PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Tahun Pelajaran 2012/2013)
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN
KONSEP MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Tahun Pelajaran 2012/2013)
Oleh
HELDA GUSPIANI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2014
(2)
ABSTRAK
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN
KONSEP MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Tahun Pelajaran 2012/2013)
Oleh
HELDA GUSPIANI
Penelitian ini merupakan eksperimen semu yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share terhadap pemahaman konsep matematis siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah empat kelas yang bukan merupakan kelas unggulan yaitu seluruh siswa kelas
VIIIA-VIIID SMP Negeri 1 Terbanggi Besar sebanyak 136 siswa. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling sehingga terpilih 2 kelas yaitu VIIIB dan VIIIC. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah
post-test only design. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh bahwa pemaham-an konsep matematis siswa ypemaham-ang memperoleh pembelajarpemaham-an kooperatif tipe think pair share lebih baik dari pemahaman konsep matematis siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan pembelajaran kooperatif tipe think pair share terhadap pemahaman konsep matematis siswa.
(3)
(4)
(5)
(6)
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 7
1. Hakikat Matematika ... 7
2. Hakikat Belajar... 8
3. Pembelajaran Matematika ... 9
4. Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif)... 11
5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS ... 12
6. Pembelajaran Konvensional ... 13
7. Pemahaman Konsep Matematis ... 14
B. Kerangka Pikir ... 17
C. Hipotesis Penelitian ... 20 Halaman
(7)
vi
A. Populasi dan Sampel ... 21
B. Desain Penelitian ... 22
C. Data Penelitian ... 23
D. Teknik Pengumpulan Data ... 23
E. Langkah-langkah Penelitian ... 24
F. Instrumen Penelitian ... 25
G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 28
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 32
B. Pembahasan... 36
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 41
B. Saran ... 42
DAFTAR PUSTAKA ... 43
(8)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan proses belajar yang membantu manusia dalam
mengem-bangkan pola pikir dan potensi diri sehingga mampu menghadapi setiap
per-ubahan yang terjadi. Selain itu, pendidikan berperan penting dalam kehidupan
manusia untuk mengurangi kebodohan, keterbelakangan, dan kemiskinan karena
keterbatasan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh menjadikan
seseorang tidak mampu mengatasi problematika. Dengan kata lain dalam hidup
manusia tidak akan pernah lepas dari pendidikan. Pendidikan juga dapat
meng-arahkan siswa menjalani kehidupan sebagai makhluk beragama dan makhluk
sosial dengan baik. Kehidupan yang demikian dapat mewujudkan perabadan
bangsa yang cerdas dan bermartabat. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 Pasal 3 dalam Guza
(2009:5)
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan mem-bentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka men-cerdaskan kehidupan bangsa, dan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
(9)
Dalam dunia pendidikan, pembelajaran merupakan unsur utama. Pembelajaran
merupakan interaksi antara siswa sebagai peserta didik dengan guru sebagai
pen-didik dan juga interaksi antar siswa dalam proses belajar serta interaksi siswa
dengan materi pelajaran. Proses interaksi belajar sendiri akan ada jika di
dalam-nya terjadi sinergi antara guru, siswa, dan materi pelajaran, sehingga diperlukan
suatu strategi pembelajaran yang mampu membuat siswa aktif belajar. Jika
proses pembelajaran berlangsung sesuai dengan tujuan pembelajaran maka akan
membawa hasil yang baik, termasuk dalam pembelajaran matematika.
Menurut Susilo dalam Sugiman (2006:1), Matematika memegang peranan yang
sangat penting dalam ilmu pengetahuan. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi sekarang ini tidak bisa kita pungkiri bahwa matematika memegang
peranan penting. Sekolah mempunyai andil yang sangat besar dalam proses
pembelajaran matematika di kelas. Namun sampai saat ini banyak siswa yang
bosan, sama sekali tidak tertarik dan benci terhadap matematika. Untuk itu
di-perlukan kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menerapkan model
pembelajaran, sehingga siswa dapat berperan lebih aktif dalam proses
pem-belajaran dan dapat memahami konsep matematika.
Memahami konsep matematika merupakan salah satu syarat untuk dapat
menguasai matematika, karena pada setiap pembahasan materi baru, selalu
diawali dengan pengenalan konsep, baik pengenalan konsep secara induktif
maupun secara deduktif. Dengan demikian, salah satu kesalahan yang mungkin
dilakukan siswa adalah kesalahan dalam memahami konsep. Dalam matematika,
(10)
3
pemahaman konsep berikutnya, karena matematika merupakan pelajaran yang
terstruktur. Sehingga kemampuan penguasaan konsep siswa harus diperhatikan.
Penguasaan konsep para siswa di Indonesia masih tergolong rendah. Menurut
Balitbang (2011) pada data survei TIMSS (Trends In International Mathematics and Science Study), Indonesia berada di urutan ke-38 dengan skor 386 dari 42 negara. Skor Indonesia ini turun 11 poin dari penilaian tahun 2007. Pada tahun
2007, Indonesia berada di urutan ke 36 dengan skor 397 dari 49 negara.
Sehubungan dengan hal tersebut, perlu adanya suatu model pembelajaran
mate-matika yang dapat meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa.
Peng-gunaan model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu alternatif untuk
dapat meningkatkan pemahaman dan kreativitas siswa dalam mempelajari
matematika. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan
positif diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian
setiap siswa memiliki peluang yang sama dalam memperoleh hasil belajar yang
maksimal serta tercipta suasana yang menyenangkan. Aktivitas belajar berpusat
pada siswa dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling membantu
dan saling mendukung dalam memecahkan masalah sehingga siswa dapat
me-mahami konsep materi pelajaran dengan baik.
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran kooperatif
tipe Think Pair Share (TPS). TPS pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman dari Universitas Maryland pada tahun 1985. Tahapan-tahapan dalam pembelajaran
TPS sederhana, namun penting terutama dalam menghindari kesalahan dalam
(11)
Dalam model ini guru meminta siswa untuk memikirkan suatu topik, berpasangan
dengan siswa lain, kemudian berbagi ide dengan seluruh anggota kelas. Kegiatan
berpikir berpasangan, dan berbagi dalam model pembelajaran kooperatif tipe TPS
memberikan keuntungan. Siswa secara individu dapat mengembangkan
pemikir-annya masing-masing karena adanya waktu berpikir (think time), sehingga kualitas jawaban dari topik yang diberikan dapat meningkat. Struktur TPS juga
memberikan kesempatan yang sama kepada semua siswa untuk mengembangkan
ide-ide mereka yang kemudian ide tersebut didiskusikan dengan pasangannya,
se-hingga diharapkan pemahaman konsep materi yang dipelajari dapat meningkat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika kelas VIII SMP Negeri 1
Terbanggi Besar ternyata proses pembelajaran yang berlangsung masih berpusat
pada guru yang disebut pembelajaran konvensional. Guru aktif menjelaskan
konsep matematika, memberikan contoh-contoh dan tugas, sedangkan siswa
hanya menerima penjelasan dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan nilai rata-rata ujian semester ganjil pemahaman konsep matematis
siswa masih rendah. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS terhadap pemahaman konsep
matematis siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
pe-nelitian ini : “apakah terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS terhadap pemahaman konsep matematis siswa?”.
(12)
5
Dari rumusan masalah di atas, dapat dijabarkan pertanyaan penelitian : “apakah kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran
kooperatif tipe TPS lebih baik dari kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional?”.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS terhadap pemahaman konsep matematis siswa
SMP Negeri 1 Terbanggi Besar.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap
perkembangan pembelajaran matematika, terutama terkait pemahaman konsep
matematis siswa dan model pembelajaran kooperatif tipe TPS.
2. Manfaat Praktis
Dilihat dari segi praktis, penelitian ini memberikan manfaat antara lain :
a. Bagi guru, dapat menjadi alternatif dalam menggunakan model
pembel-ajaran yang efektif dilihat dari penguasaan konsep matematis siswa.
b. Bagi peneliti lainnya, dapat menjadi sarana dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan dan wawasan dalam tahap mempersiapkan diri menjadi
(13)
E. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini antara lain :
1. Pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan suatu model pembelajaran
ko-operatif dengan cara memproses informasi dengan mengembangkan cara
ber-pikir dan komunikasi siswa. Siswa diberi kesempatan untuk berber-pikir (Think) atas pertanyaan atau masalah yang diberikan guru secara individu, berpasangan
(Pair) untuk berdiskusi, dan berbagi (Share) dengan mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
2. Pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang diawali dengan
penyampaian materi oleh guru, pemberian contoh soal, tanya jawab, latihan
soal, dan pemberian tugas.
3. Pemahaman konsep siswa merupakan kemampuan siswa dalam memahami
konsep materi pelajaran matematika tentang garis singgung lingkaran yang
dapat dilihat dari nilai hasil belajar siswa setelah dilakukan tes pemahaman
(14)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hakikat Matematika
Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir
pada semua bidang ilmu pengetahuan. Menurut Suherman (2003:15), matematika
(dalam bahasa Inggris: mathematics) berasal dari perkataan latin mathematica yang mulanya diambil dari perkataan Yunani, mathematike, yang berarti “relating to learning”. Perkataan ini mempunyai akar kata mathema yang berarti know-ledge (pengetahuan).
Beberapa definisi atau pengertian tentang matematika oleh beberapa pakar yang
diungkapkan dalam Soedjadi (2000:11), yaitu:
(1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir se-cara sistematik; (2) Matematika adalah pengetahuantentang bilangan dan kalkulasi; (3) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan; (4) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk; (5) Matemati-ka adalah pengetahuan tentang struktur yang logik; (6) MatematiMatemati-ka adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Menurut James dalam Suherman, dkk (2003:16) matematika adalah ilmu tentang
(15)
satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga
bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri.
Dari pengertian dan karakter matematika diatas, dapat disimpulkan bahwa
mate-matika merupakan ilmu sebagai sarana berpikir yang meliputi penalaran logik,
bilangan, kalkulasi, dan fakta-fakta kuantitatif yang terorganisir secara sistematik.
2. Belajar
Manusia dalam hidupnya tidak pernah lepas dari proses belajar, karena dengan
lajar pengetahuan seseorang akan terus bertambah. Menurut Syah (2002:89),
be-lajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamen-tal dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Oleh karena itu,
tanpa proses belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan.
Menurut Djaafar (2001:82), belajar adalah suatu perilaku aktif dari pembelajaran
itu sendiri sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Aktivitas belajar sendiri
menghasilkan perubahan berupa sesuatu yang baru, baik yang segera nampak atau
tersembunyi, atau penyempurnaan terhadap sesuatu yang pernah dipelajari.
Per-ubahan yang bersifat konstan itu dapat meliputi perPer-ubahan pengetahuan,
keteram-pilan maupun nilai sikap. Sedangkan Fajar (2002:10), mengemukakan bahwa
be-lajar adalah kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman.
Pendapat tersebut sejalan dengan Johnson dan Smith dalam Lie (2002:5), yang
menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses pribadi, tetapi juga proses sosial
yang terjadi ketika orang berhubungan dengan yang lain dan membangun
pengertian dan pengetahuan bersama. Teori Vygotsky dalam Slavin (2000:17),
(16)
9
informasi dan pengalaman hasil interaksi antar siswa, proses membangun makna
tersebut dilakukan sendiri oleh siswa dan dimantapkan bersama orang lain.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perilaku
aktif dari pembelajaran itu sendiri sebagai hasil adanya interaksi antara individu
dengan individu maupun dengan lingkungannya karena suatu usaha untuk
meng-konstruksi sendiri pengetahuannya.
3. Pembelajaran Matematika
Dalam lingkup sekolah, aktivitas untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan
proses belajar siswa berlangsung optimal disebut dengan kegiatan pembelajaran.
Suherman, dkk (2003:8), menyatakan bahwa pembelajaran adalah upaya penataan
lingkungan yang memberi bantuan agar program belajar tumbuh dan berkembang
secara optimal.
Mulyasa (2002:100), berpendapat bahwa pembelajaran pada hakikatnya adalah
proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi
per-bedaan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam pembelajaran akan terjadi suatu
interaksi antara guru dengan siswa dalam rangka mencapai tujuannya, guru
mem-berikan informasi berupa pengetahuan kepada siswa sedangkan siswa mempunyai
tujuan untuk memahami dan menguasai materi yang diajarkan oleh guru.
Inter-aksi antara guru dan siswa tersebut merupakan proses pembelajaran.
Belajar matematika bagi siswa merupakan pembentukan pola pikir dalam
pema-haman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu hubungan diantara
(17)
dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat
yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek (abstrak). Menurut
Suherman, dkk (2003:50-51), melalui pengamatan terhadap contoh-contoh dan
bukan contoh diharapkan siswa mampu menangkap pengertian suatu konsep.
Se-lanjutnya dengan abstraksi ini, siswa dilatih untuk membuat perkiraan, terkaan
atau kecenderungan berdasarkan kepada pengalaman atau pengetahuan yang
di-kembangkan melalui contoh-contoh khusus (generalisasi).
Dalam pembelajaran matematika di sekolah, guru perlu memilih dan
mengguna-kan strategi, pendekatan, metode, dan teknik yang banyak melibatmengguna-kan siswa aktif
dalam belajar, baik secara mental, fisik, maupun sosial. Siswa dibawa kearah
me-ngamati, menebak, berbuat, mencoba, mampu menjawab pertanyaan mengapa,
dan kalau mungkin mendebat. Menurut Suherman, dkk (2003:63), dalam hal ini
kreativitas guru amat penting untuk mengembangkan model-model pembelajaran
yang secara khusus cocok dengan kelas yang dibinanya termasuk sarana dan
pra-sarana yang mendukung terjadinya optimalisasi interaksi semua unsur
pem-belajaran
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matemati-ka merupamatemati-kan serangmatemati-kaian proses kegiatan dalam mempelajari konsep-konsep
matematika dan struktur-struktur matematika yang melibatkan guru matematika
dan siswanya dalam usaha mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
Dengan demikian guru sebagai dinamisator dan fasilitator perlu memperhatikan
daya imajinasi dan rasa ingin tahu siswa, sehingga siswa perlu dibiasakan untuk
(18)
11
model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam sebuah kelas. Salah satu model
pembelajaran yang mungkin dapat diterapkan dan dikembangkan adalah model
pembelajaran kooperatif atau cooperative learning.
4. Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif)
Menurut Suherman (2003:260), pembelajaran kooperatif mencakup siswa yang
bekerja dalam sebuah kelompok kecil untuk menyelesaikan sebuah masalah,
me-nyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama
lainnya. Selanjutnya Lie (2004:29), mengungkapkan bahwa cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar
cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif dengan benar
akan menunjukkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.
Pembelajaran kooperatif mendorong terbentuknya pribadi siswa yang utuh, karena
selain mengembangkan kemampuan siswa secara kognitif, melalui pembelajaran
kooperatif siswa juga dibekali kemampuan untuk dapat bersosialisasi dengan baik.
Pembelajaran kooperatif juga merupakan salah satu pembelajaran yang dapat
di-gunakan untuk meningkatkan interaksi antar siswa serta hubungan yang saling
menguntungkan diantara mereka.
Menurut Arends (2004:356), karakteristik pembelajaran kooperatif adalah :
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menguasai materi.
b. Kelompok terdiri dari siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah. c. Bila memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku,
dan jenis kelamin yang berbeda-beda.
(19)
Menurut Ibrahim (2000:10), langkah-langkah pembelajaran kooperatif disajikan
dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Fase Indikator Aktivitas Guru
1 Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa.
2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. 3 Mengorganisasikan siswa
kedalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi efisien.
4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mengerjakan tugas.
5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
6 Memberikan penghargaan Guru mencari cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar siswa baik individu maupun kelompok.
5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)
Pada pembelajaran ini siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang
ter-diri dari satu pasang siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS tumbuh dari
penelitian pembelajaran kooperatif dan waktu tunggu. Pendekatan khusus ini
mula-mula dikembangkan oleh Frank Lyman dkk dari Universitas Maryland pada
tahun 1985. Strategi ini menantang asumsi bahwa seluruh resitasi dan diskusi
perlu dilakukan di dalam setting seluruh kelompok. Menurut Sriudin (2011)
[online], model pembelajaran kooperatif tipe TPS memiliki prosedur yang
(20)
13
a. Berpikir (Thinking)
Guru memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian siswa diberi waktu untuk memahami sendiri masalah yang dihadapi. Me-renungkan langkah-langkah apa yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
b. Berpasangan (Pairing)
Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkan pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban atau menyatukan pendapat mereka sehingga didapatkan solusi terbaik.
c. Berbagi (Share)
Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan se-luruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Hal ini dapat dilakukan oleh beberapa pasangan saja, namun jika waktu memungkinkan untuk semua pasangan maka diharapkan semua pasangan bisa berbagi.
Dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS yang memiliki keunggulan
mampu mengotimalkan partisipasi siswa dalam pembelajaran sehingga mampu
meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa. Hal ini sesuai dengan
penelitian Rohman (2011:33) yang menyatakan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe TPS berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis.
6. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru.
Menurut Hannafin dalam Juliantara (2009) [online], sumber belajar dalam
pembelajaran konvensional lebih banyak diperoleh dari buku dan penjelasan guru
atau ahli. Sumber-sumber inilah yang sangat mempengaruhi proses belajar siswa.
Metode belajar yang lebih banyak digunakan dalam pembelajaran konvensional
adalah ekspositori. Metode ekspositori ini sama dengan cara mengajar yang biasa
(tradisional) dipakai guru pada pembelajaran matematika. Menurut Suyitno
(21)
seorang guru kepada siswa di dalam kelas dengan cara berbicara di awal
pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal disertai tanya jawab. Hal ini
berarti kegiatan guru yang utama menerangkan dan siswa mendengarkan atau
mencatat apa yang disampaikan oleh guru.
7. Pemahaman Konsep Matematis
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, paham berarti mengerti dengan tepat,
sedangkan konsep diartikan sebagai ide atau pengertian yang diabstrakkan dari
peristiwa konkret. Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau
memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.
Menurut Soedjadi (2000:14), konsep adalah ide abstrak yang digunakan untuk
menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek yang biasanya
dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata. Konsep berhubungan dengan
definisi dan definisi merupakan ungkapan yang membatasi suatu konsep. Dengan
definisi, seseorang dapat membuat ilustrasi atau lambang dari suatu konsep yang
didefinisikan. Jadi ini berarti bahwa belajar konsep matematika untuk tingkat
yang lebih tinggi tidak mungkin bila prasyarat yang mendahului konsep belum
di-pelajari sehingga ada urutan-urutan tertentu dalam memdi-pelajari matematika.
Untuk memahami matematika seseorang terlebih dahulu harus memahami
kon-sep-konsep dasar pada matematika. Menurut Bennu (2010) [online], pemahaman
matematika didefinisikan sebagai kemampuan mengaitkan notasi dan simbol
matematika yang relevan dengan ide-ide matematika dan mengombinasikannya ke
(22)
15
Konsep merupakan pengertian yang dapat digunakan atau memungkinkan
sese-orang untuk mengelompokan atau menggolongkan suatu objek atau peristiwa
termasuk atau tidak termasuk dalam pengertian tersebut. Winkel (2004:44),
mendefinisikan konsep sebagai suatu sistem satuan arti yang mewakili sejumlah
objek yang mempunyai ciri-ciri sama. Konsep matematika dapat pula diartikan
sebagai suatu ide abstrak tentang suatu objek atau kejadian yang dibentuk dengan
memandang sifat-sifat yang sama dari sekumpulan objek, sehingga seseorang
dapat mengelompokkan atau mengklasifikasikan objek atau kejadian dan
sekaligus menerangkan apakah objek tersebut merupakan contoh atau bukan
contoh dari pengertian tersebut.
Winkel (2004:74), juga mengungkapkan bahwa konsep dapat dipandang dalam
bentuk satu kata (lambang bahasa). Konsep sendiri dibedakan atas dasar konsep
konkret dan konsep yang didefinisikan.
a. Konsep konkret, yaitu pengertian yang menunjukkan pada objek-objek dalam
lingkungan fisik. Contoh: meja, kursi, golongan sifat tertentu.
b. Konsep yang didefinisikan, yaitu konsep yang mewakili realitas hidup, tetapi
tidak langsung menunjuk pada realitas dalam lingkungan hidup fisik yang
di-tuangkan dalam suatu definisi.
Mempelajari matematika tidak akan lepas dari mempelajari konsep-konsepnya.
Implikasinya belajar matematika berarti juga belajar konsep-konsep matematika.
Lisnawaty (1993:81-82), menyatakan bahwa setiap konsep yang baru selalu
diperkenalkan dengan kerja praktik yang cukup. Pernyataan ini memiliki arti: (1)
(23)
yang abstrak; (2) Pengalaman siswa melalui kerja praktik merupakan hal yang
di-utamakan; (3) Pengalaman langsung yang dialami siswa akan membawanya pada
tingkat pemahaman; (4) Pemberian tugas atau latihan menyelesaikan soal kepada
siswa merupakan salah satu jalan untuk meningkatkan pemahaman siswa. Dalam
penelitian ini, hasil belajar yang diperoleh siswa berdasarkan hasil tes pemahaman
konsep. Menurut Depdiknas dalam Jannah (2007:18), menjelaskan ”Penilaian perkembangan anak didik dicantumkan dalam indikator dari kemampuan
pema-haman konsep sebagai hasil belajar matematika”. Indikator tersebut adalah sebagai berikut:
a. Menyatakan ulang suatu konsep.
b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan
konsepnya).
c. Memberi contoh dan non contoh dari konsep.
d. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematis.
e. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.
f. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu.
g. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman
konsep matematis adalah kemampuan untuk dapat mengerti ide abstrak dan objek
dasar yang dipelajari siswa dengan urutan-urutan tertentu dalam mempelajari
ma-tematika serta mengaitkan notasi dan simbol mama-tematika yang relevan dengan
(24)
17
B.Kerangka Pikir
Pemahaman konsep merupakan hal utama yang perlu digali dan dikembangkan
dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu, kurangnya pemahaman konsep
matematis siswa harus menjadi hal yang sangat diperhatikan oleh guru.
Permasa-lahan ini dapat terjadi karena dalam pembelajaran matematika, guru kurang
mem-perhatikan siswa dalam beberapa hal, diantaranya kemampuan siswa mengkaji
konsep awal, kemampuan pengungkapan ide-ide atau pengetahuan dalam diri
sis-wa, kemampuan menjelaskan pemahamannya kepada orang lain dan mendengar,
bahkan menghargai temuan temannya, serta kemampuan mengembangkan dan
mengaplikasikan konsep.
Salah satu cara agar keempat tahap dalam belajar di atas dapat terpenuhi adalah
dengan cara memilih suatu pendekatan, strategi, atau model pembelajaran yang
efektif dalam mengajarkan matematika sehingga diharapkan konsep-konsep
mate-matika yang disampaikan dapat dipahami oleh siswa dengan lebih baik. Siswa
di-beri rangsangan melalui tehnik dan cara penyajian materi yang tepat agar senang
terhadap matematika. Dengan begitu siswa akan berusaha untuk menyelesaikan
berbagai permasalahan dalam soal matematika.
Pembelajaran kooperatif mencakup siswa yang bekerja dalam sebuah kelompok
kecil untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas atau
mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya, para siswa dibagi
ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi
pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah
(25)
proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar
aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran
serta berdiskusi untuk memecahkan masalah. Berbeda dengan pembelajaran
ko-operatif, model pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran yang
berpusat pada guru. Pada proses pembelajaran konvensional siswa hanya pasif
menerima informasi dari guru. Siswa juga sering merasa jenuh dan perhatiannya
kurang karena membosankan, sehingga kurang memahami konsep-konsep
mate-matika yang disampaikan oleh guru.
Salah satu model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada kemampuan
berpikir dan mengurangi kejenuhan siswa dalam belajar adalah model
pembela-jaran kooperatif tipe TPS. Model pembelapembela-jaran kooperatif tipe TPS
mengguna-kan metode diskusi berpasangan dan dilanjutmengguna-kan dengan diskusi pleno. Dengan
model pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan
siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada
materi pelajaran. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat suatu informasi dan seorang
siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk
didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas. Selain itu, model
pembelajar-an kooperatif tipe TPS juga diharapkpembelajar-an dapat memperbaiki rasa percaya diri dpembelajar-an
semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi di dalam kelas.
Model pembelajaran kooperatif tipe TPS yang memiliki tiga tahap penting yakni
thinking, pairing, dan sharing sangat cocok diterapkan untuk membangun pema-haman konsep dari materi yang diberikan guru. Melalui tahap Think siswa diberikan waktu berpikir secara individu, pada tahap ini siswa membangun
(26)
19
pemahamannya sendiri terhadap materi yang disampaikan guru serta memikirkan
langkah-langkah dalam menyelesaikan pertanyaan yang diberikan, sehingga pada
saat tahap berikutnya, yaitu pairing, siswa tidak hanya berdiskusi saja tetapi me-reka sudah memiliki pemahaman sendiri yang bisa didiskusikan dengan
pasangan-nya. Pada tahap pairing, siswa mengungkapkan dan mendiskusikan ide-ide yang sudah dipikirkan sebelumnya dengan pasangannya, pada tahap ini siswa saling
memperbaiki jika ada pemahaman yang keliru. Pada tahap akhir yaitu tahap sha-ring, siswa berbagi dengan seluruh anggota kelas, mengambil kesimpulan dari materi yang telah dipelajari secara bersama-sama sehingga akan lebih
memper-kuat pemahaman tentang konsep materi yang telah diajarkan. Guru tidak lagi
se-bagai satu-satunya sumber pembelajaran, tetapi justru siswa dituntut untuk dapat
menemukan dan memahami konsep-konsep baru.
Dengan mengikuti ketiga tahap model pembelajaran kooperatif tipe TPS,
di-harapkan rata-rata nilai kemampuan pemahaman konsep matematis siswa akan
lebih baik dari pemahaman konsep matematis yang mengikuti model
pem-belajaran konvensional karena seluruh siswa yang terdapat dikelas dituntut untuk
berpikir secara individu kemudian secara berpasangan, siswa berulang kali
me-mikirkan jawaban atau permasalahan yang diberikan oleh guru. Dengan demikian
penerapan pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan kemampuan
(27)
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis pada penelitian ini adalah:
1. Hipotesis Umum
Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS
ter-hadap pemahaman konsep matematis siswa.
2. Hipotesis Kerja
Pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif
tipe TPS lebih baik dari pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti
(28)
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Tahun Pelajaran 2012/2013 Kelas VIII semester
genap sebanyak 210 siswa yang terdistribusi dalam enam kelas, yaitu VIIIA-VIIIF dengan dua kelas unggulan yang menjadi bahan pertimbangan peneliti dalam menentukan populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah empat kelas yang bukan merupakan kelas unggulan yaitu seluruh siswa kelas VIIIA-VIIID
se-banyak 136 siswa. Dalam pengambilan sampel digunakan teknik Purposive Sampling dengan mengambil dua kelas dari empat kelas yang memiliki ke-mampuan matematika yang sama atau hampir sama yang ditunjukkan dengan
rata-rata nilai UAS untuk pelajaran matematika semester ganjil pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Rata-Rata Nilai UAS Matematika Semester Ganjil
Dari Tabel 3.1 diperoleh rata-rata populasi 55,64. Dari keempat kelas yang memiliki rata-rata nilai yang relatif sama dengan rata-rata populasi yaitu VIIIB dan VIIIC. Sampel dalam penelitian ini terpilih VIIIB yang terdiri dari 34 siswa
No. Kelas Rata-Rata Nilai
1. VIIIA 57,17
2. VIIIB 55,11
3. VIIIC 55,62
4. VIIID 54,67
(29)
sebagai kelas kontrol, yaitu kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional
dan kelas VIIIC yang terdiri dari 32 siswa sebagai kelas eksperimen, yaitu kelas
yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TPS.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang menggunakan desain post-test only dengan kelompok pengendali yang tidak diacak sebagaimana dikemukakan Furchan (1982:368), dalam Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Desain Penelitian (Post-test Only Control Design)
Keterangan:
E = Kelas eksperimen
P = Kelas pengendali atau kontrol X = Pembelajaran kooperatif tipe TPS C = Pembelajaran konvensional
O1 = Skor post-test pada kelas ekperimen
O2 = Skor post-test pada kelas kontrol
Pada kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran TPS sedangkan pada kelas
kontrol diterapkan pembelajaran konvensional, kemudian dilakukan tes akhir.
Tes akhir adalah tes kemampuan pemahaman konsep yang dilakukan pada kedua
kelas sampel dengan soal tes yang sama.
C. Data Penelitian
Data dalam penelitian ini adalah data pemahaman konsep matematis siswa yang
dilakukan melalui tes pemahaman konsep diakhir pokok bahasan terhadap kelas
Kelompok Perlakuan Post-test
E X O1
(30)
23
yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan pembelajaran
kon-vensional. Data tersebut merupakan data kuantitatif.
D.Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes,
baik dalam pembelajaran kooperatif tipe TPS maupun dengan pembelajaran
kon-vensional. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pemahaman
konsep matematis yang berbentuk uraian. Tes diberikan sesudah pembelajaran
(post-test) pada kelas dengan pembelajaran TPS dan pembelajaran konvensional.
Kriteria penskoran berpedoman pada acuan yang dikemukakan oleh Cai, Lane,
Jacobsin dalam Nanang (2009: 97) melalui Holistic Scoring Rubrics seperti tertera pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Kriteria Penskoran Pemahaman Konsep Matematis Skor Kriteria jawaban dan alasan
4 Menunjukkan pemahaman konsep dan prinsip terhadap soal
matematika secara lengkap, penggunaan istilah dan notasi matematika secara tepat, penggunaan algoritma secara lengkap dan benar.
3 Menunjukkan pemahaman konsep dan prinsip terhadap soal matematika secara hampir lengkap, penggunaan istilah dan notasi matematika hampir benar, penggunaan algoritma secara lengkap, perhitungan secara umum benar, namun mengandung sedikit kesalahan.
2 Menunjukkan pemahaman konsep dan prinsip terhadap soal matematika kurang lengkap dan perhitungan masih terdapat sedikit kesalahan.
1 Menunjukkan pemahaman konsep dan prinsip terhadap soal matematika sangat terbatas dan sebagian besar jawaban masih mengandung perhitungan yang salah.
0 Tidak menunjukkan pemahaman konsep dan prinsip terhadap soal matematika.
(31)
E. Langkah – Langkah Penelitian
Adapun langkah-langkah penelitian adalah sebagai berikut:
1. Melakukan Penelitian Pendahuluan untuk melihat kondisi sekolah, seperti
banyaknya kelas, jumlah siswa, dan cara mengajar guru matematika.
2. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas eksperimen
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan untuk kelas
kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
3. Menyiapkan instrumen penelitian berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) dan soal
tes pemahaman konsep sekaligus aturan penskorannya.
4. Melakukan validitas instrumen.
5. Melakukan uji coba soal tes.
6. Melakukan perbaikan instrumen tes bila diperlukan.
7. Melaksanakan penelitian / perlakuan.
Prosedur pelaksanaan pembelajaran dibagi menjadi dua yaitu pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS di kelas eksperimen
dan pembelajaran konvensional di kelas kontrol. Pelaksanaan pembelajaran
sesuai dengan Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun.
Urutan pembelajaran yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 3.4.
8. Mengadakan post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. 9. Menganalisis hasil penelitian.
(32)
25
Tabel 3.4 Proses Pembelajaran
Pembelajaran Kooperatif TPS Pembelajaran Konvensional a. Kegiatan Pendahuluan
1. Guru memberikan salam dan doa 2. Guru menginformasikan tujuan
pembe-lajaran
a. Kegiatan Pendahuluan
1. Guru memberikan salam dan doa 2. Guru menginformasikan tujuan
pem-belajaran
b. Kegiatan Inti
1. Siswa dikondisikan untuk duduk sesuai dengan kelompoknya
2. Guru membagi Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada setiap siswa
3. Siswa mengerjakan LKS secara man-diri. Guru memperhatikan dan memoti-vasi siswa (think)
4. Guru meminta siswauntuk berpasangan dan mendiskusikan LKS yang telah dikerjakan secara mandiri (pair) 5. Guru memanggil beberapa pasangan
untuk mempresentasikan hasil diskusi-nya (share)
6. Guru membimbing siswa untuk me-nyimpulkan hasil diskusi
7. Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan materi
b. Kegiatan Inti
1. Siswa memperhatikan penjelasan guru 2. Siswa diberikan kesempatan bertanya jika masih ada yang kurang jelas dari materi yang telah dibahas
3. Siswa diberikan kesempatan untuk mencatat hal-hal penting dari penjela-san guru tersebut
4. Siswa memperhatikan penjelasan me-ngenai contoh soal
5. Siswa diminta untuk berdiskusi me-ngerjakan soal-soal latihan dengan teman sekelompoknya.
6. Guru meminta beberapa perwakilan kelompok untuk mengerjakan soal di papan tulis
7. Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan materi
c. Kegiatan Penutup
1. Guru memberikan pekerjaan rumah (PR)
2. Guru menginformasikan materi pada pertemuan berikutnya untuk dipelajari 3. Guru menutup pelajaran dan
memberi-kan salam
c. Kegiatan Penutup
1. Guru memberikan pekerjaan rumah (PR)
2. Guru menginformasikan materi pada pertemuan berikutnya untuk dipelajari 3. Guru menutup pelajaran dan
membe-rikan salam
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan merupakan instrumen tes dalam bentuk soal
untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep matematis disusun dalam
bentuk tes uraian. Tes diberikan sesudah pembelajaran (post-test) pada kelas eks-perimen dan kelas kontrol. Tes diberikan sesudah pembelajaran dimaksudkan
un-tuk melihat pengaruh pembelajaran terhadap pemahaman konsep siswa SMP
Negeri 1 Terbanggi Besar. Untuk mendapatkan data yang akurat, maka tes yang
digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria tes yang baik. Tes yang
(33)
1. Uji Validitas Instrumen (Validity)
Validitas isi dari suatu tes pemahaman konsep dapat diketahui dengan jalan
mem-bandingkan antara isi yang terkandung dalam tes pemahaman konsep dengan
tuju-an instruksional khusus ytuju-ang telah ditentuktuju-an untuk pelajartuju-an matematika, apakah
hal-hal yang tercantum dalam tujuan instruksional khusus sudah terwakili secara
nyata dalam tes pemahaman konsep tersebut atau belum. Penyusunan soal tes
diawali dengan membuat kisi-kisi soal. Kisi-kisi soal disusun dengan
memper-hatikan setiap indikator yang ingin dicapai.
Dengan asumsi bahwa guru mata pelajaran matematika kelas VIII SMP Negeri 1
Terbanggi Besar mengetahui dengan benar kurikulum SMP, maka penilaian
ter-hadap butir tes dilakukan oleh guru tersebut. Penilaian terter-hadap kesesuaian isi tes
dengan isi kisi-kisi tes yang diukur dan kesesuaian bahasa yang digunakan dalam
tes dengan kemampuan bahasa siswa dilakukan dengan menggunakan daftar
ceklis oleh guru. Dengan demikian valid atau tidaknya tes ini didasarkan pada
judgment guru tersebut. Guru tersebut menyatakan butir-butir tes telah sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur sehingga tes tersebut
dikategorikan valid.
2. Reliabilitas (Reliability)
Reliabilitas tes diukur berdasarkan koefisien reliabilitas dan digunakan untuk
mengetahui tingkat keterandalan suatu tes. Suatu tes dikatakan reliabel jika hasil
pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan tes tersebut berulang kali
(34)
27
sifatnya ajeg (stabil). Dalam Sudijono (2001:207), untuk menghitung koefisien
reliabilitas tes dapat digunakan rumus alpha, yaitu :
[ ] [ ∑ ]
Keterangan :
11
r = Koeffisien reliabilitas = Banyaknya butir soal
2i
S = Jumlah varians skor dari tiap butir item
2
t
S = Varians total
Menurut Guilford dalam Suherman (1990:177), koefisien reliabilitas
diinterpreta-sikan seperti yang terlihat pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5 Interpretasi Nilai Koeffisien Reliabilitas
Tes yang digunakan dalam penelitian ini memiliki koefisien reliabilitas lebih dari
0,70. Dari hasil analisis untuk 5 soal uraian diperoleh = 0,81 > 0,70 (Lampiran
C.1) maka dapat disimpulkan bahwa soal uji coba tersebut reliabel.
Nilai Interpretasi
Antara 0,00 s.d 0,20 Reliabilitas sangat rendah Antara 0,20 s.d 0,40 Reliabilitas rendah Antara 0,40 s.d 0,70 Reliabilitas sedang Antara 0,70 s.d 0,90 Reliabilitas tinggi Antara 0,90 s.d 1,00 Reliabilitas sangat tinggi
(35)
G. Teknik Analisis Data
Data skor post-test kelas eksperimen serta kelas kontrol dianalisis menggunakan uji-t dalam statistik. Sebelum melakukan analisis uji-t dalam statistik perlu dila-kukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas data.
a) Uji Normalitas
Dalam Sudjana (2005:273), uji normalitas berfungsi untuk mengetahui apakah
data keadaan awal populasi berdistribusi normal atau tidak. Rumusan hipotesis
untuk uji ini adalah:
H0 : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Uji ini menggunakan uji Chi-Kuadrat:
∑
Dengan:
X2 = harga Chi-kuadrat = frekuensi pengamatan
= frekuensi yang diharapan
k = banyaknya kelas interval
Kriteria pengujian, jika x2hitung x2tabel dengan dk = k – 3, maka data berasal dari kelompok data yang berdistribusi normal. Uji normalitas pada data kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa juga dilakukan dengan menggunakan rumus
(36)
29
tabel hitung x
x2 2 . Dari hasil perhitungan normalitas kelas eksperimen dan kelas kontrol (Lampiran C.8 dan C.9) diperoleh data sebagai berikut.
Tabel 3.6 Hasil Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep Matematis.
Dari hasil pada Tabel 3.5 terlihat bahwa setiap kelas memiliki pada
taraf signifikansi , sehingga diterima. Artinya, data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
b)Uji Homogenitas Varians
Menurut Arikunto (2005:318), uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data skor tes kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang
diper-oleh memiliki varians yang sama atau sebaliknya. Dalam Sudjana (2005:249)
untuk menguji homogenitas varians ini dapat menggunakan uji F. Rumusan
hipotesis untuk uji ini adalah:
H0 : (kedua populasi memiliki varians yang sama)
H1 : (kedua populasi memiliki varians yang tidak sama)
Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut:
Pembelajaran Xhitung2 Xtabel2 Keputusan Uji Think Pair Share (TPS) 7,37 7,81 H0 diterima
(37)
Kriteria uji: terima Ho jika Fhitung< dengan diperoleh
dari daftar distribusi F dengan peluang α. Untuk n1-1 adalah dk pembilang
(vari-ans terbesar) dan n2-1 adalah dk penyebut (varians terkecil). Dari hasil
perhitung-an uji homogenitas (Lampirperhitung-an C.10) diperoleh Fhitung= 1,68 dan
pada taraf signifikasi karena < maka H0 diterima. Artinya
kedua populasi memiliki varians yang sama (homogen).
c) Uji Hipotesis
Untuk uji hipotesis perlu dilakukan uji prasyarat terlebih dahulu yaitu uji
normalitas dan homogenitas, dari uji normalitas dan homogenitas diperoleh data
yang berdistribusi normal dan kedua kelompok data homogen maka analisis
pe-ngujian hipotesis menggunakan uji t, uji satu pihak yaitu pihak kanan. Uji ini
digunakan pada analisis data post-test.
Hipotesis untuk uji kesamaan rata-rata, uji pihak kanan dalam Sudjana (2005:228)
adalah:
(Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TPS sama dengan
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional)
(Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih baik dari
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang
(38)
31
Statistik yang digunakan adalah :
̅ ̅
√
dengan :
Keterangan :
̅ = skor rata-rata post-test dari kelas eksperimen
̅ = skor rata-rata post-test dari kelas kontrol = banyaknya subyek kelas eksperimen = banyaknya subyek kelas kontrol = varians kelompok eksperimen = varians kelompok kontrol = varians gabungan
Dengan kriteria pengujian : terima H0 jika dengan derajat
kebebasan dk = (n1 + n2 – 2) dan peluang dengan taraf signifikan
(39)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS terhadap pemahaman konsep
matematis siswa. Secara umum siswa yang memperoleh pembelajaran dengan
model pembelajaran koopertif tipe TPS menunjukkan hasil yang lebih baik
sehingga berpengaruh positif dibandingkan siswa yang memperoleh pembelajaran
konvensional dalam hal:
1. Pemahaman konsep matematis. Rata-rata pemahaman konsep matematis
siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih baik dari pada
rata-rata pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional.
2. Pencapaian indikator pemahaman konsep matematis. Rata-rata pencapaian
indikator pemahaman konsep siswa pada kelas eksperimen sebesar 71,19%
dan rata-rata pencapaian indikator pemahaman konsep siswa pada kelas
(40)
42
B. Saran
Berdasarkan hasil dalam penelitian ini, dapat dikemukakan saran sebagai berikut :
1. Diharapkan guru matematika agar dapat menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS sebagai salah satu alternatif pembelajaran dikelas guna
meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa secara
optimal.
2. Diharapkan peneliti lain yang akan melakukan penelitian tentang model
pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat memperisiapkan dan melaksanakan
(41)
DAFTAR PUSTAKA
Arend, Richard I. 2004. Learning to Teach. New York: Mc Graw Hill Companies. Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Balitbang. 2011. Survei Inter-nasional TIMSS (Trends In International Mathematics and Science Study). [Online] Tersedia pada http://litbang. kemdikbud.go.id/detail.php? id=214. (diakses pada 23 Juli 2013) BSNP.2007.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas
Bennu, Sudarman. 2010. Pemahaman Konsep. [online]. Tersedia: http://sudarmanbennu.blogspot.com/2010/02/pemahaman-konsep.html.(14 Mei 2012).
Cai, Lane, Jacobsin. 1956. Pemahaman konsep Mathematics. [online]. Tersedia: http://books.google.co.id/books/about/The_psychology_of_learning_mathe matics.html?hl=id&id=nuuDAFwjqqYC&redir_esc=y. (3 Desember 2012)
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004; Standar Kompetensi Mata Pelajaran Mate-matika SMP dan MTS. Depdiknas. Jakarta.
Djaafar, T Z. 2001. Kontribusi Strategi Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar. Jakarta: Depdiknas.
Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Usaha Nasional : Surabaya
Guza, Afnil. 2009. Undang-Undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003. Asa Mandiri. Jakarta.
Ibrahim, Muslimin dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Juliantara, ketut. 2009. Pembelajaran konvensional. [online]. Tersedia: http://www.kompasiana.com/ikpj.(20 Desember 2011)
Lie, Anita. 2004. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
(42)
Marsigit. 2009: Matematika : Untuk SM /MTs Kelas VIII. PT Ghalia Indonesia Printing. Jakarta: Yudhistira.
Mulyasa. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Rohman, Abdul. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Salamah, Umi. 2009: Matematika : Untuk SMP/MTs Kelas VIII. PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Solo: Platinum.
Slavin, Robert. 2000. Educational Psycologi: Theory and Practice. Sixth Edition. Boston: Allyn and Bacon
Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika Di Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Sriudin. 2011. Model Pembelajaran Think Pair and Share. [online]. Tersedia: http://www.sriudin.com/2011/07/model-pembelajaran-think-pair-share.html. (20 November 2011).
Sudijono, Anas. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiman. 2006. Pendekatan Matematika Realistik pada Pembelajaran Matematika di Sekolah Menengah Pertama. Makalah lokakarya pengembangan model-model pembelajaran matematika sekolah di Universitas Negeri Yogyakarta pada tanggal 14 Otober 2006.
Suherman, E. 1990. Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijaya kusumah.
Suherman. 2003. Strategi pembelajaran matematika kontemporer. Edisi revisi. Bandung: jurusan pendidikan matematika fmipa upi.
Suyitno. 2004. Menjelajahi pembelajaran inovatif. Mass media buana pustaka. Sidoarjo.
Syah, Muhibin. 2002. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
(43)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL
(RPP 1)
Sekolah : SMP Negeri 1 Terbanggi Besar
Mata Pelajaran : Matematika Kelas / Semester : VIII / 2
Alokasi waktu : 2 x 40 menit (1 kali pertemuan)
Standar Kompetensi : Menentukan unsur, bagian lingkaran serta ukurannya
Kompetensi Dasar : Menghitung panjang ruas garis singgung persekutuan dua lingkaran
A. Indikator 1. Kognitif
a. Mengidentifikasi sifat sudut yang dibentuk oleh garis singgung dan garis yang melalui titik pusat.
b. Menggunakan sifat sudut yang dibentuk oleh garis singgung dan garis ya-ng melalui titik pusat dalam pemecahan masalah.
2. Afektif
a. Mandiri
b. Rasa hormat dan menghargai
c. Tekun
d. Tanggung jawab
e. Kritis
B. Tujuan Pembelajaran 1. Kognitif
a. Jika diberikan gambar lingkaran, garis singgung, dan garis yang melalui ti-tik pusat, sehingga terdapat sudut yang dibentuk oleh kedua garis tersebut, maka siswa dapat mengidentifikasi sifat sudut yang dibentuk oleh garis si-nggung dan garis yang melalui titik pusat lingkaran dengan baik.
b. Jika diberikan soal berupa gambar lingkaran, garis singgung, dan garis ya-ng melalui titik pusat, sehiya-ngga terdapat sudut yaya-ng dibentuk oleh kedua
RPP Konvensional
(44)
46
garis tersebut, lalu siswa diminta untuk menentukan unsur lain pada gam-bar, maka siswa dapat menggunakan sifat sudut yang dibentuk oleh garis singgung dan garis yang melalui titik pusat dalam pemecahan masalah de-ngan benar.
2. Afektif
a. Siswa dilatih untuk dapat berpikir secara mandiri.
b. Siswa dilatih untuk saling menghargai , bertanggung jawab, dan kritis saat mengemukakan pendapat ataupun bertanya.
c. Siswa dilatih untuk tekun dalam proses pembelajaran. C. Materi Pembelajaran
Garis singgung lingkaran:
a. Mengenal garis singgung lingkaran.
b. Menemukan sifat-sifat garis singgung lingkaran. D. Metode Pembelajaran
Model pembelajaran konvensional (ceramah , diskusi, tanya jawab) E. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Awal (10 menit)
No Kegiatan Karakter Tahap Alokasi
Waktu
1. Guru mengucapkan salam lalu melakukan apersepsi, antara lain mengenai unsur-unsur pada lingkaran, besar sudut dan macam-macam sudut pada lingkaran serta menyam-paikan tujuan pembelajaran hari ini.
Rasa hormat Menghargai
- 10 menit 2. Untuk memotivasi siswa mempelajari
kom-petensi ini, guru menyampaikan beberapa hal yang ada dalam kehidupan sehari-hari yang terkait dengan sifat-sifat garis singgung ling-karan.
Misalnya, matematika sangat erat hubungan-nya dengan kehidupan sehari-hari kita, sampai hal sekecil makan bakso menggunakan sumpit pun merupakan aplikasi dari ilmu matematika, dimana sumpit diumpamakan sebagai dua bu-ah garis yang menyinggung bakso (diumpa-makan sebagai lingkaran).
Rasa hormat Menghargai
(45)
Kegiatan Inti (60 menit)
Kegiatan Penutup (10 menit)
No. Kegiatan Karakter Tahap Alokasi
Waktu
1. Guru mengondisikan siswa agar mempelajari /membaca materi untuk pertemuan berikutnya
Tanggung jawab Mandiri
-
10 menit
2. Guru menutup pelajaran hari ini dan memberi-kan salam
Rasa hormat
Menghargai -
F. Alat/ Bahan/ Sumber Pembelajaran Buku Matematika SMP Kelas VIII :
Salamah, Umi. 2009: 139-151. Matematika: Untuk SMP/MTs Kelas VIII. PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Solo: Platinum.
Marsigit. 2009: 146-163. Matematika: Untuk SMP/MTs Kelas VIII. PT Ghalia Indonesia Printing. Jakarta: Yudhistira.
White Board, spidol dan alat tulis lainnya.
No Kegiatan Karakter Tahap Alokasi
Waktu 1. Guru menjelaskan materi tentang garis
sing-gung dan sifat-sifat garis singsing-gung. Tekun Rasa hormat Menghargai
20 menit
2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada materi yang kurang je-las.
Kritis Tekun
Tanya
jawab 5 menit 3. Siswa diberikan kesempatan untuk mencatat
hal-hal penting dari penjelasan guru tersebut. Tekun 5 menit
4.
Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal-soal latihan di buku cetak.
(Salamah, Umi. 2009 : 139-151. Matematika: Untuk SMP/MTs Kelas VIII. PT Tiga Serang-kai Pustaka Mandiri. Solo: Platinum.)
Tanggung jawab Tekun Mandiri 10 menit 5.
Guru meminta beberapa siswa untuk menger-jakan soal di papan tulis.
Tanggung jawab Rasa hormat Menghargai 10 menit 6.
Guru membahas jawaban siswa dan bersama-sama siswa menyimpulkan jawaban yang te-pat.
Tanggung Jawab Kritis Rasa hormat
Menghargai Diskusi dan
tanya jawab 10 menit
7.
Guru memberikan umpan balik positif dan pe-nguatan dalam bentuk lisan, tulisan, maupun isyarat terhadap keberhasilan kelompok.
Tanggung Jawab Rasa hormat Menghargai
(46)
48
G. Penilaian
Teknik penilaian : Tes Tertulis Bentuk Instrumen : Uraian Soal terlampir
Bandar Lampung, Februari 2013
Guru Mitra, Peneliti,
St. Sri Utomo, S.Pd. Helda Guspiani
NIP. 19591103 198103 1 005 NPM. 0853021025
(47)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL
(RPP 2)
Sekolah : SMP Negeri 1 Terbanggi Besar
Mata Pelajaran : Matematika Kelas / Semester : VIII / 2
Alokasiwaktu : 2 x 40 menit (1 kali pertemuan)
Standar Kompetensi : Menentukan unsur, bagian lingkaran serta ukurannya
Kompetensi Dasar : Menghitung panjang ruas garis singgung persekutuan dua lingkaran
A. Indikator 1. Kognitif
Melukis garis singgung lingkaran. 2. Afektif
f. Mandiri
g. Rasa hormat dan menghargai
h. Tekun
i. Tanggung jawab
j. Kritis
B. Tujuan Pembelajaran 1. Kognitif
c. Jika diberikan sebuah lingkaran, dengan titik pusat P dan sebuah titik terletak pada lingkaran. Dengan menghubungkan titik pusat dan titik pada lingkaran, lalu siswa dapat melukis sembarang busur lingkaran yang berpusat di titik pada lingkaran dengan jari-jari yang sama besar sehingga memotong di dua titik yang berberda kemudian lukis sembarang busur lingkaran dengan jari-jari yang sama besar yang berpusat dikedua titik yang berbeda tersebut sehingga akan berpotongan didua titik lalu siswa dapat menghubungkan dua garis yang berpotongan tersebut. Melalui
RPP Konvensional
(48)
50
gambar siswa dapat melukis garis singgung lingkaran melalui suatu titik pada lingkaran dengan baik.
d. Jika diberikan sebuah lingkaran yang berpusat di titik O dan sebuah titik yang terletak diluar lingkaran, dengan menghubungkan titik pusat ran dan titik diluar lingkaran, siswa dapat melukis garis singgung lingka-ran melalui titik diluar lingkalingka-ran dengan benar.
2. Afektif
d. Siswa dilatih untuk dapat berpikir secara mandiri.
e. Siswa dilatih untuk saling menghargai , bertanggung jawab, dan kritis saat mengemukakan pendapat ataupun bertanya.
f. Siswa dilatih untuk tekun dalam proses pembelajaran. C. Materi Pembelajaran
Garis singgung lingkaran :
Melukis garis singgung lingkaran. D. Metode Pembelajaran
Model pembelajaran konvensional (ceramah , diskusi, tanya jawab) E. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Awal (10 menit)
No Kegiatan Karakter Tahap Alokasi
Waktu
1. Guru mengucapkan salam lalu melakukan apersepsi, antara lain mengenai unsur-unsur pada lingkaran, besar dan macam-macam su-dut pada lingkaran serta menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini.
Rasa hormat Menghargai
- 10 menit 2. Untuk memotivasi siswa mempelajari
kom-petensi ini, guru menyampaikan beberapa hal yang ada dalam kehidupan sehari-hari yang terkait dengan sifat-sifat garis singgung ling-karan.
Misalnya, matematika sangat erat hubungan-nya dengan kehidupan sehari-hari kita, sampai hal sekecil makan bakso menggunakan sumpit pun merupakan aplikasi dari ilmu matematika, dimana sumpit diumpamakan sebagai dua bu-ah garis yang menyinggung bakso (diumpa-makan sebagai lingkaran).
Rasa hormat Menghargai
(49)
Kegiatan Inti (60 menit)
Kegiatan Penutup (10 menit)
No. Kegiatan Karakter Tahap Alokasi
Waktu
1. Guru mengondisikan siswa agar mempelajari /membaca materi untuk pertemuan berikutnya
Tanggung jawab Mandiri
-
10 menit
2. Guru menutup pelajaran hari ini dan memberi-kan salam
Rasa hormat
Menghargai -
F. Alat/ Bahan/ Sumber Pembelajaran Buku Matematika SMP Kelas VIII :
Salamah, Umi. 2009: 139-151. Matematika: Untuk SMP/MTs Kelas VIII. PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Solo: Platinum.
Marsigit. 2009: 146-163. Matematika: Untuk SMP/MTs Kelas VIII. PT Ghalia Indonesia Printing. Jakarta: Yudhistira.
White Board, spidol dan alat tulis lainnya.
No Kegiatan Karakter Tahap Alokasi
Waktu 1. Guru menjelaskan materi tentang garis
sing-gung dan sifat-sifat garis singsing-gung.
Tekun Rasa hormat Menghargai
20 menit
2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada materi yang kurang je-las.
Kritis Tekun
Tanya
jawab 5 menit 3. Siswa diberikan kesempatan untuk mencatat
hal-hal penting dari penjelasan guru tersebut. Tekun 5 menit
4.
Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal-soal latihan di buku cetak.
(Salamah, Umi. 2009: 139-151. Matematika: Untuk SMP/MTs Kelas VIII. PT Tiga Serang-kai Pustaka Mandiri. Solo: Platinum.)
Tanggung jawab Tekun Mandiri 10 menit 5.
Guru meminta beberapa siswa untuk menger-jakan soal di papan tulis.
Tanggung jawab Rasa hormat Menghargai 10 menit 6.
Guru membahas jawaban siswa dan bersama-sama siswa menyimpulkan jawaban yang te-pat.
Tanggung Jawab Kritis Rasa hormat
Menghargai Diskusi dan
tanya jawab 10 menit
7.
Guru memberikan umpan balik positif dan pe-nguatan dalam bentuk lisan, tulisan, maupun isyarat terhadap keberhasilan kelompok.
Tanggung Jawab Rasa hormat Menghargai
(50)
52
G. Penilaian
Teknik penilaian : Tes Tertulis Bentuk Instrumen : Uraian Soal terlampir
Bandar Lampung, Februari 2013
Guru Mitra, Peneliti,
St. Sri Utomo, S.Pd. Helda Guspiani
(51)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL
(RPP 3)
Sekolah : SMP Negeri 1 Terbanggi Besar
Mata Pelajaran : Matematika Kelas / Semester : VIII / 2
Alokasiwaktu : 2 x 40 menit (1 kali pertemuan)
Standar Kompetensi : Menentukan unsur, bagian lingkaran serta Ukurannya.
Kompetensi Dasar : Menghitung panjang ruas garis singgung persekutuan dua lingkaran.
A. Indikator 1. Kognitif
Menentukan panjang ruas garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran. 2. Afektif
k. Mandiri
l. Rasa hormat dan menghargai
m. Tekun
n. Tanggung jawab
o. Kritis
B. Tujuan Pembelajaran 1. Kognitif
a. Jika dua buah lingkaran, masing-masing diketahui panjang jari-jarinya, dan jarak antara kedua titik pusatnya, maka siswa dapat menentukan panjang ruas garis singgung persekutuan dalam dari kedua lingkaran tersebut dengan benar.
b. Jika diketahui panjang jari-jari dan panjang ruas garis singgung persekutuan dalam dari dua buah lingkaran, siswa dapat menghitung jarak antara kedua titik pusat lingkaran tersebut.
RPP Konvensional
(52)
54
2. Afektif
g. Siswa dilatih untuk dapat berpikir secara mandiri.
h. Siswa dilatih untuk saling menghargai , bertanggung jawab, dan kritis saat mengemukakan pendapat ataupun bertanya.
i. Siswa dilatih untuk tekun dalam proses pembelajaran. C. Materi Pembelajaran
Garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran. D. Metode Pembelajaran
Model pembelajaran konvensional (ceramah, diskusi, tanya jawab) E. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Awal (10 menit)
No Kegiatan Karakter Tahap Alokasi
Waktu
1. Guru mengucapkan salam lalu melakukan apersepsi, antara lain mengenai sifat-sifat ga-ris singgung lingkaran .
Rasa hormat Menghargai
- 10 menit 2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran hari
ini.
Rasa hormat Menghargai
Kegiatan Inti (60 menit)
No Kegiatan Karakter Tahap Alokasi
Waktu 1. Guru menjelaskan materi tentang garis
sing-gung dan sifat-sifat garis singsing-gung. Tekun Rasa hormat Menghargai
20 menit
2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada materi yang kurang jelas.
Kritis Tekun
Tanya
jawab 5 menit
3.
Siswadiberikankesempatanuntukmencatathal-halpentingdaripenjelasan guru tersebut. Tekun 5 menit
4.
Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal-soal latihan di buku cetak.
(Salamah, Umi. 2009: 139-151. Matematika: Untuk SMP/MTs Kelas VIII. PT Tiga Serang-kai Pustaka Mandiri. Solo: Platinum.)
Tanggung jawab Tekun Mandiri 10 menit 5.
Guru meminta beberapa siswa untuk menger-jakan soal di papan tulis.
Tanggung jawab Rasa hormat Menghargai
(53)
Kegiatan Penutup (10 menit)
No. Kegiatan Karakter Tahap Alokasi
Waktu
1. Guru mengondisikan siswa agar mempelajari /membaca materi untuk pertemuan berikutnya
Tanggung jawab Mandiri
-
10 menit
2. Guru menutup pelajaran hari ini dan memberi-kan salam
Rasa hormat Menghargai -
F. Alat/ Bahan/ Sumber Pembelajaran Buku Matematika SMP Kelas VIII :
Salamah, Umi. 2009: 139-151. Matematika: Untuk SMP/MTs Kelas VIII. PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Solo: Platinum.
Marsigit. 2009: 146-163. Matematika: Untuk SMP/MTs Kelas VIII. PT Ghalia Indonesia Printing. Jakarta: Yudhistira.
White Board, spidol dan alat tulis lainnya.
G. Penilaian
Teknik penilaian : Tes Tertulis Bentuk Instrumen : Uraian Soal terlampir
Bandar Lampung, Februari 2013
Guru Mitra, Peneliti,
St. Sri Utomo, S.Pd. Helda Guspiani
NIP. 19591103 198103 1 005 NPM. 0853021025
6.
Guru membahas jawaban siswa dan bersama-sama siswa menyimpulkan jawaban yang te-pat.
Tanggung Jawab Kritis Rasa hormat
Menghargai Diskusi dan tanya jawab
10 menit
7.
Guru memberikan umpan balik positif dan pe-nguatan dalam bentuk lisan, tulisan, maupun isyarat terhadap keberhasilan kelompok.
Tanggung Jawab Rasa hormat Menghargai
(54)
56
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL
(RPP 4)
Sekolah : SMP Negeri 1 Terbanggi Besar
Mata Pelajaran : Matematika Kelas / Semester : VIII / 2
Alokasiwaktu : 2 x 40 menit (1 kali pertemuan)
Standar Kompetensi : Menentukan unsur, bagian lingkaran serta Ukurannya.
Kompetensi Dasar : Menghitung panjang ruas garis singgung persekutuan dua lingkaran.
A. Indikator 1. Kognitif
Menentukan panjang ruas garis singgung persekutuan luar dua lingkaran. 2. Afektif
p. Mandiri
q. Rasa hormat dan menghargai
r. Tekun
s. Tanggung jawab
t. Kritis
B. Tujuan Pembelajaran 1. Kognitif
e. Jika dua buah lingkaran, masing-masing diketahui panjang jari-jarinya, dan jarak antara kedua titik pusatnya, maka siswa dapat menentukan pan-jang ruas garis singgung persekutuan luar dari kedua lingkaran tersebut dengan benar.
f. Jika diketahui panjang jari-jari dan panjang ruas garis singgung perseku-tuan luar dari dua buah lingkaran, siswa dapat menghitung jarak antara ke-dua titik pusat lingkaran tersebut.
RPP Konvensional
(55)
2. Afektif
j. Siswa dilatih untuk dapat berpikir secara mandiri.
k. Siswa dilatih untuk saling menghargai , bertanggung jawab, dan kritis saat mengemukakan pendapa ataupun bertanya.
l. Siswa dilatih untuk tekun dalam proses pembelajaran. C. Materi Pembelajaran
Garis singgung persekutuan luar dua lingkaran. D. Metode Pembelajaran
Model pembelajaran konvensional (ceramah , diskusi, tanya jawab) E. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Awal (10 menit)
No Kegiatan Karakter Tahap Alokasi
Waktu
1.
Guru mengucapkan salam lalu melakukan apersepsi, antara lain mengenai kedudukan dua lingkaran.
Rasa hormat Menghargai
- 10 menit 2.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini.
Rasa hormat Menghargai
Kegiatan Inti (60 menit)
No Kegiatan Karakter Tahap Alokasi
Waktu 1. Guru menjelaskan materi tentang garis
sing-gung dan sifat-sifat garis singsing-gung. Tekun Rasa hormat Menghargai
20 menit
2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada materi yang kurang jelas.
Kritis Tekun
Tanya
jawab 5 menit
3. Siswa diberikan kesempatan untuk mencatat
hal-hal penting dari penjelasan guru tersebut. Tekun 5 menit
4.
Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal-soal latihan di buku cetak.
(Salamah, Umi. 2009: 139-151. Matematika: Untuk SMP/MTs Kelas VIII. PT Tiga Serang-kai Pustaka Mandiri. Solo: Platinum.)
Tanggung jawab Tekun Mandiri
(56)
58
Kegiatan Penutup (10 menit)
No. Kegiatan Karakter Tahap Alokasi
Waktu
1. Guru mengondisikan siswa agar mempelajari /membaca materi untuk pertemuan berikutnya
Tanggung jawab Mandiri
-
10 menit
2. Guru menutup pelajaran hari ini dan memberi-kan salam
Rasa hormat Menghargai -
F. Alat/ Bahan/ Sumber Pembelajaran Buku Matematika SMP Kelas VIII :
Salamah, Umi. 2009: 139-151. Matematika: Untuk SMP/MTs Kelas VIII. PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Solo: Platinum.
Marsigit. 2009: 146-163. Matematika: Untuk SMP/MTs Kelas VIII. PT Ghalia Indonesia Printing. Jakarta: Yudhistira.
White Board, spidol dan alat tulis lainnya.
G. Penilaian
Teknik penilaian : Tes Tertulis Bentuk Instrumen : Uraian Soal terlampir
Bandar Lampung, Februari 2013
Guru Mitra, Peneliti,
St. Sri Utomo, S.Pd. Helda Guspiani
NIP. 19591103 198103 1 005 NPM. 0853021025
5. Guru meminta beberapa siswa untuk menger-jakan soal di papan tulis.
Tanggung jawab Rasa hormat Menghargai 10 menit 6.
Guru membahas jawaban siswa dan bersama-sama siswa menyimpulkan jawaban yang te-pat.
Tanggung Jawab Kritis Rasa hormat
Menghargai Diskusi dan Tanya jawab
10 menit
7.
Guru memberikan umpan balik positif dan pe-nguatan dalam bentuk lisan, tulisan, maupun isyarat terhadap keberhasilan kelompok.
Tanggung Jawab Rasa hormat Menghargai
(57)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL
(RPP 5)
Sekolah : SMP Negeri 1 Terbanggi Besar
Mata Pelajaran : Matematika Kelas / Semester : VIII / 2
Alokasi waktu : 2 x 40 menit (1 kali pertemuan)
Standar Kompetensi : Menentukan unsur, bagian lingkaran serta ukurannya
Kompetensi Dasar : Menghitung panjang ruas garis singgung persekutuandua lingkaran
A. Indikator 1. Kognitif
Menghitung panjang sabuk lilitan minimal yang menghubungkan dua atau tiga lingkaran.
2. Afektif
u. Mandiri
v. Rasa hormat dan menghargai
w. Tekun
x. Tanggung jawab
y. Kritis
B. Tujuan Pembelajaran 1. Kognitif
a. Jika dua buah lingkaran masing-masing diketahui sudut pusat dan jari-jarinya, maka siswa dapat menghitung panjang sabuk lilitan minimal yang menghubungkan dua lingkaran dari dalam dengan benar.
b. Jika dua buah lingkaran masing-masing diketahui sudut pusat dan jari-jarinya, maka siswa dapat menghitung panjang sabuk lilitan minimal yang menghubungkan dua lingkaran dari luar dengan benar.
RPP Konvensional
(58)
60
2. Afektif
m. Siswa dilatih untuk dapat berpikir secara mandiri.
n. Siswa dilatih untuk saling menghargai , bertanggung jawab, dan kritis saat mengemukakan pendapa ataupun bertanya.
o. Siswa dilatih untuk tekun dalam proses pembelajaran. C. Materi Pembelajaran
Panjang lilitan minimal yang menghubungkan dua atau tiga lingkaran. D. Metode Pembelajaran
Model pembelajaran konvensional (ceramah , diskusi, tanya jawab) E. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Awal (10 menit)
No Kegiatan Karakter Tahap Alokasi
Waktu
1. Guru mengucapkan salam lalu melakukan apersepsi, antara lain mengenai panjang ga-ris singggung persekutuan dalam dan luar dua lingkaran.
Rasa hormat Menghargai
- 10 menit 2.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini.
Rasa hormat Menghargai
Kegiatan Inti (60 menit)
No Kegiatan Karakter Tahap Alokasi
Waktu 1. Guru menjelaskan materi tentang garis
sing-gung dan sifat-sifat garis singsing-gung. Tekun Rasa hormat Menghargai
20 menit
2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada materi yang kurang jelas.
Kritis Tekun
Tanya
jawab 5 menit
3. Siswa diberikan kesempatan untuk mencatat hal-hal penting dari penjelasan guru terse-but.
Tekun 5 menit
4.
Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal-soal latihan di buku cetak.
(Salamah, Umi. 2009: 139-151. Matema-tika: Untuk SMP/MTs Kelas VIII. PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Solo: Platinum.)
Tanggung jawab Tekun Mandiri
(59)
Kegiatan Penutup (10 menit)
No. Kegiatan Karakter Tahap Alokasi
Waktu
1.
Guru mengondisikan siswa agar mempelaja-ri/membaca materi untuk pertemuan berikut-nya Tanggung jawab Mandiri - 10 menit
2. Guru menutup pelajaran hari ini dan mem-berikan salam
Rasa hormat
Menghargai -
F. Alat/ Bahan/ Sumber Pembelajaran Buku Matematika SMP Kelas VIII :
Salamah, Umi. 2009: 139-151. Matematika: Untuk SMP/MTs Kelas VIII. PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Solo: Platinum.
Marsigit. 2009: 146-163. Matematika: Untuk SMP/MTs Kelas VIII. PT Ghalia Indonesia Printing. Jakarta: Yudhistira.
White Board, spidol dan alat tulis lainnya.
G. Penilaian
Teknik penilaian : Tes Tertulis Bentuk Instrumen : Uraian Soal terlampir
Bandar Lampung, Februari 2013
Guru Mitra, Peneliti,
St. Sri Utomo, S.Pd. Helda Guspiani
NIP. 19591103 198103 1 005 NPM. 0853021025
5.
Guru meminta beberapa siswa untuk me-ngerjakan soal di papan tulis.
Tanggung jawab Rasa hormat Menghargai 10 menit 6.
Guru membahas jawaban siswa dan ber-sama-sama siswa menyimpulkan jawaban yang tepat.
Tanggung Jawab Kritis Rasa hormat
Menghargai Diskusi dan Tanya jawab
10 menit
7.
Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, maupun isyarat terhadap keberhasilan ke-lompok.
Tanggung Jawab Rasa hormat Menghargai
(60)
62
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE
(RPP 1)
Sekolah : SMP Negeri 1 Terbanggi Besar
Mata Pelajaran : Matematika Kelas / Semester : VIII / 2
Alokasi waktu : 2 x 40 menit (1 kali pertemuan)
Standar Kompetensi : Menentukan unsur, bagian lingkaran serta ukurannya
Kompetensi Dasar : Menghitung panjang ruas garis singgung persekutuan dua lingkaran
A.Indikator 1. Kognitif
c. Mengidentifikasi sifat sudut yang dibentuk oleh garis singgung dan garis yang melalui titik pusat.
d. Menggunakan sifat sudut yang dibentuk oleh garis singgung dan garis yang melalui titik pusat dalam pemecahan masalah.
2. Afektif
a. Karakter
z. Dapat dipercaya
aa. Rasa hormat dan menghargai
bb.Peduli
cc. Tanggung jawab individu
dd.Tanggung jawab sosial
b. Keterampilan sosial:
1) Bertanya
2) Memberikan ide atau pendapat
3) Menjadi pendengar yang baik
4) Kerjasama
RPP Think Pair Share
(61)
B.Tujuan Pembelajaran 1. Kognitif
g. Jika diberikan gambar lingkaran, garis singgung, dan garis yang melalui titik pusat, sehingga terdapat sudut yang dibentuk oleh kedua garis tersebut, maka siswa dapat mengidentifikasi sifat sudut yang dibentuk oleh garis singgung dan garis yang melalui titik pusat lingkaran dengan baik.
h. Jika diberikan soal berupa gambar lingkaran, garis singgung, dan garis yang melalui titik pusat, sehingga terdapat sudut yang dibentuk oleh kedua garis tersebut, lalu siswa diminta untuk menentukan unsur lain pada gambar, maka siswa dapat menggunakan sifat sudut yang dibentuk oleh garis singgung dan garis yang melalui titik pusat dalam pemecahan masalah dengan benar.
2. Afektif
a. Karakter
1) Siswa dilatih untuk dapat dipercaya.
2) Siswa dilatih untuk saling menghargai , bertanggung jawab, dan kritis saat mengemukakan pendapat ataupun bertanya.
3) Siswa dilatih untuk peduli dengan sesama dalam proses pembelajaran.
b. Keterampilan Sosial
Terlibat dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa, dan siswa diberi kesempatan melakukan penilaian diri terhadap kesadaran dalam menun-jukkan keterampilans osial:
1) Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa aktif mengajukan pertanya-an.
2) Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa aktif memberikan ide atau pendapat.
3) Dalam proses pembelajaran di kelas, siswa dapat menjadi pendengar yang baik.
4) Dalam diskusi kelompok, siswa dapat bekerjasama dalam menyelesai-kantugas kelompok.
C. Materi Pembelajaran Garis singgung lingkaran:
c. Mengenal garis singgung lingkaran.
d. Menemukan sifat-sifat garis singgung lingkaran. D. Metode Pembelajaran
(62)
64
E. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Awal (10 menit)
No Kegiatan Karakter Tahap Alokasi
Waktu
1. Guru mengucapkan salam lalu melakukan apersepsi, antara lain mengenai unsur-unsur pada lingkaran, besar dan macam-macam su-dut pada lingkaran serta menyampaikan tu-juan pembelajaran hari ini.
Rasa hormat Menghargai
- 10
menit 2. Untuk memotivasi siswa mempelajari
kom-petensi ini, guru menyampaikan beberapa hal yang ada dalam kehidupan sehari-hari yang terkait dengan sifat-sifat garis singgung lingkaran.
Misalnya, matematika sangat erat hubungan-nya dengan kehidupan sehari-hari kita, sam-pai hal sekecil makan bakso menggunakan sumpitpun merupakan aplikasi dari ilmu ma-tematika, dimana sumpit diumpamakan se-bagai dua buah garis yang menyinggung bakso (diumpamakan sebagai lingkaran).
Rasa hormat Menghargai
3. Guru mengumumkan nama pasangan masing -masing siswa yang telah ditentukan oleh guru berdasarkan ranking nilai matematika semester ganjil setiap siswa (nilai tertinggi dengan nilai terendah).
4. Siswa diberikan pengarahan tentang lang-kah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share.
Rasa hormat Menghargai
Kegiatan Inti (60 menit)
No Kegiatan Karakter Tahap Alokasi
Waktu
1. Guru menjelaskan materi tentang garis sing-gung dan sifat-sifat garis singsing-gung lingkaran.
Rasa hormat
Menghargai 8 menit
2. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada setiap siswa.
* LKS-1 terlampir
Rasa hormat
Menghargai - 2 menit
3. Siswa mengerjakan LKS-1 secara individu. Guru memperhatikan dan memotivasi siswa.
Tanggung jawab Individu Dapat
dipercaya
Think 15 menit
4.
Guru menginformasikan bahwa waktu penger-jaaan LKS-1 telah selesai, kemudian siswa di-minta untuk berkelompok. Satu kelompok ter-diri dari dua orang siswa (berpasangan). Siswa mendiskusikan hasil pekerjaan LKS masing-masing dengan pasangannya sehingga didapatkan jawaban soal yang merupakan ha-sil diskusi kelompok. Guru memperhatikan, memotivasi, dan memberikan bantuan apabila dibutuhkan.
Tanggung jawab sosial
Peduli
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)