Metode Peralihan Piutang Melalui Subrogasi

23 dengan caracessie, sebetulnya adalah suatu permainan logika dan retorika semata- mata. Apabila metode cessie yang dipergunakan dalam peralihan partisipasi seperti yang dikemukakan oleh Pengamat sebagaimana dikemukakan di atas itu maka hal itu memvawa akibat terjadinya suatu perbuatan melawan hukum yang berujung kepada batal demi hukum null and void peralihan yang ada 18 .

2.1.2. Metode Peralihan Piutang Melalui Subrogasi

Penyelidikan Penulis terhadap kepustakaan yang ada menunjukkan bahwa subrogasi adalah lembaga pergantian hak-hak dari seorang Kreditur oleh pihak ketiga yang menjadi Kreditur baru. Kreditur baru yang menggantikan kedudukan Kreditur yang lama itu memperoleh posisi demikian mengingat si Kreditur yang baru telah membayar utang seorang Debitur kepada Kreditur lama tersebut.Menurut Pasal 1400 KUHPerdata Indonesia, subrogasi dapat terjadi karena diperjanjikan atau karena ditentukan demikian oleh Undang-Undang terjadi demi hukum 19 . Mengingat penjualan partisipasi atau dalam konteks penulisan skripsi Penulis ini yang dimaksud adalah peralihan piutang 20 yang terjadi dalam sindikat kredit, hal itu hanya akan terjadi karena diperjanjikan. Maka, dalam tulisan ini 18 Analisis mengenai hal ini dalam putusan Pengadilan di Indonesia dapat dilihat pada Bab III dalam Skripsi ini. 19 Lihat, Pasal 1400 KUHPerdata. Menurut pendapat Penulis, baik terjadi karena perjanjian maupun terjadi karena Undang-Undang, sama-sama dapat disebut terjadi karena hukum.Bukankah perjanjian dan Undang-Undang itu adalah dua hal hasil dikte hukum.Lihat pendapat pakar hukum yang Penulis rujuk pada hlm.8 Bab 1 Skripsi ini. 20 Piutang artinya hak untuk menerima pembayaran, lihat Pengertian ini dala Bab 1 Angka 3 UU tentang Jaminan fiducia, No. 421999. 24 akan diuraikan subrogasi yang terjadi dengan persetujuan. Subrogasi yang terjadi karena memang para pihak itu dengan sengaja menjanjikan atau terjadi berdasarkan persetujuan consent. Menurut Pasal 1401 KUHPerdata, subrogasi dapat terjadi menurut 2 dua cara, yang dalam kepustakaan yang diteliti oleh Penulis gambarannya adalah sebagai berikut: Pertama, peralihan piutang yng ada memang dikehendaki atau datang atas inisiatif Kreditur.Dalam hal ini subrogasi terjadi apabila pihak ketiga membayar kepada seorang Kreditur.Sehubungan dengan penerimaan pelunasan piutang oleh pihak ketiga tersebut, pihak ketiga tersebut menggantikan kedudukan si Kreditur lama dan si pihak ketiga itu kemudian bertindak selaku Kreditur terjadap seorang Debitur. Apabila hal yang demikian itu terjadi, maka pihak ketiga menggantikan hak-hak, gugatan-gugatan hak-hak istimewa yang semula dimiliki oleh Si Kreditur lama. Dalam hal ini, termasuk status atau kedudukan dari hipotek atau benda jaminan milik dari Debitur yang ada di tangan Kreditur yang lama kemudian beralih juga ke dalam tangan Kreditur yang baru dengan terlebih dahulu, sudah barang tentu, diketahui pula oleh Debitur. Perlu sekali diperhatikan bahwa untuk sahnya suatu subrogasi harus dinyatakan dengan tegas dan dilakukan bersamaan dengan pembayaran tepat pada waktu pembayaran dilakukan.Subrogasi yang terjadi setelah pembayaran tidak menimbulkan akibat hukum, karena dengan terjadinya pembayaran, maka perikatan antara Debitur dan Kreditur telah dihapus, sehingga tidak mungkin lagi terjadi subrogasi. 25 Kedua, adalah subrogasi yang dikehendaki dan terjadi atas inisiatif Debitur.Menurut hukum positif di Indonesia, subrogasi dengan jenis yang kedua ini dapat terjadi jika Debitur meminjam uang kepada pihak ketiga dan membayar uang hasil pinjamannya itu kepada seorang Kreditur pelunasan utangnya. Dengan demikian, di dalam perjanjian di antara Debitur dengan pihak ketiga maka otomatis pihak ketiga itu akan menggantikan kedudukan Kreditur yang lama tersebut. Agar subrogasi ini sah, syarat-syarat yang perlu diperhatikan baik perjanjian pinjam uang antara Debitur dan pihak ketiga maupun tanda pelunasan utang Debitur kepada Kreditur semula adalah harus dibuat dengan akta otentik. Di dalam perjanjian pinjam uang antara Debitur dan pihak ketiga harus ditegaskan bahwa uang yang dipinjam dari pidak ketiga itu adalah untuk melunasi utang Debitur kepada Kreditur lama. Selanjutnya dalam surat tanda pelunasan harus pula diterangkan bahwa pembayaran utang Debitur kepada Kreditur semula dilakukan dengan menggunakan uang yang dipinjam dari pihak ketiga tersebut. Perlu diperhatikan bahwa menurut Pasal 1403 KUHPerdata, subrogasi tidak dapat mengurangi hak-hak seorang Kreditur apabila pihak ketiga hanya membayar sebagian saja dari piutangnya. Dengan kata lain sisa piutang pihak ketiga tidak mempunyai hak untuk didahulukan daripada hak pihak Kreditur tersebut. Sehubungan dengan ketentuan mengenai lembaga subrogasi seperti telah digambarkan di atas, maka apabila seorang Kreditur dalam sindikasi kredit menginginkan untuk menjual aset, maka is dapat menempuh penjualan itu dengan cara subrogasi dengan memperjanjikan kedudukannya selaku Kreditur naru. 26 Dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat mengenai sahnya subrogasi sebagaimana yang diatur KUHPerdata 21 . Dalam kredit sindikasi yang langsung berhubungan subrogasi dengan Penerima kredit adalah agent Bank dan bagi sahnya suatu subrogasi tidak perlu pergantian Kreditur diberitahukan kepada Debitur. Maka,agent Bank harus melaporkan terjadinya pergantian kredit bukan saja kepada para anggota sindikasi yang lain, tetapi juga kepada Debitur, kecuali apabila dalam perjanjian kredit sindikasi diperjanjikan secara tegas bahwa terjadi pergantian kredit sebagai akibat loan sale tidak wajib dilaporkan oleh agent Bank kepada para peserta sindikasi dan Penerima kredit atau Debitur. Dengan demikian, yang dapat dipastikan hanyalah bahwa denga cara ini, sahnya aset Kreditur yang berupa kredit sindikasi itu tidak perlu mendapat persetujuan atau diberitahukan kepada Debitur 22 , sepanjang telah diperjanjikan secara tegas sebelumnya oleh pihak-pihak terkait.

2.1.3. Peralihan Piutang Melalui Novasi