MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SISWA KLS V SDN 3 YOGYAKARTA KEC GADINGREJO KAB PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(1)

ABSTRAK

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

PADA SISWA KLS V SDN 3 YOGYAKARTA KEC GADINGREJO KAB PRINGSEWU

TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh

MUHAMAD SYAIFUDIN

Kemampuan siswa kelas V SDN 3 Yogyakarta Kabupaten Pringsewu dalam pembelajaran IPA masih rendah dan belum mencapai KKM yang ditentukan, yaitu 60. Hal ini terlihat pada observasi hasil nilai ulangan harian, hanya 8 orang atau 40% siswa yang tuntas. Pembelajaran masih didominasi pada guru, penyajian materi kurang menarik, model yang digunakan kurang relevan, tujuan pembelajaran hanya berorientasi pada aspek kognitif.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa mata pelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri tahun pelajaran 2012/2013, dengan subyek penelitian 20 orang, yang terdiri dari 8 orang laki-laki dan 12 orang perempuan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Aspek yang diamati pada penelitian ini adalah aktivitas dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran IPA menggunakan model Inkuiri.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran IPA menggunakan model Inkuiri dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan aktivitas siswa pada siklus I 57,85% dengan katagori baik, meningkat menjadi 77,14% dengan katagori sangat baik. Pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa 58,5 dengan persentase ketuntasan 60%. Pada siklus II nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa 65 dengan persentase ketuntasan 90%. Dari kedua siklus yang diterapkan, terjadi peningkatan hasil belajar siswa, peningkatan nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II adalah 6,5 dan dan peningkatan persentasenya adalah 32,5%.


(2)

(3)

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

PADA SISWA KLS V SDN 3 YOGYAKARTA KEC GADINGREJO KAB PRINGSEWU

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(Skrpsi)

Oleh

MUHAMAD SYAIFUDIN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(4)

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

1. Kerangka Pikir Tindakan Kelas ... 23 2. Model Tindakan Kelas Dari Kemmis dalam Wiriaatmadja, 2006: 66 .. 27


(5)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

4.1 Rata-Rata Aktivitas Belajar IPA Menggunakan Model Inkuiri

Pada Setiap Siklus ... 58 4.2 Nilai Rata-rata Hasil Belajar IPA Melalui Menggunakan Inkuiri


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR BAGAN ... xv

DAFTAR GRAFIK ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... . 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Pembelajaran Inkuiri Dan Belajar ... 7

1. Pengertian Pembelajaran ... 7

2. Pengertian Belajar ... 8

3. Aktivitas Belajar ... 10

4. Hasil Belajar ... 12

5. Pembelajaran IPA ... 12

6. Hakikat IPA ... 14

7. Pembelajaran IPA di SD ... 16

B. Model Pembelajaran Inkuiri... 19

C. Kerangka Pikir ... 23

D. Hipotesis Tindakan ... 24

BAB III METODE PENELITIAN A. Pengertian Metode Dan Penelitian ... 25

B. Seting Penelitian ... 25

1. Subyek Penelitian ... 25

2. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 26

C. Prosedur Penelitian ... 26

D. Pelaksanaan Tindakan ... 29

1. Siklus I ... 29

a. Perencanaan ... 29


(7)

c. Observasi... 30

d. Refleksi ... 30

2. Siklus II ... 30

a. Perencanaan ... 30

b. Pelaksanaan Tindakan ... 30

c. Observasi... 31

d. Refleksi ... 31

E. Analisis Data ... 34

1. Data Penelitian ... 34

F. Teknik Pengumpulan Data ... 34

1. Observasi ... 34

2. Tes ... 35

G. Teknik Analisis Data ... 35

H. Indikator Keberhasilan ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Sekolah ... 39

1. Visi Sekolah ... 40

2. Misi Sekolah ... 40

3. Tujuan Sekolah... 40

B. Hasil Penelitian … ... 41

C. Persiapan Pembelajaran ... 42

D. Deskripsi Persiklus ... 42

1. Siklus I ... 43

a. Perencanaan ... 43

b. Pelaksanaan ... 43

c. Observasi siklus I … ... 47

d. Refleksi ... 49

2. Siklus II ... 49

a. Perencanaan ... 49

b. Pelaksanaan ... 50

c. Observasi siklus II … ... 53

d. Refleksi ... 55

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 56

F. Perkembangan Aktivitas Belajar IPA Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri ... 56

G. Perkembangan Hasil Belajar IPA Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1.Izin Penelitian Dari Unila ... 65

2. Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Dari Sekolah ... 66

3. Silabus Pembelajaran ... 67

4. Pemetaan Standar Kompetensi Dan Kompetensi Dasar ... 68

5. Rpp I Siklus I ... 69

6. Rpp II Siklus I ... 70

7. Rpp I Siklus II ... 71

8. Rpp II Siklus II ... 72

9. Lembar Observasi Hasil Aktivitas Siswa Siklus I ... 73

10. Lembar Observasi Hasil Aktivitas Siswa Siklus II ... 74

11. Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 75

12. Hasil Belajar Siswa Siklus II... 76

13. Hasil Penilaian Kinerja Guru Siklus I ... 77

14. Hasil Penilaian Kinerja Guru Siklus II ... 78


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1. Data awal siswa kelas V SD 3 Yogyakata ... 4

3.1. Aspek aktivitas siswa ... 31

3.2. Nilai lembar aktivitas siswa kelas V SD 3 Yogyakata ... 32

3.3. Tolak ukur penilaian pembelajaran IPA kelas V SD 3 Yogyakata ... 32

3.4. Kualifikasi Hasil Observasi Keaktivan Siswa ... 35

3.5. Kualifikasi Hasil Observasi Ketuntasan Siswa ... 35

3.6. Kualifikasi Hasil Observasi Kinerja Guru ... 36

4.1. Jadwal Pertemuan Penelitian Mata Pelajaran IPA Kelas V ... 41

4.2. Persentase Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ... 47

4.3. Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 48

4.4. Persentase Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 48

4.5. Persentase Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ... 54

4.6. Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 55

4.7. Persentase Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 55

4.8. Persentase Aktivitas Siswa Setiap Siklus ... 57

4.9. Hasil Belajar IPA kelas V SD Negeri 3 Yogyakarta Menggunakan Pembelajaran Model Inkuiri Pada Setiap Siklus ... 59


(10)

(11)

(12)

MOTO

“pekerjaan hebat tidak dilakukan dengan

kekuatan, tapi dengan ketekunan dan

kegigihan”


(13)

PERSEMBAHAN

Puji syukur dan bahagia atas segala rahmat dan hidayah yang Allah Swt. limpahkan, saya mempersembahkan laporan PTK ini, kepada orang-orang terkasih dan tercinta sebagai berikut.

1. Orang tua dan mertua, dengan segala limpahan kasih sayang, doa, dan dorongan semangat untuk keberhasilan anaknya yang tidak mungkin terbalaskan.

2. Istri tercinta yang telah memberi motivasi dan semangat serta kebersamaan, sehingga memberikan kedamaian, ketenangan, dan keberhasilan.

3. Kedua buah hatiku, Ferry Septiana, Gunawan Saputra, yang selalu memberikan dorongan, inspirasi dan motivasi dalam mengejar cita-cita di masa yang akan datang.


(14)

RIWAYAT HIDUP

MUHAMAD SYAIFUDIN dilahirkan di desa Tulungagung Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu, Propinsi Lampung pada tanggal 06 September 1966, merupakan anak ke Lima dari pasangan Bapak Dulhadi dan Ibu Siti Salamah. Pendidikan yang telah ditempuh oleh peneliti, Sekolah Dasar diselesaikan pada tahun 1980 di MI Nurul ulum Tulung agung.

Sekolah Menengah Umum Tingkat Pertama Muhammadiyah Gadingrejo, diselesaikan pada tahun 1983, kemudian dilanjutkan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Muhammadiyah Gadingrejo, diselesaikan pada tahun 1987.

Tahun 2010 tercatat sebagai mahasiswa FKIP Unila (S-1 PGSD) dalam jabatan hingga saat ini


(15)

SANWACANA

Puji syukur kupanjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian tindakan kelas dalam Bentuk tugas akhir dengan judul “Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri pada siswa kelas V SD Negeri 3 Yogyakarta Kabupaten Pringsewu tahun pelajaran 2013/2014.

Dengan selesainya penyusunan Skripsi dalam bentuk tugas akhir ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan kemudahan-kemudahan kepada peneliti hingga terselesaikannya penyusunan penelitian tindakan kelas ini.

2. Drs. Baharudin Risyak, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang telah banyak membantu memberikan arahan dan pandangan dalam penulisan sehingga skripsi ini dapat disusun dengan baik.

3. Dr. Darsono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD yang telah banyak membantu memberikan arahan dan pandangan dalam penulisan sehingga skripsi ini dapat disusun dengan baik.

4. Dra. Cut Rochani, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan,kritik dan saran sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5. Drs. Muncarno, M.Pd. selaku Dosen Pembahas yang telah banyak membantu memberikan arahan dan pandangan dalam penulisan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.


(16)

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberikan ilmunya yang sangat bermanfaat bagi penulis.

7. Kepala Dinas Pendidikan, Kebudayaan, dan Pariwisata Kabupaten Pringsewu yang telah memberi kesempatan belajar bagi penulis di FKIP Unila.

8. Sunarto, S.Pd. selaku Kepala SD Negeri 3 Yogyakarta Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu yang telah memberi izin dan mendukung untuk dapat segera menyelesaikan studi di FKIP Unila.

9. Afandi, S.Pd. selaku teman sejawat yang telah mendukung dan membantuku baik moril maupun materil untuk dapat segera menyelesaikan skripsiku. 10. Seluruh dewan guru, Karyawan, dan Staf Tata Usaha SD Negeri 3

Yogyakarta Kecamatan Gadingrejo yang telah mendukung dan membantuku baik moril maupun materil untuk dapat segera menyelesaikan studi.

11. Rekan-rekan Mahasiawa S-1 dalam Jabatan Jurusan Pendidikan Guru sekolah dasar FKIP Unila yang telah memberikan semangat dan motivasi untuk dapat segera menyelesaikan skripsi ini.

12. Siswa-siswi kelas V SD Negeri 3 Yogyakarta Kecamatan Gadingrejo yang telah dijadikan objek penelitian.

Penulis menyadari bahwa penelitian tindakan kelas ini masih kurang sempurna. Hal ini karena adanya keterbatasan yang ada pada penulis, oleh karena itu mohon kritik dan saran dari para pembaca penulis harapkan demi kesempurnaan dan kebaikan selanjutnya.

Akhirnya semoga penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan manfaat kepada penulis khususnya dan kepada para pembaca pada umumya, serta dapat memberikan sumbangan pemikiran pada perkembangan pendidikan selanjutnya.

Bandar lampung, Juni 2014


(17)

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan dalam bidang pendidikan mendapat perhatian yang besar dari pemerintah. Hal ini wajar karena untuk mencapai salah satu tujuan Nasional sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk itu bangsa Indonesia menaruh harapan besar pada perkembangan pendidikan karena pendidikanlah yang mampu mempersiapkan warga negaranya agar siap menjadi agen pembangunan didalam masyarakat dan Negara. Hal ini terlihat dengan banyaknya dibangun sarana dan prasarana sekolah yang mendukung.

Dalam draf Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dikatakan: “Pendekatan apapun yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar sains, sudah semestinya mendudukkan siswa sebagai pusat perhatian. Peranan guru dalam menentukan pola kegiatan belajar mengajar di kelas bukan ditentukan oleh didaktik metodik “apa yang akan dipelajari” saja, melainkan juga pada bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar anak. Pengalaman belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi lingkungan melalui interaksi aktif dengan teman, lingkungan,dan nara sumber lain.” (Balitbang Kurikulum, 2001 : 11).


(19)

2

Sebelum diberlakukan kurikulum 2004, pembelajaran yang dianut oleh guru didasarkan atas asumsi bahwa pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran siswa. Oleh karena itu, para guru memfokuskan diri pada upaya penuangan pengetahuan ke dalam kepala siswa tanpa memperhatikan bahwa mereka saat memasuki kelas mempunyai bekal kemampuan dan kesiapan yang tidak sama. Metode pembelajaran yang dijalankan adalah pembelajaran satu arah dimana siswa hanya sebagai obyek pendidikan, mereka ke sekolah hanya melaksanakan prinsip 3D, Datang, Duduk, Diam sehingga keaktifan siswa sangat kurang saat proses belajar mengajar berlangsung.

Kurikulum 2004 disebut juga Kurikulum Berbasis Kompetensi. Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah sebuah konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar perfomansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu (Nurhadi, 2004 : 18).

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa kurikulum 2004 ini menekankan pada pencapaian kompetensi siswa bukan tuntasnya materi, sehingga mau tidak mau siswa dituntut aktif selama proses belajar pembelajaran karena siswa sebagai pusat pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan suatu metode pengajaran yang diharapkan dapat digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan ilmu pengetahuan untuk siswa secara efektif. Penerapan metode-metode mengajar yang bervariasi akan dapat mengurangi kejenuhan siswa dalam menerima pelajaran. Pada dasarnya, penerapan metode mengajar yang bervariasi berupaya


(20)

3

untuk meningkatkan keberhasilan siswa dalam belajar dan sekaligus sebagai salah satu indikator peningkatan kualitas pendidikan.

Pendidikan IPA adalah pendidikan yang bersifat antis saint yaitu para siswa harus

dapat dipersiapkan untuk menghadapi tiga tugas kehidupan, pertama untuk dapat hidup, kedua untuk mengembangkan kehidupan bermakna, ketiga untuk

memuliakan kehidupan (Bukhori, 2001:5).

Kenyataan yang ada pada saat ini bahwa dalam pembelajaran sering terjadi penyimpangan sehingga proses belajar mengajar menjadi tidak efektif dan efisien. Keadaan tersebut disebabkan oleh beberapa hal diantaranya: ada kecenderungan verbalisme, ketidaksiapan peserta didik, kurang minat peserta didik, kurangnya sarana dan prasarana pembelajaran.

Selain itu proses belajar mengajar tidak efektif dikarenakan, guru belum sepenuhnya menerapkan model-model pembelajaran misalnya model pembelajaran kontektual dalam proses pembelajaran, kegiatan belajar mengajar yang dilakukan kurang menarik, berlangsung monoton dan membosankan, serta interaksi yang terjadi hanya satu arah karena guru yang dominan aktif, hal ini tejadi pada siswa kelas V SD Negeri 3 Yogyakarta Kabupaten Pringsewu yang memiliki nilai IPA dibawah KKM yang ditetapkan yaitu > 60

Dari pengamatan guru selama proses pembelajaran berlangsung selama ini tampak hanya sekitar 40% siswa kelas V yang mendapat nilai > 60. Untuk lebih jelasnya nilai rata-rata siswa tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:


(21)

4

Tabel 1.1. Tabel data awal siswa kelas V SD 3 Yogyakata

No Nilai Jumlah siswa Persentase Keterangan

1 76 - 100 2 10 Tuntas

2 51 - 75 6 30 Tuntas

3 26 - 50 12 60 Belum Tuntas

4 0 - 25 - - -

Hasil belajar tersebut masih lebih rendah jika dibandingkan dengan kriteria ketuntasan belajar yang ditetapkan. Rendahnya hasil belajar tersebut diduga akibat motivasi, minat dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sangat rendah sehingga terlihat banyak siswa kurang siap dalam menerima materi pelajaran setiap pertemuan.

Beberapa upaya telah dilakukan untuk mengatasi masalah diatas, salah satunya adalah melalui model pembelajaran Inkuiri untuk meningkatkan minat siswa dalam belajar supaya dalam proses belajar mengajar tercipta suasana yang kondusif. apabila suasana yang kondusif telah tercapai maka hasil belajar siswa akan meningkat. tidak hanya hasil belajarnya saja yang meningkat tetapi juga kemampuan siswa dalam menguasai materi akan meningkat. untuk meningkatkan kemampuan siswa tidak hanya melalui model pembelajaran Inkuiri saja tetapi juga dibutuhkan guru yang professional. Guru yang professional dapat menciptakan suasana belajar yang menarik dan menyenangkan.

Dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri di kelas V SD Negeri 3 Yogyakarta diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Sehingga diperoleh hasil yang maksimal. Berdasarkan uraian diatas maka, penulis

mengadakan penelitian dengan judul “Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar

IPA Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Pada Siswa Kelas V SD Negeri 3 Yogyakarta Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014”.


(22)

5

B. Identifikasi Masalah

Seorang guru sudah berupaya mulai dari menyusun RPP, penggunaan metode dan pelaksanaan evaluasi. Kenyataan yang ada menunjukan bahwa prestasi pada mata pelajaran IPA masih di bawah maksimum.

Penyebab prestasi belajar mata pelajaran IPA rendah dikarenakan faktor-faktor Sebagai berikut:

1. Aktivitas belajar rendah dikarenakan model pembelajaran yang dilaksanakan lebih dominan pada guru, sehingga kurang memberi kesempatan pada siswa untuk diskusi saat belajar.

2. Minat belajar kurang dikarenakan pembelajaran kurang menarik.

3. Hasil belajar rendah dikarenakan kurangnya aktivitas dan minat belajar siswa. 4. Belum ditemukan strategi pembelajaran yang tepat

5. Belum ada kolaborasi antara guru dan murid 6. Metode yang digunakan bersifat konvensional

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri pada mata pelajaran IPA bagi siswa kelas V SD Negeri 3 Yogyakarta tahun pelajaran 2013/2014 ?

2. Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar siswa melalui penggunaan model pembelajaran Inkuiri pada mata pelajaran IPA bagi siswa kelas V SD Negeri 3 Yogyakarta tahun pelajaran 2013/2014 ?


(23)

6

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V SD Negeri 3 Yogyakarta dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 3 Yogyakarta dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri.

E. Manfaat Penelitian

penelitian ini diharapkan bermanfaat:

1. Bagi siswa untuk meningkatkan pemahaman konsep IPA dengan diterapkan model pembelajaran Inkuiri.

2. Bagi guru dapat memberikan tambahan pengayaan cara mengajar dengan bantuan model pembelajaran Inkuiri sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapi dengan baik.

3. Bagi sekolah dapat dijadikan sebagai bahan masukan informasi tentang salah satu alternatif cara pembelajaran IPA pada siswa dengan pemanfaatan model pembelajaran dalam mencapai tujuan intruksional.

4. Bagi peneliti dapat menambah wawasan tentang model pendekatan pembelajaran IPA di SD.


(24)

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Pembelajaran Dan Belajar

1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran mengandung makna adanya kegiatan mengajar dan belajar, di mana pihak yang mengajar adalah guru dan yang belajar adalah siswa yang berorientasi pada kegiatan mengajarkan materi yang berorientasi pada pengembangan pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa sebagai sasaran pembelajaran. Dalam proses pembelajaran akan mencakup berbagai komponen lainnya, seperti media, kurikulum, dan fasilitas pembelajaran.

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Pemahaman seorang guru terhadap pengertian pembelajaran akan sangat mempengaruhi cara guru itu mengajar.

Darsono (2002: 24-25) secara umum menjelaskan pengertian pembelajaran sebagai “suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik”.


(25)

8

yang terorganisir yang meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedural yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan.

Sedangkan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.

Dari berbagai pendapat pengertian pembelajaran di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang memungkinkan guru dapat mengajar dan siswa dapat menerima materi pelajaran yang diajarkan oleh guru secara sistematik dan saling mempengaruhi dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang diinginkan pada suatu lingkungan belajar.

2. Pengertian Belajar

Belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Individu dapat dikatakan telah mengalami proses belajar, meskipun pada dirinya hanya ada perubahan dalam kecenderungan perilaku. De Cecco & Crawford (dalam Ali, 2000: 14).

Perubahan perilaku tersebut mencakup pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap, dan sebagainya yang dapat maupun tidak dapat diamati.Perilaku yang dapat diamati disebut penampilan (behavioral performance) sedangkan yang tidak dapat

diamati disebut kecendrungan perilaku (behavioral tendency).Penampilan yang

dimaksud dapat berupa kemampuan menjelaskan, menyebutkan, dan melakukan sesuatu perbuatan.Terdapat perbedaan yang mendasar antara perilaku hasil belajar


(26)

9

dengan yang terjadi secara kebetulan.

Seseorang yang secara kebetulan dapat melakukan sesuatu, tidak dapat mengulangi perbuatan itu dengan hasil yang sama. Sedangkan seseorang dapat melakukan sesuatu karena hasil belajar dapat melakukkannya secara berulang-ulang dengan hasil yang sama.

Gagne (1977) seperti yang dikutip Miarso (2004), berpendapat bahwa belajar merupakan seperangkat proses yang bersifat internal bagi setiap pribadi (hasil) yang merupakan hasil transformasi rangsangan yang berasal dari peristiwa eksternal dilingkungan pribadi yang bersangkutan (kondisi), agar kondisi eksternal itu lebih bermakna sebaiknya diorganisasikan dalam urutan peristiwa pembelajaran (metode atau perlakuan).

Proses belajar yang berkulitas dan relevan tidak dapat terjadi dengan sendirinya, melainkan perlu direncanakan. Belajar merupakan kegiatan aktif pembelajar dalam membangun makna atau pemahaman, sehingga diperlukan dorongan kepada pebelajar dalam membangun gagasan (Depdiknas, 2002).

Oleh karena itu diperlukan penciptaan lingkungan yang mendorong prakarsa, motivasi, dan tanggung jawab pebelajar untuk belajar sepanjang hayat. Pembelajaran yang melibatkan seluruh indera akan lebih bermakna dibandingkan dengan satu indera saja (Dryden, G. dan Jeannette V, 2002: 195), hal ini akan memunculkan kreativitas untuk menyelesaikan masalah dengan cara-cara baru dan tidak terpaku pada satu cara saja.

Menurut pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar adalah kegiatan aktif pembelajar dalam membangun makna atau pemahaman, sehingga diperlukan dorongan kepada pembelajar dalam membangun gagasan tersebut.


(27)

10

3. Aktivitas Belajar

Dalam proses pembelajaran, aktivitas merupakan salah satu faktor penting,karena aktivitas merupakan proses pergerakan secara berkala, dan tidak akan tercapainya proses pembelajaran yang efektip apabila tidak adanya aktivitas. Seperti yang diungkapkan oleh Dave Meiner (dalam Iis Indraeni, 2009: 10) bahwa “belajar berdasar aktivitas berarti bergerak aktif secara fisik ketika belajar dengan memanfaatkan indera sebanyak mungkin, sehingga dapat membuat seluruh tubuh dan fikiran terlibat dalam proses belejar mengajar”

Menurut Usman (dalam Iis Indraeni, 2009: 1) mengemukakan bahwa aktivitas belajar siswa dapat digolongkan kedalam beberapa bentuk, yaitu:

1. Aktivitas visual (visual activities) meliputi membaca, menulis, melakukan eksperimen dan demontrasi.

2. Aktivitas lisan (oral activities) meliputi bercerita, membaca sajak, tanya

jawab, diskusi dan menyanyi.

3. Aktivitas mendengarkan (listening activities) meliputi mendengarkan penjelasan dari guru, mendengarkan ceramah, mendengarkan pengarahan. 4. Aktivitas gerak (motor actifities) meliputi senam, atletik, menari. 5. Aktivitas menulis (writing activities) meliputi mengarang, menulis surat, membuat makalah.

Banyak macam macam kegiatan (aktivitas belajar) yang dapat dilakukan anak anak di kelas, tidak hanya mendengarkan atau mencatat. Paul B. Diedrich (dalam Nasution, 2004: 9), membuat suatu daftar yang berisi macam macam kegiatan (aktivitas siswa), antara lain:

1. Visual activities seperti membaca, memperhatikan:gambar,demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya.

2. Oral activities seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interviu, diskusi, interupsi dan sebagainya.

3. Listeningactivities seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato dan sebagainya.


(28)

11

4. Writingactivities seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin, dan sebagainya.

5. Drawingactivities seperti menggambar, membuat grafik, peta diagram, pola, dan sebagainya.

6. Motor activities seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya. 7. Mental activities seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal,

menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya. 8. Emotional activities seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani,

tenang, gugup, dan sebagainya.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa adalah kegiatan siswa mengikuti pembelajaran dengan pikiran dan semua indera yang berhubungan dengan proses pembelajaran yang meliputi: (1) memperhatikan penjelasan guru, (2) bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru, (3) menyelesaikan masalah, (4) berdiskusi antar siswa dalam kelompok (5) menguji hipotesis, (6) menyimpulkan/ merumuskan kesimpulan, dan (7) mempresentasikan hasil diskusi atau menanggapi diskusi kelas.

4. Hasil Belajar

Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seseorang guru sebagai pengajar. Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan.Diantara keduannya itu terjadi interaksi dengan guru. Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja harus bisa mendapatkan hasil bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa adanya intervensi orang lain sebagai pengajar. Oleh karena itu hasil belajar yang


(29)

12

dimaksud disini adalah kemampuan kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima perlakukan dari pengajar (guru), seperti yang dikemukakan oleh Sudjana, hasil belajar adalah kemampuan kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004: 22).

Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam Sudjana membagi tiga macam hasil

belajar mengajar: (1). keterampilan dan kebiasaan, (2). pengetahuan dan pengarahan, serta (3). sikap dan cita-cita.

Menurut Hamalik (2006:30), hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah, dua diantaranya adalah kognitif, dan afektif. Perinciannya adalah sebagai berikut : (1) ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian, (2) ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai, ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan dan sikap yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan kognitif dalam kehidupan sehari-hari.

5. Pembelajaran IPA

Menurut Syaiful Sagala (2010: 61), pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar, merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah.


(30)

13

Mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid.

Menurut Sri Sulistyorini (2007: 8), pembelajaran IPA harus melibatkan keaktifan anak secara penuh dengan cara guru dapat merealisasikan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan pada anak didik untuk melakukan keterampilan proses meliputi: mencari, menemukan, menyimpulkan, mengkomunikasikan sendiri berbagai pengetahuan, nilai-nilai, dan pengalaman yang dibutuhkan.

Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting. Struktur kognitif anak tidak dapat dibandingkan dengan struktur kognitif ilmuwan. Anak perlu dilatih dan diberi kesempatan untuk mendapatkan keterampilan-keterampilan dan dapat berpikir serta bertindak secara ilmiah. Adapun IPA untuk anak Sekolah Dasar dalam Usman Samatowa (2006: 12) didefinisikan oleh Paolo dan Marten yaitu sebagai berikut: mengamati apa yang terjadi, mencoba apa yang diamati, mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi, dan menguji bahwa ramalan-ramalan itu benar.

Menurut pendapat beberapa para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dapat melatih dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan proses dan dapat melatih siswa untuk dapat berpikir serta bertindak secara rasional dan kritis terhadap persoalan yang bersifat ilmiah yang ada di lingkungannya sehingga siswa dapat menerapkannya dalam kehidupannya sehari-hari.


(31)

14

6. Hakikat IPA

IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangan IPA selanjutnya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta saja, tetapi juga ditandai oleh munculnya metode ilmiah yang terwujud melalui suatu rangkaian kerja ilmiah, nilai, dan sikap ilmiah (Depdiknas, 2006).

Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar dalam Garis-garis Besar Program Pendidikan (GBPP) kelas V Sekolah Dasar dinyatakan:Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains merupakan hasil kegiatanmanusia yang berupa pengetahuan, gagasan dan konsep-konsep yangterorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalamanmelalui serangkaian proses kegiatan ilmiah antara lain penyelidikan,penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan.IPA merupakan salah satu kumpulan ilmu pengetahuan yang mempelajarialam semesta, baik ilmu pengetahuan yang mempelajari alam semestayang bernyawa ataupun yang takbernyawa dengan jalan mengamatiberbagai jenis danperangkat lingkunganalam serta lingkungan alambuatan.

IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam secarasistematik untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep,prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah.Pendidikan IPA di SD bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari dirisendiri dan alam sekitar.Pendidikan IPA menekankan pada pemberianpengalaman langsung dan kegiatan praktis untuk mengembangkankompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitarsecara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu danberbuat


(32)

15

sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Depdiknas 2004:33).

Menurut pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat ipa adalah merupakan hasil kegiatanmanusia yang berupa pengetahuan, gagasan dan konsep-konsep yangterorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalamanmelalui serangkaian proses kegiatan ilmiah.

7. Pembelajaran IPA di SD

Khusus untuk pembelajaran IPA di SD hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu siswa secara alamiah. Hal ini akan membantu mereka dalam mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban atas fenomena alam berdasarkan bukti serta mengembangkan cara berfikir ilmiah. Fokus pembelajaran IPA di SD hendaknya ditunjukkan untuk memupuk minat dan pengembangan siswa terhadap dunia mereka dimana mereka tinggal.Aspek pokok dalam pembelajaran IPA adalah siswa dapat menyadari keterbatasan pengetahuan mereka, memiliki rasa ingin tahu untuk menggali berbagai pengetahuan baru dan akhirnya dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka.Bila pembelajaran IPA diarahkan dengan tujuan seperti ini, dapat diharapkan bahwa pendidikan IPA Sekolah Dasar dapat memberikan sumbangan yang nyata dalam membelajarkan IPA.

Tujuan pembelajaran ilmu pengetahuan alam telah terjadi pergeseran yaitu yang semula menekankan pada hasil belajar (produk), kemudian lebih mengutamakan pada proses (keterampilan proses). Oleh karena itu dalam pelaksanaan


(33)

16

pembelajarannya tidak hanya menekankan pada produk yang akan dihasilkan, tetapibagaimana proses pembelajaran IPA berlangsung. Untuk mengetahui bagaimana keterampilan proses IPA berlangsung, maka guru harus memperhatikan mengenai keterampilan IPA tersebut.

Keterampilan proses IPA yang dapat diterapkan untuk siswa Sekolah Dasar diantaranya adalah pengamatan (observasi), pengelompokkan (klarifikasi), pengukuran, hubungan ruang atau waktu, meramalkan (memprediksi), mengkomunikasikan, serta menarik kesimpulan. Ilmu pengetahuan alam tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan saja, tetapi terkandung hal-hal lain, seperti yang dikemukakan oleh Carin dan Evan (dalam Sudjana,2009: 93) yang menyatakan bahwa: sains mengandung empat hal, yaitu: konten atau produk, proses atau metode, sikap, serta teknologi.

Sains sebagai konten atau produk berarti bahwa dalam sains terdapat fakta-fakta, hukum-hukum, prinsip-prinsip, serta teori-teori yang sudah diterima kebenarannya. Sains sebagai proses atau metode berarti bahwa sains merupakan suatu proses atau metode untuk mendapatkan pengetahuan. Selain sains sebagai produk dan proses, sains juga merupakan sikap, artinya bahwa dalam sains terkandung sikap seperti tekun, terbuka, jujur, serta objektif. IPA sebagai teknologi mengandung arti bahwa IPA mempunyai keterkaitan dan banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu dalam pembelajaran IPA seharusnya diciptakan kondisi belajar yang kondusif yaitu siswa menjadi aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan sehingga pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa. Pembelajaran akan sangat bermakna bagi siswa jika di


(34)

17

dalamnya terjadi interaksi yang positif melalui penerapan strategi pembelajaran yang tepat. Pengelolaan kelas yang baik akan melahirkan interaksi belajar mengajar yang baik pula. Maka, proses pembelajaran harus dilakukan melalui penerapan berbagai strategi yang tepat sehingga tujuan-tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal.Untuk itu guru dituntut untuk memiliki kemampuan mengembangkan strategi pembelajaran dalam menciptakan kondisi kelas yang dapat mempengaruhi kehidupan siswa. Kemampuan guru dalam mendesain pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, guru seharusnya memiliki kemampuan dan pemahaman dalam memilih dan menerapkan desain pembelajaran yang tepat. Pembelajaran dikatakan bermakna bagi siswa, jika siswa dapat memahami dan mengerti konsep-konsep yang sedang dipelajarinya dengan melibatkan proses pengalaman atau penemuan dari pengetahuan awal siswa.

Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan dapat bertahan lama dan mudah diingat dan secara menyeluruh serta dapat meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berfikir secara bebas sehingga dapat melatih keterampilan siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah, hal ini dapat menjadikan siwa menjadi aktif dalam proses pembelajaran.

Piaget (dalam Mudjiono, 2006: 13) berpendapat bahwa: Pengetahuan dibentuk oleh individu, sebab individu melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungan dan lingkungan tersebut mengalami perubahan. Piaget mengemukakan tiga fase belajar pengetahuan yaitu fase eksplorasi, pengenalan konsep dan aplikasi konsep.Dalam fase eksplorasi, siswa mempelajari gejala dengan bimbingan. Dalam fase pengenalan konsep, siswa mengenal konsep yang ada hubungannnya dengan gejala, dalam fase aplikasi konsep, siswa menggunakan konsep untuk meneliti gejala lain lebih lanjut.


(35)

18

Selanjutnya (Muhibbin Syah, 2005: 123) mengemukakan tentang belajar pemecahan masalah yaitu: Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar dengan menggunakan metode-metode ilmiah atau berfikir secara sistematis, logis, teratur dan teliti, tujuannya ialah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas dan tuntas,untuk itu, kemampuan siswa dalam menguasai konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi sangat diperlukan.

Berdasarkan pendapat dan teori para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dapat bermakna bagi siswa jika siswa terlibat secara aktif sebagai subjek pembelajar, siswa membangun pengetahuannya berdasarkan pengalaman yang dimilikinya, serta siswa dapat memahami dan mengalami apa yang dipelajarinya dan siswa dapat menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajarinya melalui pemecahan masalah. Untuk menciptakan pembelajaran seperti itu maka harus dilaksanakan dengan pemilihan atau penggunaan model pembelajaran yang tepat.

B. Model Pembelajaran Inkuiri

Model inkuiri adalah model yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik lain. Piaget (dalam Mulyasa, 2008: 108).


(36)

19

Sementara menurut Aziz (2007: 92) memiliki defenisi lain mengenai pengertian metode inkuiri sebagaimana yang tertulis sebagai berikut: metode inkuiri adalah metode yang menempatkan dan menuntut guru untuk membantu siswa menemukan sendiri data, fakta dan informasi tersebut dari berbagai sumber agar dengan kegiatan itu dapat memberikan pengalaman kepada siswa. Pengalaman ini akan berguna dalam menghadapi dan memecahkan masalah masalah dalam kehidupannya.

Model inkuiri merupakan model pembelajaran yang penyajiannya memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Model inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama model inkuiri (Sanjaya, 2006: 194), yaitu:

(1) inkuri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya model inkuri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siwa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri, (2) seluruh aktifitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri. Dengan demikian model pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar akan tetapi sebagiai fasilitator dan motivator bagi belajar siswa, dan (3) dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.

Dengan demikian dalam model inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Peran guru dalam pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:


(37)

20

1. Motivator, memberikan rangsangan agar siswa aktif dan bergairah berpikir 2. Fasilitator, menunjukan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan 3. Penanya, menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat. 4. Administrator, bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan kelas.

5. Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapakan. 6. Manajer, mengelola sumber bejar, waktu, dan organisasi kelas.

7. Rewarder, memberi penghargaan pada prestasi yang di capai siswa Tujuan model inkuiri ( Sanjaya, 2006: 196) adalah:

1. Mengembangkan sikap, keterampilan, kepercayaan siswa dalam memecahkan masalah atau memutuskan secara tepat ( objektif ).

2. Mengembangkan kemampuan berpikir siwa agar lebih tanggap, cermat, kritis, analitis, dan logis.

3. Membina dan mengembangkan sikap ingin tahu dan ingin tahu lebih jauh. 4. Mengungkap aspek pengetahuan atau kognitif maupun sikap(afektif).

Langkah-langkah model pembelajaran inkuiri sebagaimana yang dikemukakan ( Sanjaya, 2006: 200 ) adalah sebagai berikut:

1. Orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang reponsif.pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswasiap melaksanakan proses pembelajaran, beberapa hal yang perlu dilakukan dalam tahapan orientasi adalah: (a) menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa, (b) menjelaskan pokok-pokok yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan, pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan, dan (c) menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.


(38)

21

2. Merumuskan masalah (a) merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan, beberapa masalah dapat dirumuskan sendiri oleh siswa ataupun dengan bantuan guru, (b) masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti, dan (c) konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang telah diketahui terlebih dahulu oleh siswa.

3. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan berhipotesis pada setiap siswa adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk merumuskan jawaban sementara atau dapatmerumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahanyang dikaji.

4. Mengumpulkan Data Mengmpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam Inkuiri mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual oleh sebab itu tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.

5. Menguji Hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.

6. Merumuskan Kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis untuk mencapai kesimpulan yang akuarat, sebaiknya guru mampu menunjukan pada siswa data mana yang relevan.


(39)

22

Keunggulan model inkuiri (Sanjaya, 2006: 206): model inkuiri memiliki keunggulan-keunggulan diantaranya adalah sebagai berikut:

(1) model inkuiri merupakan model pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini lebih bermakna, (2) model inkuiri dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka, (3) model inkuiri merupakan model yang sesuai dengan perkembangan psikologi pembelajaran modern yang menganggap bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman, dan (4) dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

Dari keunggulan tersebut pembelajaran inkuiri memberi banyak manfaat baik bagi siswa maupun bagi guru. Manfaat yang diperoleh Bagi siswa yakni: (1) siswa dapat berfikir secara kritis dan sistematis, (2) meningkatkan keterampilan secara ilmiah, (3) dapat mengkondisikan siswa sebagai petualang dan penemu baru, (4) siswa dapat lebih aktif dan berprestasi (5) pembelajaran menjadi terintegrasi, dan (6) belajar akan lebih terasa menyenangkan dan menantang.

Manfaat bagi guru yakni: (1) menjadi lebih kreatif, (2) terjalin kerjasama yang baik antara siswa dan guru, (3) akan sama-sama berkembang bersamaan dengan perkembangan siswa, dan (4) dapat memahami teori dan konsep secara menyeluruh.

Dari kelebihan dan manfaat itulah yang dijadikan alasan digunakannya model inkuiri dalam upaya untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran IPA.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa model inkuiri adalah model yang memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran melalui percobaan maupun eksperimen sehingga melatih siswa berkreativitas


(40)

23

dan berpikir kritis untuk menemukan sendiri suatu pengetahuan yang pada akhirnya mampu menggunakan pengetahuannya tersebut dalam memecahkan masalah yang dihadapi dengan tahapan: (1) orientasi, (2) merumuskan masalah, (3) merumuskan hipotesis (4) mengumpulkan data, (5) menguji hipotesis, dan (6) merumuskan kesimpulan.

C. Kerangka Pikir

Diagram Kerangka Pikir

Kondisi awal Guru belum

menggunak an model inkuiri

Kualitas hasil belajar rendah

Siklus 1 Menggunakan

model inkuiri dan alat Tindakan


(41)

24

D. Hipotesis tindakan

Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan pada penelitian ini,hipotesis tindakan penelitian ini adalah: Jika pembelajaran IPA pada kelas V SD Negeri 3 Yogyakarta diterapkan melalui model pembelajaran inkuiri, maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 3 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2013/2014


(42)

25

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Pengertian Metode Dan Penelitian

Metode adalah cara atau prosedur yang digunakan untuk menganalisa suatu masalah dalam penelitian (Ratna, 2004: 34). Kualitas penelitian tergantung pada metode yang digunakan oleh peneliti.

Menurut Jabrohim (2003: 01) Penelitian adalah aktivitas atau proses sistematik untuk mengatasi masalah berdasarkan data yang ada untuk membuat kesimpulan. Ini maksudnya adalah penelitian adalah cara yang digunakan dalam penelitian untuk membuat kesimpulan berdasarkan masalah.

B.Setting Penelitian

1.Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa/siswi kelas V SD Negeri 3 Yogyakarta Kecamatan Gadingrejo Tahun Pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 20 orang, terdiri dari 8 orang laki laki dan 12 orang perempuan. Dengan pertimbangan bahwa Siswa kelas V sangat memerlukan model pembelajaran Inkuiri demi meningkatkan aktivitas dan hasil belajarnya, siswa kelas V berumur rata-rata antara 10 tahun sampai 12 tahun.


(43)

26

2.Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat dan waktu penelitian sebagai berikut:

a. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 3 Yogyakarta Kecamatan, Gadingrejo Kab, Pringsewu tahun pelajaran 2013/ 2014.

b. Waktu

Penelitian ini berlangsung pada semester II (dua) yang dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan tahun pelajaran 2013/ 2014. Penelitian ini dilaksanakan sesuai jadwal yang sudah ada.

C.Prosedur penelitian

Untuk memudahkan penulis dalam melakukan penelitian, maka tindakan kelas ini dirancang dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan , pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Penyusunan tiap tahap pada tiap siklus dirancang sesuai dengan yang akan dicapai.

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan II (dua) siklus untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA pada kelas V (lima) SDN 3 Yogyakarta Kab, Pringsewu tahun pelajaran 2013/ 2014. Untuk memperjelas siklus tindakan tersebut maka dibuatlah gambar siklus I dan II yang menggunakan model tindakan dari Kemmis dalam Wiriaatmadja, 2006: 66).


(44)

27

SIKLUS 1

SIKLUS 2

Gambar 3.1 Skema Tahap Pelaksanaan Tindakan Kelas (Kemmis dalam Wiriaatmadja, 2006: 66)

Penjelasan bagan atau gambar di atas menurut Kemmis dalam Wiriaatmadja adalah:

1. Rencana tindakan

Yaitu rencana awal sebelum mengadakan penelitian terlebih dahulu membuat rencana tindakan termasuk didalamnya menyusun rancangan pembelajaran dan menyusun lembar kegiatan yang akan diberikan kepada siswa saat belajar kelompok, mempersiapkan model, merancang alat penelitian yang akan diterapkan.

2. Pelaksanaan tindakan

Tindakan ini meliputi kegiatan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil dari diterapkanya model pembelajaran Inkuiri.

ANALISIS & REFLEKSI

RENCANA TINDAKAN

OBSERVASI TINDAKAN

PERBAIKAN RENCANA TINDAKAN

PELAKSANAAN TINDAKAN OBSERVASI

ANALISIS & REFLEKSI

PELAKSANAAN TINDAKAN


(45)

28

3. Pengamatan (observasi)

Pengamatan dibagi tiga putaran yaitu putaran 1, 2, 3 dimana masing masing putaran dikenai perlakuan yang sama. Observasi dilaksanakan bersama dengan tahap pelaksanaan tindakan, baik terhadap peserta didik dan pendidik dengan menggunakan instrumen yang telah disiapkan. Observasi dilakukan secara kolaborasi dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan, pengamatan difokuskan pada proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri, yang dilakukan peserta didik dalam proses pembelajaran.

4. Refleksi

Peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat. Refleksi dilakukan terhadap kegiatan yang dilaksanakan oleh peserta didik maupun pendidik sebagai peneliti. Setelah data diperoleh dari uji coba dengan model Pembelajaran Inkuiri, maka peneliti melakukan diskusi dengan pengamat tentang data yang didapat. Diskusi meliputi keberhasilan, kegagalan, dan hambatan yang dijumpai pada saat melakukan tindakan.

5. Rekomendasi, Pada rekomendasi diharapkan observer, dalam hal ini kepala sekolah ataupun teman sejawat yang mendampingi peneliti dalam melaksanakan semua proses penelitian, memberikan masukan yang akan dapat digunakan oleh peneliti untuk dijadikan pertimbangan dalam melaksanakan siklus yang selanjutnya ataupun dalam langkah menarik kesimpulan dalam proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Dengan adanya rekomendasi ini diharapkan peneliti dapat melakukan perbaikan jika memang dalam langkah


(46)

29

awal penelitian, peneliti melakukan hal-hal yang dianggap kurang baik dan dapat meningkatkan hal yang positif yang menunjang berlangsungnya proses penelitian, sehingga dapat menghasilkan sesuatu seperti yang diharapkan oleh semua pihak baik peneliti, observer, peserta didik, dan juga sekolah.

D.Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas akan dibagi dalam dua siklus dengan kegiatan sebagai berikut:

1. Siklus 1 A.Perencanaan

1. Menentukan jadwal kegiatan penelitian

2. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar observasi, lembar evaluasi, dan lembar penilaian.

3. Membuat sekenario pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri.

4. Menyiapkan alat peraga serta sarana dan pasarana.

B.Pelaksanaan Tindakan

Tahap melakukan tindakan pada siklus ke I mengikuti sekenario pembelajaran menggunakan model Inkuiri, yaitu:

1. Apersepsi 2. Penjelasan

3. Pembagian Kelompok 4. Pengerjaan tugas 5. Evaluasi.


(47)

30

C. Observasi

Tahap observasi pada siklus I, yaitu: 1. Lembar observasi harus terlampir

2. Tes tertulis (isian dan pilihan ganda) terlampir dan tes lisan. 3. Menentukan kelebihan dan kekurangan dari tindakan I.

4. Membuat rencana perbaikan untuk tindakan atau siklus selanjutnya.

D. Refleksi

1. Tahap refleksi pada siklus I ini akan menilai dan membahas evaluasi dan observasi tindakan yang telah dilakukan.

2. Menentukan kelebihan dan kekurangan dari tindakan I.

3. Membuat rencana perbaikan untuk tindakan atau siklus selanjutnya.

2. Siklus II A.Perencanaan

1. Hasil refleksi dievaluasi, didiskusikan, dan mencari upaya perbaikan untuk diterapkan pada pembelajaran berikutnya

2. Mendata masalah dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran. 3. Merancang perbaikan II berdasarkan refleksi I

4. Tahap perencanaan pada siklus II mengikuti perencanaan siklus I ditambah hasil refleksi siklus I.

B.Pelaksanaan Tindakan

1. Melakukan analisis pemecahan masalah

2. Melaksanakan tindakan perbaikan II dengan memaksimalkan penerapan model pembelajaran Inkuiri.


(48)

31

3. Tahap melakukan tindakan pada siklus II mengikuti tahap melakukan tindakan siklus I ditambah hasil refleksi siklus I.

C.Observasi

1. Melakukan pengamatan terhadap penerapan model pembelajaran Inkuiri. 2. Mencatat perubahan yang terjadi.

3. Melakukan diskusi membahas masalah yang dihadapi saat pembelajaran dan memberikan balikan.

4. Tahap pengamatan (observasi) pada siklus II mengikuti tahap pengamatan siklus I ditambah hasil refleksi siklus I.

D.Refleksi

1. Merefleksi proses pembelajaran interaktif.

2. Merefleksi hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran Inkuiri 3. Menganalisis temuan dan hasil akhir penelitian.

4. Rekomendasi

5. Tahap refleksi pada siklus ke II ini akan ditemukan kelebihan dan kekurangan.

Dari tahap kegiatan pada siklus I dan II hasil yang diharapkan adalah:

1. Siswa memiliki kemampuan dan kreativitas serta selalu aktif terlibat dalam proses pembelajaran IPA.

2. Guru memiliki kemampuan merancang dan menerapkan model pembelajaran Inkuiri pada pembelajaran IPA.


(49)

32

Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti di dalam mengumpulkan data. Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variable yang diteliti (Sugiyono, 2013). Instrumen yang digunakan adalah tes prestasi belajar IPA siswa. Tes prestasi belajar yang digunakan pada saat pre-test dan pos-test adalah sama. Skor minimal dari masing-masing butir tes prestasi belajaradalah 0 (nol) dan skor maksimalnya adalah 4. Prosedur pengembangan tes prestasi belajar, yaitu: (1) mengidentifikasi standard kompetensi, (2) menidentifikasi kompetensi dasar, (3) merumuskan indikator pembelajaran yang harus dicapai berdasarkan kompetensi dasar, (4)menyususn secara terpadu kisi-kisi tes prestasi belajar, (5) menentukan kriteria penilaian, (6) penulisan butir-butir tes, (7) uji ahli, (8) uji lapangan, (9) analisis hasil uji lapangan, (10) revisis butir-butir tes, (11) finalisasi instrument.Tes prestasi belajar yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa tes pilihan ganda diperluas. Penggunaan tes pilihan ganda diperluas menuntut siswa berpikir tentang alasan mengapa memilih jawaban benar (Santyasa, 2006). Jumlah butir soal yang digunakan adalah 20 butir dari 30 butir soal yang diuji cobakan. Kriteria penilaian tes prestasi belajar tipe pilihan ganda diperluas menggunakan rubrik dengan rentangan skor 0-4 yang disajikan pada lembar aktivitas, hal yang dinilai dalam penelitian ini adalah: Hasil belajar IPA dalam proses diskusi, aktivitas siswa dan aktivitas guu.

Aspek aktivitas siswa meliputi: pehatian, kerjasama dalam diskusi, menghargai pendapat teman dan kecakapan siswa.


(50)

33

Tabel 3.1. Aspek aktivitas siswa No Nama siswa Aktivitas siswa

dalam kelompok

Partisipasi Motivasi Interaksi siswa Interaksi siswa dengan guu 1 2 3 4 5

Tabel 3.2. Nilai lembar aktivitas siswa kelas V SD 3 Yogyakata

No Aspek Kriteria Skor

1 Aktivitas Kelompok

-Aktif 4

-Kadang kadang aktif 3

-Kurang aktif 2

-Tidak aktif 1

2 Partisipasi Siswa

-Aktif 4

-Kadang kadang aktif 3

-Kurang aktif 2

-Tidak aktif 1

3 Motifasi dan semangat

-Perhatian 4

-Kadang kadang perhatian 3

-Kurang perhatian 2

-Tidak perhatian 1

4 Interaksi siswa dengan siswa

-Cukup 4

-Kadang kadang cukup 3

-Kurang cukup 2

-Tidak cukup 1

5 Interaksi siswa dengan guru

-Cukup 4

-Kadang kadang cukup 3

-Kurang cukup 2

-Tidak cukup 1

Soal tes/penilaian

Soal tes tertulis berbentuk isian atau essay dengan jumlah soal sebanyak 10 butir, siswa menjawab pertanyaan sesuai dengan materi pembelajaran yang telah dilaksanakan.


(51)

34

Tabel 3.3. Tolak ukur penilaian pembelajaran IPA kelas V SD 3 Yogyakata

No Nilai Tingkat kemampuan

1 76 - 100 Baik sekali

2 56 - 75 Baik

3 26 - 50 Cukup baik

4 0 - 25 Kurang baik

E. Analisis data 1.Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:

a. Data aktifitas belajar siswa yang diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa selama berlangsungnya pembelajaran, dan hasil catatan lapangan mengenai ha-hal yang tidak terekam melalui lembar observasi. b. Data hasil belajar siswa yang diperoleh dari nilai tes yang dilaksanakan setiap

akhir siklus.

F. Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan melalui observasi, catatan lapangan, dan tes. 1. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan belajar dan aktivitas siswa selama penelitian sebagai upaya untuk mengetahui kesesuaian perencanaan tindakan dengan tindakan. Data diperoleh dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dengan menggunakan tanda "". lembar observasi digunakan untuk mengamati aktivitas belajar siswa yang meliputi:

1. Memperhatikan penjelasan guru


(52)

35

3. Menyelesaikan masalah/ menemukan jawaban masalah 4. Berdiskusi antar siswa dalam kelompok

5. Menguji hipotesis

6. Menyimpulkan/ merumuskan kesimpulan. 7. Mempersentasikan hasil diskusi atau menanggapi diskusi kelas.

2. Tes

Tes yang diberikan adalah tes awal dan tes pada setiap akhir siklus. tes awal dilakukan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan siswa terhadap konsep yang telah dikuasai oleh siswa. hasilnya akan digunakan untuk menentukan keanggotaan kelompok. tes tiap akhir siklus dilakukaan untuk menentukan poin peningkatan individu yang rnenentukan status suatu kelompok dalam pemberian penghargaan. tes ini juga dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dari setiap siklusnya.

G. Teknik Analisis Data

Data yang telah diperoleh pada setiap tahapan tindakan penelitian dianalisis dengan menggunakan data kualitatif dan data kuantitatif analisis data dilakukan oleh peneliti sejak awal pada setiap aspek penelitian. data yang dianalisis adalah data aktivitas dan hasil belajar siswa. untuk menganalisis data siswa yang aktif setiap pertemuan dilakukan perhitungan sebagai berikut:

a. Menghitung persentase siswa aktif dengan rumus : NA = x 100%


(53)

36

Keterangan :

NA = Persentase aktivitas siswa JS = Jumlah siswa yang aktif SM = Jumlah siswa hadir 100% = Bilangan tetap

Sumber: Adaptasi dari Aqip (dalam Haryani,2013:23)

Ukuran keaktifan pembelajaran menggunakan model inkuiri dilihat dari kategori penilaian instrumen tersebut, kategori yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4. Kualifikasi Hasil Observasi Keaktivan Siswa No Nilai Aktivitas (NA)

yang diperoleh

Kualifikasi 1 76% ≤ NA≤ 100% Sangat Aktif 2 51% ≤ NA < 75% Aktif 3 26% ≤ NA< 50% Cukup Aktif 4 0% ≤ NA< 25% Kurang Aktif

Sumber: (Prayitno, 2010: 49)

b. Menghitung persentase siswa tuntas belajar pada setiap siklus dengan rumus : NA= x 100%

Keterangan :

NA = Persentase ketuntasan belajar pada siklus ke i

JS = Jumlah siswa yang memperoleh nilai >65 pada siklus ke i SM = Jumlah seluruh siswa

100% = Bilangan tetap


(54)

37

Ukuran ketuntasan siswa dalam pembelajaran menggunakan model inkuiri dilihat dari kategori penilaian instrumen tersebut, kategori yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5. Kualifikasi Hasil Observasi Ketuntasan Siswa No Nilai Ketuntasan(NK)

yang diperoleh

Kualifikasi 1 60% ≤ NA≤ 100% Tuntas 2 0% ≤ NA < 59% Belum Tuntas

Sumber: (Prayitno, 2010: 49)

c. Menghitung persentase kinerja guru pada setiap siklus dengan rumus : NA= x 100%

Keterangan :

NA = Persentase skor perolehan pada siklus ke i JS = Jumlah skor perolehan pada siklus ke i SM = Jumlah seluruh skor

100% = Bilangan tetap

Sumber: Adaptasi dari Aqip (dalam Haryani,2013:23)

Ukuran kinerja guru dalam pembelajaran menggunakan model inkuiri dilihat dari kategori penilaian instrumen tersebut, kategori yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Tabel 3.6. Kualifikasi Hasil Observasi Kinerja Guru No Nilai Kinerja(NK)

yang diperoleh

Kualifikasi

1 80≤ NA≤ 100 Sangat Baik

2 66≤ NA < 79 Baik

3 56≤ NA≤ 65 Cukup

4 40≤ NA < 55 Rendah

5 0≤ NA≤ 39 Sangat Rendah


(55)

38

H. Indikator Keberhasilan

Kriteria keberhasilan didasarkan kepada pencapaian peserta didik untuk membangun kemampuan dan pengetahuan difasilitasi guru. Sehingga dengan mata pelajaran IPA, siswa dapat mempelajari dan memahami lebih mendalam tentang diri sendiri dan alam sekitar, serta mampu mengembangkan lebih lanjut dengan menerapkan di dalam kehidupan sehari-hari secara ilmiah. Selain itu juga diharapkan siswa mempunyai pengalaman belajar yang cukup bermanfaat untuk diri dan lingkungannya. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini secara umum yaitu:

1. Persentase jumlah siswa yang aktif mencapai > 75% .


(56)

61

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri:

1. Aktivitas siswa dari siklus ke siklus: pada siklus I aktivitas siswa sebesar 57,85% dengan katagori aktif, pada siklus II aktivitas siswa sebesar 77,14% dengan katagori sangat aktif, sehingga aktivitas siswa dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri meningkat dari siklus I ke siklus II sebesar 19,29%.

2. Hasil belajar siswa dari siklus ke siklus: nilai rata-rata siswa pada siklus I sebesar 58,5 dengan katagori kurang baik, pada siklus II nilai rata-rata siswa sebesar 65 dengan katagori cukup baik, sehingga nilai rata-rata siswa dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri meningkat dari siklus I ke siklus II sebesar 32,5%.


(57)

62

B. Saran

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I dan siklus II maka sasaran untuk penelitian selanjutnya adalah:

1. Bagi Siswa:

a. Siswa hendaknya melibatkan diri pada setiap kegiatan pembelajaran (percobaan) dalam model inkuiri secara optimal, agar tidak merasa jenuh dalam pembelajaran serta dapat dengan cepat memahami pembelajaran. b. Siswa hendaknya benar-benar memahami dalam melaksanakan pembelajaran,

bukan menghafal materi.

c. Siswa hendaknya bersemangat ketika akan dilaksanakan pembelajaran kooperatif, karena akan mendapatkan pengetahuan baru dalam menemukan cara yang efektif dalam belajar terutama pada mata pelajaran IPA.

2. Bagi Guru:

a. Guru hendaknya menggunakan model dan metode yang bervariasi pada setiap pembelajaran, misalnya dengan model pembelajaran inkuiri.

b. Guru perlu mempersiapkan alat dan bahan (media) terlebih dahulu sebeum melaksanakan percobaan.

a. Guru lebih kreatif dalam memanfaatkan alat dan bahan yang mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Di dalam pelaksanaan pembelajaran, guru hendaknya lebih mengoptimalkan peran dan tugasnya sebagai fasilitator dan motovator dalam pembelajaran.


(58)

63

2. Bagi Sekolah

Sekolah harus menyediakan sarana dan prasarana, misalnya alat peraga dalam kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini diterapkan pada materi gaya magnet dan untuk keperluan penelitian berikutnya direkomendasikan untuk pokok bahasan pada mata pelajaran lainya.


(59)

64

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz. 2007 Metode dan Model-Model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial.

Bandung: Alfabeta.

Ali, H.M. 2000. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Cetakan ke-10. Bandung: PT Sinar Baru Algensindo.

Balitbang Kurikulum.2001. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Rajawali Press.

Buchori. 2001. Pendidikan Atis Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Kanisius.

Darsono, Max, dkk. 2002. ”Belajar dan Pembelajaran”. Semarang : CV. IKIP Semarang Press.

Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur, Balitbang Depdiknas.

PP Th. 2003. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Depdiknas, (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan IPA SD. Jakarta : Puskur, Balitbang Depdiknas.

Dryden, G. dan Jeannette V. 2002. Revolusi Cara Belajar (The Learning Revolution): Belajar Akan Efektif Kalau Anda Dalam Keadaan “Fun”

Bagian I: Keajaiban Pikiran. Penerjemah: Ahmad Baiquni. Bandung: Kaifa

Hamalik,Oemar,(2006),Proses Belajar Mengajar ,Jakarta Bumi Aksara.

Iis Indraeni, 2009: 1. Aktifitas Belajar. http://id.pdfsb. com/ aktivitas +dalam (17/04/2014).

I Wayan Santyasa. 2006. Pembelajaran Inovatif: Model Kolaboratif, Basis Proyek, dan Orientasi NOS. Makalah Semnas. SMA 2 Semara Pura. Kunandar. 2007. Pembelajaran Berbasis Inkuiri. Bandung: Rineka Cipta.

Miarso, Yusufhadi, 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta: Prenada Media dan Pustekkom Diknas.


(60)

65

Mulyasa. 2008. Standar kompetensi dan sertifikasi guru. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Nurhadi, 2004, Kurikulum 2004, (Pertanyaan dan Jawaban), Penerbit PT. Grasindo Jakarta,

Sanjaya,W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi standar Proses. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

…….., 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group

Sri Sulistyorini. 2007. Pembelajaran IPA Sekolah Dasar. Semarang: Tiara Wacana.

Syaiful Sagala. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Usman Samatowa. 2006. Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar.

Jakarta: DepDikNas.


(1)

H. Indikator Keberhasilan

Kriteria keberhasilan didasarkan kepada pencapaian peserta didik untuk membangun kemampuan dan pengetahuan difasilitasi guru. Sehingga dengan mata pelajaran IPA, siswa dapat mempelajari dan memahami lebih mendalam tentang diri sendiri dan alam sekitar, serta mampu mengembangkan lebih lanjut dengan menerapkan di dalam kehidupan sehari-hari secara ilmiah. Selain itu juga diharapkan siswa mempunyai pengalaman belajar yang cukup bermanfaat untuk diri dan lingkungannya. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini secara umum yaitu:

1. Persentase jumlah siswa yang aktif mencapai > 75% .


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri:

1. Aktivitas siswa dari siklus ke siklus: pada siklus I aktivitas siswa sebesar 57,85% dengan katagori aktif, pada siklus II aktivitas siswa sebesar 77,14% dengan katagori sangat aktif, sehingga aktivitas siswa dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri meningkat dari siklus I ke siklus II sebesar 19,29%.

2. Hasil belajar siswa dari siklus ke siklus: nilai rata-rata siswa pada siklus I sebesar 58,5 dengan katagori kurang baik, pada siklus II nilai rata-rata siswa sebesar 65 dengan katagori cukup baik, sehingga nilai rata-rata siswa dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri meningkat dari siklus I ke siklus II sebesar 32,5%.


(3)

B. Saran

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I dan siklus II maka sasaran untuk penelitian selanjutnya adalah:

1. Bagi Siswa:

a. Siswa hendaknya melibatkan diri pada setiap kegiatan pembelajaran (percobaan) dalam model inkuiri secara optimal, agar tidak merasa jenuh dalam pembelajaran serta dapat dengan cepat memahami pembelajaran. b. Siswa hendaknya benar-benar memahami dalam melaksanakan pembelajaran,

bukan menghafal materi.

c. Siswa hendaknya bersemangat ketika akan dilaksanakan pembelajaran kooperatif, karena akan mendapatkan pengetahuan baru dalam menemukan cara yang efektif dalam belajar terutama pada mata pelajaran IPA.

2. Bagi Guru:

a. Guru hendaknya menggunakan model dan metode yang bervariasi pada setiap pembelajaran, misalnya dengan model pembelajaran inkuiri.

b. Guru perlu mempersiapkan alat dan bahan (media) terlebih dahulu sebeum melaksanakan percobaan.

a. Guru lebih kreatif dalam memanfaatkan alat dan bahan yang mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Di dalam pelaksanaan pembelajaran, guru hendaknya lebih mengoptimalkan peran dan tugasnya sebagai fasilitator dan motovator dalam pembelajaran.


(4)

2. Bagi Sekolah

Sekolah harus menyediakan sarana dan prasarana, misalnya alat peraga dalam kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini diterapkan pada materi gaya magnet dan untuk keperluan penelitian berikutnya direkomendasikan untuk pokok bahasan pada mata pelajaran lainya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz. 2007 Metode dan Model-Model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Alfabeta.

Ali, H.M. 2000. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Cetakan ke-10. Bandung: PT Sinar Baru Algensindo.

Balitbang Kurikulum.2001. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Rajawali Press.

Buchori. 2001. Pendidikan Atis Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Kanisius. Darsono, Max, dkk. 2002. ”Belajar dan Pembelajaran”. Semarang : CV. IKIP

Semarang Press.

Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur, Balitbang Depdiknas.

PP Th. 2003. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Depdiknas, (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan IPA SD. Jakarta : Puskur, Balitbang Depdiknas.

Dryden, G. dan Jeannette V. 2002. Revolusi Cara Belajar (The Learning Revolution): Belajar Akan Efektif Kalau Anda Dalam Keadaan “Fun” Bagian I: Keajaiban Pikiran. Penerjemah: Ahmad Baiquni. Bandung: Kaifa Hamalik,Oemar,(2006),Proses Belajar Mengajar ,Jakarta Bumi Aksara.

Iis Indraeni, 2009: 1. Aktifitas Belajar. http://id.pdfsb. com/ aktivitas +dalam (17/04/2014).

I Wayan Santyasa. 2006. Pembelajaran Inovatif: Model Kolaboratif, Basis Proyek, dan Orientasi NOS. Makalah Semnas. SMA 2 Semara Pura. Kunandar. 2007. Pembelajaran Berbasis Inkuiri. Bandung: Rineka Cipta.

Miarso, Yusufhadi, 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta: Prenada Media dan Pustekkom Diknas.


(6)

Mulyasa. 2008. Standar kompetensi dan sertifikasi guru. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Nurhadi, 2004, Kurikulum 2004, (Pertanyaan dan Jawaban), Penerbit PT. Grasindo Jakarta,

Sanjaya,W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi standar Proses. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

…….., 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Sri Sulistyorini. 2007. Pembelajaran IPA Sekolah Dasar. Semarang: Tiara Wacana.

Syaiful Sagala. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Usman Samatowa. 2006. Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar.

Jakarta: DepDikNas.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA REALIA PADA SISWA KELAS V SDN 7 WONODADI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN

2 16 63

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS V SDN 3 PAREREJO KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU

0 9 38

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STAD BAGI SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 MATARAM KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 7 46

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 YOGYAKARTA KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN AJARAN 2012 / 2013

0 2 57

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS V SDN 2 SUMBEREJO BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 12 42

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONTRASI PADA SISWA KELAS V SDN 3 BULUKARTO KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 2012/2013

0 12 39

MENINGKATKAN AKTIVITAS HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI PADA MATA PELAJARAN IPA SDN 1 PENIANGAN KEC. MARGA SEKAMPUNG

0 7 52

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN 1 PRINGSEWU UTARA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 27 82

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SISWA KLS V SDN 3 YOGYAKARTA KEC GADINGREJO KAB PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 10 60

PERUBAHAN SIKAP BELAJAR DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STAD PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 2 WONOSARI KEC AMATAN GADINGREJO KABABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELA J ARAN 2013/2014

0 8 75