EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Rumbia Lampung Tengah Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)
ABSTRAK
EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DITINJAU DARI
PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Rumbia Lampung Tengah Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)
Oleh
DESRINA HARDIANTI
Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa. Desain yang digunakan adalah one shot case study dengan populasinya seluruh siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 1 Rumbia Lampung Tengah tahun pelajaran 2014/2015 dan sampel penelitian adalah siswa kelas VII.8 yang ditentukan dengan teknik purposive random sampling. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together
efektif jika ditinjau dari pemahaman konsep siswa.
Kata kunci: efektivitas, numbered heads together, pemahaman konsep, pembelajaran kooperatif.
(2)
EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DITINJAU DARI
PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri1 Rumbia Lampung Tengah Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)
(Skripsi)
DESRINA HARDIANTI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2015
(3)
EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE NUMBER HEADS TOGETHER DITINJAU DARI
PEMAHAMANKONSEP MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Rumbia Lampung Tengah Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)
Oleh Desrina Hardianti
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2015
(4)
(5)
(6)
(7)
v DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... ... 1
B. Rumusan Masalah ... ... 6
C. Tujuan Penelitian ... ... 7
D. Manfaat Penelitian ... ... 7
E. Ruang Lingkup Penelitian ... ... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... ... 10
B. Kerangka Pikir ... ... 27
C. Anggapan Dasar ... 29
D. Hipotesis ... 29
III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... ... 31
B. Desain Penelitian ... ... 32
C. Prosedur Pelaksanaa Penelitian ... ... 32
D. Data Penelitan ... 34
E. Teknik Pengumpulan Data ... ... 34
F. Instrumen Penelitian ... 34
(8)
vi IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ... 41 B. Pembahasan ... ... 43 V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ... ... 49 B. Saran ... ... 49 DAFTAR PUSTAKA
(9)
ix DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
A. PERANGKAT PEMBELAJARAN
A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ... 56
A.2 Lembar Kerja Kelompok (LKK) ... 104
B. PERANGKAT TES B.1 Kisi-kisi Soal Tes ... 136
B.2 Soal Posttest ... 137
B.3 Kunci Jawaban Posttest ... 138
B.4 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 141
B.5 Form Penilaian Posttest ... 129
C. ANALISIS DATA C.1 Form Validasi ... 143
C.2 Analisis Reliabilitas ... 145
C.3 Analisis Uji Hipotesis ... 146
C.4 Analisis Pencapaian Indikator ... 149 D. LAIN-LAIN
(10)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Sintaks umum pembelajaran kooperatif ...19
3.1. Rata-Rata Nilai MID semester per kelas ... 31
3.2. Bagan desain One Shot Case Study ... 32
3.3. Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep ... 35
3.4. Reliabilitas dan Validitas Butir Soal ... 37
4.1. Rekapitulasi Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 42
(11)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman 2.1 Kerangka Pikir ... 27
(12)
MOTTO
Selalu optimis, yakin dan berusahalah untuk
mencapai apa yang kamu impikan, karena dengan
optimis, keyakinan yang kuat dan usaha keras
itulah yang akan mewujudkan impianmu.
(13)
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur kehadirat ALLAH SWT, kupersembahkan
karya ini dengan kesungguhan hati sebagai tanda bakti dan cinta
kasihku kepada :
Ibunda dan Ayahanda tercinta yang selalu ada di sampingku dan
tidak ada henti-hentinya memberikan doa, kasih sayang, motivasi, dan
bekal kehidupan serta selalu memberikanku yang terbaik untuk
menjadikanku sesuatu yang terbaik dalam kehidupan ini.
Adikku tersayang (Rido Agung Herlambang) serta seluruh keluarga,
atas semua doa dan dukunganyang telah diberikan kepadaku.
Para pendidik yang telah mendidikku, yang menjadikanku semakin
berwawasan.
Sahabat-sahabatku yang berjuang bersama, yang selalu ada,
tersenyum dan menyemangatiku, serta
(14)
ii SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Ditinjau dari Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap Negeri 1 Rumbia Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2014/2015)”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Arnelis Djalil, M.Pd., selaku Pembimbing Utama yang telah bersedia menyumbangkan banyak ilmu, memberikan perhatian, motivasi, dan semangat kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini;
2. Bapak Drs. M. Coesamin, M.Pd., selaku Pembimbing Kedua yang telah bersedia menyumbangkan banyak ilmu, memberikan perhatian, motivasi, dan semangat kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini;
3. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Pembahas yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis serta selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
(15)
iii 4. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung;
5. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung; 6. Bapak Drs. Erimson Siregar, M.Pd.., selaku Pembimbing Akademik yang
telah membimbing dengan baik, memberikan motivasi, dan masukan kepada penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Lampung;
7. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis; 8. Bapak Siswanto, S.Pd. M.M., selaku Kepala SMP Negeri 1 Rumbia Lampung
Tengah yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian;
9. Ibu SY KT Suladriasih, S.Pd., selaku guru matematika kelas VII SMP Negeri 1 Rumbia Lampung Tengah yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian;
10.Siswa/siswi kelas VII SMP Negeri 1 Rumbia Lampung Tengah tahun pelajaran 2014/2015 atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin;
11.Bapak (Zuhdi), Ibu (Haryati) serta adikku tercinta (Agung) yang selalu menyayangi, mendoakan, dan menjadi penyemangat hidupku;
12.Teman-teman seperjuangan di bangku kuliah seluruh angkatan 2011 Pendidikan Matematika: Fitri, Vina, Laili, Ratna, Titi, Rosa, Wulan, Ayu Tamyah, Ria, Yulisa, Dewi, Nourma, Fuji, Ismi, Enggar, Ayu F., Ipeh, Emi, Siska, Hani, Venti, Dina R., Yusuf, Agung, Elcho, Agus, Aliza, Iwan, Ige, Didi, Bayu, Hasbi, Citra, Sekar, Tiara, Ayu A., Ade, Dina, Dian, Desi, Sela, Eni, Florensia, Indah, Poby, Gilang, Heizlan, Ikhwan, Ansori, Lidia, Panji,
(16)
iv Mutia, Novi, Abi, Riska, Suci, Siti, Veni, Winda, Yola, atas kebersamaannya selama ini dan semua bantuan yang telah diberikan. Semoga kebersamaan kita selalu menjadi kenangan yang terindah untuk kita semua;
13.Teman-temanh seperjuangan dalam mengerjakan Skripsi ini Mba Vina dan Ratna, kita selalu bersama mulai dari awal, seminar proposal, seminar hasil bahkan kompre pun kita bersama.
14.Sahabat-sahabat seperjuanganku sejak di bangku SMA Bekti, Fina, Lia, dan Ade, kebersamaan kita memberikan kekuatan tersendiri bagiku untuk melangkah menjalani liku kehidupan selama menjadi anak kost.
15.Teman-teman seperjuangan PPL dan KKN di SMP Negeri 2 Lemong Pesisir Barat (Evi, Selvi, Wulan, Yudhit, Tia, Odin, Fredy, Ewo dan Agung) atas kebersamaan selama tiga bulan yang penuh makna dan kenangan;
16.Kakak-kakakku angkatan 2008, 2009, 2010 dan adik-adikku angkatan 2012, 2013, dan 2014 terima kasih atas kebersamaannya;
17.Almamater tercinta yang telah mendewasakanku;
18.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis berharap semoga bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Bandarlampung, April 2015 Penulis
(17)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Rumbia pada tanggal 17 Desember 1993, merupakan putri pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Zuhdi dan Ibu Haryati.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh:
1. Taman Kanak-kanak (TK) di TK LKMD yang diselesaikan pada tahun 1999. 2. Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 1 Pelita desa Rukti Basuki, Kecamatan
Rumbia pada tahun 2005.
3. Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Rumbia Lampung Tengah yang diselesaikan pada tahun 2008.
4. Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Al Kautsar Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2011.
Pada tahun 2011, penulis tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur penerimaan SNMPTN Undangan Universitas Lampung.
Pada tahun 2014 penulis melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Pekon Lemong, Kecamatan Lemong, Kabupaten Pesisir Barat. Selain itu, penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 1 Lemong Kabupaten Pesisir Barat sejalan dengan program KKN tersebut.
(18)
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan memiliki peranan penting dalam perkembangan suatu bangsa, terutama untuk membentuk manusia yang berkualitas. Pendidikan diartikan sebagai suatu usaha sadar manusia untuk membentuk kepribadian yang baik dalam usaha mencapai tingkat hidup yang lebih tinggi. Pendidikan dilakukan secara terencana untuk mewujudkan proses pembelajaran yang baik agar siswa dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya secara maksimal.
Hasbullah (1999: 121) menyatakan bahwa pendidikan nasional merupakan pendidikan di suatu negara yang berdasarkan kepada kebudayaan sosial, psikologis, ekonomis dan politis yang bertujuan untuk membentuk ciri khusus atau watak bangsa yang bersangkutan (kepribadian nasional). Pendidikan merupakan salah satu usaha suatu bangsa untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang telah direncanakan oleh bangsa itu sendiri. Melalui proses pendidikan, suatu bangsa berusaha untuk mencapai kemajuan-kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan, baik dalam bidang ekonomi, sosial, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Hal ini sesuai dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi
(19)
2
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujun untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menajdi manusia yang beriman dan bertakwa menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Usaha dan kerja sama antara pemerintah, aparat sekolah, lingkungan dan peserta didik itu sendiri sangat perlu dilakukan untuk mencapai tujuan nasional ini.
Salah satu upaya untuk mencapai tujuan nasional tersebut adalah dengan melakukan pembelajaran yang efektif. Hamalik (2002: 171) menyatakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar seluas-luasnya kepada siswa. Pembelajaran merupakan proses komunikasi antara guru dan peserta didik. Salah satu komponen pen-didikan adalah guru dan salah satu tugasnya adalah sebagai fasilitator dalam kegiatan transfer ilmu pengetahuan. Sebagai fasilitator, seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran yang efektif sehingga kegiatan belajar-mengajar di kelas dapat berjalan dengan baik dan dapat tercipta interaksi yang baik antara guru dan peserta didik. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas adalah model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT).
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu model pembelajaran yang menjamin keterlibatan semua siswa sehingga sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok (Sukmayasa, 2013). Hal ini terjadi karena dalam pelaksanaannya siswa akan
(20)
3
ditunjuk secara acak untuk dapat mempresentasikan hasil diskusi kelom-poknya yang berkaitan dengan materi yang diajarkan. Peran guru sebagai fasilitator akan menciptakan interaksi yang lebih baik antara siswa dengan guru. Roosilawati (dalam Kusuma, dkk, 2008) menyatakan bahwa interaksi yang baik antara guru dan siswa akan menambah percaya diri siswa sehingga lebih termotivasi dalam belajar dan dapat meningkatkan pemahamannya ter-hadap materi yang dipelajari. Setiap siswa harus aktif bekerja dalam kelom-pok dan bertanggung jawab penuh terhadap pemecahan masalah yang diberi-kan oleh guru, sedangdiberi-kan guru hanya membimbing siswa jika mereka meng-alami kesulitan.
Menurut Kagan & Kagan (dalam Baker, 2013: 6), sebagai model pembela-jaran, NHT sangat berguna untuk memeriksa pemahaman konsep siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT menuntut setiap siswa untuk me-mahami materi yang diberikan. Hal ini akan menciptakan interaksi yang sangat baik antar siswa dalam satu kelompok. Mereka akan saling membantu agar setiap anggota kelompok memahami materi yang diberikan, siswa yang sudah paham akan mengajari siswa yang belum paham. Bidang ilmu penge-tahuan yang memerlukan pemahaman yang baik salah satunya adalah mate-matika.
Matematika merupakan bidang ilmu yang memiliki kedudukan penting dalam pengembangan dunia pendidikan. Hal ini disebabkan matematika merupakan ilmu dasar bagi pengembangan disiplin ilmu yang lain. Dalam GBHN (dalam Suherman, dkk, 2003: 58) dijelaskan bahwa ada dua hal yang menjadi tujuan
(21)
4
diberikannya matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Kedua hal tersebut adalah: (1) mempersiapkan siswa agar sanggup mengha-dapi perubahan keadaan dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkem-bang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien, (2) mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempela-jari berbagai ilmu pengetahuan lain.
Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa pelajaran matematika perlu di-berikan untuk membekali peserta didik dengan pola pikir matematika dalam menghadapi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, rendahnya hasil belajar mata pelajaran matematika merupakan indikasi bahwa pembela-jaran yang dilakukan pada pelapembela-jaran matematika belum efektif. Berdasarkan hasil tes berstandar internasional (International Standarized Test), yaitu
Trends in International Mathematics and Science Student (TIMSS) dan
Programme for International Student Assesment (PISA), menyatakan bahwa prestasi belajar anak Indonesia masih rendah.
Dalam Mullis, et al (2012: 42) menunjukkan hasil tes yang dilakukan oleh TIMSS pada tahun 2011 menunjukkan bahwa rata-rata skor pelajaran matematika anak Indonesia adalah 386. Sedangkan rata-rata skor interna-sional pelajaran matematika yang ditetapkan oleh TIMSS adalah 500. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar anak Indonesia di bidang matematika dan sains masih jauh dibawah rata-rata skor internasional yang telah ditetapkan oleh TIMSS.
(22)
5
Keadaan ini didukung juga hasil survei yang dilakukan oleh PISA (OECD, 2014: 5). Pada tahun 2012 untuk mata pelajaran Matematika rata-rata skor Indonesia adalah 375, sedangkan rata-rata skor ideal yang ditetapkan oleh PISA adalah 494. Berdasarkan uraian tersebut terlihat bahwa rata-rata skor Indonesia masih berada di bawah standar rata-rata yang ditetapkan oleh PISA.
Kedua hasil survei ini menunjukkan bahwa prestasi matematika Indonesia masih rendah. Rendahnya prestasi belajar anak Indonesia ini salah satunya diduga karena rendahnya pemahaman konsep matematis siswa. Hal ini ter-jadi karena tidak sedikit siswa yang menghafal konsep tetapi tidak mema-haminya. Padahal, soal tes berstandar internasional TIMSS dan PISA adalah soal yang mengukur kemampuan siswa dalam memahami dan memecahkan masalah, mulai dari menganalisisnya, memformulasikannya, dan mengkomu-nikasikan gagasannya kepada orang lain sehingga diperlukan pemahaman konsep matematis yang tinggi. Selain itu, dalam Standar Isi Mata Pelajaran Matematika (Depdiknas, 2006: 8), pemahaman konsep merupakan poin pertama pada kecakapan matematika yang menjadi tujuan dalam belajar matematika mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Oleh karena itu, kemampuan pemahaman konsep matematis siswa Indonesia sangat perlu ditingkatkan.
Permasalahan tersebut juga dialami oleh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Rumbia Lampung Tengah. Berdasarkan hasil ujian tengah semester, secara umum menunjukkan hasil belajar yang masih rendah. Rendahnya hasil belajar siswa dapat dilihat dari rata-rata nilai per kelas yang masih berada di
(23)
6
bawah nilai KKM yang telah ditentukan. Hal ini juga didukung oleh hasil observasi dan wawancara yang dilakukan terhadap guru matematika di SMP tersebut. Oleh karena itu, diperlukan suatu model pembelajaran yang efektif agar hasil belajar siswa dapat menjadi lebih baik lagi. Salah satu model pembelajaran yang diduga efektif jika diterapkan di kelas adalah model pem-belajaran kooperatif tipe NHT.
Menurut Suherman, dkk (2003: 68) hal terpenting dalam pembelajaran matematika sebenarnya adalah bagaimana dapat menciptakan suatu pembela-jaran yang menyenangkan bagi siswa, sehingga siswa dapat menyukai pela-jaran matematika. Oleh karena itu, peneliti sangat tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Efektivitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Ditinjau dari Pemahaman Konsep Matematis Siswa”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka yang menjadi perma-salahan dalam penelitian ini adalah: “Apakah model pembelajaran kooperatif tipe NHT efektif jika diterapkan pada pembelajaran matematika ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMPN 1 Rumbia Lampung Tengah semester genap tahun ajaran 2014-2015?”. Dari rumusan masalah di atas dapat dibuat pertanyaan penelitian, yaitu: “Apakah persentase siswa yang memiliki pemahaman konsep matematis dengan baik lebih dari 60%?”
(24)
7
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas model pembelajar-an kooperatif tipe NHT ditinjau dari pemahampembelajar-an konsep matematis siswa kelas VII SMPN 1 Rumbia Lampung Tengah.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini secara teoritis mampu memberikan sumbangan terhadap perkembangan pembelajaran matematika, terutama terkait pemahaman konsep matematis siswa dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. 2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa, memberikan pengalaman baru dalam belajar matematika, yaitu menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa.
b. Bagi guru, memberikan masukan tentang efektivitas model pembela-jaran kooperatif tipe NHT ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa.
c. Bagi peneliti, menjadi sarana mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan matematika dan sebagai referensi untuk penelitian berikutnya yang sejenis.
(25)
8
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:
1. Efektivitas pembelajaran adalah ukuran keberhasilan siswa yang diwujud-kan dari hasil belajar. Efektivitas pembelajaran dalam penelitian ini ditin-jau dari persentase siswa yang memiliki pemahaman konsep matematis dengan baik lebih dari 60% dari banyak siswa.
2. Pada penelitian ini model pembelajaran kooperatif tipe NHT diawali dengan membagi siswa ke dalam 9 kelompok yang beranggotakan 4 orang. Kemudian masing-masing siswa diberikan nomor yang berbeda. Selanjut-nya siswa akan melakukan diskusi kelompok untuk mendiskusikan perma-salahan yang diberikan oleh guru dalam bentuk LKK. Langkah terakhir adalah memanggil beberapa siswa secara acak berdasarkan nomor yang telah diberikan untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. 3. Pemahaman konsep siswa merupakan kemampuan siswa untuk
menjelas-kan konsep atau kemampuan untuk mengungkapmenjelas-kan kembali informasi yang telah diterima, menggunakan konsep pada situasi yang berbeda, mengembangkan beberapa akibat dari adanya suatu konsep atau siswa dapat menyelesaikan masalah sesuai dengan konsep yang telah dimiliki. Adapun indikator pemahaman konsep yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada indikator yang ditetapkan dalam Peraturan Dirjen Dikdas-men Depdiknas Nomor 506/C/Kep/ PP/2004 (Wardhani, 2008: 10), adapun indikator yang diperhatikan dalam penelititan ini adalah: (a) Menyatakan ulang suatu konsep; (b) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk
(26)
9
representatif matematika; (c) Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep; dan (d) Mengaplikasikan konsep.
(27)
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Efektivitas Pembelajaran
Wragg (dalam Sutikno, 2007) menyatakan bahwa pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang memudahkan siswa untuk belajar sesuatu yang bermanfaat, seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, cara hidup serasi dengan sesama, atau sesuatu hasil belajar yang diinginkan. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Hamalik (2002: 171) bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar se-luas-luasnya kepada siswa. Jadi, pembelajaran dikatakan efektif apabila pembelajaran tersebut dapat membuat siswa belajar seluas-luasnnya untuk mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri.
Menurut Slameto (2013: 92) mengajar yang efektif ialah kegiatan meng-ajar yang dapat menciptakan belmeng-ajar siswa menjadi efektif pula. Belmeng-ajar yang dimaksud adalah usaha siswa untuk mencari, menemukan dan me-lihat pokok masalah. Selain itu, Slameto juga menjelaskan beberapa sya-rat melaksanakan mengajar yang efektif, diantaranya adalah belajar secara aktif, guru harus menggunakan banyak variasi metode dalam pembela-jaran, guru harus dapat memotivasi siswa, kurikulum yang baik dan
(28)
11
seimbang, membuat perencanaan sebelum mengajar, guru harus dapat memberikan masalah-masalah yang dapat merangsang untuk berpikir, dan sebagainya. Oleh karena itu, guru harus mampu memilih metode pem-belajaran yang tepat dan sesuai dengan kurikulum, serta memiliki krea-tivitas agar dapat membuat siswa semangat untuk belajar sehingga proses pembelajaran berjalan dengan efektif.
Abdullah (dalam Rahmatika, 2009: 23) menyatakan bahwa pembelajaran yang efektif membuat siswa terdorong dan mampu memanfaatkan kesem-patan belajar yang ada untuk menguasai kompetensi yang dipelajari. Se-lain itu, pembelajaran yang efektif juga menuntut guru untuk memberi-kan kesempatan belajar seluas-luasnya kepada siswa agar membangun kompetensinya sendiri. Oleh karena itu, guru harus dapat menciptakan suasana belajar yang dapat membuat siswa aktif dan dapat mencapai penguasaan kompetensi secara optimal.
Mulyasa (2009: 218) mengemukakan bahwa pembelajaran dikatakan ber-hasil apabila proses pembelajaran dan ber-hasil pembelajaran menunjukkan bahwa 75% dari banyak siswa terlibat secara aktif dan menguasai kompe-tensi yang ditentukan. Menurut Wicaksono (dalam Wijayanti, 2013: 12) pembelajaran dikatakan efektif apabila mengacu pada kriteria efektivitas pembelajaran. Salah satu kriterianya adalah ketuntasan belajar. Menurut Wicaksono pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila lebih dari atau sama dengan 70% dari banyak siswa memenuhi nilai KKM.
(29)
12
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembela-jaran adalah pembelapembela-jaran yang dapat membuat siswa aktif dalam cari, menemukan dan melihat pokok masalah yang diberikan untuk men-capai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Selain itu, pembelajaran dikatakan efektif apabila 60% dari banyak siswa memiliki pemahaman konsep matematis dengan baik. Efektivitas pembelajaran salah satunya dapat dilihat dari penguasaan konsep siswa.
2. Model Pembelajaran Kooperatif
Trianto (2014: 53) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam rangka mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran. Pendapat lain dikemukakan oleh Sutikno (2014: 58) yang menyatakan bahwa, da-lam suatu model pembelajaran dijelaskan apa yang perlu dilakukan guru atau siswa, urutan kegiatan pembelajaran, dan tugas-tugas khusus yang harus dilakukan siswa. Suhana (2014) menyatakan bahwa model pembe-lajaran merupakan suatu pendekatan untuk menyiasati perubahan perilaku siswa. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pem-belajaran adalah suatu perencanaan yang digunakan dalam mengorgani-sasikan pengalaman belajar dan perubahan perilaku siswa yang di dalam-nya terdapat bagaimana kegiatan guru dan siswa, urutan kegiatan
(30)
13
pembelajaran dan tugas siswa dan berfungsi sebagai pedoman pelaksa-naan pembelajaran.
Ruang kelas merupakan salah satu tempat yang cocok untuk menerapkan kegiatan pembelajaran kooperatif. Di dalam ruang kelas, siswa diberi ke-sempatan untuk bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk meme-cahkan masalah secara bersama-sama. Belajar dalam kelompok kecil ini akan melatih siswa agar terbiasa untuk mendengarkan pendapat orang lain dan merangkum pendapat orang lain tersebut dalam bentuk tulisan.
Pembelajaran kooperatif dalam matematika dapat membantu siswa untuk meningkatkan sikap positif siswa dalam matematika. Adanya interaksi yang menonjol dalam kelompok pada model pembelajaran ini dapat mem-buat siswa menerima siswa lain yang berkemampuan berbeda. Dukungan dari teman sebayanya untuk mencapai prestasi akademik yang baik meru-pakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran kooperatif.
Jufri (2013: 112) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang peserta didiknya diorganisasikan un-tuk bekerja dan belajar dalam kelompok yang memiliki aturan-aturan ter-tentu. Pendapat lain dikemukakan oleh Djamarah dan Zain (2010: 357) yang menyatakan bahwa strategi pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang di dalamnya mengkondisikan siswa untuk bekerja bersama-sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain dalam belajar. Suherman, dkk (2003: 260) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang
(31)
14
mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama. Taniredja, dkk (2014: 55) mengemukakan bahwa Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil (4-6 orang) secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih semangat dalam belajar. Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang melibatkan kegiatan belajar kelompok yang terstruktur dan bekerja bersama-sama dalam menyelesaikan masalah atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama.
Dalam pembelajaran kooperatif, siswa tidak hanya belajar menerima apa yang disajikan oleh guru, melainkan bisa juga saling belajar dari sesama siswa lainnya. Pembelajaran kooperatif menekankan kerja sama tim, se-hingga jika sekelompok siswa duduk bersama namun belum terjadi kerja sama dalam meyelesaikan tugas atau masalah yang diberikan, maka ini bukanlah suatu pembelajaran kooperatif. Oleh karena itu, pembelajaran kooperatif dapat membuat siswa terbiasa dengan kerjasama tim untuk menyelesaikan masalah atau tugas yang diberikan, sehingga terciptalah suatu ketergantungan positif. Pembelajaran kooperatif memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pembelajaran siswa apabila kelompok dihar-gai berdasarkan pembelajaran individual dari tiap anggotanya.
(32)
15
Djamarah dan Zain (2010: 363) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki beberapa prinsip. Prinsip-prinsip pembelajaran ko-operatif antara lain: (a) kemampuan kerja sama, (b) interaksi bersama, (c) keikutsertaan bersama, (d) tanggung jawab individu, (e) ketergantungan positif, dan (f) kerja sama merupakan suatu nilai. Berdasarkan prinsip-prinsip ini pembelajaran kooperatif dapat membentuk keterampilan sosial siswa yang baik dan dapat meningkatkan tanggung jawab siswa.
Johnson dan Hilke (dalam Taniredja, dkk, 2014: 59) menyatakan bahwa terdapat ciri-ciri dari pembelajaran kooperatif. Ciri-ciri tersebut antara lain adalah (1) terdapat saling ketergantungan positif antar anggota kelompok, (2) dapat dipertanggungjawabkan secara individu, (3) berbagi kepemimpinan, (4) berbagi tanggung jawab, (5) menekankan tugas dan kebersamaan, (6) membentuk keterampilan sosial, (7) peran guru mengamati proses pembelajaran, dan (8) efektivitas belajar tergantung pada kelompok. Berdasarkan ciri-ciri tersebut terlihat bahwa, tidak semua pembelajaran dengan kerja kelompok dapat dikatakan sebagai pembela-jaran kooperatif.
Slavin (dalam Taniredja, dkk, 2014: 60) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan kelompok mempengaruhi keberhasilan individu dalam kelompok tersebut. Tujuan pembelajaran kooperatif lainnya dikemukakan oleh Depdiknas (dalam Taniredja, dkk, 2014: 60) yang menyatakan bahwa terdapat tiga tujuan pembelajaran kooperatif. Tujuan yang pertama adalah
(33)
16
meningkatkan hasil akademik dengan meningkatkan kinerja siswa dalam menyelesaikan tugas akademiknya. Tujuan kedua adalah melatih siswa untuk dapat menerima teman-temannya yang berbeda latar belakang. Tu-juan ketiga adalah meningkatkan keterampilan sosial siswa. Sedangkan Arends (dalam Jufri, 2013: 114) menyatakan bahwa, pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan. Ketiga tujuan tersebut adalah untuk meningkatkan hasil belajar akademik, mengem-bangkan penerimaan terhadap keberagaman atau perbedaan individual, dan mengembangkan keterampilan sosial. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik yang memiliki kemampuan ting-gi maupun rendah.
Model pembelajaran kooperatif dipilih sebagai model pembelajaran dalam penelitian ini karena beberapa kelebihannya seperti yang dikemukakan oleh Slavin. Slavin (dalam Taniredja, 2014: 60) menyatakan bahwa kele-bihan model pembelajaran kooperatif, yaitu menghindari adanya per-saingan antar siswa. Perper-saingan ini akan membuat siswa yang aktif menjadi lebih aktif, namun sebaliknya siswa yang kurang aktif akan men-jadi lebih pasif. Sedangkan Orlich (dalam Jufri, 2013: 116) menyatakan terdapat beberapa keuntungan dari pembelajaran kooperatif diantaranya adalah (a) meningkatkan pemahaman mengenai materi inti pelajaran, (b) memperkuat keterampilan sosial, (c) melatih siswa mengambil keputusan, (d) menciptakan suasana belajar aktif, (e) mengembangkan rasa percaya diri (self esteem) siswa, (f) mengakomodasi beragam gaya belajar,
(34)
17
(g) mengembangkan rasa tanggungjawab siswa, dan (h) fokus pada keberhasilan individual.
Lord (dalam Jufri, 2013: 115-116) telah me-review sekitar 300 artikel hasil penelitian mengenai pembelajaran kooperatif dalam bidang IPA dan mengidentifikasi 11 kategori umum yang digolongkan sebagai kelebihan dari model pembelajara kooperatif. Berdasarkan 11 kategori tersebut be-berapa diantaranya adalah: (1) pengembangan sikap positif terhadap pela-jaran, (2) suasana akademik dan lingkungan belajar yang lebih kondusif, (3) peningkatan pemahaman mengenai hubungan teori dan praktik, (4) pengembangan keterampilan sosial dan bekerjasama, (5) peningkatan kualitas dan hasil belajar, (6) pengembangan nilai-nilai dalam diri peserta didik, dan (7) kesetaraan kesempatan antara peserta didik pria dan wanita. Kelebihan-kelebihan model pembelajaran kooperatif inilah yang menjadi pertimbangan peneliti untuk menggunakanm model pembelajaran ko-operatif dalam penelitiannya.
Dalam Djamarah (2000: 157) dikemukakan bahwa salah satu kelemahan pembelajaran kooperatif adalah diskusi memakan waktu, pemborosan waktu dan diskusi dapat menekan pendirian. Djamarah dan Zain (2010: 366) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki beberapa kelemahan diantaranya adalah:
a. Siswa yang pandai akan cenderung lebih mendominasi sehingga dapat menimbulkan sikap minder dan positif dari siswa yang lemah.
(35)
18
b. Dapat terjadi siswa yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang pan-dai tanpa memiliki pemahaman yang memapan-dai.
c. Pengelompokkan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda serta membutuhkan waktu khusus.
Untuk mengatasi kelemahan model pembelajaran ini, guru harus dapat membagi kelompok dengan tepat, misalnya dengan menempatkan siswa yang berkemampuan lebih tinggi di setiap kelompok. Hal ini akan membuat siswa tersebut merasa memiliki tanggung jawab terhadap teman sekelompoknya untuk memahami materi pelajaran. Agar tidak terjadi siswa sekedar menyalin pekerjaan teman sekelompoknya, guru harus dapat menciptakan kegiatan pembelajaran yang membuat setiap siswa merasa bertanggung jawab memahami materi pelajaran. Misalnya dengan memanggil siswa secara acak untuk mewakili kelompoknya mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Untuk mengatasi masalah waktu, guru dapat mengingatkan kepada siswa di akhir pembelajaran untuk kembali membentuk kelompok pada pertemuan selanjutnya.
Jufri (2013: 117) menyatakan bahwa secara umum terdapat enam fase dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif. Fase pertama adalah penyampaian tujuan, fase kedua penyampaian informasi terkait materi pelajaran, fase ketiga pengorganisasian peserta didik dalam kelompok belajar, fase keempat pembimbingan kelompok, fase kelima penilaian hasil belajar dan fase terakhir pemberian penghargaan. Lebih lanjut fase
(36)
19
pembelajaran kooperatif dijelaskan dalam tabel sintaks umum pem-belajaran kooperatif berikut.
Tabel 2.1 Sintaks umum pembelajaran kooperatif Fase
ke-
Indikator Tingkah Laku Pendidik
1. Penyampaian tujuan dan pemberian motivasi pada peserta didik.
Pendidik menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi peserta didik untuk belajar.
2. Penyajian informasi-informasi tetrkait materi pelajaran.
Pendidik menyajikan informasi kepada peserta didik dengan demonstrasi atau bahan bacaan. 3. Pengorganisasian peserta
didik dalam kelompok-kelompok belajar.
Pendidik menjelaskan kepada peserta didik bagaimana caranya membentuk kelmpok belajar dan membant setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. 4. Pembimbingan kelompok
peserta didik untuk bekerja dan belajar.
Pendidik membimbing kelompok-kelompok belajar paada saat mereka mengerjakan tugas.
5. Penilaian hasil belajar (evaluasi).
Pendidik mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
6. Pemberian penghargaan. Pendidik memberikan
penghargaan tertentu atas hasil belajar individu maupun kelompok.
Sintaks pembelajaran kooperatif lainnya dikemukakan oleh Huda (2013: 112) yang menyebutkan bahwa ada tiga tahapan dalam pelaksanaan
(37)
pem-20
belajaran kooperatif. Tahap pertama adalah tahap persiapan. Pada tahap ini, guru memilih metode, teknik dan struktur pembelajaran. Kemudian guru menata ruang kelas untuk pembelajaran kelompok, merangking siswa untuk membentuk kelompok belajar siswa, menentukan banyak kelompok dan menentukan kelompok-kelompok belajar. Tahap kedua adalah tahap pelaksanaan pembelajaran. Pada tahap ini, siswa merancang
team building dengan identitas kelompok, siswa dihadapkan dengan persoalan, mengeksplorasi persoalan, siswa merumuskan dan menyelesai-kan persoalan, serta siswa belajar mandiri kemuan belajar kelompok. Tahap ketiga adalah tahap penilaian. Pada tahap ini guru menilai hasil ke-lompok, memberi penghargaan kepada kelompok serta guru dan siswa mengevaluasi kerja kelompok.
Berdasarkan pendapat Huda (2013) dan Jufri (2013) dapat disimpulkan bahwa secara umum langkah-langkah pembelajaran kooperatif adalah: a. persiapan pembelajaran,
b. penyampaian tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar,
c. penyampaian informasi terkait materi pelajaran, d. pembentukan kelompok belajar,
e. pembimbingan siswa dalam proses diskusi kelompok, f. penarikan kesimpulan,
(38)
21
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Model pembelajaran kooperatif memiliki banyak tipe pembelajaran, salah satu diantaranya adalah pembelajaran kooperatif tipe Numbered heads Together (NHT). Lie (2004:59) mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Spencer Kagan (1993). Dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT setiap siswa diberikan kesempatan untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu juga setiap siswa akan termotivasi untuk mening-katkan semangat kerja sama mereka. Pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Salah satu ciri-ciri yang membedakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan model kooperatif tipe lainnya adalah terdapat suatu langkah dimana guru menunjuk seorang siswa dengan menyebutkan salah satu nomor yang mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan hasil dis-kusi kelompoknya sendiri. Hal ini merupakan suatu upaya yang baik un-tuk meningkatkan tanggung jawab siswa agar setiap individu dalam ke-lompok dapat memahami penyelesaian dari masalah yang mereka kerja-kan secara bersama, sehingga terbentuk ketergantungan antar sesama individu dalam kelompok belajarnya.
Menurut Huda (2011: 138), NHT memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk saling bertukar pendapat dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat untuk meningkatkan semangat kerjasama siswa. Dalam
(39)
22
Huda (2011: 138) terdapat beberapa langkah model pembelajaran NHT, diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Langkah pertama: penomoran (numbering)
Penomoran dilakukan setelah guru membagi kelompok yang terdiri dari 4-5 oraang siswa, kemudian guru memberi nomor kepada setiap siswa. Setiap siswa dalam satu kelompok memiliki nomor yang berbeda.
b. Langkah kedua: pengajuan pertanyaan
Langkah selanjutnya pada model NHT ini adalah pengajuan pertanya-an. Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang di-berikan disesuaikan dengan materi yang akan dipelajari.
c. Langkah ketiga: berpikir bersama (Heads Together)
Setelah guru memberikan pertanyaan, siswa akan mulai berpikir ber-sama dan mencari jawaban berdasarkan pertanyaan yang diberikan guru. Siswa akan mengemukakan ide-ide yang mereka miliki, kemu-dian mempertimbangkan jawaban yang tepat. Pada tahap ini siswa akan terbiasa untuk mendengarkan pendapat orang lain. Pada tahap ini pula siswa yang lebih dulu mengerti akan mengajari siswa yang belum mengerti, sehingga tercipta interaksi positif antara siswa dalam satu kelompok itu sendiri.
d. Langkah keempat: memberi jawaban.
Setelah siswa berpikir bersama dan menemukan jawaban atas per-tanyaan yang disajikan guru, langkah selanjutnya adalah memberi jawaban. Pada langkah ini guru akan memanggil secara acak nomor
(40)
23
siswa yang telah diberikan guru untuk mewakili kelompoknya mem-presentasikan hasil diskusi kelompok. Tahap inilah yang menuntut semua siswa siap dan memahami hasil diskusi yang telah mereka lakukan.
Trianto (2012: 82), mengemukakan bahwa dalam mengajukan pertanyaan kepada siswa di kelas, guru menggunakan empat fase sebagai sintaks NHT. Keempat fase tersebut iantaranya adalah:
a. Fase 1: Penomoran.
Pada fase ini guru memberikan nomor kepada anggota kelompok. Setiap kelompok beranggotakan 3-5 orang. Setiap anggota kelompok yang sama mendapat nomor yang berbeda.
b. Fase 2: Pengajuan pertanyaan.
Guru mengajukan pertanyaan yang bervariasi kepada siswa. Pertanya-an dapat spesifik dPertanya-an dalam bentuk kalimat tPertanya-anya.
c. Fase 3: Berpikir bersama.
Siswa menyatukan pendapat terhadap pertanyaan yang diajukan oleh guru dan meyakinkan tiap anggota kelompok telah memahami jawaban kelompok.
d. Fase 4: Menjawab.
Guru memanggil nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya dipanggil mewakili kelompoknya untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.
(41)
24
Berdasarkan pendapat Huda (2011) dan Trianto (2012) dapat disimpulkan bahwa terdapat empat langkah pembelajaran Kooperatif tipe NHT. Keem-pat langkah tersebut adalah sebagai berikut.
a. Langkah 1: penomoran (Numbered)
b. Langkah 2: berpikir bersama (Heads Together) c. Langkah 3: menjawab dan menyimpulkan
Lie (2004:60) mengemukakan bahwa terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Kelebihan model pembelajaran tipe NHT antara lain: (a) memudahkan dalam pem-bagian tugas, (b) memudahkan siswa belajar melaksanakan tanggung ja-wab pribadinya, (c) setiap siswa menjadi siap, (d) siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, dan (e) siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Maheady et al. (dalam Baker, 2013: 7) menunjukkan hasil bahwa setelah model pembelajaran NHT digunakan, 83% siswa memiliki rata-rata persentase akurasi tertinggi dalam mengerjakan soal.
Sedangkan kekurangannya adalah kurang cocok untuk banyak siswa yang banyak karena membutuhkan banyak waktu dan tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
4. Pemahaman Konsep Matematis
Jufri (2013: 61) dalam bukunya mengatakan bahwa pemahaman dieks-presikan dalam bentuk kemampuan memahami informasi, memanfaatkan
(42)
25
dan mengekstrapolasi pengetahuan dalam konteks baru, menjelaskan makna, menginterpretasikan fakta, memprediksi dan mengekstrapolasi pengetahuan tersebut untuk dimanfaatkan dalam situasi lain. Hamalik (2002: 164) menjelaskan bahwa konsep dapat berguna dalam suatu pem-belajaran, yaitu untuk mengurangi kerumitan, membantu siswa meng-identifikasi obyek-obyek yang ada, membantu mempelajari sesuatu yang lebih luas dan lebih maju, dan mengarahkan siswa kepada kegiatan ins-trumental.
Duffin dan Simpson (dalam Nila, 2008: 2-230) menyatakan bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan siswa untuk menjelaskan konsep atau kemampuan untuk mengungkapkan kembali informasi yang telah diterima, menggunakan konsep pada situasi yang berbeda, mengembang-kan beberapa akibat dari adanya suatu konsep atau siswa dapat menye-lesaikan masalah sesuai dengan konsep yang telah dimiliki.
Menurut depdiknas pemahaman konsep merupakan salah satu kecakapan atau kemahiran matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar matematika yaitu dengan menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajarinya, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengapli-kasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
Kemampuan pemahaman konsep matematis adalah salah satu tujuan penting dalam pembelajaran karena materi matematika yang diajarkan kepada siswa tidak hanya sebagai hafalan. Dengan pemahaman yang
(43)
26
baik, siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri. Pemahaman konsep matematis juga merupakan salah satu tujuan dari setiap materi yang disampaikan oleh guru, sebab guru merupakan pembimbing siswa untuk mencapai konsep yang diharapkan.
Kilpatrick, Swafford, dan Findell (dalam Afrilianto, 2012: 196) menyatakan bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan dalam mema-hami konsep, operasi dan relasi dalam matematika yang dapat diukur dengan beberapa indikator. Adapun indikator-indikator pemahaman konsep menurut Kilpatrick et al (2001: 116) antara lain:
a. Menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari secara verbal.
b. Mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya persyaratan untuk membentuk konsep tersebut.
c. Menerapkan konsep secara algoritma.
d. Menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk representasi matematika.
e. Mengaitkan berbagai konsep (internal dan eksternal matematika).
Dalam Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/ PP/2004 tanggal 11 November 2004 tentang rapor (Wardhani, 2008: 10) diuraikan bahwa indikator siswa memahami konsep matematis adalah: a. mampu menyatakan ulang suatu konsep,
b. mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai de-ngan konsepnya,
(44)
27
d. menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, e. mengem\bangkan syarat perlu dan syarat cukup dari suatu konsep f. menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi
tertentu,
g. mengaplikasikan konsep pada pemecahan masalah.
B. Kerangka Pikir
Penelitian tentang efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe NHT ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa terdiri dari dua variabel, yaitu, satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT (X), sedang-kan variabel terikatnya adalah pemahaman konsep matematis siswa (Y). Hubungan antar variabel tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 2.1
Hubungan antar Variabel Penelitian
Rendahnya hasil belajar dan pemahaman konsep matematis siswa mengin-dikasikan bahwa pembelajaran yang dilakukan belum efektif. Selain itu, ketepatan guru dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan juga menentukan efektif atau tidaknya suatu pembelajaran. Oleh karena itu, guru dituntut untuk tepat dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan,
sehing-Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
(X)
Pemahaman Konsep Matematis Siswa
(45)
28
ga dapat mengoptimalkan suasana belajar dan dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.
Salah satu model pembelajaran yang menuntut siswa untuk aktif dalam bela-jar adalah model pembelabela-jaran kooperatif. Model pembelabela-jaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang melibatkan kegiatan belajar kelompok yang terstruktur dan bekerja bersama-sama dalam menyelesaikan masalah atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembela-jaran koperatif, siswa tidak hanya belajar menerima apa yang disajikan oleh guru, melainkan bisa juga saling belajar dari sesama siswa lainnya.
Salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif adalah tipe NHT. Dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, siswa ditunjuk secara acak untuk mewakili kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya sendiri. Akibatnya setiap siswa akan secara individu sadar bahwa mereka harus memahami permasalahan yang sedang didiskusikan dalam kelompok-nya. Selain itu, setiap siswa akan saling membantu teman sekelompoknya yang belum memahami pokok bahasan yang mereka diskusikan. Oleh karena itu, model pembelajaran NHT menuntut setiap siswa aktif dalam usaha memahami persoalan yang diberikan oleh guru.
Pembelajaran dengan model kooperatif tipe NHT memberikan siswa ke-sempatan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan matematika melalui masalah-masalah yang disajikan dalam LKK. Hal ini akan memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga konsep matematis yang ingin dicapai dapat tercapai dengan baik. Keterlibatan siswa secara
(46)
29
aktif dalam proses pembelajaran kooperatif tipe NHT akan menumbuhkan ketergantungan positif antar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini terjadi karena siswa yang memiliki kemampuan lebih tinggi akan membantu siswa yang memiliki kemampuan yang lebih rendah. Adanya aktivitas belajar dan ketergantungan positif tersebut akan mempermudah siswa dalam memahami konsep yang sedang dipelajari sehingga penguasaan konsep siswa lebih optimal. Penguasaan konsep yang optimal akan mem-permudah siswa untuk menyelesaikan masalah matematika yang dihadapinya. Dengan demikian, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT efektif diterap-kan pada pembelajaran matematika.
C. Anggapan Dasar
Anggapan dasar pada penellitian ini adalah sebagai berikut.
1. Semua siswa kelas VII SMP Negeri 1 Rumbia Lampung Tengah tahun pelajaran 2014-2015 memperoleh materi yang sama dan sesuai dengan kurikulum yang diterapkan.
2. Faktor lain yang mempengaruhi pemahaman konsep matematis siswa selain model pembelajaran kooperatif tipe NHT dianggap memberikan pengaruh yang sama.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah “Model pembelajaran kooperatif tipe NHT efektif jika diterapkan pada pembelajaran matematika ditinjau dari
(47)
30
pemahaman konsep matematis siswa di SMP Negeri 1 Rumbia Lampung Tengah Semester Genap Tahun Ajaran 2014-2015”.
Hipotesis kerja dalam penelitian ini adalah “persentase siswa yang memiliki pemahaman konsep matematis dengan baik (nilai siswa serendah-rendahnya 65) lebih dari 60%.”
(48)
31
III METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Rumbia. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 1 Rumbia tahun pela-jaran 2014-2015 yang terdistribusi dalam delapan kelas. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik Purposive Random Sampling,
karena terdapat tiga guru matematika kelas VII di SMP tersebut. Kemudian diambil dua kelas yang diajar oleh guru yang sama. Selanjutnya memilih satu kelas yang memiliki nilai rata-rata kelas mendekati nilai rata-rata populasi sebagai sampel. Data rata-rata nilai mid semester siswa kelas VII SMP Negeri 1 Rumbia Lampung Tengah dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini.
Tabel 3.1 Nilai rata-rata MID Semester per kelas No. Kelas Banyak
Siswa
Nilai Rata-Rata Persentase Siswa yang Tuntas (%)
1 VII.1 36 55,00 36,11
2 VII.2 36 54,44 41,67
3 VII.3 36 54,03 44,44
4 VII.4 36 52,92 27,78
5 VII.5 36 51,94 16,67
6 VII.6 36 54,58 41,67
7 VII 7 36 52,36 19,44
8 VII 8 36 53,47 27,78
(49)
32
B. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen. Desain yang diguna-kan adalah One Shot Case Study. Penelitian dengan desain ini menggunakan satu sampel (Sugiyono, 2008: 110 dan Fraenkel & Wallen, 2009: 265). Kelas yang terpilih akan menjadi kelas eksperimen dan akan diterapkan model pem-belajaran kooperatif tipe NHT. Pada pertemuan terakhir, akan dilakukan post test di kelas eksperimen untuk mengukur pemahaman konsep siswa.
Tabel 3.2 Bagan desain One Shot Case Study (Studi Kasus Satu Tembakan)
X O
Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (variabel independen)
Pemahaman konsep siswa (variabel dependen)
Berdasarkan tabel di atas dapat diuraikan sebagai berikut. Terdapat satu kelompok eksperimen. X adalah kelompok yang diberi treatment. O adalah kejadian pengukuran atau pengamatan pada kelompok yang diberi treatment.
C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dikelompokkan dalam dua tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Berikut uraian masing-masing tahap:
1. Tahap persiapan
Berikut ini adalah beberapa tahap persiapan sebelum penelitian dilakukan, diantaranya adalah:
(50)
33
a. Observasi dan wawancara dengan guru matematika berkaitan dengan proses pembelajaran yang biasa dilakukan di SMP N 1 Rumbia pada tanggal 13 Oktober 2014.
b. Pemilihan populasi penelitian dilakukan terhadap siswa yang dapat mewakili kondisi pemahaman konsep matematis siswa SMP di Provinsi Lampung, yaitu seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Rumbia Lampung Tengah semester genap tahun pelajaran 2014-2015.
c. Pemilihan sampel penelitian yang dilakukan dengan Purposive Sampling, yaitu mengambil satu dari tiga kelas. Kelas yang terpilih tersebut akan memperoleh perlakuan khusus, yaitu pembelajaran kooperatif tipe NHT.
d. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, lembar kerja Kelompok (LKK), dan seperangkat instrumen evaluasi yang terdiri dari kisi-kisi soal, soal, kunci jawaban dan rubrik penskoran.
e. Menyusun instrument penelitian yang terdiri dari instrument tes. 2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan meliputi:
a. Melaksanakan pembelajaran pada kelas VII.8 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Pembelajaran dilakukan setiap hari senin dan sabtu pada jam keenam dan ketujuh. Pertemu-an pertama dilaksPertemu-anakPertemu-an pada tPertemu-anggal 10 JPertemu-anuari 2015 dPertemu-an pertemu-an terakhir pada tpertemu-anggal 26 Jpertemu-anuari 2015.
(51)
34
b. Melakukan posttes pada tanggal 31 Januari 2015 untuk mengetahui apakah penerapan model kooperatif tipe NHT ini efektif.
3. Tahap Analisis Data
Pada tahap ini peneliti melakukan perhitungan berdasarkan nilai akhir untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe NHT ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa SMP Negeri 1 Rum-bia Lampung Tengah Tahun Ajaran 2014-2015.
D. Data Penelitian
Data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif terdiri dari data pemahaman konsep matematis siswa yang diperoleh melalui posttest.
E. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan teknik Tes. Tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep siswa terhadap materi yang diajarkan. Tes dilakukan setelah proses pembelajaran (Posstest) meng-gunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan tujuan untuk mengetahui efetktivitas model pembelajaran tersebut ditinjau dari pemaham-an konsep siswa.
F. Instrumen Penelitian
1. Instrument Tes
Instrumen tes yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini berupa butir soal yang mengukur pemahaman konsep matematis siwa.
(52)
35
Bentuk soal yang digunakan adalah soal tertulis dengan bentuk uraian. Instrumen tes ini menuntut siswa untuk menyatakan ulang suatu konsep, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, me-ngembangkan syarat perlu dan syarat cukup, dan mengaplikasikan konsep. Penyusunan soal diawali dengan pembuatan kisi-kisi soal yang mencakup sub pokok bahasan, aspek kemampuan yang diukur, indikator pencapaian terhadap kemampuan yang diukur, serta banyak butir soal. Setelah mem-buat kisi-kisi kemudian dilanjutkan dengan menyusun soal dan kunci jawaban yang mengacu kepada pedoman penskoran. Adapun pedoman penskoran untuk tes tertulis dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.3. (Sartika, 2011: 22).
Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep
No Indikator Keterangan Skor
1. Menyatakan ulang suatu konsep
a. Tidak menjawab 0
b. Menyatakan ulang suatu konsep tetapi salah
1 c. Menyatakan ulang suatu konsep
dengan benar
2 2. Menyatakan
konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika
a. Tidak menjawab 0
b. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematika tetapi salah
1 c. Menyajikan konsep dalam bentuk
representasi matematika dengan benar 2
3. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep
a. Tidak menjawab 0
b. Mengembangkan syarat perlu atau cukup dari suatu konsep tetapi salah
1 c. Mengembangkan syarat perlu dan
syarat cukup dari suatu konsep dengan benar
2
4. Mengaplikasikan konsep
a. Tidak menjawab 0
b. Mengaplikasikan konsep tetapi tidak tepat
1 c. Mengaplikasikan konsep dengan tepat 2
(53)
36
Sebelum tes diberikan kepada siswa, dilakukan uji coba untuk mengetahui validitas butir soal dan reliabilitas soal tes,. Hal ini dilakukan agar instrumen tes yang diberikan kepada siswa telah memenuhi syarat tes yang baik.
2. Validitas
Dalam hal ini, validitas yang akan dilihat adalah validitas isi. Validitas isi dari tes untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep matematis ini dapat diketahui dengan cara membandingkan isi yang terkandung dalam tes pemecahan masalah matematis dengan indikator pembelajaran yang telah ditentukan.
Instrumen tes yang dikategorikan valid adalah butir soal yang telah dinyatakan sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang ditentukan oleh guru matematika kelas VII SMP Negeri 1 Rumbia Lampung Tengah. Hasil analisis terhadap instrumen tes yang digunakan untuk mengambil data penelitian telah memenuhi validitas isi. (Lampiran C.1)
Setelah instrumen tes yang akan digunakan dinyatakan valid, tes tersebut diujicobakan di luar kelas sampel tetapi masih dalam populasi. Uji coba dilakukan pada siswa yang telah memperoleh materi yang sama, yaitu siswa kelas VII-7. Uji coba tes ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat reliabilitas butir tes dari instrumen tes yang akan digunakan.
(54)
37
3. Reliabilitas Tes
Untuk mengukur reliabilitas instrument tes bentuk uraian digunakan rumus
Alpha-Cronbach’s sebagai berikut (Suherman, 2003: 131).
22 11 1 1 t b n n r Keterangan: 11
r : koefisien reliabilitas instrumen (tes) n : banyaknya item
2b
: jumlah varians dari tiap-tiap item tes 2
t
: varians total
Soal yang akan digunakan dalam instrumen tes untuk mengukur pemahaman konsep matematis adalah soal yang memiliki reliabilitas yang tinggi (r11> 0,70). Hasil perhitungan reliabilitas pada tes uji coba yang
telah dilakukan pada kelas VII-7, menunjukkan bahwa koefisien reliabi-litas sebesar 0,83 (r11=0,83) (Lampiran C.3) atau memiliki reliabilitas yang tinggi.
Tabel 3.4 Reliabilitas dan Validitas Butir Soal
No. Validitas Reliabilitas Kriteria Reliabilitas 1. Valid
0,83 Tinggi
2. Valid 3. Valid 4. Valid 5. Valid
Berdasarkan hasil analisis butir soal tersebut maka instrumen tes yang telah diujicobakan dapat digunakan untuk mengukur pemahaman konsep matematis siswa pada kelas eksperimen.
(55)
38
G. Analisis Data
Sebelum melakukan pengujian hipotesis maka perlu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas.
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah data nilai hasil belajar siswa pada kelas sampel berasal dari populsi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Chi-Kuadrat. Rumusan uji normalitas ini adalah sebagai berikut.
a. Hipotesis
Ho : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
b. Taraf signifikan : α = 0,05 c. Statistik uji
∑
Keterangan:
= frekuensi yang diamati = frekuensi yang diharapkan = banyaknya pengamatan d. Keputusan uji
Tolak H0 jika dengan (Sudjana, 2005: 293).
Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas data diketahui bahwa nilai
(56)
39
dari X2tabel. Berdasarkan kriteria keputusan uji dengan , hipotesis nol diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen berasal dari populasi yang datanya berdistribusi normal. Perhitungan selengkap-nya dapat dilihat pada Lampiran C.5. Setelah diketahui bahwa sampel ber-asal dari populasi yang berdistribusi normal, maka selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan rumus uji proporsi.
2. Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis bahwa presentase siswa yang memiliki pemahaman konsep dengan baik pada kelas eksprimen lebih dari 60% dari banyak siswa dilakukan uji proporsi. Berikut adalah prosedur uji proporsi menurut Sudjana (2005: 233).
a. Hipotesis
H0 :
= 0,60 (persentase siswa yang memiliki pemahaman konsep matematis dengan baik (nilai siswa serendah-rendahnya 65) sama dengan 60%)H1 :
> 0,60 (persentase siswa yang memiliki pemahaman konsep matematis dengan baik (nilai siswa serendah-rendahnya 65) lebih dari 60%)b. Taraf Signifikan : α = 0,05 c. Statistik uji :
(57)
40
Keterangan:
X : banyaknya siswa yang memiliki pemahaman konsep ma-tematis dengan baik (nilai siswa serendah-rendahnya 65)
n : banyaknya peserta tes
0 : proporsi siswa yang memiliki pemahaman konsep mate-matis dengan baik (nilai siswa serendah-rendahnya 65). d. Keputusan uji: tolak H0 jika
z
hitung ≥z
0,5. Hargaz
0,5diperoleh(58)
49
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together efektif jika ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP Negeri 1 Rumbia Lampung Tengah. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji hipotesis bahwa persentase siswa yang memiliki pemahaman konsep dengan baik (nilai siswa serendah-rendahnya 65) lebih dari 60%.
B. Saran
Berdasarkan dari hasil kesimpulan dan pembahasan, dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
1. Model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together perlu diterapkan sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran matematika untuk membantu siswa dalam pemahaman konsep matematis agar proses dan hasil pembelajaran dapat terlaksana secara optimal.
2. Bagi pembaca dan peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian lanjutan mengenai efektivitas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa hendaknya ketika membagi kelompok guru juga
(59)
mem-50 perhatikan hubungan sosial setiap siswa dalam satu kelompok agar proses diskusi dapat berjalan dengan baik.
(60)
DAFTAR PUSTAKA
Ade, Chandra Kaheppi. 2013. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Todether Ditinjau dari Pemahaman Konsep Matematis Siswa. (Skripsi). Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Afrilianto. 2012. Peningkatan Pemahaman Konsep dan Kompetensi Strategis Matematis Siswa SMP dengan Pendekatan Metaphorical Thinking. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung (Vol 1, No.2, September 2012). Bandung: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi.
Baker, Daniel Paul. 2013. The Effects of Implementing The Cooperative Learning Structure, Numbered Heads Together, in Chemistry Classes at A Rural, low Performing High School. (Thesis). Louisiana: Louisiana State University.
Depdiknas. 2006. Peraturan Pemerintah Nomor 22, 23, 24 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas
Djamarah. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah dan Zain. 2010. Strategi belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Fraenkel & Wallen. 2009. How to Design dan Evaluate Reaserch in Education.
New York: MC-Graw Hill.
Hamalik, Oemar. 2002. Perencanaan Pengajaran Matematika Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
Hasbullah. 1999. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Huda, Miftahul. 2011. Cooperatif Learning. Jakarta: Rineka Pustaka.
Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-Isu Metodis dan Pragmatis. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
(61)
Jufri, A. Wahab. 2013. Belajar dan Pembelajaran Sains. Bandung : Pustaka Reka Cipta.
Kilpatrick, Jeremy, Swafford, Jane, and Findell, Bradford. 2001. Adding It Up: Helping Children Learn Mathematics. Washington, DC: National Academy Press.
Kusuma, Ersanghono, Wijayanti, Nanik, Wibowo dan Langgeng Setyo. 2008.
Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT berbasis SAVI untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Pokok Bahasan Laju Reaksi. Dalam jurnal inovasi Pendidikan Kimia (Vol. 2, No. 1, 2008, hlm 216-223). Semarang: Jurnal Kimia FMIPA Universitas negeri Semarang.
Lie, Anita. 2004. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. . Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Mullis, Ina V.S., Martin, Michael O., Foy, Pierre, and Arora, Alka. 2012. TIMSS 2011 International Results in Mathematics. USA: TIMSS & PIRLS International Study Center.
Mulyasa, H. E. 2009. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara
Nila, Kesumawati 2008. Pemahaman Konsep Matematik dalam pembelajaran Matematika. Semnas Matematika dan Pendidikan Matematika 2008 (P-18). Sumatera Selatan: FKIP Program Studi matematika Universitas PGRI Palembang.
OECD. 2014. PISA 2012 Resulrs in Focus What 15-year-olds know and what they can do with what they knoww. Paris: OECD
Rahmatika, Annisaa. 2009. Meningkatakn Kreativitas dan Efektivitas dalam Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Konstruktivis di Kelas VIII MTS Al-MA’HAD AN-NUR Bantul. (Skripsi). Yogyakarta: UIN Kalijaga. Sartika, Dewi. 2011. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa
(Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
(62)
Suhana, cucu. 2014. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Refika Aditama.
Suherman, E. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: Jica.
Suherman, Erman, Turmudi, Suryadi, didi, Suhendra, Prabayanto, Sufyani, Nurjanah, dan Rohayati, Ade. 2003 Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Technical Cooperation Project for Development of Science and Mathematics Teaching for Primary and Secondary Education in Indonesia (IMSTEP).
Sukmayasa, I Made Hendra, dkk. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Berbantuan Senam Otak Terhadap Keaktifan dan Prestasi Belajar Mateamtika. Dalam e-Jurnal Program Paasca Sarjana Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013). Universitas Pendidikan Ganesha.
Sutikno, M. Sobry. 2007. Mengagas Pembelajaran Efektif dan Bermakna.
Mataram: NTP Pres.
Sutikno, M. Sobry. 2014. Metode dan Model Pembelajaran. Lombok: Holistica. Taniredja, Tukiran, Faridli, Efi Miftah, dan Harmianto, Sri. 2014. Model-Model
Pembelajran Inovatif dan Efektif. Bandung : Alfabeta.
Trianto. 2012. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Kencana Perdana Media Grup.
Trianto. 2014. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Wardhani, Sri. 2008. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs
untuk Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran Matematika. Depdiknas. Yogyakarta.
Widyastuti, Endah. 2013. Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Ditinjau dari Pemahaman Konsep Siswa. (Skripsi). Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Wijayanti, Erlis. 2013. Efektivitas Strategi Pembelajaran Think Talk Write Ditinjau Dari Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa (Skripsi). Lampung: Universitas Lampung.
(1)
40
Keterangan:
X : banyaknya siswa yang memiliki pemahaman konsep ma-tematis dengan baik (nilai siswa serendah-rendahnya 65) n : banyaknya peserta tes
0 : proporsi siswa yang memiliki pemahaman konsep mate-matis dengan baik (nilai siswa serendah-rendahnya 65). d. Keputusan uji: tolak H0 jika
z
hitung ≥z
0,5. Hargaz
0,5diperoleh(2)
49
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together efektif jika ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP Negeri 1 Rumbia Lampung Tengah. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji hipotesis bahwa persentase siswa yang memiliki pemahaman konsep dengan baik (nilai siswa serendah-rendahnya 65) lebih dari 60%.
B. Saran
Berdasarkan dari hasil kesimpulan dan pembahasan, dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
1. Model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together perlu diterapkan sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran matematika untuk membantu siswa dalam pemahaman konsep matematis agar proses dan hasil pembelajaran dapat terlaksana secara optimal.
2. Bagi pembaca dan peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian lanjutan mengenai efektivitas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa hendaknya ketika membagi kelompok guru juga
(3)
mem-50 perhatikan hubungan sosial setiap siswa dalam satu kelompok agar proses diskusi dapat berjalan dengan baik.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Ade, Chandra Kaheppi. 2013. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Todether Ditinjau dari Pemahaman Konsep Matematis Siswa. (Skripsi). Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Afrilianto. 2012. Peningkatan Pemahaman Konsep dan Kompetensi Strategis Matematis Siswa SMP dengan Pendekatan Metaphorical Thinking. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung (Vol 1, No.2, September 2012). Bandung: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi.
Baker, Daniel Paul. 2013. The Effects of Implementing The Cooperative Learning Structure, Numbered Heads Together, in Chemistry Classes at A Rural, low Performing High School. (Thesis). Louisiana: Louisiana State University.
Depdiknas. 2006. Peraturan Pemerintah Nomor 22, 23, 24 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas
Djamarah. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah dan Zain. 2010. Strategi belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Fraenkel & Wallen. 2009. How to Design dan Evaluate Reaserch in Education.
New York: MC-Graw Hill.
Hamalik, Oemar. 2002. Perencanaan Pengajaran Matematika Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
Hasbullah. 1999. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Huda, Miftahul. 2011. Cooperatif Learning. Jakarta: Rineka Pustaka.
Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-Isu Metodis dan Pragmatis. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
(5)
Jufri, A. Wahab. 2013. Belajar dan Pembelajaran Sains. Bandung : Pustaka Reka Cipta.
Kilpatrick, Jeremy, Swafford, Jane, and Findell, Bradford. 2001. Adding It Up: Helping Children Learn Mathematics. Washington, DC: National Academy Press.
Kusuma, Ersanghono, Wijayanti, Nanik, Wibowo dan Langgeng Setyo. 2008. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT berbasis SAVI untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Pokok Bahasan Laju Reaksi. Dalam jurnal inovasi Pendidikan Kimia (Vol. 2, No. 1, 2008, hlm 216-223). Semarang: Jurnal Kimia FMIPA Universitas negeri Semarang.
Lie, Anita. 2004. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. . Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Mullis, Ina V.S., Martin, Michael O., Foy, Pierre, and Arora, Alka. 2012. TIMSS 2011 International Results in Mathematics. USA: TIMSS & PIRLS International Study Center.
Mulyasa, H. E. 2009. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara
Nila, Kesumawati 2008. Pemahaman Konsep Matematik dalam pembelajaran Matematika. Semnas Matematika dan Pendidikan Matematika 2008 (P-18). Sumatera Selatan: FKIP Program Studi matematika Universitas PGRI Palembang.
OECD. 2014. PISA 2012 Resulrs in Focus What 15-year-olds know and what they can do with what they knoww. Paris: OECD
Rahmatika, Annisaa. 2009. Meningkatakn Kreativitas dan Efektivitas dalam Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Konstruktivis di Kelas VIII MTS Al-MA’HAD AN-NUR Bantul. (Skripsi). Yogyakarta: UIN Kalijaga. Sartika, Dewi. 2011. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
(6)
Suhana, cucu. 2014. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Refika Aditama.
Suherman, E. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: Jica.
Suherman, Erman, Turmudi, Suryadi, didi, Suhendra, Prabayanto, Sufyani, Nurjanah, dan Rohayati, Ade. 2003 Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Technical Cooperation Project for Development of Science and Mathematics Teaching for Primary and Secondary Education in Indonesia (IMSTEP).
Sukmayasa, I Made Hendra, dkk. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Berbantuan Senam Otak Terhadap Keaktifan dan Prestasi Belajar Mateamtika. Dalam e-Jurnal Program Paasca Sarjana Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013). Universitas Pendidikan Ganesha.
Sutikno, M. Sobry. 2007. Mengagas Pembelajaran Efektif dan Bermakna. Mataram: NTP Pres.
Sutikno, M. Sobry. 2014. Metode dan Model Pembelajaran. Lombok: Holistica. Taniredja, Tukiran, Faridli, Efi Miftah, dan Harmianto, Sri. 2014. Model-Model
Pembelajran Inovatif dan Efektif. Bandung : Alfabeta.
Trianto. 2012. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Kencana Perdana Media Grup.
Trianto. 2014. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Wardhani, Sri. 2008. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs
untuk Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran Matematika. Depdiknas. Yogyakarta.
Widyastuti, Endah. 2013. Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Ditinjau dari Pemahaman Konsep Siswa. (Skripsi). Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Wijayanti, Erlis. 2013. Efektivitas Strategi Pembelajaran Think Talk Write Ditinjau Dari Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa (Skripsi). Lampung: Universitas Lampung.