Seiring dengan bergulirnya waktu, perkembangan DNA sebagai suatu penemuan besar tidak lagi terbatas hanya sekedar sebagai sebuah pita informasi,
akan tetapi pada saat ini telah jauh berkembang dengan sangat pesat. Penemuan- penemuan dari generasi kegenerasi semakin melengkapi dan memberikan manfaat
baru. Beberapa hal baru yang menggunakan teknik DNA antara lain menyelidiki seorang pelaku tindak kriminal berdasar kecocokan sampel DNA yang ditemukan
ditempat terjadinya suatu tindak kejahatan. Teknik ini terutama sangat membantu dalam masalah pembuktian tindak pidana yang berupa kekerasan seperti
pembunuhan, penganiayaan, perkosaan dan tindak pidana lainnya.
3. Pengertian Tindak Pidana
Tindak Pidana atau dalam bahasa Belanda, strafbaar feit, yang sebenarnya merupakan istilah resmi dalam Strafwetboek atau Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana,yang sekarang berlaku di Indonesia. Ada istilah dalam bahasa lain yaitu delict. Tindak pidana berarti suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenai
hukuman pidana. Dan, pelaku ini dapat dikatakan merupakan “subjek” tindak pidana.
29
Beberapa sarjana mengemukakan pandangannya mengenai pengertiantindak pidana sebagai berikut:Menurut Hazewinkel-Suringa tindak
pidana adalah sebagai suatu perilaku manusia yang pada suatu saat tertentu telah ditolak di dalam suatu pergaulan hidup tertentu dan dianggap sebagai perilaku
yang harusditiadakan oleh hukum pidana dengan menggunakan sarana-sarana
29
Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, Cet. 2, Refika Aditama, Bandung, 2008, h. 59.
Universitas Sumatera Utara
yang bersifat memaksa yang terdapat
didalamnya.
30
Menurut Pompe, tindak pidana ialah suatu pelanggaran norma gangguan terhadap tertib hukum yang dengan sengaja maupun tidak dengan sengaja telah
dilakukan oleh seorang pelaku, dimana penjatuhan hukuman terhadap pelaku tersebut adalah perlu demi terpeliharanya tertib hukum dan
terjaminnyakepentingan-umum.
31
Menurut Simons tindak pidana ialah suatu tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun dengan tidak sengaja olehseseorang
yang dapat dipertanggung-jawabkan atas tindakannya dan yang oleh Undang- Undang telah dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat dihukum.
32
30
P.A.F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Cet. 3, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, h. 181.
31
Ibid, h. 182.
32
Ibid, h. 185.
Syarat-syarat pokok dari sesuatu delik itu adalah : a. Dipenuhinya semua unsur dari delik seperti yang terdapat dalam
rumusan delik; b. Dapat dipertanggungjawabkannya si pelaku atas perbuatannya;
c. Tindakan dari pelaku tersebut haruslah dilakukan dengan sengaja ataupun tidak dengan sengaja dan
d. Pelaku tersebut dapat dihukum. Para pembentuk Kitab Undang-Undang Hukum Pidana kita yang berusaha
untuk menemukan suatu pembagian yang lebih tepat mengenai jenis-jenis tindakan melawan hukum,semula telah membuat suatu pembagian ke dalam apa
yang mereka sebut rechtsdelicten dan apa yang mereka sebut wetsdelicten.
Universitas Sumatera Utara
Sesuai dengan penjelasannya di dalam Memorie van Toelichting,pembagian di atas itu telah didasarkan pada sebuah asas yang
berbunyi: a. Merupakan suatu kenyataan bahwa memang terdapat sejumlah
tindakan-tindakan yang mengandung suatu “onrecht” hingga orang pada umumnya memandang bahwa pelaku-pelakunya itu memang
pantas untuk dihukum,walaupun tindakan-tindakan tersebut oleh pembentuk undang-undang telah tidak dinyatakan sebagai tindakan-
tindakan yang terlarang di dalam undang-undang. b. Terdapat sejumlah tindakan-tindakan ,dimana orang pada umumnya
baru mengetahui sifatnya dari tindakan-tindakan tersebut sebagai tindakan-tindakan yang bersifat melawan hukum hingga pelakunya
dapat dihukum,yaitu setelah tindakan-tindakan tersebut dinyatakan sebagai tindakan-tindakan yang terlarang di dalam undang-undang.
33
33
Ibid, h. 181.
3. Alat-alat Bukti yang sah dalam Hukum Pidana di Indonesia.