19
Beriku di bawah ini Penulis menguraikan masing-masing cara peralihan piutang sebagaimana telah dikemukakan di atas:
2.1.1. Peralihan Piutang Melalui Cessie
Menurut kepustakaan yang ada, cessie adalah cara pihak untuk melakukan peralihan piutang-piutang atas nama dan kebendahan tak bertubuh, atau hak
lainnya. Pustaka pada umumnya memberi isyarat, bahwa peralihan piutang dengan cessie diatur dalam Pasal 613 KUHPerdata.Menurut Pasal 613
KUHPerdata, cessie harus dilakukan secara tertulis.Peralihan piutang dengan caratertulis itu dilakukan dengan jalan membuat akta.Akta yang mencatat
peralihan piutang dengan caracessie tersebut terbentuk akta otentik maupun akta di bawah tangan.
Akta atau dokumen dan suratletter yang dapat Penulis sebut sebagai suatu kontrak a contract tersebut berisi penegasan bahwa hak-hak dari seseorang
Kreditur atas piutang-piutang atas nama dan kebendaan tak bertubuh lainnnya dialihkan kepada seorang pihak ketiga a third party.Surat atau akta yang
dimaksud disebut akta cessie. Dalam cessie, penyerahan hak-hak tersebut tidak menimbulkan akibat
apapun bagi Debitur sebelum penyerahan atas piutang kepada pihak ketiga itu diberitahukan kepadanya atau secara tertulis.
Menurut pendapat Penulis, apa yang dikatakan sebagai penyerahan atas piutang kepada pihak ketiga sebagaimana dinyatakan di dalam kepustakaan yang
20
Penulis kutip di atas tersebut tidak mempunyai arti apapun
13
sebelum hal itu diberitahukan dan dipertimbangkan oleh pihak ketiga. Asas seperti itu juga
merupakan suatu kaedah fundamental atau prinsipil dalam kontrak sebagai nama ilmu hukum,
14
yaitu bahwa esensial dalam suatu kontrak adalah kehendak atau adanya persesuaian kehendak para pihak, atau yang sering dikenal dengan
consent. Mengenai apa yang dimaksud dengan kebendaan tak bertubuh lainnya. Hal
itu diatur dalam Pasal 613 Ayat 1 KUHPerdata. Menurut Pasal tersebut, benda- benda tak bertubuh adalah berupa piutang atas nama, juga berupa tagihan atas
unjuk dan tagihan tas pembawa. Dengan perkataan lain, ketentuan Ayat 3 dari Pasal 613 KUHPerdata itu menentukan bahwa penyerahan atau peralihan dari
surat utang atas pembawa aan toonder dan surat utang atas unjuk aan order dilakukan bukan dengan cara cessie seperti halnya piutang atas nama.
Namun, hal itu tidak berarti bahwa penyerahan di luar cessie, menurut hukum boleh dilakukan tanpa persetujuan consent dari pemilik benda yang di
atasnya dilatakkan suatu jaminan kebendaan seperti misalnya dalam perjanjian utang-piutang yang diikat dengan jaminan, baik, berupa fidusia maupun hak
kebendaan seperti hak tanggungan yang dahulu disebut dengan hipotek atau creditferband. Seperti dipahami bersama, penyerahan suatu surat berharga
sebagaimana dikemukakan di atas adalah penyerahan yang sama dengan
13
Bahkan, apabila dipaksakan maka hal itu dapat disebut sebagai suatu perbuatan melawan hukum yang berakibat kepada batal demi hukum null and void pada perbuatan tersebut.
14
Mengenai hal ini dapat dilihat dalam buku Kameo Jeferson, Kontrak Sebagai Nama Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
21
penyerahan uang cash, yang dibedakan dengan penyerahan piutang di atas hanya melekat hak kehendak pihak lain.
Peralihan atas hak atas surat utang atas pembawa dilakukan dengan cara si pembawa melakukan penyerahan surat utang
15
itu kepada pihak ketiga. Dengan terjadinya penyerahan itu, maka pihak ketiga menerima hak-hak atas surat utang
itu. Sedangkan penyerahan hak atas surat unjuk dilakukan dengan cara melakukan endosemen pada surat utang itu diikuti dengan penyerahan surat utang itu kepada
pihak ketiga yang dengan adanya endosemen dari penyerahan itu, maka pihak ketiga menerima pengalihan hak atas surat utang itu, dan dapat langsung
melakukan penagihan tak bersyarat conditional kepada pihak Debitur. Dari penjelasan tersebut di atas, dapat diketahui bahwa kepustakaan
hukum juga mengenal bahwa dalam cessie, Debitur selamanya Pasif.Debitur cukup diberitahu saja tentang adanya pergantian Kreditur, dalam hal ini,
sepanjang di atas utang
16
itu melekat hak kebendaan yang telah diletakkan jaminan. Sehingga dengan adanya pemberitahuan itu, Debitur kemudian harus
membayar utang si Debitur kepada sang Kreditur baru. Mengingat bahwa dalam cessie peranan Debitur pasif, dan hanya cukup
diberitahu saja tentang terjadinya pergantian Kreditur itu, maka dalam beberapa literatur ada yang mengatakan bahwa, sebagai contoh, penjualan partisipasi dalam
sindikasi kredit, selalu saja, dapat dilakukana oleh seorang Kreditur tanpa Kreditur lama dan Kreditur baru harus berunding dengan atau meminta
persetujuan terlebih dahulu kepada Debitur. Debitur juga, menurut Pengamat yang
15
Bayangkan, dalam kehidupan sehari-hari seseorang menyerahkan uang cash kepada orang lain.
16
Utang atau perjanjian atau suatu kontrak a contract.
22
baru saja Penulis kemukakan di atas tersebut, juga tidak dapat mengemukakan keberatannya mengenai terjadinya pergantian Kreditur baru.
Pandangan seperti apa yang baru saja dikemukakan oleh Pengamat di atas adalah keliru. Seperti telah Penulis kemukakan di atas bahwa pada prinsipnya,
dalam cessie, peralihan piutang harus diberitahukan kepada Debitur dan bahkan si Debitur harus memberikan persetujuan atas peralihan piutang yang di atasnya ada
melekat hak-hak Kreditur atas benda jaminan dalam perjanjian utang-piutang. Hal seperti ini sudah barang tentu berbeda dengan peralihan uang cash.
Memang, ada pula yang mengatakan bahwa apabila Kreditur menginginkan agar misalnya dalam hal pelaksanaan penjualan partisipasi cukup
diketahui saja oleh Kreditur baru dan penjualan itu juga ingin disembunyikan
17
dari pengetahuan Debitur, maka tentu bagi pelaksanaan penjualan partisipasi tersebut tidak dapat ditempuh dengan menggunakan cessie.
Namundemikian, apabila metode lain yang dipilih pun, hak itu berarti bahwa si Kreditur, dengan metode lain daripada cessie itu boleh mengalihkan
piutangnya dengan cara disembunyikan dari pengetahuan Debitur. Kembali perlu Penulis tegaskan bahwa setiap peralihan piutang pada prinsipnya wajib diketahui
oleh Debitur. Pandangan seperti ini ada benarnya.Sebab dalam cessie, setiap peralihan
piutang kepada pihak ketiga harus diketahui oleh pihak Debitur.Menurut pendapat Penulis, pernyataan dalam kepustakaan bahwa penjualan partisipasi, dalam hal ini
maksudnya adalah penjualan atas piutang yang demikian itu tidak dapat ditempuh
17
Istilah “disembunyikan” adalah istilah yang digunakan oleh Pengamat yang pustakanya dirujuk oleh Penulis, dus bukan istilah Penulis.Lihat buku, Sjadeini Sutan, Kredit Sindikasi Proses
Pembentukan dan Aspek Hukum, Midas Surya Grafindo, Jakarta, 1999, hlm. 92.
23
dengan caracessie, sebetulnya adalah suatu permainan logika dan retorika semata- mata.
Apabila metode cessie yang dipergunakan dalam peralihan partisipasi seperti yang dikemukakan oleh Pengamat sebagaimana dikemukakan di atas itu
maka hal itu memvawa akibat terjadinya suatu perbuatan melawan hukum yang berujung kepada batal demi hukum null and void peralihan yang ada
18
.
2.1.2. Metode Peralihan Piutang Melalui Subrogasi