eliciting stimulation. Karena menimbulkan respon–respon yang relatif tetap. Responden respon ini juga mencakup perilaku emosional.
2 Operan respon atau instrumental respon, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.
Perangsang ini disebut reinforcing stimulationrain forcer, karena memperkuat respon.
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa yang di maksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat di
amati langsung, maupun yang tidak bias di amati oleh pihak luar.
a. Jenis perilaku
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka menurut Soekidjo Notoatmojo 2007:134 perilaku dapat dibedakan menjadi dua
1 Perilaku Tertutup Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau
tertutup. Respon atau reaksi stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, penegtahuan, kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang
menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2 Perilaku Terbuka Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
Seperti telah disebutkan di atas, sebagian besar perilaku manusia adalah operan respon. Untuk membentuk jenis respon atau perilaku perlu di ciptakan
adanya suatu kondisi tertentu yang di sebut operan conditioning. Prosedur pembebntukan perilaku dalam operan conditioning ini menurut Skinner dalam
buku. Soekidjo Notoatmojo 2007:135, adalah sebagai berikut.
a Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau reinforcer berupa hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan di bentuk.
b Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk perilaku yang di khendaki. Kemudian komponen tersebut di
19
susun dalam urutan yang tepat untuk menuju pada terbentuknya perilaku yang dimaksud.
c Menggunakan secara urut komponen–komponen itu sebagai tujuan sementara, mengidentifikasi reinforce atau hadiah untuk masing-masing
komponen tersebut. d Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen
yang telah tersusun. Apabila komponen pertama telah dilakukan, maka hadiahnya di berikan. Hal ini akan mengakibatkan komponnen atau perilaku
tersebut cenderung akan sering dilakukan, kalau ini sudah terbentuk maka dilakukan komponen perilaku yang kedua yang kemudian di beri hadiah
komponen pertama tidak memerlukan hadiah lagi. Demikan berulang– ulang sampai komponen kedua terbentuk. Setelah itu dilanjutkan dengan
komponen ketiga, kempat, dan selanjutnya sampai seluruh perilaku yang di harapkan terbentuk.
c . Domain Perilaku
Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme orang, namun dalam
memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang bersangkutan. Hal ini berarti meskipun stimulusnya sama bagi
beberapa orang, namun respon tiap–tiap orang berbeda. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda di sebut diterminan
perilaku.Menurut Soekidjo Notoatmojo 2007:139. Determinan perilaku ini dapat di bedakan menjadi dua.
1 Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya: tingkat
kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya. 2 Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik
sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.
Dari uraian di atas dapat di rumuskan bahwa perilaku merupakan totalitas penghayatan dan aktifitas seseorang, yang merupakan hasil bersama
atau resultante antara berbagai faktor, baik faktor internal atau faktor eksternal. Dengan perkataan lain perilaku manusia sangatlah kompleks, dan mempunyai
20
bentangan yang sangat luas. Perilaku manusia itu dibagi pada tiga domain ranah atau kawasan yaitu, kognitif, afektif, psikomotor. Benyamin Bloom
1908 yang dikutif dari Soekidjo Notoatmojo 2007: 139. Dari semua definisi di atas tentang pengetahuan, sikap, dan perilaku dalam
hal ini terhadap dopping, dimana ketiganya salaing mempengaruhi hal itu dapat dilihat dalam dua pendekatan. Pertama, teori perilaku beralasan mengatakan
bahwa seseorang akan melakukan suatu perbuatan apabila ia memandang perbuatan itu positif dan ia percaya bahwa orang lain ingin ia melakukannya.
Kedua, teori perilaku terencana menyatakan pengetahuan berpengaruh pada sikap terhadap perilaku tertentu, pada norma-norma subjektif, dan pada kontrol
perilaku yang dihayati. Sikap terhadap suatu perilaku di pengaruhi oleh keyakinan yang ia ketahui bahwa perilaku tersebut akan membawa kepada hasil
yang dinginkan atau tidak diinginkan.
5. Hakikat Doping a. Pengertian Doping