KEWENANGAN UNIT PELAKSANAAN TEKNIS DINAS PENDAPATAN DAERAH WILAYAH TELUK BETUNG BARAT KOTA BANDAR LAMPUNG DALAM PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN

(1)

KEWENANGAN UNIT PELAKSANAAN TEKNIS DINAS PENDAPATAN DAERAH WILAYAH TELUK BETUNG BARAT KOTA BANDAR

LAMPUNG DALAM PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN

( Skripsi )

Oleh

Dewi Sartika

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(2)

KEWENANGAN UNIT PELAKSANAAN TEKNIS DINAS PENDAPATAN DAERAH WILAYAH TELUK BETUNG BARAT KOTA BANDAR

LAMPUNG DALAM PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN

Oleh

Dewi Sartika

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum

Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

ABSTRAK

KEWENANGAN UNIT PELAKSANAAN TEKNIS DINAS PENDAPATAN DAERAH WILAYAH TELUK BETUNG BARAT KOTA BANDAR

LAMPUNG DALAM PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN Oleh :

Dewi Sartika

Menurut UU Nomor 28 tahun 2009 Pasal 1 butir 22 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Selanjutnya dalam Pasal 1 Butir 13 Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 116 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Restoran, restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering. Di Kota Bandar Lampung Pajak Restoran dipungut oleh Pemerintah Daerah yakni melalui Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung. Dalam kegiatan pemungutan pajak Dinas Pendapatan Daerah membagi tugasnya kepada 20 Unit Pelaksanaan Teknis. Teluk Betung Barat memiliki beberapa restoran yang baru dibuka pada pertengahan tahun 2014 yaitu tepatnya pada Bulan Juli. Pelaksanaan pemungutan pajak restoran nya pun baru dilaksanakan pada tahun 2014 padahal peraturan walikota telah mengaturnya pada tahun sebelumnya

Permasalahan dalam penelitian ini adalah : Bagaimana kewenangan UPT Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung Wilayah Teluk Betung Barat terhadap pemenuhan PAD Kota Bandar Lampung pada sektor pajak restoran dan apakah faktor penghambat pelaksanaan pemungutan pajak oleh UPT Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung Wilayah Teluk Betung Barat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kewenangan UPT Dinas Pendapatan Daerah Wilayah Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung yaitu melaksanakan Tugas Pokok dan Fungsinya, yaitu, mengkoordinasikan dan melaksanakan tugas pendataan, penagihan dan pelaporan Pajak Daerah di Wilayah kerjanya masing-masing; melakukan pendataan terhadap Objek Pajak dan Wajib Pajak Daerah; Melakukan penagihan terhadap Pajak Daerah tahun berjalan dan tunggakan; melaporkan hasil pendataan dan penagihan Pajak Daerah; dan Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas; faktor penghambat dalam pemungutan pajak restoran adalah Wajib Pajak tidak membayarkan pajaknya, Wajib Pajak berkelit bahwa ia tidak mampu membayarkan pajaknya, Wajib pajak susah ditemui pada saat penagihan; Wilayah Teluk Betung Barat dekat dengan pegunungan dan perbukitan sehingga sepi pengunjung.


(4)

Dinas Pendapatan Daerah sebaiknya memberikan memberikan pengarahan kepada Wajib Pajak agar memahami peraturan yang berlaku mengenai pengenaan Pajak Restoran sehingga penyetoran pajak sesuai dengan aturan dari Pemerintah Kota, yang kemudian dapat berpengaruh terhadap PAD Kota Bandar Lampung.


(5)

ABSTRACT

AUTHORITY UNIT IMPLEMENTATION OF THE TECHNICAL DEPARTEMENT REVENUE AREA WEST TELUK BETUNG BANDAR LAMPUNG IN RESTAURANT TAX COLLECTION

By Dewi Sartika

According to Law No. 28 of 2009 Article 1, point 22 of the Local Taxes and Levies restaurant tax is a tax on services provided by the restaurant. Furthermore, in Article 1 Clause 13 of Regulation Mayor Bandar Lampung No. 116 of 2011 on Procedures for Tax Collection restaurant, the restaurant is a facility provider of food and / or drinks with free of charge, which includes restaurants, cafeterias, canteens, cafes, bars, and the like including food service / catering. In the city of Bandar Lampung restaurant tax levied by the Regional Government through the Regional Revenue Office Bandar Lampung. In the course of Department of Revenue tax collection duties to divide 20 Technical Implementation Unit. Teluk Betung West has several restaurants recently opened in mid-2014 that precisely in July. Implementation of the restaurant tax collection was also recently implemented in 2014 when the mayor has set the rules in the previous year.

The problem in this study is: How can the authority of the Regional Revenue Office UPT Bandar Lampung Bay Area Betung West towards the fulfillment of PAD Bandar Lampung on the restaurant tax sector and whether factors inhibiting the implementation of tax collection by the Department of Revenue Unit of Bandar Lampung Barat Betung Bay Area.

The results showed that the Authority UPT Bay Area Regional Revenue Office in Bandar Lampung Barat Betung of carrying out the duties and function, which is to plan, coordinate and carry out the task of data collection, billing and reporting Regional Tax in their respective working region; to collect data on the tax object and Local Tax Payers; Charging to the Regional Tax current year and arrears; reported the results of data collection and billing Local Tax; and perform other tasks given by the Head of Department; inhibiting factors in tax collection is a restaurant Taxpayers do not pay taxes, taxpayers dodged that he was not able to pay the tax, the tax payer elusive at the time of collection; Betung West Bay area close to the mountains and hills, so empty of visitors.

Regional Revenue Office should give provide guidance to taxpayers in order to understand the current regulations regarding the imposition of restaurant tax so that the tax payment in accordance with the rules of the City, which then can affect the PAD Bandar Lampung .


(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada Tanggal 20 Oktober 1993, Penulis bernama Dewi Sartika terlahir sebagai anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Sarnawi dan Rumiyati.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis, yaitu:

1. TK K u r n i a T e l u k B e t u n g B a n d a r l a m p u n g , diselesaikan tahun 1999.

2. SD Negeri 1 Kupang Kota Bandar Lampung, diselesaikan tahun 2005.

3. SMP Negeri 3 Teluk Betung Bandar Lampung, diselesaikan tahun 2008.

4. SMA Negeri 3 Bandar Lampung, diselesaikan tahun 2011.

Selanjutnya pada tahun 2011 penulis diterima sebagai Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung, program pendidikan Strata 1 (S1) dan mengambil bagian Hukum Administrasi Negara (HAN).

Selama menjadi mahasiswa, Penulis juga aktif dalam organisasi ekstern fakultas. Organisasi ekstern yang diikuti Penulis yaitu organisasi PERSIKUSI (Persatuan Mahasiswa Hukum Untuk Seni). Penulis juga telah mengikuti program pengabdian langsung kepada masyarakat yaitu Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Ketang Kelurahan Way Urang Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan selama 40 (empat puluh) hari, pada bulan Januari 2014. Kemudian pada tahun 2015 penulis menyelesaikan skripsi sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.


(8)

Moto

Membayar Pajak Bukti Cinta Tanah Air

(Albert Enstein)

Pandanglah hari ini. Kemarin hanyalah mimpi dan esok

hari hanyalah sebuah visi. Tetapi hari ini yang sungguh

nyata, menjadikan kemarin sebagai mimpi bahagia, dan

setiap hari esok sebagai visi harapan

( Alexander Pope)

“Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk

hari tua”


(9)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan kerendahan hati dan puji syukur atas

kehadirat Allah SWT kupersembahkan skripsiku

yang sederhana ini kepada :

Kedua orang tuaku tercinta, yang telah

mendoakan, membesarkan, mendidik,

mendukung, memberi dorongan dan selalu

menanti keberhasilanku.

Seluruh keluarga besarku.

Alwansyah Sisvendro Saragihku.

Para dosen yang telah mendidikku.

Sahabat-sahabatku terima kasih atas doa dan

dukungan yang kalian berikan.


(10)

SANWACANA

Segala Puji Syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah menciptakanku dengan segala kelebihan dan kekuranganku, karena atas rahmat dan kehendak-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “KEWENANGAN UNIT PELAKSANAAN TEKNIS DINAS PENDAPATAN DARAH WILAYAH TELUK BETUNG BARAT KOTA BANDAR LAMPUNG DALAM PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN”

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Selesainya skripsi ini merupakan ikhtiar penulis yang tidak bisa lepas dari bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Prof.Dr. Yuswanto, S.H., M.H. selaku Pembimbing I yang telah banyak memberikan masukan dan berkenan meluangkan waktu dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Ibu Marlia Eka Putri, S.H.,M.H. selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan masukan, mencurahkan perhatian dan pemikiran, meluangkan waktu membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.


(11)

3. Ibu Nurmayani, S.H., M.H. selaku Pembahas I yang telah memberikan saran dan kritik yang sangat berarti buat penulisan skripsi ini.

4. Ibu Eka Deviani, S.H., M.H. selaku Pembahas II yang telah memberikan sumbang saran serta kritik yang tentunya berati dalam penyelesaian skripsi ini. 5. Ibu Nilla Nargis S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis. 6. Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi

Negara Fakultas Hukum Universitas lampung.

7. Bapak Prof.Dr.Heryandi, S.H., M.H. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

8. Para Dosen dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah membantu penulis dalam proses akademis dan kemahasiswaan.

9. Bapak dan Ibu tercinta, Orang tua yang dengan segala doa dan dukungan tiada hentinya terus memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini, tidak akan bisa aku hitung seberapa besar pengorbanan yang telah kalian berikan untuk saya dan terima kasih banyak untuk orang tua ku tersayang.

10. Alwansyah Sisvendro Saragih, S.H., Thanks for everything, I’am lucky with you.

11. Kakak ku Eko Wijaya. Terimakasih atas bantuan dan dukungannya selama ini. Mudah-mudahan aku bisa membalas budi baikmu.

12. Saudara-saudara ku Daffa Nasywa, Lunneta Bakhits, Bella, dan Yudha. Terima kasih telah memberikan keceriaan selama ini.

13. Seluruh keluarga besar ku, Mba Yati, Mba Narti, Mas Mul, Mas Yanto, Nenek dan Kakek Nurdin. Terimakasih atas nasehat dan dukungannya untuk ku.


(12)

14. Sahabat-sahabat dekatku yang telah memberikan dukungan dan semangatnya. Neta Agnes Tobing, Citra Caroline, Denny Christian L Tobing, Reynhad Saragih, Furi Tiara Anggunanda, Shyama Khumairoh, Anggi Safitri, Devirina Meyta, dan Ratu Apriliani. Sukses untuk kita semua.

15. Sahabat-Sahabat kecilku yang selalu memberikan semangat dan dukungan nya. Febiola Natasya, Adisty Gity Yolanda, Cindy Chintia Paradita Rijani, Lita Mutiara Putri. Semoga persahabatan kita akan selalu terjaga.

16. Sahabat-sahabat yang selalu menemani warna-warninya dunia kampus, Ratna Eka Sari, Ririn Regilia Putri, Ardillah Refiantari, Rahmi Nadya Habsari, Destry Fianica, Dewi Ambasador, AmilyaRahayu, Eka Purnama Sari dan Elsa Stella Nova. Sukses untuk kalian semua.

17. Teman teman seperjuangan FH Unila angkatan 2011.

18. Teman-teman KKN Periode Januari 2014 Desa Ketang Kelurahan Way Urang Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan. Miranti Dwi Saputri, Erika, Desi Wijayanti, Eki Anes Wijaya, Angga Jevi Surya, Andre Jevi Surya, Duma, Dian,dan Dio. Terima kasih untuk kebersamaannya selama ini.

19. Keluargaku di Desa Ketang Pak RT dan Bu RT ketang, Abi, Dayat, Bu haji, Pak Lurah Bu Lurah Way urang, Alif dan anak-anak Desa Ketang. Terima kasih telah menjadi keluarga terdekatku disaat KKN.

20. Semua teman-teman yang selama saya mengikuti organisasi kemahasiswaan, PERSIKUSI (Persatuan Mahasiwa Hukum Untuk Seni).

21. Almamater-ku Keluarga Besar Universitas Lampung tercinta yang sudah memberi banyak ilmu pengetahuan serta wawasan yang tentu sangat berharga dan berguna untuk menjalani hidup kedepan.


(13)

22. Semua pihak dan rekan-rekan yang telah banyak membantu dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara, pemerhati dan pengguna hukum, akademisi, serta pihak-pihak lain yang membutuhkan. Penulis harapkan saran dan kritik yang bersifat membangun, dan akhir kata penulis ucapkan terima kasih. Semoga Tuhan senantiasa memberikan perlindungan dan kebaikan bagi kita semua.Aamiin

Bandar Lampung, Desember2015 Penulis,


(14)

DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK PERSETUJUAN PENGESAHAN RIWAYAT HIDUP MOTTO PERSEMBAHAN SANWACANA DAFTAR ISI

1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup ... 6

1.2.1 Rumusan Masalah ... 6

1.2.2 Ruang Lingkup ... 6

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 7

1.3.2 Kegunaan Penelitian ... 7

2. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Kewenangan Pemerintah ... 8

2.1.1 Pengertian Kewenangan ... 8

2.1.2 Sumber-sumber Kewenangan ... 8

2.1.3 Kewenangan Pemerintah dalam UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah ... 10

2.2 Pajak Daerah ... 14

2.2.1 Pengertian Pajak Daerah ... 14

2.2.2 Jenis-jenis Pajak Daerah ... 16

2.3 Pemungutan Pajak Daerah ... 17

2.3.1. Asas-asas Pemungutan Pajak ... 17

2.3.2. Sistem Pemungutan Pajak ... 19

2.4 Pajak Restoran ... 21

2.4.1. Pengertian Pajak Restoran ... 21

2.4.2. Tarif Pajak Restoran... 22

2.4.3. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Restoran ... 22

3. METODE PENELITIAN ... 25

3.1 Pendekatan Masalah ... 25


(15)

3.3 Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data... 27

3.4 Pengolahan Data ... 28

3.5 Analisis Data ... 28

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 29

4.1.1 Kecamatan Teluk Betung Barat... 29

4.1.2 UPT Dinas Pendapatan Daerah Wilayah Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung ... 30

4.2. Kewenangan UPT Dinas Pendapatan Daerah Wilayah Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung dalam Pemungutan Pajak Restoran ... 34

4.2.1 Kewenangan Unit Pelaksanaan Teknis Dalam Pendataan 35 4.2.2 Kewenangan Unit Pelaksanaan Teknis Dalam Penagihan Pajak ... 41

4.2.3 Kewenangan Unit Pelaksanaan Teknis Dalam Pelaporan Pajak ... 47

4.3. Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Pemungutan Pajak Restoran oleh UPT Dinas Pendapatan Daerah Wilayah Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung... 49

5. PENUTUP ... 51

5.1. Kesimpulan ... 51

5.2. Saran ... 52 DAFTAR PUSTAKA


(16)

DAFTAR BAGAN


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 1………. 37 Tabel 2………. 48


(18)

DAFTAR BAGAN


(19)

DAFTAR TABEL

Tabel 1………. 37


(20)

(21)

(22)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Negara Kesatuan Republik Indonesia memilki wilayah yang luas, dalam menyelenggarakan pemerintahan wilayah negara Indonesia dibagi atas daerah besar dan kecil dengan mengingat persatuan dan kesatuan bangsa sehingga penyelenggaraan pemerintahan dari tingkat pusat sampai tingkat daerah benar-benar dapat dilaksanakan secara nasional dan fleksibel. Menurut Undang-undang Dasar 1945 Pasal 18 Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi menjadi daerah-daerah Provinsi, daerah-daerah Provinsi itu dibagi lagi atas daerah-daerah kabupaten dan daerah-daerah kota. Setiap daerah provinsi, daerah kabupaten dan daerah kota mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang. Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat. Pemerintah daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.


(23)

2

Menurut Pasal 1 butir 6 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menerangkan bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam menjalankan kegiatan pemerintah dan pembangunan nasional, pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Untuk itu pemerintah daerah berusaha menggali sumber-sumber dana yang berasal dari potensi sumber daya yang dimiliki oleh suatu daerah, baik melalui kekayaan alamnya maupun iuran dari masyarakat. Dari pajak inilah yang mana akan digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintah dan pembangunan nasional.

Di dalam UU Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Sumber-sumber Pendapatan Daerah (PAD) yaitu Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.

Pasal 1 Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, menyebutkan bahwa Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.


(24)

3

Jenis-jenis pajak daerah Kabupaten/Kota menurut UU Nomor 28 tahun 2009 tentang pajak dan retribusi daerah antara lain:

1) Pajak Hotel 2) Pajak Restoran 3) Pajak Hiburan 4) Pajak Reklame

5) Pajak Penerangan Jalan

6) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan 7) Pajak Parkir

8) Pajak Air Tanah

9) Pajak Sarang Burung Walet

10) Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan 11) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Menurut UU Nomor 28 tahun 2009 Pasal 1 butir 22 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Selanjutnya dalam Pasal 1 Butir 13 Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 116 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Restoran, restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering.

Di Kota Bandar Lampung Pajak Restoran dipungut oleh Pemerintah Daerah yakni melalui Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung. Dalam kegiatan


(25)

4

pemungutan pajak Dinas Pendapatan Daerah membagi tugasnya kepada 20 Unit Pelaksanaan Teknis, yakni :

1) Unit Pelaksanaan Teknis Tanjung Karang Pusat 2) Unit Pelaksanaan Teknis Tanjung Karang Timur 3) Unit Pelaksanaan Teknis Tanjung Karang Barat 4) Unit Pelaksanaan Teknis Tanjung Senang 5) Unit Pelaksanaan Teknis Kemiling 6) Unit Pelaksanaan Teknis Sukabumi 7) Unit Pelaksanaan Teknis Panjang 8) Unit Pelaksanaan Teknis Sukarame 9) Unit Pelaksanaan Teknis Rajabasa 10) Unit Pelaksanaan Teknis Kedaton

11) Unit Pelaksanaan Teknis Teluk Betung Utara 12) Unit Pelaksanaan Teknis Teluk Betung Selatan 13) Unit Pelaksanaan Teknis Teluk Betung Barat 14) Unit Pelaksanaan Teknis Teluk Betung Timur 15) Unit Pelaksanaan Teknis Enggal

16) Unit Pelaksanaan Teknis Kedamaian 17) Unit Pelaksanaan Teknis Langkapura 18) Unit Pelaksanaan Teknis Bumi Waras 19) Unit Pelaksanaan Teknis Wayhalim 20) Unit Pelaksanaan Teknis Labuhan Ratu


(26)

5

Pembagian tugas kepada beberapa Unit Pelaksanaan teknis bertujuan agar setiap pendataan dan pemungutan pajak tercatat dan lebih efisien. Unit Pelaksanaan Teknis adalah organisasi mandiri yang melaksanakan tugas teknis operasional dan penunjang tertentu, mandiri yang berarti diberikan kewenangan mengelola kepegawaian, keuangan, perlengkapan sendiri dan kedudukan terpisah dari organisasin induknya. Tugas teknis operasional adalah tugas untuk melaksanakan kegiatan teknis tertentu yang secara langsung berhubungan dengan pelayanan masyarakat1

Teluk Betung Barat memiliki tiga restoran yang dapat dipungut pajaknya, yakni wahan kitchen, love steak, dan java cafe. Restoran tersebut baru dibuka pada pertengahan tahun 2014 yaitu tepatnya pada Bulan Juli. Pelaksanaan pemungutan pajak restoran nya pun baru dilaksanakan pada tahun 2014 padahal peraturan walikota telah mengaturnya pada tahun sebelumnya. Terdapat 6 warung makan pinggir jalan yang tidak dapat dikenai pemungutan pajak dikarenakan tidak sesuai omzet perhari untuk dikenakan pajak sesuai dengan pasal 2 butir ke-5 Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 116 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pemungutan pajak yakni Tidak termasuk Objek Pajak Restoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran yang nilai penjualannya tidak melebihi Rp. 250.000,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah) per-hari atau Rp. 7.500.000,- (tujuh juta lima ratus ribu rupiah) per-bulan.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian tentang“Kewenangan UPT Dinas Pendapatan Daerah Wilayah Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung Dalam Pemungutan Pajak Restoran”

1


(27)

6

1.2. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup 1.2.1. Rumusan Masalah

Berdasarkan gambaran pada latar belakang masalah tersebut, penulis mengambil beberapa permasalahan sebagai bahan bahasan lebih lanjut dalam skripsi ini, yaitu:

1. Bagaimana kewenangan UPT Dinas Pendapatan Daerah Wilayah Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung dalam pemungutan pajak restoran? 2. Apakah faktor penghambat pelaksanaan pemungutan pajak restoran oleh

UPT Dinas Pendapatan Daerah Wilayah Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung?

1.2.2. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pembahasan penelitian ini yaitu dalam bidang Hukum Administrasi Negara khususnya Hukum Pajak Daerah yakni kewenangan pemungutan pajak restoran.

Penelitian ini difokuskan pada pemungutan pajak restoran yang ada di kecamatan Teluk Betung Barat, Kota Bandar Lampung dan kewenangan Uit Pelaksanaan Teknis Dinas Pendapatan Daerah Wilayah Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung pada tahun 2015. Tempat penelitian ini adalah di Kecamatan Teluk Betung Barat, Kota Bandar Lampung. Subjek penelitian ini adalah Dinas Pendapatan Daerah dan Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Pendapatan Daerah Wilayah Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung.


(28)

7

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui kewenangan UPT Dinas Pendapatan Daerah Wilayah Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung dalam pemungutan pajak restoran;

2. Untuk mengetahui faktor penghambat pelaksanaan pemungutan pajak restoran oleh UPT Dinas Pendapatan Daerah Wilayah Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung.

1.3.2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah mencakup kegunaan teoritis dan kegunaan praktis:

1) Kegunaan Teoritis

Diharapkan hasil penelitian ini berguna bagi perkembangan Ilmu Hukum yaitu Hukum Administrasi Negara khususnya Hukum Pajak Daerah yakni pemungutan Pajak Restoran;

2) Kegunaan Praktis

a) Sebagai masukan bagi Pemerintah Kota Bandar Lampung mengenai pemungutan pajak restoran oleh UPT Dinas Pendapatan Daerah Wilayah Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung;

b) Bagi wajib pajak, dapat memberikan informasi-informasi mengenai pemungutan pajak restoran;

c) Bagi peneliti untuk melengkapi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.


(29)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kewenangan Pemerintah 2.1.1. Pengertian Kewenangan

Pengertian kewenangan adalah kekuasaan membuat keputusan memerintah dan melimpahkan tanggung jawab kepada orang lain.2

Kewenangan (authority, gezag) itu sendiri adalah kekuasaan yang diformalkan untuk orang-orang tertentu atau kekuasaan terhadap bidang pemerintahan tertentu yang berasal dari kekuasaan legislatif maupun dari pemerintah.3

Kewenangan yang dimiliki oleh organ (institusi) pemerintahan dalam melakukan perbuatan nyata (riil), mengadakan pengaturan atau mengeluarkan keputusan selalu dilandasi oleh kewenangan yang diperoleh dari konstitusi secara atribusi, delegasi, maupun mandat.

2.1.2. Sumber-sumber Kewenangan 1) Sumber Atribusi

Sumber Atribusi yaitu pemberian kewenangan pada badan atau lembaga

2

Diolah darikbbi.web.id, diakses pada 17 November 2015 pukul 19.50

3

Sadjijono.Memahami Beberapa Bab Pokok Hukum Administrasi Negara.2008. Laks Bang Pressindo.Jogyakarta.


(30)

9

pejabat Negara tertentu baik oleh pembentuk Undang-Undang Dasar maupun pembentuk Undang-Undang.

Berdasarkan uraian tersebut, apabila wewenang yang diperoleh organ pemerintahan secara atribusi itu bersifat asli yang berasal dari peraturan perundang-undangan, yaitu dari redaksi pasal-pasal tertentu dalam peraturan perundang-undangan.4

2) Sumber Delegasi

Sumber Delegasi yaitu penyerahan atau pelimpahan kewenanangan dari badan / lembaga pejabat tata usaha Negara lain dengan konsekuensi tanggung jawab beralaih pada penerima delegasi.5

Dalam hal delegasi mengenai prosedur pelimpahannya berasal dari suatu organ pemerintahan kepada organ pemerintahan yang lainnya dengan peraturan perundang-undangan, dengan tanggung jawab dan tanggung gugat beralih ke delegataris. Pemberi delegasi tidak dapat menggunakan wewenang itu lagi, kecuali setelah ada pencabutan dengan berpegang dengan asas contrarius actus”. Artinya, setiap perubahan, pencabutan suatu peraturan pelaksanaan perundang-undangan, dilakukan oleh pejabat yang menetapkan peraturan dimaksud, dan dilakukan dengan peraturan yang setaraf atau yang lebih tinggi.6

4

Philipus M. Hadjon, et al.Pengantar Hukum Administrasi Indonesia. 2014. Gajah Mada University Press.Yogyakarta.

5

Ibid

6


(31)

10

3) Sumber Mandat

Sumber Mandat yaitu pelempahan kewenangan dan tanggung jawab masih dipegang oleh sipemberi mandat.7

Dalam hal mandat, prosedur pelimpahan dalam rangka hubungan atasan bawahan yang bersifat rutin. Adapun tanggung jawab dan tanggung gugat tetap pada pemberi mandat. Setiap saat pemberi mandat dapat menggunakan sendiri wewenang yang dilimpahkan itu8

2.1.3. Kewenangan Pemerintah Daerah dalam UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Mengenai kewenangan Pemerintah Daerah, pada pasal 9 UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan bahwa :

1) Urusan Pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan absolut, urusan pemerintahan konkuren, dan urusan pemerintahan umum.

2) Urusan pemerintahan absolut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Urusan Pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat.

3) Urusan pemerintahan konkuren sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Urusan Pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota.

4) Urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan ke Daerah menjadi dasar pelaksanaan Otonomi Daerah.

7

Ibid

8


(32)

11

5) Urusan pemerintahan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan.

Selanjutnya dalam pasal 10 UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan mengenai urusan pemerintahan absolut, yaitu :

1) Urusan pemerintahan absolut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) meliputi:

a) politik luar negeri; b) pertahanan; c) keamanan; d) yustisi;

e) moneter dan fiskal nasional; dan f) agama.

2) Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan absolut sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Pusat:

a) melaksanakan sendiri; atau

b) melimpahkan wewenang kepada Instansi Vertikal yang ada di Daerah atau gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat berdasarkan asas Dekonsentrasi.

Kemudian dijelaskan dalam Pasal 11 UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah mengenai urusan pemerintahan konkuren, yaitu :


(33)

12

1) Urusan pemerintahan konkuren sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) yang menjadi kewenangan Daerah terdiri atas Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan.

2) Urusan Pemerintahan Wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas Urusan Pemerintahan yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar. 3) Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah Urusan Pemerintahan Wajib yang sebagian substansinya merupakan Pelayanan Dasar.

Dalam Pasal 12 UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa :

1) Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) meliputi:

a) pendidikan; b) kesehatan;

c) pekerjaan umum dan penataan ruang;

d) perumahan rakyat dan kawasan permukiman;

e) ketenteraman, ketertiban umum, dan pelindungan masyarakat; dan f) sosial.

2) Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) meliputi:

a) tenaga kerja;

b) pemberdayaan perempuan dan pelindungan anak; c) pangan;


(34)

13

d) pertanahan; e) lingkungan hidup;

f) administrasi kependudukan dan pencatatan sipil; g) pemberdayaan masyarakat dan Desa;

h) pengendalian penduduk dan keluarga berencana; i) perhubungan;

j) komunikasi dan informatika;

k) koperasi, usaha kecil, dan menengah; l) penanaman modal;

m) kepemudaan dan olah raga; n) statistik;

o) persandian; p) kebudayaan; q) perpustakaan; dan r) kearsipan.

3) Urusan Pemerintahan Pilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) meliputi:

a) kelautan dan perikanan; b) pariwisata;

c) pertanian; d) kehutanan;

e) energi dan sumber daya mineral; f) perdagangan;


(35)

14

2.2. Pajak Daerah

2.2.1. Pengertian Pajak Daerah

Pajak daerah merupakan iuran wajib yang di lakukan oleh orang pribadi atau badan kepala daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat di laksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang di gunakan untuk membayari penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.9

Dalam Undang-Undang No.28 Tahun 2009 memberi pengertian pajak daerah adalah, pajak daerah yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang besifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Setelah dikeluarkan undang-undang yang baru yaitu Undang-Undang No.28 Tahun 2009, pengaturan pajak dan retribusi daerah lebih limitatif. Dilakukan perluasan basis pajak dan retribusi yang menjadi kewenangan daerah10.

Pajak daerah merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah selain dari retribusi daerah. Sebagian pembanding antara pengertian retribusi dan pajak, di bawah ini adalah pengertian-pengertian pajak menurut beberapa sarjana sebagai berikut :

9

Suandy,Erly.2005.Hukum Pajak.Selemba Empat.Hlm.22 10

Dr.H. Imam Soebechi.,JUDICIAL REVIEW Perda Pajak dan Retribusi Daerah, Jakata: Sinar Grafika,2012.Hlm.85


(36)

15

Menurut Prof. DR. Rachmat Sumitro,SH mengemukakan pajak adalah iuran wajib rakyat kepada kas Negara (peralihan kekayaan dari kas rakyat sector pemerintah berdasarkan undang-undang) dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa timbal (tegen prestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.11

Menurut Waluyo Wirawan B. Ilyas (2001 : 4) mengemukan bahwa pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas Negara yang menyelenggarakan pemerintahan.

Berdasarkan kedua pendapat dari sarjana-sarjana di atas, maka dapat diketahui cirri-ciri yang melekat pada pengertian pajak yaitu, sebagai berikut12:

a) Pajak dipungut berdasarkan Undang-Undang serta aturan pelaksanaanya yang sifatnya dapat dipaksakan.

b) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontra prestasi individual oleh pemerintah.

c) Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

d) Pajak diperuntukan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment.

11

Edy supriyanto, Perpajakan di Indonesia. 2010.Graha ilmu. Jogjakarta .Hlm.2 12


(37)

16

e) Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur.

Pada dasarnya tidak terdapat perbedaan konsep antara pajak secara umum dengan Pajak Daerah.Terlihat berbeda menurut, aparat pemungut, dasar pemungutan, dan penggunaan pajak yang dipungut oleh Pemerintah daerah dengan pengaturan dari daerah sendiri. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam pajak juga dapat ditemukan pada pajak daerah.

2.2.2. Jenis-Jenis Pajak Daerah

Sesuai UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, jenis-jenis Pajak Daerah dibagi menjadi13:

1) Pajak Provinsi terdiri atas: a) Pajak Kendaraan Bermotor

b) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor; c) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; d) Pajak Air Permukaan; dan

e) Pajak Rokok.

2) Jenis Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas: a) Pajak Hotel;

b) Pajak Restoran; c) Pajak Hiburan; d) Pajak Reklame;

13


(38)

17

e) Pajak Penerangan Jalan;

f) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; g) Pajak Parkir;

h) Pajak Air Tanah;

i) Pajak Sarang Burung Walet;

j) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan k) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

2.3. Pemungutan Pajak Daerah 2.3.1. Asas-Asas Pemungutan Pajak

Menurut Adam Smithdalam bukunya the four maxim’s mengemukakan asas-asas yang harus diperhatikan dalam pengenaan pajak adalah sebagai berikut :14

a) Asas Equality, dalam suatu Negara tidak diperbolehkan mengadakan diskriminasi diantara wajib pajak. Pengenaan pajak terhadap subjek hendaknya dilakukan seimbang sesuai dengan kemapuannya;

b) Asas Certainly, pajak yang harus dibayar wajib pajak harus pasti untuk menjamin adanya kepastian hukum, baik mengenai subjek, objek, besarnya pajak dan saat pembayarannya;

c) Asas Convenience, pajak hendaknya dipungut pada saat paling tepat /baik bagi para wajib pajak;

d) Asas Efficience, biaya pemungutan pajak hendaknya seminimal mungkin, artinya biaya pemungutan pajak harus lebih kecil dari pemasukan pajaknya;

14


(39)

18

e) Asas Ekonomi, sebagai fungsi budgetere, pajak juga digunakan sebagai alat penentu politik perekonomian, tidak mungkin suatu Negara menghedaki merosotnya kehidupan ekonomi masyarakatnya.

Terdapat beberapa asas yang dapat dipakai oleh Negara sebagai asas dalam menentukan wewenangnya untuk mengenakan pajak, khususnya untuk pengenaan pajak penghasilan. Asas utama yang sering digunakan oleh Negara sebagai landasan untuk mengenakan pajak adalah15:

a) Asas sumber, adalah asas yang menganut cara pemungutan pajak yang tergantung pada adanya sumber penghasilan di suatuu negara. Jika di suatu negara terdapat suatu sumber penghasilan, maka negara tersebut berhak memungut pajak, tanpa melihat wajib pajak itu bertempat tinggal;

b) Asas Domisili, adalah asas yang menganut cara pemungutan pajak yang bergantung pada tempat tinggal (domisili) wajib pajak di suatu negara. Negara di mana wajib pajak itu bertempat tinggal berhak mengenakan pajak atas segala penghasilan yang diperoleh dari manapun;

c) Asas Nasional, adalah asas yang menganut cara pemungutan pajak yang dihubungkan dengan kebangsaan dari suatu Negara;

d) Asas Yuridis, adalah asas yang mengemukakan supaya pemungutan pajak didasarkan pada undang-undang;

e) Asas Ekonomis, adalah asas yang menekankan supaya pemungutan pajak jangan sampai menghalangi produksi dan perekonomian rakyat;

15

Saidi S.H,Prof. Dr. M. Djafar.Pembaruan Hukum Pajak.2011. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta


(40)

19

f) Asas Finansial, adalah asas yang menekankan supaya pengeluaran-pengeluaran untuk memungut pajak harus lebih rendah dari jumlah pajak yang dipungut.

2.3.2 Sistem Pemungutan Pajak

Dalam merealisasikan penerimaan pajak yang optimal dan menggali objek pajak yang potensial, secara garis besar ada tiga (3) sistem pemungutan pajak yang di terapkan oleh pemerintah indonesia yaitu :

1) Official Assesment System

Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terhutang oleh Wajib Pajak. Ciri-cirinya:

a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus. b) Wajib Pajak bersifat pasif.

c) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.

Contohnya: Pajak Bumi dan Bangunan menganut sistem ini, karena besarnya pajak yang terutang dihitung dan ditetapkan oleh fiskus melalui Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT).

2) Self Assesment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya Pajak yang terutang. Ciri-cirinya :


(41)

20

a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak itu sendiri.

b) Wajib Pajak Aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang.

c) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

Contohnya: Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan Pajak Penjualan atas Barang mewah (PPn. BM) menggunakan sistem ini.Dengan diterapkannya sistem pemungutan yang seperti ini, diharapkan akan mengatasi kelemahan dari stelsel campuran.

2) With Holding System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan pula Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh si Wajib Pajak.

Ciri-cirinya : Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, pihak selain Fiskus dan Wajib Pajak.

Contohnya: Pihak perusahaan atau pemberi kerja berkewajiban untuk menghitung berapa PPh yang harus dipotong atas penghasilan yang diterima pegawainya. Kemudian perusahaan atau pemberi kerja tersebut harus menyetorkan, dan melaporkan PPh pegawainya tersebut ke Kantor Pelayanan Pajak.


(42)

21

2.4. Pajak Restoran

2.4.1. Pengertian Pajak Restoran

Berdasarkan Undang-Undang Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran.

Objek dan Subjek Pajak Restoran diatur berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah. Pasal 11 Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah menyebutkan bahwa :

1) Objek Pajak Restoran adalah pelayanan yg disediakan oleh Restoran 2) Pelayanan yang disediakan restoran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

meliputi pelayanan penjualan makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi di tempat jasa boga/catering.

Pasal 11 Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah menyebutkan bahwa :

1) Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau Badan yang membeli makanan dan minuman dari Restoran.

2) Wajib Pajak Restoran adalah orang atau pribadi atau badan yang mempunyai Restoran


(43)

22

2.4.2. Tarif Pajak Restoran

Tarif pajak restoran Kota Bandar Lampung diatur dalam Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah pasal 14 dan Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 116 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Restoran Pasal 5, yang menyebutkan bahwa:

a. Tarif Pajak Restoran dengan omzet Rp 250.000,- sampai dengan Rp 350.000,-per hari, atau Rp 7.500.000,- sampai dengan Rp 10.500.000,- 350.000,-per bulan ditetapkan 5% (lima persen);

b. Tarif Pajak Restoran dengan omzet Rp 350.000,- sampai dengan Rp 600.000,-per hari, atau di atas Rp 10.500.000,- sampai dengan Rp 18.000.000,- 600.000,-per bulan ditetapkan sebesar 7,5% (tujuh koma lima persen);

c. Tarif Pajak Restoran dengan omzet diatas Rp 600.000 per hari atau di atas Rp 18.000.000,- ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen).

2.5. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Restoran

Dalam Undang-Undang Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, menyebutkan bahwa Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran.

Dasar hukum pemungutan pajak restoran di Kota Bandar Lampung adalah pada Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah Pasal 1 Butir 14 dan I5, Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 116


(44)

23

Tahun 2011 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Restoran Pasal 1 Butir 12 dan 13 yang menyebutkan bahwa:

1) Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. 2) Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan

dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya, termasuk jasa boga/katering.

Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Walikota Bandar Lampung No.116 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Restoran, adalah sebagai berikut :

1) Dengan nama Pajak Restoran dipungut pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran.

2) Objek Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran. 3) Pelayanan yang disediakan restoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi pelayanan penjualan makanan dan/atau minuman yang dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan maupun di tempat lain, termasuk pelayanan penjualan makanan dan/atau minuman oleh usaha jasa boga dan katering.

4) Dalam memberikan pelayanan Restoran sebagaimana dimaksud ayat (3) pengusaha restoran atau wajib pajak wajib menggunakan Nota Kontan (Nota Pembayaran) yang telah diperforasi Dinas Pendapatan Daerah. 5) Tidak termasuk Objek Pajak Restoran sebagaimana dimaksed pada ayat

(1) adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran yang nilai penjualannya tidak melebihi Rp. 250.000,- (dua ratus lima puluh ribu


(45)

24

rupiah) per-hari atau Rp. 7.500.000,- (tujuh juta lima ratus ribu rupiah) per-bulan.


(46)

25

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau penyelesaian masalah melalui tahap-tahap yang telah ditetukan, sehingga mencapai tujuan penelitian. Pendekatan masalah yand dilakukan dalam penulisan skripsi ini adalah :

1) Pendekatan Yuridis Normatif, yaitu pendekatan yang dilakukan pada bahan- bahan pustaka yang berupa literatur dan peraturan-peraturan perundang-undangan atau bahan-bahan hukum yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas.

2) Pendekatan Yuridis Empiris, yaitu pendekatan yang dilakukan dengan cara menggali informasi dan melakukan penelitian di lapangan guna mengetahui secara lebih jauh mengenai permasalahan yang dibahas.

3.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa : 1) Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara lisan dari pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini melalui wawancara. Dalam penelitian ini dilakukan wawancara kepada pihak yang terkait di UPT Dinas Pendapatan


(47)

26

Daerah Wilayah Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung yaitu kepada Kepala UPT Dinas Pendapatan Daerah Wilayah Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung yang bernama Bapak Tendilo Putra Hakim,S.H.,M.H, Kasubag Tata Usaha Bapak Ari Junaidi,SP, Wajib pajak selaku manager java cafe Bapak Yanto, dan Wajib Pajak oleh Bapak Albertus selaku manager restoran Love Steak.

2) Data Sekunder

Sumber data Sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan pustaka dan terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder.16

a) Bahan Hukum Primer adalah bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat secara umum (perundang-undangan) atau mempunyai kekuatan mengikat bagi pihak-pihak berkepentingan.17 Dalam penelitian ini bahan hukum primer yang digunakan adalah : 1) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan Antara Pusat Dan Daerah;

2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;

3) Undang Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah; 4) Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No. 1 Tahun 2011

tentang Pajak Daerah;

5) Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 116 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Restoran;

16

Ibid. Hal. 81 17


(48)

27

6) Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 85 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pendataan dan Penagihan Pajak Daerah pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung;

7) Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 5 Tahun 2015 tentang Tugas Pokok Fungsi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung.

b) Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberi penjelasan terhadap bahan hukum primer.18 Bahan hukum sekunder yang digunakan adalah literatur-literatur, makalah-makalah dan tulisan-tulisan hasil karya kalangan hukum atau instansi terkait yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.3 Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data 1) Studi Pustaka

Dilakukan dengan cara melakukan serangkaian kegiatan seperti membaca, menelaah, mencatat, dan membuat ulasan bahan-bahan pustaka yang ada kaitannya dengan persalahan yang akan diteliti.

2) Studi Lapangan

Studi lapangan dilakukan untuk memperoleh data primer dengan menggunakan teknik wawancara langsung dengan informan yang telah direncanakan sebelumnya. Wawancara dilaksanakan secara langsung dan terbuka dengan mengadakan tanya jawab untuk mendapatkan keterangan

18


(49)

28

atau jawaban yang bebas sehingga data yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan

3.4 Pengolahan Data

Data yang terkumpul kemudian diproses melalui pengolahan dan pengkajian data. Data tersebut diolah melalui proses :

1) Editing, yaitu memeriksa data yang didapatkan untuk mengetahui apakah data yang didapat itu relevan dan sesuai dengan bahasan. Apabila terdapat data yang salah maka akan dilakukan perbaikan.

2) Klasifikasi data, yaitu data yang telah selesai diseleksi kemudian diklasifikasi sesuai dengan jenisnya dan berhubungan dengan masalah penelitian.

3) Sistemasi data, yaitu menempatkan data pada masing-masing bidang pembahasan yang dilakukan secara sistematis.

3.5 Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriftif kualitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan mendeskripsikan serta menggambarkan data dan fakta yang dihasilkan dari suatu penelitian di lapangan dengan suatu interpretasi, evaluasi, dan pengetahuan umum.


(50)

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Kewenangan UPT Dinas Pendapatan Daerah Wilayah Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung yaitu melaksanakan Tugas Pokok dan Fungsinya, yaitu merencanakan, mengkoordinasikan dan melaksanakan tugas pendataan, penagihan dan pelaporan Pajak Daerah di Wilayah kerjanya masing-masing; melakukan pendataan terhadap Objek Pajak dan Wajib Pajak Daerah; Melakukan penagihan terhadap Pajak Daerah tahun berjalan dan tunggakan; melaporkan hasil pendataan dan penagihan Pajak Daerah; dan Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.

2. Faktor penghambat pelaksanaan pemungutan Pajak Restoran oleh UPT adalah sebagai berikut :

1) Wajib Pajak tidak membayarkan pajaknya;

2) Wajib Pajak berkelit bahwa ia tidak mampu membayarkan pajaknya;

3) Wajib pajak susah ditemui pada saat penagihan;

4) Wilayah Teluk Betung Barat dekat dengan pegunungan dan perbukitan sehingga sepi pengunjung .


(51)

✂ ✄

5.2 Saran

1) Sebaiknya restoran selaku objek pajak menjadi perhatian pemerintah kota untuk dikelola secara optimal sehingga dapat memberikan pertambahan penerimaan pajak restoran wilayah Teluk Betung Barat kota Bandar Lampung 2) Sebaiknya Wajib Pajak memahami peraturan yang berlaku mengenai pengenaan Pajak Restoran sehingga penyetoran pajak sesuai dengan aturan dari Pemerintah Kota, yang kemudian dapat berpengaruh terhadap PAD Kota Bandar Lampung.


(52)

DAFTAR PUSTAKA Literatur :

Burton,Richard ,Wirawan B Ilyas.2001.Hukum Pajak.Salemba Empat

Dr.H. Imam Soebechi, S.H.,M.H., JUDICIAL REVIEW Perda Pajak dan Retribusi Daerah, Jakata: Sinar Grafika,2012

Philipus M. Hadjon, et al.Pengantar Hukum Administrasi Indonesia. 2014. Gajah Mada University Press.Yogyakarta.

Putri, Febyanti. Pelaksanaan Pemberian Izin Oleh Kepolisian di Kota Bandar Lampung.Skripsi. Universitas Lampung. 2014

Rahardjo Adisasmita, Pembiayaan Pembangunan Daerah, Yogyakarta: Graha Ilmu.2011

Sadjijono. Memahami Beberapa Bab Pokok Hukum Administrasi Negara. 2008.

Laks Bang Pressindo.Jogyakarta

Saidi S.H,Prof. Dr. M. Djafar. Pembaruan Hukum Pajak.2011. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Suandy,Erly.2005.Hukum Pajak.Selemba Empat

Supriyanto Edy, Perpajakan di Indonesia. 2010.Graha ilmu. Jogjakarta. Sutedi, S.H., M.H., Andrian.Hukum Pajak. 2011. Sinar Grafika. Jakarta

W.J.S. Purwadarminto.1986. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakata : Nilai Pustaka


(53)

Perundang-undangan :

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat Dan Daerah

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Undang Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah

Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No. 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 116 Tahun 2011 tentang Tata Cara

Pemungutan Pajak Restoran

Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 85 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pendataan dan Penagihan Pajak Daerah pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 5 Tahun 2015 tentang Tugas Pokok


(1)

27

6) Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 85 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pendataan dan Penagihan Pajak Daerah pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung;

7) Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 5 Tahun 2015 tentang Tugas Pokok Fungsi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung.

b) Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberi penjelasan terhadap bahan hukum primer.18 Bahan hukum sekunder yang digunakan adalah literatur-literatur, makalah-makalah dan tulisan-tulisan hasil karya kalangan hukum atau instansi terkait yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.3 Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data 1) Studi Pustaka

Dilakukan dengan cara melakukan serangkaian kegiatan seperti membaca, menelaah, mencatat, dan membuat ulasan bahan-bahan pustaka yang ada kaitannya dengan persalahan yang akan diteliti.

2) Studi Lapangan

Studi lapangan dilakukan untuk memperoleh data primer dengan menggunakan teknik wawancara langsung dengan informan yang telah direncanakan sebelumnya. Wawancara dilaksanakan secara langsung dan terbuka dengan mengadakan tanya jawab untuk mendapatkan keterangan

18


(2)

28

atau jawaban yang bebas sehingga data yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan

3.4 Pengolahan Data

Data yang terkumpul kemudian diproses melalui pengolahan dan pengkajian data. Data tersebut diolah melalui proses :

1) Editing, yaitu memeriksa data yang didapatkan untuk mengetahui apakah data yang didapat itu relevan dan sesuai dengan bahasan. Apabila terdapat data yang salah maka akan dilakukan perbaikan.

2) Klasifikasi data, yaitu data yang telah selesai diseleksi kemudian diklasifikasi sesuai dengan jenisnya dan berhubungan dengan masalah penelitian.

3) Sistemasi data, yaitu menempatkan data pada masing-masing bidang pembahasan yang dilakukan secara sistematis.

3.5 Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriftif kualitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan mendeskripsikan serta menggambarkan data dan fakta yang dihasilkan dari suatu penelitian di lapangan dengan suatu interpretasi, evaluasi, dan pengetahuan umum.


(3)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Kewenangan UPT Dinas Pendapatan Daerah Wilayah Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung yaitu melaksanakan Tugas Pokok dan Fungsinya, yaitu merencanakan, mengkoordinasikan dan melaksanakan tugas pendataan, penagihan dan pelaporan Pajak Daerah di Wilayah kerjanya masing-masing; melakukan pendataan terhadap Objek Pajak dan Wajib Pajak Daerah; Melakukan penagihan terhadap Pajak Daerah tahun berjalan dan tunggakan; melaporkan hasil pendataan dan penagihan Pajak Daerah; dan Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.

2. Faktor penghambat pelaksanaan pemungutan Pajak Restoran oleh UPT adalah sebagai berikut :

1) Wajib Pajak tidak membayarkan pajaknya;

2) Wajib Pajak berkelit bahwa ia tidak mampu membayarkan pajaknya;

3) Wajib pajak susah ditemui pada saat penagihan;

4) Wilayah Teluk Betung Barat dekat dengan pegunungan dan perbukitan sehingga sepi pengunjung .


(4)

✂ ✄

5.2 Saran

1) Sebaiknya restoran selaku objek pajak menjadi perhatian pemerintah kota untuk dikelola secara optimal sehingga dapat memberikan pertambahan penerimaan pajak restoran wilayah Teluk Betung Barat kota Bandar Lampung 2) Sebaiknya Wajib Pajak memahami peraturan yang berlaku mengenai pengenaan Pajak Restoran sehingga penyetoran pajak sesuai dengan aturan dari Pemerintah Kota, yang kemudian dapat berpengaruh terhadap PAD Kota Bandar Lampung.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Literatur :

Burton,Richard ,Wirawan B Ilyas.2001.Hukum Pajak.Salemba Empat

Dr.H. Imam Soebechi, S.H.,M.H., JUDICIAL REVIEW Perda Pajak dan Retribusi Daerah, Jakata: Sinar Grafika,2012

Philipus M. Hadjon, et al.Pengantar Hukum Administrasi Indonesia. 2014. Gajah Mada University Press.Yogyakarta.

Putri, Febyanti. Pelaksanaan Pemberian Izin Oleh Kepolisian di Kota Bandar Lampung.Skripsi. Universitas Lampung. 2014

Rahardjo Adisasmita, Pembiayaan Pembangunan Daerah, Yogyakarta: Graha Ilmu.2011

Sadjijono. Memahami Beberapa Bab Pokok Hukum Administrasi Negara. 2008. Laks Bang Pressindo.Jogyakarta

Saidi S.H,Prof. Dr. M. Djafar. Pembaruan Hukum Pajak.2011. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Suandy,Erly.2005.Hukum Pajak.Selemba Empat

Supriyanto Edy, Perpajakan di Indonesia. 2010.Graha ilmu. Jogjakarta. Sutedi, S.H., M.H., Andrian.Hukum Pajak. 2011. Sinar Grafika. Jakarta

W.J.S. Purwadarminto.1986. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakata : Nilai Pustaka


(6)

Perundang-undangan :

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat Dan Daerah

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Undang Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah

Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No. 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 116 Tahun 2011 tentang Tata Cara

Pemungutan Pajak Restoran

Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 85 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pendataan dan Penagihan Pajak Daerah pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 5 Tahun 2015 tentang Tugas Pokok