Pengertian Model Pembelajaran Matching Card
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Digilibuinsby.ac.id. digilibuinsby.ac.id. digilibuinsby.ac.id. digilibuinsby.ac.id. digilibuinsby.ac.id.
d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat
tercapai. Setiap model pembelajaran membutuhkan sistem pengelolaan dan
lingkungan belajar yang sedikit berbeda. Misalnya, model pembelajaran kooperatif memerlukan lingkungan belajar yang fleksibel seperti tersedianya
meja dan kursi yang mudah dipindahkan. Pada model pembelajaran diskusi para siswa duduk dibangku yang disusun secara melingkar atau seperti tapal
kuda. Sedangkan model pembelajaran langsung siswa duduk berhadap- hadapan dengan guru. Pada model pembelajaran kooperatif siswa perlu
berkomunikasi satu sama lain, sedangkan pada model pembelajaran langsung siswa harus tenang dan memperhatikan guru.
Selain ciri-ciri khusus pada suatu model pembelajaran di atas, menurut Nieveen suatu model pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi kriteria sebagai
berikut
13
: pertama, sahih valid. Aspek validitas dikaitkan dengan dua hal, yaitu:
1 apakah model yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoritis yang kuat; dan 2 apakah terdapat konsistensi internal.
Kedua, praktis. Aspek kepraktisan hanya dapat dipenuhi jika: 1 para ahli dan prkatisi menyatakan
bahwa apa yang dikembangkan tersebut dapat diterapkan; dan 2 kenyataan menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan tersebut dapat diterapkan.
Ketiga, efektif. Berkaitan dengan aspek efektivitas ini, Nieveen memberikan parameter
13
Ibid., h.24
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Digilibuinsby.ac.id. digilibuinsby.ac.id. digilibuinsby.ac.id. digilibuinsby.ac.id. digilibuinsby.ac.id.
sebagai berikut: 1 ahli dan praktisi berdasarkan pengalamannya menyatakan bahwa model tersebut efektif; dan 2 secara operasional model tersebut
memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan atau apa yang ingin dicapai. Selain itu menurut Khabibah, bahwa untuk melihat tingkat kelayakan
suatu model pembelajaran untuk aspek validitas dibutuhkan ahli dan praktisi untuk memvalidasi model pembelajaran yang dikembangkan. Sedangkan untuk
aspek kepraktisan dan efektivitas diperlukan suatu perangkat pembelajaran untuk melaksanakan model pembelajaran yang dikembangkan. Sehingga untuk melihat
kedua aspek ini perlu dikembangkan suatu perangkat pembelajaran untuk suatu topik tertentu yang sesuai dengan model pembelajaran yang dikembangkan.
Selain itu dikembangkan pula instrumen penelitian yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan
14
. Arends, menyeleksi enam model pengajaran yang sering dan prkatis
untuk digunakan guru dalam mengajar, yaitu: presentasi, pengajaran langsung, pengajaran konsep, pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah,
dan diskusi kelas. Menurut Arends dan pakar model pembelajaran yang paling baik diantara yang lainnya, setiap model pembelajaran itu dapat dikatakan baik,
apabila telah diuji cobakan untuk mengajarkan materi pelajaran tertentu. Oleh karena itu, dari beberapa model pembelajaran yang ada perlu kiranya diseleksi
14
Ibid., h. 25
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Digilibuinsby.ac.id. digilibuinsby.ac.id. digilibuinsby.ac.id. digilibuinsby.ac.id. digilibuinsby.ac.id.
model pembelajaran yang mana yang paling baik untuk mengajarkan suatu materi tertentu.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran ialah suatu pola yang digunakan guru sebagai pedoman sebelum melaksanakan proses pembelajaran
yang termasuk juga menentukan peraangkat-perangkat pembelajaran. Dalam mengajarkan suatu materi tertentu harus dipilih model
pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, dalam memilih suatu model pembelajaran harus dipertimbangkan terlebih
dahulu misalnya, materi pelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa, dan sarana atau fasilitas yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yang telah
diterapkan dapat tercapai. Materi pelajaran satu dengan yang lainnya belum tentu dapat diterapkan
satu model pembelajaran yang sama. Karena sebelum mengaplikasikan suatu model pembelajaran guru harus melihat, menganalisis tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai, setelah itu guru dapat menentukan model pembelajaran mana yang sekiranya dapat diterapkan atau yang sesuai dengan materi pembelajaran
tersebut. Tingkat perkembangan kogntif siswa juga harus dipertimbangkan dalam
pengambilan suatu model pembelajaran. Dikarenakan dalam satu lingkup ruang belajar antara siswa satu dengan siswa lainnya memiliki tingkat perkembangan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Digilibuinsby.ac.id. digilibuinsby.ac.id. digilibuinsby.ac.id. digilibuinsby.ac.id. digilibuinsby.ac.id.
kognitif yang berbeda. Misalnya dalam penerapan model pembelajaran berbasis masalah, diharapkan setiap siswa dapat menganalisis atau memecahkan masalah
tersebut. Terkadang dalam pelaksanaan model pembelajaran berbasis masalah ini siswa sulit merespon dan cenderung membutuhkan waktu lama dalam
pengaplikasiannya, semua tergantung pada tingkat kognitif siswa. Selain dua hal tersebut di atas sarana atau fasilitas yang tersedia juga
dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan model pembelajaran seperti yang telah disinggung di atas. Sarana atau fasilitas yang tersedia menjadi penting
dalam pertimbangan pemilihan model pembelajaran dikarenakan dalam pengampilasian suatu model pembelajaran juga dibutuhkan media atau alat untuk
mendukung berjalannya suatu model pembelajaran. Dengan demikian, sangatlah penting bagi para pengajar untuk menambah
wawasan tertang model pembelajaran yang telah mereka ketahui. Karena dengan menguasai beberapa model pembelajaran, maka seorang guru akan merasakan
kemudahan dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Sehingga dengan begitu tujuan pembelajaran akan mudah tercapai sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam penerapannya di lapangan, model-model pembelajaran dapat diterapkan secara sendiri-sendiri, dan bisa juga diterapkan bersamaan dalam
artian dalam penerapannya merupakan gabungan dari model-model pembelajaran
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Digilibuinsby.ac.id. digilibuinsby.ac.id. digilibuinsby.ac.id. digilibuinsby.ac.id. digilibuinsby.ac.id.
yang satu dengan model pembelajaran yang lain, tentunya yang sesuai dengan materi yang akan dipelajari.
Sedangkan Matching card atau yang sering disebut dengan istilah make a
match adalah suatu model pembelajaran yang dikembangkan oleh Lorna Curran
pada tahun 1994. Yang mana model pembelajaran ini mengajak siswa mencari pasangan sambbil belajar mengenai suatu topik pembelajaran tertentu.
15
Cara ini memungkinkan siswa untuk berpasangan dan memberi pertanyaan kuis kepada
temannya.
16
Dapat dikatakan bahwa model pembelajaran matching card ini ialah
model pembelajaran berpasangan antar teman yang mana sebagian dari kelas memegang kartu berisikan soal-soal dan sebagian yang lain berisikan jawaban
untuk ditukarkan atau dipasangkan satu sama lain. Dengan model pembelajaran seperti ini siswa akan lebih bersikap aktif
dari sebelumnya karena siswa tidak hanya duduk diam tetapi siswa beraktifitas untuk mencari tahu apa yang belum diketahui dengan cara mencari pasangan dari
kartu yang dipegangnya. Karena dalam proses pembelajaran siswa mempunyai karakteristik cara
belajar yang berbeda. Perbedaan cara belajar siswa ini haruslah dipahami oleh
15
Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk
Peningkatan Profesionalitas Guru, h.55
16
Melvin L. Silberman, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif, h. 250
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Digilibuinsby.ac.id. digilibuinsby.ac.id. digilibuinsby.ac.id. digilibuinsby.ac.id. digilibuinsby.ac.id.
seorang guru, sehingga apa yang akan guru berikan kepada siswa nantinya akan lebih mudah dipahami dari beberapa siswa yang memiliki perbedaan cara belajar.
Berdasarkan kemampuan yang dimiliki otak dalam menyerap, mengelola, dan menyampaikan informasi, cara belajar seseorang dapat dibagi menjadi tiga
kategori, yaitu cara belajar visual, cara belajar auditorial, dan cara belajar kinestetik yang ditandai dengan ciri-ciri perilaku tertentu.
17
Sering kita dengar para orang tua yang mengeluhkan tentang kondisi anaknya yang masih mendapatkan hasil belajar yang kurang memuaskan padahal
telah diikut sertakan dalam les privat, yang mana les tersebut terkadang banyak menyita waktu istirahat anak, dan hasilnya tidak dapat membuat anaknya menjadi
pintar dan terampil bahkan terkadang malah menimbulkan masalah. Salah satu faktor penyebabnya adalah ketidaksesuaian cara belajar anak dengan metode
belajar yang diterapkan dalam pendidikannya baik disekolah ataupun dalam les privatnya. Maka dari itu mengetahui karakteristis cara belajar adalah salah satu
hal yang harus dilakukan guru guna memudahkan siswa menerima pelajaran yang akan diajarkan.
17
Enung fatimah, Psikologi PerkembanganPerkembangan Peserta Didik, h. 37
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Digilibuinsby.ac.id. digilibuinsby.ac.id. digilibuinsby.ac.id. digilibuinsby.ac.id. digilibuinsby.ac.id.
Adapun ciri-ciri perilaku seseorang dalam belajarnya yang dikategorikan menjadi 3 tersebut di atas, menurut
De Porter Hemacki adalah sebagai berikut
18
: a.
Ciri-ciri perilaku seseorang dengan cara belajar visual Seseorang yang memiliki kemampuan belajar visual yang baik
ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut: 1
Rapi dan teratur. 2
Berbicara dengan cepat. 3
Mampu membuat rencana jangka pendek dengan baik. 4
Teliti dan rinci. 5
Mementingkan penampilan. 6
Lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar 7
Mengingat sesuatu berdasarkan asosiasi visual. 8
Memiliki kemampuan mengeja huruf dengan sangat baik. 9
Biasanya tidak mudah terganggu oleh keributan atau suasana berisik ketika sedang belajar.
10 Sulit menerima instruksi secara verbal oleh karena itu seringkali ia
meminta instruksi secara tertulis. 11
Merupakan pembaca yang cepat dan tekun. 12
Lebih suka membaca daripada dibacakan.
18
Ibid., h.37
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Digilibuinsby.ac.id. digilibuinsby.ac.id. digilibuinsby.ac.id. digilibuinsby.ac.id. digilibuinsby.ac.id.
13 Dalam memberikan respon terhadap segala sesuatu, ia selalu bersikap
waspada, membutuhkan penjelasan menyeluruh tentang tujuan dan berbagai hal lain yang berkaitan.
14 Jika sedang berbicara ditelpon, ia suka membuat coretan-coretan tanpa arti
selama berbicara. 15
Lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain. 16
Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat “iya“ atau “tidak”. 17
Lebih suka mendemonstrasikan sesuatu daripada berpidatoberceramah 18
Lebih tertarik pada bidang seni lukis, pahat, gambar dari pada musik. 19
Seringkali tahu apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai menuliskan dalam kata-kata.
b. Ciri-ciri perilaku seseorang dengan cara belajar auditorial
seseorang yang memiliki kemampuan belajar auditorial yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut:
1 Sering berbicara sendiri ketika sedang bekerja.
2 Mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik.
3 Lebih senang mendengarkan dibacakan daripada membaca.
4 Jika membaca maka lebih senang membaca dengan suara keras.
5 Dapat mengulangi atau menirukan nada, irama, dan warna suara.
6 Mengalami kesultan untuk menuliskan sesuatu, tetapi sangat pandai dalam
bercerita.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Digilibuinsby.ac.id. digilibuinsby.ac.id. digilibuinsby.ac.id. digilibuinsby.ac.id. digilibuinsby.ac.id.
7 Berbicara dalam irama yang terpola dengan baik.
8 Berbicara dengan sangat fasih.
9 Lebh menyukai seni musik dibandingkan dengan seni yang lainnya.
10 Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan
daripada apa yang dilihat. 11
Senang berbicara, berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu secara panjang lebar.
12 Mengalami kesulitan jika harus dihadapkan pada tugas-tugas yang
berhubungan dengan visualisasi. 13
Lebih pandai mengeja atau mengucapkan kata-kata dengan keras daripada menulisnya.
14 Lebih suka humor atau gurauan lisan daripada membaca buku
humorkomik
19
c. Ciri-ciri perilaku seseorang dengan cara belajar kinestetik
Seseorang yang memiliki kemampuan belajar kinestetik yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut:
1 Berbicara dengan perlahan.
2 Menanggapi perhatian fisik.
3 Menyentuh orang lain untuk emndapatkan perhatian mereka.
4 Berdiri dekat ketika sedang berbicara dengan orang lain.
5 Banyak gerak fisik.
19
Ibid., h. 39
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Digilibuinsby.ac.id. digilibuinsby.ac.id. digilibuinsby.ac.id. digilibuinsby.ac.id. digilibuinsby.ac.id.
6 Memiliki perkembangan oot yang baik.
7 Belajar melalui praktek langsung atau manipulasi.
8 Menghafalkan sesuatu dengan cara berjalan atau melihat langsung.
9 Menggunakan jari untuk menunjuk kata yang dibaca ketika sedang
membaca. 10
Banyak menggunakan bahasa tubuh nonverbal. 11
Tidak dapat duduk diam disuatu tempatdalam waktu yang lama. 12
Sulit membaca peta, kecuali ia memang pernah ke tempat tersebut. 13
Menggunakan kata-kata yang emngandung aksi. 14
Pada umumnya tulisannya jelek. 15
Menyukai kegiatan atau permainan yang menyibukkan secara fisik. 16
Ingin melakukan segala sesuatu.
Dengan mempertimbangkan dan melihat cara belajar yang paling menonjol pada diri siswa, guru diharapkan dapat bertindak secara arif dan
bijaksana dalam memilih metode atau model pembelajaran yang akan digunakan
20
. Kembali lagi pada pembahasan model pembelajaran
matching card. Jadi yang dimaksud model pembelajaran
matching card di sini ialah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar
siswa yang menggunakan kartu sebagai media atau alat bantu dalam
20
Ibid., h.40
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Digilibuinsby.ac.id. digilibuinsby.ac.id. digilibuinsby.ac.id. digilibuinsby.ac.id. digilibuinsby.ac.id.
menyampaikan materi pelajaran. Model pembelajaran matching card ini biasanya
digunakan setelah materi pelajaran dijelaskan terlebih dahulu oleh seorang guru.