PEGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI

MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh

Jennie Nuari Juwita Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(2)

(3)

(4)

(5)

DAFTAR ISI Halaman

DAFTAR TABEL ... DAFTAR LAMPIRAN ... I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... B. Rumusan Masalah ... C. Tujuan Penelitian ... D. Manfaat Penelitian ... E. Ruang Lingkup Penelitian ... II. KERANGKA TEORITIS

A. Tinjauan Pustaka ... 1. Pembelajaran kooperatif ... 2. Think Pair Share ... 3. Komunikasi Matematis ... B. Kerangka Pikir ... C. Hipotesis ... III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian ... B. Desain Penelitian ... C. Data Penelitian ... D. Teknik Pengumpulan Data. ... E. Langkah-langkah Penelitian. ...

vii viii

1 4 5 5 5

8 8 10 12 14 16

17 18 18 18 19


(6)

G. Teknik Analisis Data... 1. Uji Normalitas... 2. Uji Homogenitas ... 3. Uji Hipotesis ... IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... B. Pembahasan ... V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... B. Saran ... DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ...

24 24 25 27

29 30

35 35 36 37


(7)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 adalah:

Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Selanjutnya adapun tujuan dari pendidikan nasional yaitu (1) Menanamkan pengetahuan/pengertian, pendapat dan konsep-konsep, (2) Mengubah sikap dan persepsi, (3) Menanamkan tingkah laku/kebiasaan yang baru.

Berdasarkan pengertian dan tujuan tersebut, dijelaskan bahwa pendidikan diwujudkan dengan proses pembelajaran yang mengusahakan peserta didik aktif mengembangkan diri agar memiliki pengetahuan dapat mengubah sikap dan tingkah laku menjadi terpelajar serta meningkatkan daya saing globalisasi, untuk mencapai tujuan itu maka pendidikan diajarkan disekolah dengan berbagai bidang studi. Salah satunya matematika.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Satuan Pendidikan pasal 1 ayat 1 yang menyebutkan bahwa salah satu diantara mata pelajaran pokok di sekolah yang diajarkan kepada siswa adalah


(8)

mata pelajaran matematika. Hal tersebut menyebabkan matematika menjadi mata pelajaran yang penting untuk dikuasai siswa.

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang peneliti lakukan, salah satu sekolah yang memiliki kemampuan komunikasi matematis yang masih rendah adalah SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung. Kemampuan komunikasi matematis mata pelajaran matematika siswa masih rendah, terutama pada siswa kelas VII. Hal ini diketahui dari rata-rata nilai ujian matematika semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013 yaitu sebesar 38,79.

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Saat ini mata pelajaran matematika sudah diberikan kepada peserta didik sejak pendidikan dasar guna mengembangkan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.

Selama ini, model pembelajaran yang diterapkan oleh guru matematika di sekolah, umumnya menggunakan model pembelajaran konvensional. Djamarah (2002:77) berpendapat model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran tradisional atau disebut metode ceramah, karena sejak dulu model ini telah di pergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan siswa dalam proses belajar dan pembelajaran.


(9)

Berdasarkan pengertian model pembelajaran konvensional tersebut, lebih mengutamakan hapalan daripada pengertian, menekankan kepada keterampilan berhitung, mengutamakan hasil daripada proses, dan pengajaran berpusat pada guru. Sehingga siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Interaksi antar siswa dengan guru atau siswa dengan siswa jarang terjadi. Siswa kurang terampil menjawab pertanyaan atau bertanya tentang konsep yang diajarkan. Siswa kurang dapat bekerja sama secara diskusi kelompok. Proses pembelajaran matematika dikelas diharapkan ada interaksi antara guru dan siswa. Dalam hal ini, kegiatan yang terjadi adalah guru menuntun siswa untuk berkegiatan aktif belajar dikelas.

Untuk mencapai salah satu tujuan tentang standar isi mata pelajaran matematika lingkup pendidikan dasar dan menengah menurut Permendiknas nomor 22 tahun 2006 yakni “Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah”. Berkaitan dengan hal ini, rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa SMP di Indonesia masih rendah, dikarenakan sebagian besar guru menggunakan model pembelajaran konvensional, maka untuk melatih kemampuan komunikasi matematis siswa dapat dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (yang selanjutnya akan disingkat dengan TPS). Adanya tahap demi tahap model pembelajaarn kooperatif tipe TPS seperti Think, Pairing dan Sharing diharapkan dapat menuntun siswa untuk berkegiatan aktif belajar dikelas serta mampu mengkomunikasikan mata pelajaran matematika dikelas baik secara lisan dan tulisan.


(10)

Menurut Slavin dalam Isjoni (2012:15) Pembelajaran kooperatif adalah “suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4 sampai 6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar”. Terdapat beberapa tipe dalam pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah TPS. Model pembelajaran TPS mengharapkan siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam komunikasi antara satu dengan yang lain. Kemampuan siswa dalam komunikasi matematis menurut NCTM (1989 : 214) dapat dilihat dari :

(1) Kemampuan mengekspresikan ide matematika melalui lisan, tertulis, dan demonstrasi serta menggambar secara visual. (2) Kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide Matematika baik secara lisan maupun dalam bentuk visual lainnya, (3) Kemampuan dalam menggunakan istilah, notasi matematika dan struktur untuk menyajikan ide, menggambarkan hubungan dan model situasi.

Berdasarkan uraian diatas maka diadakan penelitian untuk mengetahui pengaruh

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS terhadap kemampuan

komunikasi matematis siwa SMP.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah:

Apakah terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa SMP?


(11)

Apakah kemampuan komunikasi matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih baik dari pada kemampuan komunikasi matematis siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

Pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS terhadap

kemampuan komunikasi matematis siswa SMP.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai sumbangan pemikiran bagi sekolah dalam upaya peningkatan kualitas

siswa dan guru.

2. Sebagai sumbangan pemikiran bagi guru dalam menentukan model kooperatif

tipe TPS dalam pembelajaran matematika.

3. Menumbuhkan kemampuan komunikasi matematis siswa dalam pembelajaran

matematika di kelas.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang Lingkup dari penelitian ini adalah:

1. Pengaruh merupakan daya yang ada atau ditimbulkan dari sesuatu yang dominan. Suatu yang dominan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS dikatakan berpengaruh jika kemampuan komunikasi matematis jika diajarkan dengan model


(12)

pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih tinggi daripada kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajarkan dengan konvensional.

2. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS yaitu model pembelajaran

kooperatif yang memiliki tiga tahap yaitu tahap pertama Thingking/berpikir, siswa secara mandiri berpikir yang berhubungan dengan pelajaran. Tahap kedua Pairing/berpasangan dengan teman sebangku, untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya serta membandingkan jawaban atau hasil pemikiran mereka dengan mendefinisikan jawaban yang dianggap paling benar. Tahap ketiga Sharing/berbagi, pada tahap akhir, kelompok pasangan sebangku untuk berbagi dengan seluruh kelas (presentasi) tentang apa yang telah mereka diskusikan.

3. Pembelajaran Konvensional adalah model pembelajaran yang biasa

digunakan oleh guru dalam pembelajaran. Dalam hal ini, pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah pembelajaran dengan menggunakan metode ekspositori. Metode ekspositori adalah cara penyampaian pelajaran dari seorang guru kepada siswa di dalam kelas dengan cara berbicara di awal pelajaran, menerangkan materi, dan contoh soal disertai tanya jawab.

4. Komunikasi Matematis adalah suatu kemampuan siswa dalam

menyampaikan sesuatu yang diketahuinya melalui peristiwa dialog atau saling hubungan yang terjadi di lingkungan kelas, dimana terjadi pengalihan pesan. Pesan yang dialihkan berisi tentang materi matematika. kemampuan komunikasi menjadi penting ketika diskusi antar siswa dilakukan, dimana siswa diharapkan mampu menyatakan, menjelaskan, menggambarkan, mendengar, menanyakan dan


(13)

bekerjasama sehingga dapat membawa siswa pada pemahaman yang mendalam tentang matematika.


(14)

II. KERANGKA TEORITIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstuktur, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Menurut Slavin dalam Isjoni, (2012:15):

Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4 sampai 6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.

Selanjutnya Davidson dan Warsham dalam Isjoni, (2012: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah “kegiatan belajar mengajar secara kelompok-kelompok kecil”. Selanjutnya menurut Isjoni (2012: 14):

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan jumlah peserta didik sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling bekerja sama untuk memahami materi pelajaran. Dan belajar dikatakan belum selesai jika terdapat anggota kelompok yang belum menguasain bahan pelajaran.

Sejalan dengan pernyataan di atas Lie (2007: 12) juga mengungkapkan bahwa


(15)

kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur”. Dalam pembelajaran ini, siswa dituntut lebih aktif dalam kegiatan belajar, dan guru hanya bertindak sebagai fasilitator. Selanjutnya Roger dan Jhonson (dalam Lie, 2007:31) berpendapat bahwa:

Ada lima unsur yang membedakan model pembelajaran kooperatif dengan model pembelajaran kelompok biasa, yaitu: saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan pembentukan kelompok yang bertujuan untuk menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektif.

Tujuan pokok belajar kooperatif menurut Johnson & Johnson dalam Trianto (2010: 57) menyatakan bahwa adalah “memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok”. Menurut Isjoni (2007: 21) tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar cooperative learning adalah :

Agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.

Jadi inti dari tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa, dan memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa lainnya.


(16)

Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif menurut. (Trianto, 2007:48) adalah sebagai berikut:

Fase pertama yaitu menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, fase kedua menyajikan informasi, fase ketiga mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif, fase keempat membimbing kelompok bekerja dan belajar, fase kelima evaluasi, fase keenam memberikan penghargaaan.

Berdasarkan uraian di atas, langka-langkah kooperatif mengarahkan siswa kepada pembelajaran yang aktif di kelas dengan sistem mengorganisasikan siswa pada kegiatan belajar berkelompok.

2. Think Pair Share

Model pembelajaran kooperatif tipe TPS dikembangkan oleh Frank Lyman dkk dari Universitas Maryland pada tahun 1985, merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif sederhana. Teknik ini memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Lie (2007:57) berpendapat bahwa TPS adalah “pembelajaran yang memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain, Keunggulan teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa”. Adapun Keunggulan model pembelajaran TPS Lie (2007: 58):

(1) Meningkatkan kemandirian siswa untuk memikirkan jawaban sendiri tanpa bantuan dari siswa lain, (2) Meningkatkan partisipasi siswa untuk

menyumbangkan pemikiran karena leluasa dalam mengungkapkan

pendapatnya dan dapat bertukar pikiran untuk memunculkan ide baru. (3) Membentuk kelompok lebih mudah dan lebih cepat. (4) Melatih kecepatan berpikir siswa, menjadi terbiasa dengan proses pemikiran dan pengambilan ide dalam waktu yang singkat.


(17)

Selanjutnya Trianto (2007:61) menyatakan bahwa:

Pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat melatih dan mengembangkan

kemampuan berpikir serta aktivitas siswa, karena siswa membangun pengetahuan melewati eksplorasi dirinya sendiri dan pengetahuan siswa juga bisa berkembang melalui transfer pola pikir dengan siswa yang lain,sehingga siswa mampu menggabungkan dan membandingkan pola pikir mereka sendiri dengan pola pikir siswa yang lain.

Dari pernyataan tersebut, tindakan guru sangat berperan penting untuk membimbing siswa mandiri dan bekerja sama, sehingga terciptanya suasana belajar yang lebih hidup, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, serta mengharapkan siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat merangsang kemampuan berpikir karena potensi yang dimiliki oleh siswa benar-benar digali. Selain itu kecakapan dan strategi mereka diuji, apa yang akan siswa lakukan terhadap masalah yang dia dapatkan tergantung pada pemikiran mereka sehingga diharapkan siswa dapat berpikir secara optimal.

Adapun langkah-langkah dalam model pembelajaran kooperatif tipe TPS Menurut Lie (2007: 58) adalah:

(1) guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas kepada semua kelompok, (2) setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri, (3) siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya, (4) kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat

Tahap utama dalam model pembelajaran kooperatif tipe TPS menurut Ibrahim (2000: 26-27) adalah sebagai berikut: (1) Thingking/berpikir, siswa secara mandiri berpikir yang berhubungan dengan pelajaran. (2) Pairing/berpasangan dengan


(18)

teman sebangku, untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya serta membandingkan jawaban atau hasil pemikiran mereka dengan mendefinisikan jawaban yang dianggap paling benar. (3) Sharing/berbagi, pada tahap akhir, kelompok pasangan sebangku untuk berbagi dengan seluruh kelas (presentasi) tentang apa yang telah mereka diskusikan.

Dapat disimpulkan dari langkah dan tahapan model pembelajaan kooperatif tipe TPS memiliki tiga tahapan yaitu: pertama Thingking, pada tahap ini siswa di dilatih untuk berpikir, belajar dan menganalisa secara mandiri dari suatu pokok pembahasan pelajaran matematika. Tahap kedua yaitu, Pairing siswa berdiskusi dengan teman sebangkunya untuk saling menyampaikan ide, pendapat dan mengoreksi dari hasil belajar mandiri yang sebelumnya mereka lakukan. Tahap ketiga yaitu Sharing, pada tahap ini setiap kelompok pasangan sebangku menyampaikan hasil diskusi mereka, serta siswa lainnya dapat menyampaikan ide, pendapat, kritik dari suatu hasil diskusi salah satu kelompk teman sebangku yang menyampaikan di kelas.

3. Komunikasi Matematis

Baroody dalam Umar (2012) mengemukakan bahwa pembelajaran harus dapat membantu siswa mengkomunikasikan ide matematika melalui lima aspek komunikasi yaitu “representing, listening, reading, discussing dan writing”. Lalu, menurut Greenes dan Schulman dalam Umar (2012) mengatakan bahwa komunikasi matematis merupakan: (I) kekuatan sentral bagi siswa dalam merumuskan konsep dan strategi matematis, (2) modal keberhasilan bagi siswa terhadap pendekatan dan penyelesaian dalam eksplorasi dan investigasi


(19)

matematis, (3) wadah bagi siswa dalam berkomunikasi dengan temannya untuk memperoleh informasi, membagi pikiran dan penemuan, curah pendapat, menilai dan mempertajam ide untuk meyakinkan orang lain.

Kemampuan komunikasi matematis (mathematical communication) dalam

pembelajaran matematika menurut Umar (2010):

Kemampuan komunikasi matematis sangat perlu untuk dikembangkan. Hal ini karena komunikasi matematis siswa dapat mengorganisasikan berpikir matematisnya baik secara lisan maupun tulisan. Siswa juga dapat memberikan respon yang tepat antar siswa dan media dalam proses pembelajaran. Bahkan dalam pergaulan bermasyarakat, seseorang yang mempunyai kemampuan komunikasi yang baik, lebih mudah beradaptasi dengan siapa pun, dimana pun dia berada.

Dijelaskan pada dokumen Peraturan Dirjen Dikdasmen No. 506/C/PP/2004, bahwa penalaran dan komunikasi merupakan kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam melakukan penalaran dan mengkomunikasikan gagasan matematika. Menurut dokumen di atas, indikator yang menunjukkan penalaran dan komunikasi antara lain adalah:

(1) Menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar, dan diagram, (2) Mengajukan dugaan (conjectures), (3) Melakukan manipulasi matematika, (4) Menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap beberapa solusi, (5) Menarik kesimpulan dari pernyataan, (6) Memeriksa kesahihan suatu argument, (7) Menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi.

Sedangkan indikator kemampuan siswa dalam komunikasi matematis pada pembelajaran matematika menurut NCTM (2000 : 214) dapat dilihat dari :

(1) Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematika melalui lisan, tertulis, dan demonstrasi serta menggambar secara visual, (2) Kemampuan memahami, interpretasi, dan evaluasi ide-ide Matematika baik secara lisan maupun dalam bentuk visual lainnya, (3) Kemampuan dalam menggunakan istilah, notasi Matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide, menggambarkan hubungan-hubungan dan model-model situasi.


(20)

Berdasarkan uraian di atas, kemampuan komunikasi matematis merupakan kemampuan yang sangat penting dan perlu ditingkatkan untuk siswa dalam pembelajaran matematika karena membantu siswa untuk berkomunikasi dengan temannya atau kelompok belajar untuk memperoleh informasi, membagi pikiran dan penemuan, pendapat, menilai dan mempertajam ide untuk meyakinkan pembelajaran matematika.

Adapun indikator untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa adalah: (1) kemampuan untuk menyatakan situasi, gambar, diagram ke dalam bahasa, simbol, ide, model matematika, (2) mengekspresikan ide-ide matematika dengan tertulis, tabel, gambar, diagram, (3) menuliskan kembali suatu uraian matematika dengan bahasa sendiri. (4) menarik kesimpulan, menyatakan bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi.

B. Kerangka Pikir

Dalam penelitian ini yang menjadi peubah bebas yaitu model pembelajaran kooperatif tipe TPS, sedangkan yang menjadi peubah terikat adalah kemampuan

komunikasi matematis siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS

merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif sederhana. memiliki keunggulan yakni optimalisasi partisipasi siswa. Terlihat sangat jelas ada keterkaitan antara pembelajaran koooperatif TPS dengan kemampuan komunikasi matematis siswa pada langkah-langkahnya yakni thinking (berpikir), pairing berdiskusi dengan teman sebangku), sharing (berbagi).


(21)

Pada tahap thinking (berpikir), guru membimbing siswa untuk bersikap mandiri terlebih dahulu. Siswa dituntut untuk berpikir, dapat mengukur kemampuan untuk menyatakan situasi, gambar, diagram ke dalam bahasa, simbol, ide, model matematika, dan dapat mengekspresikan ide-ide matematika dengan tertulis, tabel, gambar, diagram.

Kemudian tahap pairing (berdiskusi dengan teman sebangku), guru mengarahkan siswa untuk berpasangan dengan teman sebangku dalam proses belajar di kelas. Siswa dituntut mendiskusikan, mengkomunikasikan apa yang sebelumnya mereka dipikirkan. Lalu, membandingkan jawaban atau hasil pemikiran mereka. Proses ini dapat mengukur kemampuan siswa dalam menuliskan atau menyampaikan kembali suatu uraian matematika dengan bahasa sendiri dan dapat menarik kesimpulan, menyatakan bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi dari suatu permasalahan matematika. Disini terjadi interaksi yang aktif antar siswa.

Terakhir pada tahap ini yaitu sharing (berbagi), berbagi hasil pemikiran antara teman sebangku dengan teman sebangku lainnya. Keterampilan berbagi dalam seluruh kelas dapat dilakukan dengan menunjuk pasangan yang secara sukarela bersedia melaporkan hasil kerja kelompoknya atau bergiliran pasangan demi pasangan. Proses ini dapat mengukur kemampuan siswa untuk menyatakan situasi, gambar, diagram ke dalam bahasa, simbol, ide, model matematika, mengekspresikan ide-ide matematika dengan tertulis, tabel, gambar, diagram, menuliskan atau menyampaikan kembali suatu uraian matematika dengan bahasa sendiri, dan menarik kesimpulan, menyatakan bukti, memberikan alasan atau


(22)

bukti terhadap kebenaran solusi. Disini terjadi komunikasi antara pasangan siswa dengan seluruh siswa di kelas.

Dengan metode pembelajaran kooperatif tipe TPS ini diharapkan siswa memiliki kemampuan komunikasi matematis sehingga siswa dapat aktif dalam proses pembelajaran di kelas, lebih menyenangkan tidak membosankan dan dapat mengerti materi yang didiskusikan. Proses belajar pada tahapan TPS tidak di dapatkan di model pembelajaran konvensional. Model pembelajaran konvensional, guru hanya menerangkan materi pelajaran, memberikan contoh soal disertai tanya jawab, sehingga proses belajar konvensional siswa tidak memiliki kemampuan komunikasi matematis di kelas.

C. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional.


(23)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2012/2013, yang terdistribusi dalam empat kelas yang bukan unggulan. Distribusi kelas dan rata-rata nilai matematika semester ganjil sebagai berikut.

Tabel 3.1 Distribusi Siswa dan Rata-rata Nilai Semester Ganjil Kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung

No Kelas Jumlah peserta didik Nilai rata-rata

1 VII A 43 37,96

2 VII B 43 33,08

3 VII C 42 34,64

4 VII D 42 36,75

5 VII E 43 42,03

6 VII F 42 50,11

Keseluruhan kelas 255 38,79

Sampel diambil dengan teknik purposive sampling yaitu dengan cara mengambil sampel dua kelas yang memiliki rata-rata kemampuan matematika hampir sama dari empat kelas pada populasi. Berdasarkan tabel di atas diambil dua kelas sebagai sampel yaitu kelas VII D dan VII A. Selanjutnya secara acak dipilih kelas VII D sebagai kelas eksperimen yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran TPS dan VII A sebagai kelas kontrol yang belajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional.


(24)

B. Desain Penelitian

Dengan asumsi bahwa sampel pada kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki kemampuan awal matematika yang sama maka penelitian ini mengunakan desain penelitian post-test only control design. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Sebagaimana yang dikemukakan Furchan (2007: 368) sebagai berikut:

Tabel 3.2 Desain Penelitian Post-Test Only Control Design

Kelompok Perlakuan Post-test

E X O1

P C O2

Keterangan:

E = Kelas eksperimen

P = Kelas pengendali atau kontrol X = Pembelajaran kooperatif tipe TPS C = Pembelajaran konvensional

O1 = Skor post-test pada kelas ekperimen O2 = Skor post-test pada kelas kontrol

C. Data Penelitian

Data penelitian ini adalah data kemampuan komunikasi matematis yang diperoleh dari nilai hasil posttest, berupa data yang bersifat kuantitatif.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes pada model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan pembelajaran konvensional. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan komunikasi


(25)

matematis yang berbentuk uraian. Tes diberikan sesudah pembelajaran (post-test) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

E. Langkah-langkah Penelitian

Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Melakukan penelitian pendahuluan

2. Merencanakan penelitian

3. Menentukan populasi dan sampel

4. Menetapkan materi pelajaran dan menyusun Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang akan digunakan dalam penelitian.

5. Membuat instrumen penelitian

6. Melakukan validasi instrumen

7. Melaksanakan perlakuan pada kelas eksperimen

8. Melakukan uji coba instrumen penelitian

9. Mengadakan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol 10.Menganalisis data hasil penelitian

11.Menyusun hasil penelitian.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkat tes kemampuan komunikasi. Perangkat tes terdiri dari beberapa soal esai. Pengembangan instrumen tes dilakukan dengan langkah-langkah berikut: pertama membuat kisi-kisi berdasarkan kurikulum yang berlaku, lalu membuat soal, kemudian melakukan penilaian terhadap kesesuaian kisi dan pertanyaan oleh dosen


(26)

pembimbing dan guru yang dipandang sebagai ahli dan selanjutnya melakukan ujicoba di luar sampel untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda dari instrumen tes.

Untuk memperoleh data yang akurat, digunakan tes dengan kriteria yang baik yaitu meliputi:

1. Validitas

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi yaitu validitas yang dilihat dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar siswa, isinya telah dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya diteskan. Validitas isi dari suatu tes kemampuan komunikasi matematis dapat diketahui dengan jalan membandingkan antara isi yang terkandung dalam tes kemampuan komunikasi matematis dengan tujuan intruksional khusus yang telah ditentukan untuk pelajaran matematika. Validitas tes ini dikonsultasikan dengan dosen pembimbing terlebih dahulu kemudian dikonsultasikan kepada guru mata pelajaran matematika kelas VII. Dengan asumsi bahwa guru mata pelajaran matematika kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Bandar lampung mengetahui dengan benar kurikulum SMP, maka penilaian terhadap kesesuaian butir tes dengan indikator pembelajaran dilakukan oleh guru tersebut. Dengan demikian validitas tes ini didasarkan pada judgment guru matematika dimana penelitian ini dilakukan. Penilaian terhadap kesesuaian isi tes dengan isi kisi-kisi tes yang diukur dan kesesuaian bahasa yang digunakan dalam tes dengan kemampuan bahasa siswa dilakukan dengan menggunakan daftar check list ( ) oleh guru.


(27)

Hasil penilaian terhadap tes untuk mengambil data penelitian telah memenuhi validitas isi, hal ini dapat dilihat pada Lampiran B4.

2. Reliabilitas

Perhitungan reliabilitas tes ini didasarkan pada pendapat Sudijono (2001: 207) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas tes dapat digunakan rumus alpha, yaitu :

Keterangan:

r11 = Koefisien reliabilitas tes

n = Banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes

Si2 = Jumlah varians skor dari tiap butir item

Si2 = Varian total

Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini nilai koefisien realibilitas tinggi atas sangat tinggi yaitu ≥0,70.

Berdasarkan hasil uji coba, diperoleh koefisien reliabilitas instrumen tes r11 = 0,73. Oleh karena itu instrumen tes pemahaman konsep matematis tersebut

dikatakan reliabel. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.1)

3. Tingkat Kesukaran (TK)

Tingkat kesukaran digunakan untuk menentukan derajat kesukaran suatu butir soal. Dalam penelitian ini untuk menghitung tingkat kesukaran suatu butir soal berdasarkan pendapat Sudijono (2003:374) digunakan rumus :

Keterangan:

TK : tingkat kesukaran suatu butir tes ke-i

    

  

      

2

2 11 1

1 Si

Si n

n r

maks

S S


(28)

S : rataan skor siswa pada butir ke-i maks

S : skor maksimum butir ke-i

Untuk menginterpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria indeks kesukaran sebagai berikut :

Tabel 3.3 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran

Nilai Interpretasi

TK  0,25 Terlalu Sukar

0,25  TK  0,75 Cukup (Sedang)

TK  0,75 Terlalu Mudah

Sudijono (2003:374)

Dalam penelitian ini menyatakan butir soal yang digunakan adalah jika derajat kesukaran butir cukup (sedang) yaitu apabila 0,25  TK  0,75. Hasil coba menunjukkan bahwa kelima butir tes memiliki tingkat kesukaran yang berkisar dari 0,59 s.d 0,77 maka semua butir tes uji coba memenuhi kriteria sebagai butir yang layak digunakan untuk mengambil data.

4. Daya Pembeda (DP)

Daya beda suatu butir tes adalah kemampuan suatu butir untuk membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah. Daya beda butir dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya tingkat diskriminasi atau angka yang menunjukkan besar kecilnya daya beda. Berdasarkan pendapat Sudijono(2003:389) rumus yang digunakan untuk menghitung daya beda:


(29)

Keterangan :

DP : indeks daya pembeda satu butri soal tertentu

JA : jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah JB : jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah IA : jumlah skor ideal kelompok (atas/bawah)

Untuk menginterpretasi daya pembeda suatu butir soal digunakan kriteria nilai daya pembeda sebagai berikut.

Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Nilai Interpretasi

Negatif  DP  0,20 Lemah Sekali (Jelek)

0,20  DP  0,40 Cukup (Sedang)

0,40  DP  0,70 baik

0,40  DP  0,70 Sangat Baik

Sudijono (2003:389)

Tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu apabila nilai daya pembeda lebih dari 0,3. Hasil uji coba menunjukkan bahwa kelima butir tes memiliki daya beda lebih dari 0,3 yaitu berkisar dari 0,34 s.d 0,73 maka semua butir tes memenuhi kriteria sebagai butir yang layak digunakan untuk mengambil data. Dengan demikian, tes yang digunakan untuk mengambil data telah memenuhi kriteria yang ditentukan sehingga kelima butir soal dalam tes tersebut dapat digunakan untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa. Rekapitulasi hasil tes uji coba dapat dilihat pada tabel berikut


(30)

Tabel 3.5 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba

No Soal Reliabilitas Daya Pembeda Tingkat Kesukaran

1

0,74

(Reliabilitas tinggi)

0,35 (sedang) 0,77 (mudah)

2 0,58 (baik) 0,72 (sedang)

3 0,56 (baik) 0,59 (sedang)

4 0,47 (baik) 0,67 (sedang)

5 0,74(sangat baik) 0,59 (sedang)

G. Teknik Analisis Data

Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu hasil tes kemampuan komunikasi yang diperoleh dari nilai posttest. Data dimaksud dengan menggunakan analisis uji kesamaan dua rata-rata dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan homogenitas data. Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah populasi berdistribusi normal atau sebaliknya. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Chi-Kuadrat. Uji Chi-Kuadrat menurut Sudjana (2005: 273) sebagai berikut.

a) Hipotesis uji:

H0 : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

b) Taraf Signifikansi : α = 5%

c) Statistik uji :

k

i Ei

Ei Oi X

1

2 2 ( )


(31)

Keterangan :

X2 = harga chi-kuadrat Oi = frekuensi observasi Ei = frekuensi harapan k = banyaknya kelas interval d) Keputusan uji :

Jika 2hitung < 2tabel dengan dk = k – 1, maka data berdistribusi normal.

Tabel 3.6 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data kemampuan komunikasi Matematis Siswa

Kelas x2hitung x

2

tabel Keputusan Uji

Eksperimen 3,53 7,81 Normal

Kontrol 2,90 7,81 Normal

Dari Tabel 3.6 terlihat bahwa nilai x2hitung untuk data kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen maupun kelas kontrol lebih kecil dari x2tabel. Dengan demikian, data kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya terdapat pada Lampiran C.5 dan C.6

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas varians dilakukan antara dua kelompok data, yaitu kelompok model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan kelompok model pembelajaran konvensional. Masing-masing kelompok tersebut dilakukan untuk variabel terikat kemampuan komunikasi matematis siswa. Menurut Sudjana (2005: 250) untuk menguji homogenitas varians ini dapat menggunakan uji F. Berikut langkah-langkah uji homogenitas.


(32)

a) Hipotesis

0 ∶ �12 =�22 (kedua sampel mempunyai varians yang sama) 1 ∶ �12 ≠ �22 (kedua sampel tidak mempunyai varians yang sama) b) Taraf Signifikansi

Taraf signifikansi yang digunakan �= 5% c) Statistik Uji

Untuk menguji hipotesis digunakan statistik:

F = S1 2

S22

S12 = varians terbesar S22 = varians terkecil

d) Keputusan Uji

tolak H0 jika �ℎ� �� ≥ �1

2�(�1−1,�2−1)

, dengan �1

2�(�1−1,�2−1)

diperoleh dari

daftar distribusi F dengan peluang 1

2�, sedangkan �1−1 adalah dk pembilang, dan �2−1 adalah dk penyebut.

Tabel 3.7 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data kemampuan komunikasi Matematis Siswa

Kelas Varians F hitung F tabel Keputusan Uji

Eksperimen 153,2

1,85 1,72 Tolak H0

Kontrol 283,6

Berdasarkan Tabel 3.7 tampak bahwa nilai Fhitung untuk data kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen maupun kelas kontrol tidak lebih besar atau sama dengan dari Ftabel dengan taraf  = 0,05. Dengan demikian, dua kelompok populasi data tersebut homogen. (Lampiran C.7)


(33)

3. Uji Hipotesis

Setelah melakukan uji normalitas dan uji kesamaan dua varians diperoleh kesimpulan bahwa populasi berdistribusi normal dan populasi memiliki varian yang sama. Karena populasi berdistribusi normal dan populasi memiliki varian yang sama maka pada uji kesamaan dua rata-rata menggunakan uji-t, yaitu uji pihak kanan. Berdasarkan Sudjana (2005: 239) langkah-langkah uji-t adalah sebagai berikut :

1. Hipotesis uji

H0 : �1 = �2 (kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti

pembelajaran TPS kurang dari atau sama dengan rata-rata skor kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional). H1 : �1 > �2 (kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti

pembelajaran TPS lebih dari kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional).

2. Taraf signifikansi :  = 5% 3. Statistik uji

2 1 2 1 1 1 n n s x x t  

 dengan

2 ) 1 ( ) 1 ( 2 1 2 2 2 2 1 1 2       n n s n s n s Keterangan: 1

x = nilai rata-rata kelas eksperimen

2

x = nilai rata-rata kelas kontrol

12 = varians kelompok eksperimen

22 = varians kelompok kontrol

2 = varians gabungan

n1 = jumlah siswa kelas eksperimen


(34)

4. Keputusan uji

Terima H0 jika − 11 2�

< < 11 2�

dengan derajat kebebasan dk = (n1+ n2

– 2) dan peluang (1−1


(35)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung yang mengikuti pembelajaran dengan model kooperatif tipe TPS lebih baik dari kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Dengan demikian model pembelajaran kooperatif TPS dapat berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematis terhadap siswa SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung.

B.Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, penulis mengemukakan saran sebagai berikut.

1. Kepada guru, dalam upaya meningkatkan kemampuan komunikasi

matematis, disarankan untuk menggunakan metode pembelajaran TPS dalam

pembelajaran matematika di kelas. Khusus kepada guru matematika SMP

Muhammadiyah 3 Bandarlampung disarankan untuk melanjutkan

pembelajaran menggunakan metode pembelajaran TPS agar dapat terjadi pembelajaran menggunakan metode pembelajaran TPS yang lebih optimal sehingga kemampuan komunikasi matematis siswa SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung dapat meningkat lebih baik dari sebelumnya.


(36)

2. Kepada peneliti lain, disarankan untuk melakukan penelitian dalam jangka waktu yang lebih lama. Hal ini bertujuan agar kondisi kelas sudah kondusif saat dilakukan pengambilan data, sehingga data dapat menggambarkan kemampuan siswa secara optimal. Lalu disarankan untuk mengkaji perkembangan karakter siswa. Kemudian disarankan melakukan penelitian pendahuluan dengan menguji atau mengukur terlebih dahulu kemampuan komunikasi siswa pada awal sebelum melakukan penelitian, sehingga dapat terdeteksi apakah perbedaan kemampuan komunikasi pada akhir disebabkan oleh perlakuan. Dan juga melakukan tes pengukuran kemampuan komunikasi matematis secara lisan.


(37)

DAFTAR PUSTAKA

Undang-indang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Internet available from

http://www.geocities.com/frans_98/uu/uu_20_03.htm. di unduh 15 februari 2013.

Isjoni. 2012. Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung:Alfabet.

Lie, Anita. 2007. Cooperative Learning. Jakarta: PT Gramedia. Cet Ke-5 Muslimin, Ibrahim et al. 2001. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University

Press. Cet. Ke-2

NCTM (2000). Principles and Standards for School Mathematics, Reston,

Virginia.Suekidjo, Notoatmodjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta

Sudijono, Anas. 2001. Pengantar Evaluasi pendidikan. Jakarta: Rajawali Persada Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Transito

Trianto. 2010. Mendesain Model pembelajaran Inovatif-Progresif: Koseop, landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Umar, Wahid. 2012. InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.1, Februari 2012 (

e-journal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/infinity/article/download/15/9). di unduh 1 maret 2013


(38)

(39)

Sekolah : SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung

Kelas : VII (Tujuh)

Mata Pelajaran : Matematika

Semester : II ( DUA)

Standar Kompetensi : GEOMETRI

6.Memahami konsep segiempat dan segi tiga serta menentukan ukuran Kompetensi Dasar Materi Pokok/ Pembe-lajaran

Kegiatan Pembelajaran Indikator

Penilaian

Alokasi Waktu

Sumber Belajar

Teknik Bentuk

Instrumen Contoh Instrumen 6.1 Mengidentifi kasi sifat-sifat segitiga berdasarkan sisi dan sudutnya

segitiga Mendiskusi jenis-jenis segitiga berdasarkan sisi-sisinya dengan menggunakan model segitiga Menjelaskan jenis-jenis segitiga berdasarkan sisi-sisinya Menjelaskan jenis-jenis segitiga berdasarkan sudut-sudutnya Tes tulis

Tes uraian -Dari segitiga ABC diketahui sisi AB = BC, segitiga ABC merupakan segitiga...

-Dari segitiga ABC diketahui sudut A = 600 dan sudut B = 80 0, segitiga ABC merupakan segitiga... 2x40 menit Buku teks Model segitiga terbuat dari karton 6.2 Meng-identifikasi sifat-sifat, Persegi panjang, persegi, trapesium, jajar genjang, belah ketupat, dan Segi empat Menggunakan lingkungan untuk mendiskusikan pengertian,Persegi panjang, persegi,trapesium, jajar genjang, belah

Menjelaskan pengertian,Persegi panjang,

persegi,trapesium, jajar genjang, belah ketupat, dan layang-layang

Tes tulis

Daftar pertanyaan

Lihatlah diseluruh ruang kelasmu ! Benda-benda manakah yang berbentuk persegi? Bendamanakah yang berbentuk persegi panjang? 2x40 menit Buku teks Model bangun datar terbuat dari karton, dan dari kawat


(40)

Kompetensi Dasar Materi Pokok/ Pembe-lajaran

Kegiatan Pembelajaran Indikator

Penilaian

Alokasi Waktu

Sumber Belajar

Teknik Bentuk

Instrumen

Contoh Instrumen

layang-layang ketupat, dan

layang-layang sifat-sifatnya Menjelaskan perbedaan antar bangun datar segiempat ,benda-benda disekitar siswa. Segi empat Mendiskusikan sifat sifat segi empat ditijau dari diaggonal,sisi, dan sudutnya

Menjelaskan sifat sifat segi empat ditijau dari diaggonal,sisi, dan sudutnya . Tes tulis Daftar pertanyaan

Apakah panjang semua sisi, jajar genjang sama panjang ? Apakah kedua diagonal persegi saling tegak lurus?

2x40 menit

Internet

6.3Menghi-tung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta mengguna-kannya dalam pemecahan masalah Segiem pat dan segitiga Menemukan rumus keliling bangun segitiga dan segi empat dengan cara mengukur panjang sisiny

Menurunkan rumus keliling

bangun segitiga dan segi empat

Menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan keliling segitiga dan segiempa

Tes tulis

Tes isian 2x40

menit Buku teks Model segitiga dan segiempat terbuat dari karton B C A


(41)

Kompetensi Dasar Materi Pokok/ Pembe-lajaran

Kegiatan Pembelajaran Indikator

Penilaian

Alokasi Waktu

Sumber Belajar

Teknik Bentuk

Instrumen Contoh Instrumen Segiem pat Menemukan luas persegi dan persegi panjang menggunakan petak-petak satuan luas

Menggunakan rumus keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat untuk menyelesaikan masalah

Menurunkan rumus persegi dan persegi panjang

Menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan persegi dan persegi panjang

Tes tulis

Tes uraian 2x40

menit Buku teks Model persegi dan persegi panjang terbuat dari karto

Segitiga Menemukan luas segi tiga dengan menggunkan luas persegi panjang Menurunkan rumus segitiga Menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan segitiga Tes tulis

Tes uraian 2x40

menit

Buku teks

Segiem pat

Menemuakan luas jajar genjang, dan belah ketupat dengan menggunkan luas segi tiga dan luas

Menurunkan rumus jajar genjang dan belah ketupat. Menyelesaikan

Tes tulis

Tes uraian 2x40

menit

Buku teks S

R Luas persegi panjang

PQRS adalah…


(42)

Kompetensi Dasar Materi Pokok/ Pembe-lajaran

Kegiatan Pembelajaran Indikator

Penilaian

Alokasi Waktu

Sumber Belajar

Teknik Bentuk

Instrumen

Contoh Instrumen persegi panjang atau

luas persegi

soal-soal yang berkaitan dengan jajar genjang dan belah ketupat Segiem

pat

Menemuakan luas,trapesium dan layang-layang dengan menggunkan luas segitiga dan luas persegi panjang atau luas persegi Menurunkan rumus trapesium dan layang-layang Menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan trapesium dan layang-layang Tes tulis

Tes uraian 2x40

menit

Buku teks

6.4.Melukis segitiga ,garis tinggi, garis bagi ,garis berat, dan garis sumbu

Segitiga Menggunakan

penggaris,jangka,dan busur untuk melukis segitiga

Melukis segitiga ,samasisi dan sama kaki dengan menggunakan

penggaris ,jangka,dan busur derajat

Dasar-dasar

melukis ,garis tegak lurus, garis bagi suatu sudut, dan garis sumbu ruas garis

Melukis segitiga ,samasisi dan segitiga sama kaki

Tes tulis

Tes isian -Melukis sebuah segitiga ,jika diketahui panjang sisi-sisinya 2cm, 3cm, dan 1,5 cm

-Melukis segitiga samakaki AB=BC = 3CM

2x40 menit

Buku teks, lingkungan


(43)

Kompetensi Dasar

Materi Pokok/ Pembe-lajaran

Kegiatan Pembelajaran Indikator

Penilaian

Alokasi Waktu

Sumber Belajar

Teknik Bentuk

Instrumen

Contoh Instrumen

Segitiga Menggunakan

penggaris dan jangka untuk melukis,garis tinggi, garis bagi ,garis berat, dan garis sumbu melukis suatu segitiga ,Jika diketahui:

a. ketiga sisinya b. dua sisi dan satu

sudut apaitnya c. satu sisi dan dua

sudut

Melukis segitiga berdasarkan sisi dan sudut .

Tes tulis

Tes uraian Melukis keitiga garis tinggi dari segi tiga berikut

2x40 menit

Bandar Lampung, April 2013

Guru Mitra Peneliti

Helma, S.Pd. MM. Jennie nuari juwita


(44)

Kelas Konvensional

A. Identitas

NamaSekolah : SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : VII/2

AlokasiWaktu : 2 x 40 menit

Pertemuan : 1 (satu)

StandarKompetensi : 6. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya

Kompetensi Dasar : 6. 1 Mengidentifikasi sifat-sifat segitiga berdasarkan sisi dan sudutnya

B. Indikator a. Kognitif

Peserta didik dapat menjelaskan jenis-jenis segitiga berdasarkan sisi-sisinya dan besar sudutnya.

b. Afektif 1. Karakter

a. Teliti b. Kreatif

c. Pantang menyerah

d. Rasa ingin tahu 2. Keterampilan Sosial

a. Kerjasama b. Tenggang rasa C. Tujuan Pembelajaran

a. Kognitif

1. Jika diberikan beberapa gambar segitiga maka siswa dapat menemukan

jenis dari masing-masing segitiga berdasarkan panjang sisinya.

2. Jika diberikan beberapa gambar segitiga maka siswa dapat menemukan

jenis dari masing-masing segitiga berdasarkan besar sudut. b. Afektif

1. Karakter

Setelah mengikuti proses pembelajaran siswa diharapkan memiliki karakter sebagai berikut:


(45)

a. Teliti

yaitu, siswa dituntut untuk cermat dan berhati-hati dalam mempelajari suatu konsep dan materi pembelajaran.

b. Kreatif

yaitu, siswa mampu untuk mengkombinasikan, memodifikasi atau memberikan ide-ide dan jawaban selama proses pembelajaran Pantang menyerah

yaitu, siswa tidak mudah putus asa, giat, antusias dalam mempelajari dan mengerjakan dengan baik soal-soal yang diberikan.

c. Rasa ingin tahu

yaitu, siswa menyelidiki serta mempunyai minat yang besar untuk memecahkan masalah dalam proses pembelajaran.

2. Keterampilan Sosial

a. Dalam diskusi dan proses pembelajaran, siswa mampu bekerja mandiri dan bekerja sama.

b. Dalam diskusi dan proses pembelajaran, siswa harus memiliki sikap tenggang rasa, yaitu siswa harus saling menghargai antar anggota kelompok.

D. Materi Pembelajaran : Menemukan jenis-jenis segitiga. Dan

menggunakan hubungan sudut dalam dan sudut luar segitiga

E. Model Pembelajaran : Konvensional

F. Strategi pembelajaran : Penyampaian materi, contoh soal, latihan, tugas G. Langkah-LangkahPembelajaran :

Kegiatan Pendahuluan (10 menit)

No Kegiatan Karakter Keterlaksanaan Alokasi

Waktu

1. Guru memberikan salam

kemudian guru memulai pelajaran dengan berdoa bersama siswa.

10’

2. Guru melakukan apersepsi

dan memotivasinya dengan memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mengaitkan materi dengan pengetahuan awal para siswa.

Rasa ingin tahu

3. Guru menjelaskan tujuan

pembelajaran Kegiatan Inti (60 menit)


(46)

No Kegiatan Karakter Keterlaksanaan Alokasi Waktu

1. Siswa memperhatikan

penjelasan guru tentang materi yang dibahas

Rasa ingin tahu

30’

2. Guru memberikan beberapa

contoh soal tentang materi terkait dalam kehidupan sehari-hari

Rasa ingin tahu

3. Siswa diberikan kesempatan

untuk bertanya jika masih ada yang kurang jelas

Rasa ingin tahu

4. Siswa diberikan kesempatan

untuk mencatat hal-hal penting yang dijelaskan oleh guru

5. Siswa diberikan soal-soal latihan dan siswa

mengerjakan soal-soal latihan tersebut (secara individu atau kelompok)

Teliti, kreatif, pantangmen yerah, rasa ingintahu 20’

6. Siswa bersama guru

mencocokkan jawaban dari soal yang telah diberikan

7. Guru memberikan

penghargaan terhadap keberhasilan

kelompok/individu

10’

Kegiatan Penutup (10 menit)

No Kegiatan Karakter Keterlaksanaan Alokasi

Waktu

1. Guru membimbing siswa

untuk menyimpulkan hasil dari materi yang dibahas

kemandirian

10’

2. Guru memberikan tugas

hal:122 no: 3, hal 125 no:2, hal 127 no:1 untuk siswa dan mengingatkan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya Kreatif, teliti, kemandirian , dan tanggung jawab

3. Guru menutup pelajaran dan


(47)

H. Alat/Bahan/SumberPembelajaran :

1. M. Cholik dan Sugijono. 2006. Matematika untuk SMP Kelas VII. Jakarta : Erlangga hal: 121-127

2. LKK1 (Lembar Kerja Kelompok 1)

3. White Board, Spidol,dan alat tulis lainnya

I. Penilaian :

Teknik : Tes

BentukInstrumen : Uraian

Instumen : Post-test (terlampir)

Bandar Lampung, April 2013 Guru Mitra

Peneliti

Helma, S.Pd. MM. Jennie nuari juwita


(48)

Kelas Konvensional

A. Identitas

NamaSekolah : SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : VII/2 (Genap)

AlokasiWaktu : 2 x 40 menit

Pertemuan : 2

StandarKompetensi : 6. Memahami konsep segiempat serta ukurannya Kompetensi Dasar : 6. 2 Mengidentifikasi pengertian dan sifat-sifat

persegi panjang, persegi, trapesium, jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang

B. Indikator a. Kognitif

1. Peserta didik dapat menjelaskan pengertian jajargenjang, persegi, persegi panjang, belah ketupat, trapesium, dan layang-layang 2. Menjelaskan perbedaan dua bangun datar.

b. Afektif 1. Karakter

a. Teliti b. Kreatif

c. Pantang menyerah

d. Rasa ingin tahu 2. Keterampilan Sosial

a. Kerjasama b. Tenggang rasa C. Tujuan Pembelajaran

a. Kognitif

Menggunakan lingkungan untuk mendiskusikan persegi, persegi panjang, jajargenjang, belah ketupat, trapesium dan layang-layang maka siswa dapat menjelaskan pengertian.

b. Afektif 1. Karakter

Setelah mengikuti proses pembelajaran siswa diharapkan memiliki karakter sebagai berikut:


(49)

a. Teliti

yaitu, siswa dituntut untuk cermat dan berhati-hati dalam mempelajari suatu konsep dan materi pembelajaran.

b. Kreatif

yaitu, siswa mampu untuk mengkombinasikan, memodifikasi atau memberikan ide-ide dan jawaban selama proses pembelajaran Pantang menyerah

yaitu, siswa tidak mudah putus asa, giat, antusias dalam mempelajari dan mengerjakan dengan baik soal-soal yang diberikan.

c. Rasa ingin tahu

yaitu, siswa menyelidiki serta mempunyai minat yang besar untuk memecahkan masalah dalam proses pembelajaran.

2. Keterampilan Sosial

a. Dalam diskusi dan proses pembelajaran, siswa mampu bekerja mandiri dan bekerja sama.

b. Dalam diskusi dan proses pembelajaran, siswa harus memiliki sikap tenggang rasa, yaitu siswa harus saling menghargai antar anggota kelompok.

D. Materi Pembelajaran : Menggunakan lingkungan untuk

mengidentifikasikan pengertian persegi panjang, persegi, jajargenjang, trapesium, belah ketupat, dan layang-layang.

E. Model Pembelajaran : Konvensional

F. Strategi pembelajaran : Penyampaian materi, contoh soal, latihan, tugas G. Langkah-LangkahPembelajaran :

Kegiatan Pendahuluan (10 menit)

No Kegiatan Karakter Keterlaksanaan Alokasi

Waktu

1. Guru memberikan salam,

kemudian guru memulai pelajaran dengan berdoa bersama siswa

10’

2. Guru melakukan

apersepsi dan

memotivasinya dengan memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mengaitkan materi

dengan pengetahuan awal para siswa.

Rasa ingin tahu

3. Guru menjelaskan tujuan


(50)

Kegiatan Inti (60 menit)

No Kegiatan Karakter Keterlaksanaan Alokasi

Waktu

1. Siswa memperhatikan

penjelasan guru tentang materi yang dibahas

Rasa ingin tahu

30’

2. Guru memberikan

beberapa contoh soal tentang materi terkait dalam kehidupan sehari-hari

Rasa ingin tahu

3. Siswa diberikan

kesempatan untuk bertanya jika masih ada yang kurang jelas

Rasa ingin tahu

4. Siswa diberikan

kesempatan untuk mencatat hal-hal penting yang dijelaskan oleh guru 5. Siswa diberikan soal-soal

latihan dan siswa mengerjakan soal-soal latihan tersebut (secara individu atau kelompok)

Teliti, kreatif, pantangmenyer ah, rasa

ingintahu

20’

6. Siswa bersama guru

mencocokkan jawaban dari soal yang telah diberikan

7. Guru memberikan

penghargaan terhadap keberhasilan

kelompok/individu

10’

Kegiatan Penutup (10 menit)

No Kegiatan Karakter Keterlaksanaan Alokasi

Waktu

1. Guru membimbing siswa

untuk menyimpulkan hasil dari materi yang dibahas

kemandirian

10’

2. Guru memberikan tugas

siswa merangkum materi yang telah dibahas dan mengingatkan materi yang akan dibahas pada

pertemuan berikutnya

Kreatif, teliti, kemandirian, dan tanggung

jawab

3. Guru menutup pelajaran


(51)

H. Alat/Bahan/SumberPembelajaran :

1. M. Cholik dan Sugijono. 2006. Matematika 1 untuk SMP Kelas VII. Jakarta : Erlangga. Hal : 85,89,97,103,106,109

2. LKK2 (Lembar Kerja Kelompok 2)

3. White Board, Spidol,dan alat tulis lainnya

I. Penilaian :

Teknik : Tes

BentukInstrumen : Uraian

Instumen : Post-test (terlampir)

Bandar Lampung, April 2013

Guru Mitra Peneliti

Helma, S.Pd. MM. Jennie nuari juwita


(52)

Kelas Konvensional

A. Identitas

NamaSekolah : SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : VII/2 (Genap)

AlokasiWaktu : 2 x 40 menit

Pertemuan : 3

StandarKompetensi : 6. Memahami konsep segiempat serta ukurannya Kompetensi Dasar : 6. 2 Mengidentifikasi pengertian dan sifat-sifat

persegi panjang, persegi, trapesium, jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang

B. Indikator a. Kognitif

Peserta didik dapat menjelaskan sifat-sifat segi empat ditinjau dari sisi, sudut, dan diagonalnya.

b. Afektif 1. Karakter

a. Teliti b. Kreatif

c. Pantang menyerah

d. Rasa ingin tahu 2. Keterampilan Sosial

a. Kerjasama b. Tenggang rasa C. Tujuan Pembelajaran

a. Kognitif

Jika siswa diberikan gambar dapat menjelaskan sifat-sifat persegi panjang, persegi, jajargenjang, trapesium, belah ketupat, dan layang-layang ditinjau dari sisi, sudut, dan diagonal.

b. Afektif 1. Karakter

Setelah mengikuti proses pembelajaran siswa diharapkan memiliki karakter sebagai berikut:


(53)

a. Teliti

yaitu, siswa dituntut untuk cermat dan berhati-hati dalam mempelajari suatu konsep dan materi pembelajaran.

b. Kreatif

yaitu, siswa mampu untuk mengkombinasikan, memodifikasi atau memberikan ide-ide dan jawaban selama proses pembelajaran Pantang menyerah

yaitu, siswa tidak mudah putus asa, giat, antusias dalam mempelajari dan mengerjakan dengan baik soal-soal yang diberikan.

c. Rasa ingin tahu

yaitu, siswa menyelidiki serta mempunyai minat yang besar untuk memecahkan masalah dalam proses pembelajaran.

2. Keterampilan Sosial

a. Dalam diskusi dan proses pembelajaran, siswa mampu bekerja mandiri dan bekerja sama.

b. Dalam diskusi dan proses pembelajaran, siswa harus memiliki sikap tenggang rasa, yaitu siswa harus saling menghargai antar anggota kelompok.

D. Materi Pembelajaran : mengidentifikasi sifat-sifat segi empat E. Model Pembelajaran : Konvensional

F. Strategi pembelajaran : Penyampaian materi, contoh soal, latihan, tugas G. Langkah-LangkahPembelajaran :

Kegiatan Pendahuluan (10 menit)

No Kegiatan Karakter Keterlaksanaan Alokasi

Waktu

1. Guru memberikan salam,

kemudian guru memulai pelajaran dengan berdoa bersama siswa

10’

2. Guru melakukan apersepsi

dan memotivasinya dengan memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mengaitkan materi dengan pengetahuan awal para siswa.

Rasa ingin tahu

3. Guru menjelaskan tujuan


(54)

Kegiatan Inti (60 menit)

No Kegiatan Karakter Keterlaksanaan Alokasi

Waktu

1. Siswa memperhatikan

penjelasan guru tentang materi yang dibahas

Rasa ingin tahu

30’

2. Guru memberikan

beberapa contoh soal tentang materi terkait dalam kehidupan sehari-hari

Rasa ingin tahu

3. Siswa diberikan

kesempatan untuk bertanya jika masih ada yang kurang jelas

Rasa ingin tahu

4. Siswa diberikan

kesempatan untuk mencatat hal-hal penting yang dijelaskan oleh guru 5. Siswa diberikan soal-soal

latihan dan siswa mengerjakan soal-soal latihan tersebut (secara individu atau kelompok)

Teliti, kreatif, pantangmen yerah, rasa ingintahu 20’

6. Siswa bersama guru

mencocokkan jawaban dari soal yang telah diberikan

7. Guru memberikan

penghargaan terhadap keberhasilan

kelompok/individu

10’

Kegiatan Penutup (10 menit)

No Kegiatan Karakter Keterlaksanaan Alokasi

Waktu

1. Guru membimbing siswa

untuk menyimpulkan hasil dari materi yang dibahas

kemandirian

10’

2. Guru memberikan tugas

hal 100 no:1 dan 3, hal 106 mo: 5 untuk siswa dan mengingatkan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya Kreatif, teliti, kemandirian , dan tanggung jawab

3. Guru menutup pelajaran


(55)

H. Alat/Bahan/SumberPembelajaran :

1. M. Cholik dan Sugijono. 2006. Matematika 1 untuk SMP Kelas VII. Jakarta : Erlangga. Hal : 86-88,90-92,98-101,103-104,107,110

2. LKK3 (Lembar Kerja Kelompok 3)

3. White Board, Spidol,dan alat tulis lainnya

I. Penilaian :

Teknik : Tes

BentukInstrumen : Uraian

Instumen : Post-test (terlampir)

Bandar Lampung, April 2013

Guru Mitra Peneliti

Helma, S.Pd. MM. Jennie nuari juwita


(56)

Kelas Konvensional

A. Identitas

NamaSekolah : SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : VII/2

AlokasiWaktu : 2 x 40 menit (1 pertemuan)

Pertemuan : 4

StandarKompetensi : 6. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya

Kompetensi Dasar : 6. 3 Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah

B. Indikator a. Kognitif

1. Menurunkan rumus keliling bangun segitiga dan segi empat

2. Menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan keliling segitiga dan segiempat.

b. Afektif 1. Karakter

a. Teliti b. Kreatif

c. Pantang menyerah

d. Rasa ingin tahu 2. Keterampilan Sosial

a. Kerjasama b. Tenggang rasa C. Tujuan Pembelajaran

a. Kognitif

Siswa dapat menurunkan rumus keliling segitiga dan segiempat persegi dan dapat menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan keliling segitiga dan segiempat.


(57)

b. Afektif 1. Karakter

Setelah mengikuti proses pembelajaran siswa diharapkan memiliki karakter sebagai berikut:

a. Teliti

yaitu, siswa dituntut untuk cermat dan berhati-hati dalam mempelajari suatu konsep dan materi pembelajaran.

b. Kreatif

yaitu, siswa mampu untuk mengkombinasikan, memodifikasi atau memberikan ide-ide dan jawaban selama proses pembelajaran Pantang menyerah

yaitu, siswa tidak mudah putus asa, giat, antusias dalam mempelajari dan mengerjakan dengan baik soal-soal yang diberikan.

c. Rasa ingin tahu

yaitu, siswa menyelidiki serta mempunyai minat yang besar untuk memecahkan masalah dalam proses pembelajaran.

2. Keterampilan Sosial

a. Dalam diskusi dan proses pembelajaran, siswa mampu bekerja mandiri dan bekerja sama

b. Dalam diskusi dan proses pembelajaran, siswa harus memiliki sikap tenggang rasa, yaitu siswa harus saling menghargai antar anggota kelompok.

D. Materi Pembelajaran : Rumus keliling segitiga dan segiempat dengan

cara mengukur panjang sisinya.

.

E. Model Pembelajaran : Konvensional

F. Strategi pembelajaran : Penyampaian materi, contoh soal, latihan, tugas G. Langkah-LangkahPembelajaran :

Kegiatan Pendahuluan (10 menit)

No Kegiatan Karakter

Keterlaksa-naan

Alokasi Waktu

1. Guru memberikan salam,

kemudian guru memulai pelajaran dengan berdoa bersama siswa

10’

2. Guru melakukan apersepsi dan

memotivasinya dengan

memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mengaitkan materi dengan pengetahuan awal para siswa.

Rasa ingin tahu

3. Guru menjelaskan tujuan


(58)

Kegiatan Inti (60 menit)

No Kegiatan Karakter Keterlaksanaan Alokasi

Waktu

1. Siswa memperhatikan

penjelasan guru tentang materi yang dibahas

Rasa ingin tahu

30’

2. Guru memberikan

beberapa contoh soal tentang materi terkait dalam kehidupan sehari-hari

Rasa ingin tahu

3. Siswa diberikan

kesempatan untuk bertanya jika masih ada yang kurang jelas

Rasa ingin tahu

4. Siswa diberikan

kesempatan untuk mencatat hal-hal penting yang dijelaskan oleh guru 5. Siswa diberikan soal-soal

latihan dan siswa mengerjakan soal-soal latihan tersebut (secara individu atau kelompok)

Teliti, kreatif, pantang

menyerah, rasa ingintahu

20’

6. Siswa bersama guru

mencocokkan jawaban dari soal yang telah diberikan

7. Guru memberikan

penghargaan terhadap keberhasilan

kelompok/individu

10’

Kegiatan Penutup (10 menit)

No Kegiatan Karakter Keterlaksanaan Alokasi

Waktu

1. Guru membimbing siswa

untuk menyimpulkan hasil dari materi yang dibahas

kemandirian

10’

2. Guru memberikan tugas

hal 94 no: 6 dan 7, hal 147 no:4 untuk siswa dan mengingatkan materi yang akan dibahas pada

pertemuan berikutnya

Kreatif, teliti, kemandirian, dan tanggung

jawab

3. Guru menutup pelajaran


(59)

H. Alat/Bahan/SumberPembelajaran :

1. M. Cholik dan Sugijono. 2006. Matematika 1 untuk SMP Kelas VII. Jakarta : Erlangga. Hal: 92-93,146

2. LKK4 (Lembar Kerja Kelompok 4)

3. White Board, Spidol,dan alat tulis lainnya

I. Penilaian :

Teknik : Tes

BentukInstrumen : Uraian

Instumen : Post-test (terlampir)

Bandar Lampung, April 2013

Guru Mitra Peneliti

Helma, S.Pd. MM. Jennie nuari juwita


(60)

Kelas Konvensional

A. Identitas

NamaSekolah : SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : VII/2 (Genap)

AlokasiWaktu : 2 x 40 menit

Pertemuan : 5

StandarKompetensi : 6. Memahami konsep segiempat serta ukurannya Kompetensi Dasar : 6. 3 Menghitung keliling dan luas bangun segitiga

dan segi empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah

B. Indikator a. Kognitif

1. Menurunkan rumus persegi dan persegi panjang

2. Menyelesaikan soal persegi dan persegi panjang b. Afektif

1. Karakter a. Teliti b. Kreatif

c. Pantang menyerah

d. Rasa ingin tahu 2. Keterampilan Sosial

a. Kerjasama b. Tenggang rasa C. Tujuan Pembelajaran

a. Kognitif

1. Siswa dapat menurunkan menemukan luas persegi dan persegi panjang menggunakan petak-petak satuan luas

2. Siswa dapat menyelesaikan soal persegi dan persegi panjang b. Afektif

1. Karakter

Setelah mengikuti proses pembelajaran siswa diharapkan memiliki karakter sebagai berikut:


(61)

a. Teliti

yaitu, siswa dituntut untuk cermat dan berhati-hati dalam mempelajari suatu konsep dan materi pembelajaran.

b. Kreatif

yaitu, siswa mampu untuk mengkombinasikan, memodifikasi atau memberikan ide-ide dan jawaban selama proses pembelajaran Pantang menyerah

yaitu, siswa tidak mudah putus asa, giat, antusias dalam mempelajari dan mengerjakan dengan baik soal-soal yang diberikan.

c. Rasa ingin tahu

yaitu, siswa menyelidiki serta mempunyai minat yang besar untuk memecahkan masalah dalam proses pembelajaran.

2. Keterampilan Sosial

a. Dalam diskusi dan proses pembelajaran, siswa mampu bekerja mandiri dan bekerja sama.

b. Dalam diskusi dan proses pembelajaran, siswa harus memiliki sikap tenggang rasa, yaitu siswa harus saling menghargai antar anggota kelompok.

D. Materi Pembelajaran : menurunkan luas persegi dan persegi panjang menggunakan petak-petak satuan luas

menyelesaikan soal persegi dan persegi panjang. E. Model Pembelajaran : Konvensional

F. Strategi pembelajaran : Penyampaian materi, contoh soal, latihan, tugas G. Langkah-LangkahPembelajaran :

Kegiatan Pendahuluan (10 menit)

No Kegiatan Karakter Keterlaksanaan Alokasi

Waktu

1. Guru memberikan salam,

kemudian guru memulai pelajaran dengan berdoa bersama siswa

10’

2. Guru melakukan apersepsi

dan memotivasinya dengan memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mengaitkan materi dengan pengetahuan awal para siswa.

Rasa ingin tahu

3. Guru menjelaskan tujuan


(62)

Kegiatan Inti (60 menit)

No Kegiatan Karakter Keterlaksanaan Alokasi

Waktu

1. Siswa memperhatikan

penjelasan guru tentang materi yang dibahas

Rasa ingin tahu

30’

2. Guru memberikan

beberapa contoh soal tentang materi terkait dalam kehidupan sehari-hari

Rasa ingin tahu

3. Siswa diberikan

kesempatan untuk bertanya jika masih ada yang kurang jelas

Rasa ingin tahu

4. Siswa diberikan

kesempatan untuk mencatat hal-hal penting yang dijelaskan oleh guru 5. Siswa diberikan soal-soal

latihan dan siswa mengerjakan soal-soal latihan tersebut (secara individu atau kelompok)

Teliti, kreatif, pantang

menyerah, rasa ingintahu

20’

6. Siswa bersama guru

mencocokkan jawaban dari soal yang telah diberikan

7. Guru memberikan

penghargaan terhadap keberhasilan

kelompok/individu

10’

Kegiatan Penutup (10 menit)

No Kegiatan Karakter Keterlaksanaan Alokasi

Waktu

1. Guru membimbing siswa

untuk menyimpulkan hasil dari materi yang dibahas

kemandirian

10’

2. Guru memberikan tugas

hal 97 no: 2, 5, dan 9 untuk siswa dan

mengingatkan materi yang akan dibahas pada

pertemuan berikutnya

Kreatif, teliti, kemandirian, dan tanggung

jawab

3. Guru menutup pelajaran


(63)

H. Alat/Bahan/SumberPembelajaran :

1. M. Cholik dan Sugijono. 2006. Matematika 1 untuk SMP Kelas VII. Jakarta : Erlangga. Hal: 95-97

2. LKK5 (Lembar Kerja Kelompok 5)

3. White Board, Spidol,dan alat tulis lainnya

I. Penilaian :

Teknik : Tes

BentukInstrumen : Uraian

Instumen : Post-test (terlampir)

Bandar Lampung, April 2013

Guru Mitra Peneliti

Helma, S.Pd. MM. Jennie nuari juwita


(64)

Kelas Konvensional

A. Identitas

NamaSekolah : SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : VII/2 (Genap)

AlokasiWaktu : 2 x 40 menit

Pertemuan : 6

StandarKompetensi : 6. Memahami konsep segiempat serta ukurannya Kompetensi Dasar : 6. 3 Menghitung keliling dan luas bangun segitiga

dan segi empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah

B. Indikator a. Kognitif

1. Menurunkan rumus luas bangun segitiga

2. Menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan luas segitiga b. Afektif

1. Karakter a. Teliti b. Kreatif

c. Pantang menyerah

d. Rasa ingin tahu 2. Keterampilan Sosial

a. Kerjasama b. Tenggang rasa C. Tujuan Pembelajaran

a. Kognitif

1. Siswa dapat menurunkan rumus luas bangun segitiga.

2. Siswa dapat menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan luas segitiga.

b. Afektif 1. Karakter

Setelah mengikuti proses pembelajaran siswa diharapkan memiliki karakter sebagai berikut:


(1)

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNTVERSITAS

LAMPUNG

FAKULTAS KEGURUAhI

DAN

ILMU

PENDIDIKAN

JURUSAN

PEI\IDIDIKAN

MIPA

Jl.

Prof.

Dr.

Soemantri Brojonegoro

No.l

Gedongmeneng

Bandarlampung

35143

FOR-KESPEM-FKIP Unila-004

Perihal

: Kesediaan

Membimbing Skripsi

Yth.

Ketua Program

Studi

Pendidikan

Matematika

FKIP

Universitas

Lampung

di

Bandarlampung

Sehubungan dengan

ditunjuknya

Saya sebagai

Pembimbing Utama/

Pembimbing Pembantu*)

skripsi

mahasiswa:

Nama

: Jennie

Nuari Juwita

NPM

:0913021048

Judul

skripsi

: Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think

Pair Share (TPS) Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

dengan

ini

Saya menyatakan

BERSEDIA/TTIaIGBERSBD+A*)

untuk

menjadi

pembimbing

mahasiswa tersebut

di

atas.

Atas perhatian Saudara, Saya ucapkan terima kasih.

Birndarlampun g, 29 J

anuai 2At3

ito

Gunowibowo, M.Pd.

'0524 198603

I

006

rlCoret

yang

tidak perlu


(2)

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS LAMPUNG

FAKULTAS KEGURUAN DAN

ILMU

PENDII}IKAN

JURUSAN

PENDIDIKAN

MIPA

Jl.

Prof.

Dr.

Soemantri Brojonegoro

No.l

Gedongmeneng

Bandarlampung

35143

FOR-KESPEM-FKIP Unila-004

Perihal

: Kesediaan

Membimbing Skripsi

Yth.

Ketua Program

Studi

Pendidikan

Matematika

FKIP

Universitas

Lampung

di

Bandarlampung

Sehubungan dengan

ditunjuknya

Saya sebagai

@

Pembimbing Pembantu*)

skripsi

mahasiswa: Nama : Jennie

Nuari Juwita

NPM

:0913021048

Judul

skripsi

: Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Terhadap Kemampuan KomunikasiMatematis Siswa

dengan

ini

Saya menyatakan

BERSEDIffi*)

untuk

menjadi

pembimbing

mahasiswa tersebut

di

atas.

Atas perhatian Saudara, Saya ucapkan terima kasih.

tsandarlampung, 29 Januari 20 1 3

Drb. Nurhanurawati, M.Pd.

NIP

19670808 199103 2 001


(3)

KEMENTRIAII PENDIDIKAN NASIONAL

UNryERSITAS

LAMPUNG

FAKULTAS KEGURUAN

DAN

ILMU

PENDIDIKAN

JURUSAN

PENDIDIKAN

MIPA

Jl.

Prof.

Dr.

Soemantri Brojonegoro

No.L Gedongmeneng

Bandarlampung

35143

FOR-KESPEM-FKIP Unila-004

Perihal

: Kesediaan

Membimbing Skripsi

Yth.

Ketua Program

Studi

Pendidikan

Matematika

FKIP

Universitas

Lampung

di

Bandarlampung

Sehubungan dengan

ditunjuknya

Saya sebagai

Pembahas skripsi

mahasiswa:

Nama

: Jennie

Nuari Juwita

NPM

:

0913021048

Judul

skripsi

:

Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

dengan

ini

Saya menyatakan

BERSEDIre+)

untuk

menjadi

pembimbing

mahasiswa tersebut

di

atas.

Atas perhatian Saudara, Saya ucapkan terima kasih.

29lawai2013

Sutiarso,

M.Pd.

NrP

19690914199403

I

002

t)Coret

yang

tidak perlu


(4)

KEMENTERIAN

PEI{DMIKAI$

DAN KEBT]I}AYAAI\T

UNIYERSITAS

LAMPUNG

FAKUL-TASKEGURUATI{IIAFIItItUPEI\IDIDIKAI\{

Jln.Soemantri Brojonegoro

lio.

1 Gedung fuIeneng Bandarlampung 35145 -felepon (072 I

) 7 rJ4624 .fat i m il e (A72

l\

7 A 4624

Nomor

:La?/

LrN26/3.31/0"ry2013

Perihal

: Undangan Seminar Proposal KePada ),'ang terhormat,

1. Drs. Pentatito Cunorviborvo, M.Pd. (Pembimbing

I)

2.

Dra. Nurhanurawati, M'Pd. (Pembimbing

ll)

-1.

Dr.

Sugeng Sutiarsc, l"f.Pd- lPen:bahas)

Sehubungan akan diadakannYa Nama

Nomor Pokok Mahasiswa Jurusan/program Studi

Lrrfiri skrinsi

seminar proposal: Jennie Nuari iu.Nita 0913021048

Pendidikan ]vllPA/Pendidikan Matematika

Pengar,:h Modei Pembelajaran Kooperatif Tipe

Tltit*

Pair

Share (TPS) Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis.

Maka diharapkan kehadirann5'a pada:

Hari/tanggal

: Kamis/21 Maret 2013 Pukul

:

11.00

WIB

Tempat

: R-uang Seminar iup:san

P.MiPA

FKIP Universitas i,ampung Atas kchadirannyq Saya ucapkan terima kasih.

Bandariampung,

l9

Maret 20 ! -1

tudi Pendidikan Matematika,

t

NIP.le670808

leel03

2 001

4.

Ketua


(5)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

FAKULTAS KEGURUAN DAN

ILMU

PENDIDIKAN

Jalan Soemantri Brojonegoro No. I Gedong Meneng Bandarlampung 35145 Telepon (0721) 7 04624 Faximile (0721) 7 04624

Nomor

:2W

NN26l3.3.llDTl2ol3

Lampiran :

l

berkas

Prihal

:

Undangan Seminar

Hasil

Kepada yang terhormat,

1- Drs- Pentatito

Gunowibowo,

M.Pd.

@embimbing

I)

2.

Dra.Nurhanurawati,

M. Pd.

(Pembimbing

II)

3. Dr.

Sugeng Sutiarso,

M.Pd

(Pembahas) Sehubungan akan diadakannya seminar hasil: Nama

Nomor

Pokok Mahasiswa Jurusan/program studi Judul

Skripsi

Maka

diharapkan kehadiranny a pada:

Hari/tanggal

Pukul

Tempat

JennieNuari Juwita

0913021048

Pdfjlidikan

MlPA/Pendidikan Matematika

Pilgaruh

Model

Pembelajaran

Kooperatif Tipe

Think

Pair

Share Terhadap Kemampuan

Komunikasi Matematis

Siswa

:

Kamis

/

7

November

2013

:

13.30

WIB

:

Ruang Seminar Jurusan

PMIPA FKIP

Universitas Lampung Atas kehadirannya, saya ucapkan terima kasih.

Bandar Lampung, 3

November

2013

Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika

Dra.

Nurhanurabati, M.

Pd.

NrP

19670808 199103 2 001


(6)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

FAKULTAS KEGURUAN

DAN

ILMU

PENDIDIKAN

Jln.Soemantri Brojonegoro

No.

1 Cedung Meneng

Bandarlampung34l4l

Telepon (07 21) 7 A4624 faxintile (A721) 7 04624

Nomor |

70

llJN26/3.3.lnTn014

Lampiran

:

Sltripsi

Mahasiswa

Perihal

r

Undangan

Ujian Skripsi

Yang Terhormat,

I.

Drs.

Pentatito Gunowibowo'

M.Pd. (Pembimbi"g

D

2.

Dra.

Nurhanurawati,

M.

Pd.

(Pembimbing

II)

3.

Dr.

Sugeng Sutiarso,

M.Pd

(Pembahas)

di

Bandar

Lampung

Sehubungan akan diadakannya

ujian skripsi

mahasiswa

Nama

NomorPokok

Mahasiswa Jurusan

Program

Studi

Judul

Skripsi

pelaksanaan

ujian

skripsi pada hari/tanggal

pukul

tempat

Jennie

Nuari Juwita

0913021048 Pendidikan

MIPA

Pendidikan

Matematika

Pengaruh

Model

Pembelajaran

Kooperatif Tipe

Think

Pair

Shar e Terhadap Kemampuan

Komunikasi

Matematis Siswa

(Studi

pada Siswa Kelas

VII

Semester Genap SMP

Muhammadiyah

3 Bandar

Lampung

Tahun Pelajaran 201212013)

.lenrn

r

r

,E#[!or+

tt.m

WIB

s.d. selesai

Ruang Seminar Jurusan

P.MIPA

kami

mengharapkan kehadiran

Bapak/Ibu

sebagai

penguji skripsi

dari mahasiswa tersebut

di

atas.

Atas kerjasama yang

baik dari

Bapak/Ibu, diucapkan terima kasih.

Bandar

tampung,l9

I artuali 20 1 4

Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika

,*#"-*,M.Pd.


Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Pagelaran Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 7 54

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARA KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PENINGKTAKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas X Semester Ganijl SMK Muhammadiyah 2 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 9 61

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas X Semester Ganjil SMK Muhammadiyah 2 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 11 63

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 5 38

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 10 135

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Seputih Raman Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 10 51

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Baradatu Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 10 50

PEGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 20 203

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 5 54

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 20 44