam menggunakan pengetahuan.

2. Memungkinkan siswa memandang isi dalam sebuah cara yang lebih realistik dan positif karena dapat menganalisis dan menerapka data untuk pemecahan masalah.

3. Secara intrinsik pendekatan ini sangat memotivasi siswa.

4. Memungkinkan hubungan siswa dan guru lebih hangat karena guru lebih bertindak sebagai fasilitator pembelajaran.

Selain memiliki beberapa keuntungan, Ngalimun (2014:41) mengatakan discovery (penemuan) juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya membutuhkan waktu belajar yang lebih lama dibandingkan dengan belajar menerima dan siswa lebih menyukai pendekatan per bab yang tradisional.

5. Model Pembelajaran Project-Based Learning

5.1 Pengertian Project-Based Learning

Dewasa ini, para peneliti pembelajaran berargumen tentang lingkungan belajar dalam konteks yang kaya. Pengetahuan yang kokoh dan bermakna guna dapat dibangun melalui pengalaman nyata para siswa. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan tugas dan pekerjaan yang otentik. Tugas-tugas yang diberikan kepada para siswa haruslah tugas yang mampu memberikan suasana kerja kolaboratif. Project-Based Learning bisa dijadikan salah satu pilihan


(46)

26

untuk memberikan pengetahuan yang dibangun melalui pengalaman nyata yang bersifat kolaboratif.

Blumenfeld et.al dalam Ngalimun (2014: 183) mendeskripsikan Project-Based Learning atau model pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang berpusat pada proses relatif berjangka waktu, berfokus pada masalah, unit pembelajaran bermakna dengan mengintegrasikan konsep-konsep dari sejumlah komponen pengetahuan atau disiplin atau lapangan studi.

Proyek atau tugas yang dilakukan akan dikerjakan oleh siswa secara berkelompok. Hal ini dapat membantu membangun kemampuan kolaboratif siswa. Mengajarkan siswa untuk bekerja sama dengan teman satu kelompoknya dan juga orang lain, dimana hal ini adalah hakikat dari manusia sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.

Kosasih (2014: 96) mendefinisikan Project Based-Learning sebagai model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai tujuannya. Fokus model pembelajaran ini adalah pada aktivitas siswa yang berupa pengumpulan informasi dan pemanfaatan untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan siswa sendiri atau bagi orang lain namun tetap terkait dengan kompetensi dasar dalam kurikulum.

Project Based-Learning merupakan model pembelajaran yang memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk merencanakan aktivitas belajar dan pada akhirnya menghasilkan produk kerja yang dapat dipresentasikan kepada orang lain. Hasil tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat kepada orang lain atau paling tidak bermanfaat bagi siswa sendiri.


(47)

27

Sementara itu, Hosnan (2014: 319) mengartikan Project Based-Learning sebagai model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Guru menugaskan siswa untuk melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasar pengalaman dalam beraktivitas secara nyata.

5.2 Teori-Teori yang Mendukung Project-Based Learning

1. Teori Belajar Konstruktivisme

Konstruktivisme adalah teori belajar yang mendapat dukungan luas yang bersandar pada ide bahwa siswa membangun pengetahuannya sendiri, Ngalimun (2014: 188). Project-Based Learning dapat dipandang sebagai salah satu pendekatan penciptaan lingkungan belajar yang dapat mendorong siswa mengkonstruk pengetahuan dan keterampilan.

2. Teori Aktivitas

Dalam penerapannya di kelas, bertumpu pada kegiatan aktif dalam bentuk melakukan sesuatu (doing) daripada kegiatan pasif “menerima” transfer pengetahuan dari pengajar, Ngalimun (2014: 187).

3. Teori Problem Solving

Project Based-Learning didukung oleh Complete Art Reflective Activity atau dikenal dengan Problem Solving yang dikemukakan oleh Dewey dalam Riyanto (2012: 12). Teori ini mendukung PjBL karena pembelajaran dalam model ini diawali dengan adanya masalah.


(48)

28

5.3Langkah-Langkah Pembelajaran Project-Based Learning

Penerapan PjBL harus dimulai dari perencanaan pembelajaran yang memadai, yakni dengan mengikuti tahapan sebagai berikut, Sani (2014: 178).

1. Menentukan Materi Proyek 2. Menentukan Tujuan Proyek

3. Mengidentifikasi keterampilan dan pengetahuan awal siswa yang dibutuhkan untuk melaksanakan proyek

4. Menentukan kelompok belajar

5. Menentukan jadwal pelaksanaan proyek

6. Mengevaluasi sumber daya dan material yang akan digunakan 7. Menentukan cara evaluasi yang akan digunakan

Proses awal PjBL adalah menetapkan misi proyek berdasarkan permasalahan yang diidentifikasi, kemudian menentukan tujuan proyek yang akan dikerjakan. Setelah itu, guru mengevaluasi siswa berdasarkan kemampuan awal mereka dan menentukan kelompok belajar PjBL dan menentukan tenggat waktu pengerjaan proyek. Kemudian, mengevaluasi rencana penggunaan fasilitas untuk pelaksanaan program proyek dan merencanakan metode dan instrumen evaluasi untuk menilai setiap siswa yang bekerja dalam kelompok.

5.4 Keunggulan dan Kelemahan Project-Based Learning

Project-Based Learning merupakan model belajar yang diharap mampu untuk membantu siswa belajar melakukan tugas-tugas otentik menggunakan sumber-sumber yang terbatas secara efektif dan bekerja dengan orang lain. Pengalaman di lapangan baik dari guru maupun


(49)

29

siswa bahwa Project-Based Learning menguntungkan dan efektif sebagai pembelajaran, selain itu memilki nilai tinggi dalam peningkatan kualitas belajar siswa.

Sani (2014: 177) mengungkapkan beberapa keuntungan menggunakan pembelajaran berbasis proyek adalah sebagai berikut.

1. Meningkatkan motivasi siswa untuk belajar dan mendorong mereka untuk melakukan pekerjaan penting.

2. Membuat siswa lebih aktif dalam menyelesaikan permasalahan yang kompleks.

3. Meningkatkan kemampuan siswa dalam bekerjasama.

4. Meningkatkan keterampilan siswa dalam mengolah sumber daya.

5. Memberikan kesempatan belajar bagi siswa untuk berkembang sesuai kondisi dunia nyata.

6. Membuat suasana belajar jadi menyenangkan.

Sementara itu, beberapa kelemahan PjBL menurut Sani (2014: 177) adalah sebagai berikut.

1. Membutuhkan banyak waktu utuk menyelesaikan masalah dan menghasilkan produk.

2. Membutuhkan biaya yang cukup.

3. Membutuhkan guru yang terampil dan mau belajar.

4. Membutuhkan fasilitas, peralatan dan bahan yang memadai. 5. Tidak sesuai untuk siswa yang mudah menyerah dan tidak

memiliki pengetahuan serta keterampilan yag dibutuhkan. 6. Kesulitan melibatkan semua siswa dalam kerja kelompok.

Kesulitan-kesulitan tersebut bisa diatasi dengan cara kerja sama antara guru dengan siswa. Ketegasan dari guru dibutuhkan agar proses pembelajaran tidak menimbulkan keributan atau distraksi yang tidak berarti dari para siswa atau dari lingkungan pengerjaan proyek karena pembelajaran dilakukan dengan mengerjakan proyek tertentu.


(50)

30

Motivasi dari guru juga penting jika ada siswa yang mudah menyerah dalam proses pengerjaan proyek.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Tabel 2. Hasil Penelitian Yang Relevan

Nama Judul Hasil Penelitian

1. Hayati Dwiguna (2013)

Perbandingan Penggunaan

Model Guided Inquiry

(Inkuiri Terbimbing) dan Model Guided Discovery Learning Untuk

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran Fisika

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kedua model tersebut memberikan peningkatan pada prestasi belajar siswa. Model pmbelajaran guided inquiry

lebih meningkatkan prestasi belajar siswa secara signifikan jika dibandingkan dengan

guided discovery learning. Hal ini dapat dilihat dari perolehan uji-t dari kelas eksperimen dan kelas kontrol tersebut yaitu thitung

= 3,67 > ttabel = 2,66.

2. Rinta Doski Yance. Ermaniati Ramli. Fatni Mufit (2012)

Pengaruh Penerapan Model

Project Based Learning

(PBL) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Batipuh Kabupaten Tanah Datar

Hipotesis penelitian diterima pada taraf nyata 0,05. Dengan demikian terdapat pengaruh yang berarti dalam penerapan

Project Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar fisika siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 batipuh pada ranah kognitif.

3. Alqoshosh

„Alastihya‟

Hamid. (2013)

Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar Leaflet dengan Metode

Discovery Terhadap Aktivitas Belajar dan Penguasaan Materi oleh Siswa Pada Materi Pokok Ekosistem

Hasil penelitian menunjukkan penggunaan bahan ajar leaflet

dengan DL dapat meningkatkan penguasaan materi dengan rata-rata nilai pretes (37,64); postes (69,41); dan N-gain (50,64). Aktivitas belajar juga

mengalami peningkatan untuk semua aspek yang diamati pada kelas eskperimen, yaitu aspek bekerjasama dalam kelompok (92,16%); aspek melakukan diskusi (82,35%); dan aspek mempresentasikan hasil diskusi (75,49%).


(51)

31

Tabel 2 (Lanjutan)

Nama Judul Hasil Penelitian

4. Alqoshosh

„Alastihya‟

Hamid. (2013)

Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar Leaflet dengan Metode

Discovery Terhadap Aktivitas Belajar dan Penguasaan Materi oleh Siswa Pada Materi Pokok Ekosistem

Hasil penelitian menunjukkan penggunaan bahan ajar leaflet

dengan DL dapat meningkatkan penguasaan materi dengan rata-rata nilai pretes (37,64); postes (69,41); dan N-gain (50,64). Aktivitas belajar juga

mengalami peningkatan untuk semua aspek yang diamati pada kelas eskperimen, yaitu aspek bekerjasama dalam kelompok (92,16%); aspek melakukan diskusi (82,35%); dan aspek mempresentasikan hasil diskusi (75,49%). 5. Agus Supriyadi. Zainudin. Paridjo (2012)

Peningkatan Hasil Belajar Metode Discovery

Pembelajaran IPA Kelas IV SDN O3 Sungai Ambawang Kubu Raya

Hasil penelitian menunjukkan bahwa DL sangat efektif dan tepat hal ini diketahui dari rata-rata nilai evaluasi belajar siswa pada siklus I adalah sebesar 78,72 dan terjadi peningkatan setelah adanya perbaikan pembelajaran pada siklus II menjadi 97,76. 6. Indarti. Agus Suyudi. Chusnana Insjaf Yogihati (2014)

Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap

Kemampuan Memecahkan Masalah Siswa Kelas X SMAN 8 Malang

Hasil penelitian menunjukkan nilai thitung adalah 9,023. Nilai thitung = 9,0230 > 1,668 (t (66;.05)), nilai rata-rata kemampuan memecahkan masalah siswa yang

pembelajarannya menggunakan DLsebesar 79,83, sedangkan nilai rata-rata kemampuan memecahkan masalah siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional adalah 64,09. 7. Fatih Istiqomah. Sarengat. Muncarno (2014)

Penerapan Model Guided Discovery Learning Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa

Penerapan model GDLdapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Persentase

motivasi siswa pada siklus I (52,63%), pada siklus II (84,21%) meningkat sebesar 31,58%. hasil belajar kognitif siswa pada siklus I (63,16%), pada siklus II (84,21%) meningkat sebesar 21,05%.


(52)

32

Tabel 2 (Lanjutan)

Nama Judul Hasil Penelitian

8. Muhammad Fajar Dismawan. (2014)

Model Project-Based Learning untuk

Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Tematik Siswa Kelas IV Sulaiman SD Muhammadiyah Metro Pusat TP 2013/2014

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model PjBL dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa terlihat dari nilai rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 56,1 meningkat pada siklus II menjadi 69,29 dan meningkat lagi pada siklus III menjadi 84,46. Nilai rata-rata pada aspek kognitif siklus I sebesar 59,42 meningkat pada siklus II menjadi 62,66 dan meningkat lagi pada siklus III menjadi 81,63.

9. Ensya Wisti Agniya. (2014)

Pengaruh Penggunaan Metde Diskoveri (Discovery

Learning) Terhadap Aktivitas dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Pokok Ciri-Ciri Makhluk Hidup

Hasil penelitian menunjukkan aspek mengemukakan pendapat sebesar 86,20 %, aspek bertanya 93,10 %, dan aspek menjawab pertanyaan sebesar 70,68 %. Kemampuan berpikr kritis juga mengalami peningkatan dengan rata-rata nilai pretes (49,86); postes (76,44); dan N-gain

(48,52). Hasil analisis rata-rata N-gain kemampuan berpikir kritis penjelasan sederhana rata-ratanya sebesar 78,75;

membangun keterampilan dasar sebesar 56,90; dan

menyimpulkan sebesar 32,28. 10.Annisa

Yulistia. (2014)

Model Pembelajaran Berbasis Proyek untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV A SD Negeri 1 Metro Pusat TP 2013/2014

Hasil penelitian menunjukkan peningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan hasil belajar siswa, dapat dilihat dari nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa pada siklus 1 sebesar 63,47 (C+) meningkat pada siklus 2 menjadi 79,03 (B+). Rata-rata nilai afektif siswa pada siklus 1 sebesar 60,26 (C) meningkat pada siklus 2 menjadi 81,30 (A). Rata-rata nilai hasil belajar kognitif siswa siklus 1 yaitu 63,7 (C+) meningkat pada siklus 2 menjadi 81,18 (A).


(53)

33

Tabel 2 (Lanjutan)

Nama Judul Hasil Penelitian

11.Sandi Eka Putra. (2014)

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Dengan Media Grafis untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam

Pembelajaran Tematik Kelas IV SD Negeri 4 Bumi Jawa Lampung Timur

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model PBP dengan media grafis dapat meningkatkan hasil belajar siswa

dalam pembelajaran tematik kelas IV SD Negeri 4 Bumi Jawa Lampung Timur. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan persentase hasil belajar sikap siswa yaitu 50% pada siklus I dengan nilai rata-rata 60,41 dalam kategori

“cukup”, kemudian

meningkat menjadi 72,22% pada siklus II dengan nilai rata-rata 75 dalam

kategori “baik”, dan meningkat

menjadi 88,89% pada siklus III dengan nilai ratarata

79,16 dalam kategori “baik”.

C. Kerangka Pikir

Pencapaian tujuan suatu kegiatan bergantung pada bagaimana proses pelaksanaan kegiatan tersebut. Hasil belajar merupakan indikator untuk menggambarkan suatu proses pembelajaran yang sudah berlangsung. Tinggi rendahnya hasil belajar siswa menggambarkan keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar. Makin tinggi hasil belajar yang dicapai oleh siswa, berarti pendidik dan peserta didik telah berhasil mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan jika hasil yang diperoleh rendah berarti tujuan pembelajaran gagal dicapai dan menunjukkan proses belajar mengajar yang sudah berlangsung itu rendah. Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah faktor internal dan


(54)

34

faktor eksternal. Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam proses belajar-mengajar.

Pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach). Di dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik, peserta didik mengkonstruksi pengetahuan bagi dirinya. Bagi siswa, pengetahuan yang dimilikinya bersifat dinamis, berkembang dari sederhana menuju kompleks, dari ruang lingkup dirinya dan di sekitarnya menuju ruang lingkup yang lebih luas, dan dari yang bersifat konkrit menuju abstrak. Dua jenis model pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini yatu model pembelajaran Discovery Learning dan Project-Based Learning. Kedua jenis model pembelajaran ini adalah model-model pembelajaran yang disarankan dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik. Selain kedua model pembelajaran tersebut, ada satu lagi jenis model pembelajaran yang disarankan yaitu model pembelajaran Problem Based Learning. Namun, dalam penelitian ini dibatasi pada model pembelajaran Discovery Learning dan Project-Based Learning saja.

Discovery Learning sengaja dirancang untuk meningkatkan keaktifan siswa yang lebih besar, berorientasi pada proses, untuk menemukan sendiri informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan instruksional. Dengan demikian model discovery berorientasi pada proses dan hasil secara bersama-sama. Hal ini diharapkan bisa meningkatkan hasil belajar siswa dan juga


(55)

35

pemahaman mereka tentang materi karena siswa diajak untuk menemukan sendiri pengetahuan mereka.

Pengetahuan yang kokoh dan bermakna guna dapat dikonstruk melalui pengalaman nyata para siswa. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan tugas dan pekerjaan yang otentik. Tugas-tugas yang diberikan kepada para siswa haruslah tugas yang mampu memberikan suasana kerja kolaboratif. Project-Based Learning bisa dijadikan salah satu pilihan untuk memberikan pengetahuan yang dibangun melalui pengalaman nyata yang bersifat kolaboratif.

Untuk memperjelas faktor-faktor yang diteliti, faktor tersebut diberikan dalam bentuk variabel atau peubah, variabel bebas yaitu model pembelajaran Discovery Learning dan Project-Based Learning dan satu variabel terikatnya hasil belajar IPS Terpadu yang terdiri dari hasil belajar IPS Terpadu siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dan Project-Based Learning. Perbedaan aktivitas dalam proses pembelajaran DL dan PjBL tersebut dapat memberikan hasil belajar IPS Terpadu yang berbeda. Kedua model pembelajaran tersebut diduga mampu meningkatkan hasil belajar siswa jika diimplementasikan dengan baik. Diharapkan hasil belajar IPS Terpadu siswa yang diberi model pembelajaran DL lebih tinggi dibandingkan model pembelajaran PjBL ataupun sebaliknya yaitu hasil belajar IPS Terpadu siswa yang diberi model pembelajaran PjBLlebih tinggi dibandingkan siswa yang diberi model pembelajaran DL.


(56)

36

Berikut paradigma pada penelitian untuk memberikan gambaran dengan jelas mengenai kerangka pikir tersebut:

         

Gambar 1. Paradigma Penelitian. Ketuntasan belajar belum optimal Penerapan model pembelajaran belum bervariasi

Kelas eksperimen

Kelas kontrol

Tes Awal Tes Awal

Model pembelajaran Discovery Learning

Model pembelajaran Project-Based Learning

Tes Akhir Tes Akhir

Membandingkan hasil belajar antara kelas yang diberi treatment Discovery Learning dan Project-Based Learning


(57)

37

D. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Ada perbedaan hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dan Project-Based Learning.

2. Ada perbedaan efektivitas antara model pembelajaran Discovery Learning dan Project-Based Learning terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa.


(58)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen dengan pendekatan komparatif. Penelitian komparatif merupakan suatu penelitian yang bersifat membandingkan. Metode ini digunakan untuk mengetahui perbedaan satu variabel yaitu hasil belajar IPS Terpadu dengan perlakuan yang berbeda. Metode ini dilakukan dengan melakukan percobaan secara cermat untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara gejala yang timbul dengan variabel yang sengaja diadakan. Dua macam eksperimen digunakan dalam dua kelompok sampel yang berbeda. Terdapat dua jenis tes yang akan dilakukan pada penelitian ini yaitu tes awal dan tes akhir. Tes awal dilakukan sebelum kedua kelas diberi perlakuan guna mengetahui dengan lebih pasti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan (kondisi yang sama). Tes akhir yang dilaksanakan setelah kelas diberi perlakuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa.

Desain penelitian digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2. Desain Penelitian.

O1 X1 O2

...


(59)

39

Keterangan:

O1: kelas eksperimen sebelum diberikan treatment O3: kelas kontrol sebelum diberikan treatment

X1: treatment model pembelajaran Discovery Learning X2: treatment model pembelajaran Project-Based Learning O2: kelas eksperimen setelah diberikan treatment

O4: kelas kontrol setelah diberikan treatment

1. Prosedur Rancangan

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Memberikan perlakuan kepada dua kelas dengan menggunakan model pembelajaran yang berbeda, sebelum diberikan pembelajaran siswa terlebih dahulu diberikan tes awal.

b. Pembelajaran pada kelas eksperimen dilakukan dalam 4 kali pertemuan dimana setiap pertemuan beralokasi waktu 80 menit, begitu pula di kelas kontrol.

c. Melakukan tes akhir pada siswa untuk mengetahui tingkat perubahan atau kondisi subjek yang berpengaruh dengan variabel dependen.

d. Membandingkan hasil tes akhir dari kedua kelompok tersebut dengan menerapkan teknik statistik yang sesuai.

2. Prosedur Penelitian 2.1 Tahap Awal

a. Memilih sekolah yang akan diteliti.

b. Memilih kelas yang akan diteliti dengan menggunakan teknik cluster sampling dan menetapkannya sebagai kelas eksperimen dan kontrol. c. Menyusun kisi-kisi tes dan membuat instrumen uji coba.


(60)

40

d. Mengujicobakan instrumen tes pada kelas uji coba. Instrumen tes tersebut akan digunakan sebagai tes awal dan tes akhir sebagai nilai hasil belajar IPS Terpadu pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. e. Menganilisis data hasil uji coba instrumen tes untuk mengetahui

validitas, reliabilitas, daya beda dan taraf kesukaran dan menentukan soal yang akan dipakai untuk tes formatif.

2.2 Pelaksanaan

a. Melaksanakan tes awal sebagai bukti bahwa baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol memiliki kemampuan yang sama.

b. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning pada kelas eksperimen dan Project-Based Learning pada kelas kontrol.

c. Melaksanakan tes akhir sebagai hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

2.3 Tahap Akhir

a. Menganalisis data hasil tes

Hasil tes siswa (tes awal dan tes akhir) akan dianalisis untuk mendapatkan jawaban dari rumusan masalah penelitian. Menyusun data hasil penelitian

b. Data-data yang telah dianalisis kemudian disusun. Tahap penyusunan data hasil penelitian merupakan tahap akhir dari suatu penelitian untuk kemudian menjawab hipotesis.


(61)

41

B.Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran yang berjumlah 318 siswa yang terdiri dari 10 kelas yaitu kelas VII 1, VII 2, VII 3, VII 4, VII 5, VII 6, VII 7, VII 8, VII 9 dan VII 10.

2. Sampel

Penelitian ini mengambil sampel dengan cara cluster sampling. Kelas VII 6 dan VII 7 diperoleh sebagai kelas sampel melalui teknik ini. Kedua kelas tersebut kemudian diundi untuk menentukan penggunaan metode kelas mana yang menggunakan model belajar Discovery Learning dan Project-Based Learning, dari hasil undian yang di peroleh kelas VII 6 ditetapkan sebagai kelas yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dan kelas VII 7 diajar menggunakan Project-Based Learning. Kelas VII 6 dan VII 7 merupakan kelas yang mempunyai rata-rata kemampuan akademis siswa yang sama, karena di dalam pendistribusian siswa tidak dikelompokan ke dalam kelas unggulan, atau tidak ada perbedaan antara kelas yang satu dengan kelas yang lain walaupun dengan kelas yang bukan sampel.

C. Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas dan terikat. Penjelasan mengenai kedua variabel tersebut disajikan sebagai berikut.


(62)

42

1. Variabel Bebas

Varibel bebas dilambangkan dengan X adalah variabel penelitian yang mempengaruhi variabel yang lain. Variabel bebas dalam penelitian ini terdiri dari dua macam yaitu model pembelajaran Discovery Learning sebagai kelas eksperimen (VII A) dilambangkan X1 dan model pembelajaran Project-Based Learning sebagai kelas kontrol (VII B) dilambangkan X2.

2. Variabel terikat

Variabel terikat dengan lambang Y adalah variabel yang akan diukur untuk mengetahui pengaruh variabel lain sehingga sifatnya bergantung pada variabel yang lain. Variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

D. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel

1. Definisi Konseptual 1.1 Hasil belajar

Hasil belajar adalah suatu perubahan kearah yang lebih baik yang dicapai seseorang setelah menempuh proses belajar. Hasil belajar diperoleh siswa setelah melalui belajar yang dapat dilihat dari nilai yang diperoleh setelah mengikuti tes, dan hasil belajar memiliki arti penting dalam proses pembelajaran di sekolah yang dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan proses tersebut.


(1)

57

Kriteria pengujian adalah sebagai berikut.

Ho diterima apabila thitung < ttabel dan Ho ditolak apabila thitung > ttabel. Dengan taraf signifikan 0,05 dan dk = n1 + n2 – 2.

Rumusan Hipotesis 2:

Ho : Tidak ada perbedaan efektivitas antara model pembelajaran Discovery Learning dan Project-Based Learning terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa.

Ha : Ada perbedaan efektivitas antara model pembelajaran Discovery Learning dan Project-Based Learning terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa.

Hipotesis perlakuan mana yang lebih efektif antara model pembelajaran DL dan PjBL terhadap hasil belajar IPS Terpadu pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran, dapat ditulis sebagai berikut.

Ho: = 1 Ha: < 1; > 1

Kriteria pengujian hipotesis adalah :

Tolak Ho apabila N-Gain Kelas Eksperimen = N-Gain Kelas Kontrol Terima Ho apabila N-Gain Kelas Eksperimen ≠ N-Gain Kelas Kontrol

Hipotesis 1 diuji menggunakan rumus TTest Dua Sampel Independent. sedangkan hipotesis 2 diuji menggunakan rumus N-Gain.


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, hasil analisis data dan pengujian hipotesis, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Ada perbedaan hasil belajar IPS Terpadu dengan perlakuan model pembelajaran Discovery Learning (DL) dan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dimana hasil belajar IPS Terpadu pada kelas eksperimen yang diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran DL lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran PjBL pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran tahun pelajaran 2014/2015.

2. Ada perbedaan efektifitas antara model pembelajaran DL dan model pembelajaran PjBL pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran dimana model pembelajaran DL lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran PjBL.


(3)

101

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian berjudul “Studi Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Melalui Model Pembelajaran Discovery Learning dan Project- Based Learning” maka penulis memberikan saran berikut.

1. Hendaknya dalam menerapkan model pembelajaran dapat dimaksimalkan oleh guru mata pelajaran IPS Terpadu dengan memperhatikan materi yang akan disampaikan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Bagi guru, dalam menerapkan model belajar DL dan PjBL harus lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri pengetahuannya dengan cara membimbing mereka melalui berbagai pertanyaan yang bersifat konstruktivisme.

3. Bagi siswa, dalam proses pembelajaran menggunakan model DL dan PjBL harus lebih aktif dalam bertanya, membaca sumber-sumber yang relevan serta mengamati lingkungan sekitar sehingga mampu menemukan pengetahuannya sendiri.

4. Model Discovery Learning dan Project-Based Learning dapat dijadikan alternatif bagi proses belajar-mengajar karena bisa meningkatkan hasil belajar siswa.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Agniya, Ensya Wisti. Pengaruh Penggunaan Metde Diskoveri (Discovery Learning) Terhadap Aktivitas dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Pokok Ciri-Ciri Makhluk Hidup. Universitas Lampung. Lampung. Diakses pada 22 Oktober 2014 dari http://digilib.unila.ac.id

Arikunto, Suharsimi. 2006. Manajemen Penelitian. Jakarta. Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta. Bumi Aksara

Budiningsih. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta

Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta. Gava Media

Dimyati. Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta Dismawan, Muhammad Fajar. 2014. Model Project-Based Learning untuk

Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Tematik Siswa Kelas IV Sulaiman SD

Muhammadiyah Metro Pusat TP 2013/2014. Universitas Lampung. Lampung

diakses pada 22 Oktober 2014 dari http://digilib.unila.ac.id

Dwiguna, Hayati. 2013. Perbandingan Penggunaan Model Guided Inquiry (Inkuiri Terbimbing) dan Model Guided Discovery Learning Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran Fisika. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. Diakses 23 September 2014 dari http://upi.ac.id

Hamalik, Oemar. 2004. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta. Bumi Aksara

Hamiyah, Nur. Jauhar, Muhamad. 2014. Strategi Belajar Mengajar di Kelas. Jakarta. Prestasi Pustakarya

Hamid, Alqoshosh ‘Alastihya’. 2013. Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar Leaflet dengan Metode Discovery Terhadap Aktivitas Belajar dan Penguasaan Materi oleh

Siswa Pada Materi Pokok Ekosistem. Universitas Lampung. Lampung. Diakses


(5)

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21: Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta. Ghalia Indonesia

Indarti. 2014. Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah Siswa Kelas XSMAN 8 Malang. Universitas Negeri Malang. Malang. Diakses 23 September 2014 dari http://digilib.unimal.ac.id

Istiqomah, Fatih. 2014. Penerapan Model Guided Discovery Learning untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Diakses 23 September 2014 dari http://digilib.unila.ac.id

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning). Diakses 2 Maret 2015 dari https://docs.google.com/document/export?format=pdf

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Buku Guru IPS Keleas VII Edisi Revisi. Jakarta. Pusat Kurikulum dan Perbukuan Balitbang Kemdikbud Kosasih. 2014. Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum 2013.

Bandung. Yrama Widya

Majid, Abdul. 2014. Implementasi Kurikulum 2013. Bandung. Interest Media

Margono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta

Nasution, S. 2011. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta. Bumi Aksara

Ngalimun. 2014. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta. Aswaja Presindo

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 81 A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum

Putra, Sandi Eka. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Dengan Media Grafis untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Tematik Kelas IV SD Negeri 4 Bumi Jawa Lampung Timur. Universitas Lampung. Lampung. Diakses pada 22 Oktober 2014 dari http://digilib.unila.ac.id Riyanto, Yatim. 2012. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta. Kencana Prenada


(6)

Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta. Bumi Aksara

Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta. Rajawali Pers Sardiman. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. Rajawali

Press

Sasmira, Nova. 2009. Efektivitas metode Discovery Learning dengan Metode Diskusi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Sub Pokok Bahasan Mengenal Alat-Alat Kantor Kelas XI SMK Negeri 7 Medan Tahun Pembelajaran 2008/2009. Medan. Universitas Negeri Medan.diakses dari http://unimed.ac.id

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.

Soemanto. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta Sudjana. 2002. Metode Statistika. Rineka Cipta. Jakarta

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Penerbit Alfabeta Suhartati. 2010. Perbedaan Hasil Belajar Akuntansi Biaya dengan Pembelajaran

Kooperatif Tipe STAD dan pembelajaran CTL Pada Siswa Kelas XII AK SMK Negeri 1 Bandar Lampung Tahun 2011-2012. (tesis). Unila. Bandar Lampung

Supriyadi, Agus. 2012. Peningkatan Hasil Belajar Metode Discovery Pembelajaran IPA Kelas IV SDN 03 Sungai Ambawang Kubu Raya. Pontianak. Universitas Tanjungpura. Diakses dari http://unitan.ac.id

Suryabrata. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta. Rineka Cipta Suryosubroto. 2002. Proses Belajar Mengajar. Jakarta. Rineka Cipta

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Yance, Rinta Doski. 2013. Pengaruh Penerapan Model Project Based Learning (PBL)

Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Batipuh

Kabupaten Tanah Datar. Universitas Negeri Padang. Padang. Diakses pada 27

September 2014 dari http://unp.ac.id

Yulistia, Annisa. 2014. Model Pembelajaran Berbasis Proyek untuk Meningkatkan

Kemampuan Pemecahan Masalah dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV A SD Negeri 1 Metro Pusat TP 2013/2014. Universitas Lampung. Lampung. Diakses pada 22 Oktober 2014 dari http://digilib.unila.ac.id


Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Sosiologi Siswa Kelas X SMA Negeri 29 Jakarta

1 27 0

Pengaruh model pembelajaran discovery learning terhadap hasil belajar sosiologi siswa kelas x sma negeri 29 jakarta

2 54 0

Penerapan model Problem Based Learning pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk meningkatkan aktifitas belajar siswa di SDN Kramatjati 18 Pagi Kelas VI

1 7 115

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN PROJECT BASED LEARNING DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 METRO TAHUN AJARAN 2014/2015

0 6 87

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI DISCOVERY LEARNING DAN PROJECT BASED LEARNING TERHADAP Eksperimen Pembelajaran Matematika Dengan Strategi Discovery Learning Dan Project Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Mot

0 2 17

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI DISCOVERY LEARNING DAN PROJECT BASED LEARNING Eksperimen Pembelajaran Matematika Dengan Strategi Discovery Learning Dan Project Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi Bel

0 5 17

STUDI KOMPARASI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DAN PROJECT BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI BELAJAR Studi Komparasi Penggunaan Model Pembelajaran Discovery Learning Dan Project Based Learning dalam Meningkatkan Partisipasi

0 4 15

EKSPERIMEN STRATEGI PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DAN PROJECT BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR Eksperimen Strategi Pembelajaran Discovery Learning dan Project Based Learning terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa Kelas

0 2 16

PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN DISPOSISI MATEMATIS ANTARA SISWA YANG BELAJAR MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING DAN SISWA YANG BELAJAR MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING.

0 4 43

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN PROBLEM BASED LEARNING

2 11 13