Sejarah Doping Sejarah doping menurut Januar Arifin, 2011: 219 doping sebenarnya
                                                                                pisiotrapis   atau   tukang   pijet   untuk   mempertinggi   mental   mereka  atau penampilan fisik secara fisiologis atau  untuk mengobati, penyakit  ringan  atau
luka ketika  secara medis tidak tepat dalam menggunakan tujuannya di dalam kompetisi.  Termasuk   menggunakan   menyuntik   mengatur   atau   membuat   zat
utama dalam   pencegahan atau selama di dalam kompetisi ketepatan-ketepatan ini   juga   di   ikuti   juga   di   pakai   untuk  kompetisi   di   luar  anabolik   steroid  dan
hormon  maupun efek zat serupa yang di hasilkan. Bahr Roald dkk, 2005:112.
3 Prof. Santosa yang di kenal sebagi bapak ilmu faal Indonesia, didalam
bukunya.   Santosa   Giriwijoyo      Didik   Zafar   Sidik,   2012:348, mendefinisikan doping dari penyesuaian zaman namun pada prinsipnya
sama.
 Pada
tahun 1963, para pakar mendefinisikan doping adalah penggunaan zat- zat dalam bentuk apapun yang asing bagi tubuh atau zat yang fisiologis
dalam   jumlah   yang   tidak   wajar   dan   dengan   jalan   tidak   wajar   juga,   oleh seseorang yang sehat dengan tujuan untuk mendapatkan suatu peningkatan
kemampuan   buatan   secara   tidak   jujur.   Macam   usaha   psikologi   untuk meningkatkan   kemampuan   dalam   olahraga   juga   harus   dianggap   suatu
dopping.
 Karena dirasakan sukar untuk membedakan penggunaan doping dan suatu
pengobatan dengan menggunakan obat-obat stimulansia, maka di tambahkan pula hal-hal baru dalam definisi tersebut: yaitu bila karena suatu pengobatan
terjadi   kenaikan  suatu  kemampuan  fisik   karena   khasiat   atau  karena   dosis yang berlebihan, maka pengobatan tersebut dianggap suatu doping.
 Pada   kongres   ilmiah   olahraga   internasional   di   Tokyo   pada   tahun   1988,
definisi doping di ubah lagi menjadi: pemberian atau penggunaan suatu zat asing dalam jumlah yang tidak wajar dan diberikan melalui cara yang tidak
wajar dengan maksud khusus, yaitu meningkatkan prestasi secara buatan dan cara ini tidak dibenarkan dalam pertandingan.
                