Instrumen Penelitian METODE PENELITIAN
Gambar 9. Alat musik Bass Dokumentasi : Veni, 2016
2. Musik Kesenian Campak
Berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara dengan Bapak Ibnu Hajar 13 April 2016, kesenian Campak merupakan kesenian
tradisional yang berkembang di Pangkalpinang. Kesenian ini merupakan kesenian yang unik dan tidak dapat ditemukan di daerah lain. Kesenian
Campak merupakan salah satu kesenian melayu yang berkembang di Pangkalpinang. Campak adalah salah satu permainan, dimana tarian dan
pantun diiringi dengan musik khas, kesenian Campak berfungsi sebagai musik penyambut tamu dan musik hiburan. Selain itu, Pak Ibnu
menjelaskan sejarah kesenian Campak yang diuraikan sebagai berikut: “Campak duluk ni la ade pas abad 17 tapi baru kek di maenken
taon 1925, jaman luk dek tau siape mawek seni campak ni sege campak ni la turun temuron, ku ni g nerus dari pak mak kami luk e,
pun sekarang ni ku nerusin bai keseninan campak dari pak mak yang luk e.”
kesenian campak ini sudah ada sejak abad 17 masehi hanya saja masyarakat di Bangka Belitung memainkannya pada tahun 1925,
dimana siapa atau pembawa awal dari musik ini sudah tidak diketahui lagi karena sudah lama dan sudah dibawa turun temurun
sehingga sebagai salah satu penerus kesenian tradisional campak, beliau hanya mengikuti dan meneruskan kesenian ini dari orang
tua yang sudah ada sebelumnya.
Sejak dulu, musik Campak sering dikenal sebagai musik pergaulan karena dilakukan selama musim padi di uma ladangkebun, pesta
kampung atau pada saat terang bulan purnama. Masyarakat Bangka Belitung yang berada di Pangkalpinang, menanam padi di hutan bukan di
sawah seperti pada umumnya. Hal ini dikarenakan keadaan alam desa tersebut masih sangat alami dan masih memiliki banyak hutan, oleh karena
itu masyarakat memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia dengan menanam padi di hutan sehingga, biasanya dalam setiap pembukaan lahan
baru untuk bertani dibutuhkan kerjasama antara warga di dusun. Pak Ibnu juga menjelaskan yang diuraikan sebagai berikut:
“nanem padi jaman luk ya lama dari pada nanem padi di sawa, dulu ya urang-urang gati bebantu-bantu pun nek muka lahan baru.
Biase e pun muet lahan ni sekitar bulan maret, sude ya sekitar bulan juli sampai agustus biase urang-urang luk ya ngebakar
lahan ya. Pun la selesai mersih baru kek mulai nanem padi. luk ya, biase e ude nanem urang-urang ya beuolok-ulok kek pantun biak
ngilang leteh e.” kegiatan dalam menanam padi di hutan membutuhkan waktu yang
lama dibandingkan dengan menanam padi di sawah. Kesenian Campak ini ada berawal dari kegiatan gotong royong warga
muda-mudi Bangka saat berladang, mereka bergotong royong saat membuka lahan baru untuk pertanian memerlukan pembersihan
hutan biasanya melakukan kegiatan dalam membakar lahan, pembakaran lahan selesai barulah lahan yang telah bersih
ditanami padi, setelah menanam padi sambil menunggu panen padi, muda-mudi ini bersenda gurau dengan bernyanyi
menggunakan pantun, sehingga terciptalah suasana yang menyenangkan, kebiasaan seperti ini sering dilakukan muda - mudi
saat bekerja diladang untuk menghilangkan rasa lelah.
Kemudian, kebiasaan masyarakat Bangka Belitung yang sering menggunakan pantun telah diwariskan turun temurun sehingga waktu itu