La laaa la laaa Lala laaa laaa
La laaa la laaa laaaa La laaa la laaaa
Lala laaa laaa La laaa la laaa laaa
La laa la la laaaa La la la laaa laaa
La la la laaa laaa la laaa La la la la laaaaa
Ampek dari ampek dari sungailiat Ampek dari ampek dari sungailiat
Urang di kebun adek gi nyai sahang Urang di kebun adek gi nyari sahang
B. Pembahasan
1. Struktur Musik Kesenian Campak
Musik pengiring pada kesenian Campak ialah musik melayu yang berbentuk Stophic form satu bagian dengan bentuk A a, x.
Pantun dan musik mengiringi jalannya pertunjukkan kesenian Campak. Bentuk musik yang sangatlah monoton dengan banyaknya
pengulangan - pengulangan pada musiknya membuat ciri khas pada kesenian Campak. Phrase yang terdapat pada musik campak terdapat
pharase anteseden tanya pada birama 1-4 dan phrase konsekwen jawaban pada birama 5-8, berikut contoh phrase anteseden dan
phrase konsekwen pada kesenian Campak :
Phrase Anteseden tanya
Gambar 10. Phrase anteseden Dokumentasi: Veni, 2016
Phrase kosekwen jawab
G
Gambar 11. Phrase konsekwen Dokumentasi: Veni, 2016
selain itu tempo yang terdapat pada musik campak yaitu tempo moderato dengan sukat 44 dengan bentuk motif m, m1, n,
n1. Berikut contoh motif pada musik pengiring Campak :
Gambar 12. Bentuk motif Dokumentasi: Veni, 2016
2. Peran tiap Alat Musik dalam Kesenian Campak
Dalam kesenian Campak alat musik berperan penting sebagai pengiring kesenian tersebut. Setiap alat musik mempuanyai peran dan
fungsi masing-masing, seperti sebagai pengatur tempo, melodi, dan ritme dalam suatu pertujukan kesenian Campak. Kesenian daerah
yang bersifat turun-temurun menjadikan kesenian tersebut tidak mempunyai transkripsi atau penotasian yang tertulis. Hal ini terjadi
pula pada kesenian Campak di Sanggar Warisan Budaya Desa Kampak Pangkalpinang Bangka Belitung.
Pada zaman yang semakin maju, masyarakat di desa Kampak masih kesulitan untuk mempelajari kesenian tradisional yang ada di
daerah tersebut. Terutama bagi generasi muda yang mulai meninggalkan kesenian tersebut, agar kesenian Campak mudah untuk
di pelajari sehingga masyarakat akan lebih tertarik untuk memainkan kesenian tersebut, maka diperlukan transkrip notasi. Transkrip notasi
yang di gunakan notasi balok. Berikut transkrip notasi dan peran masing-masing alat musik:
a. Acordion
Dalam kesenian Campak pola ritme yang digunakan tidak banyak terdapat variasi, dan banyak pengulangan - pengulangan
musiknya. Melodi utama pada pada kesenian Campak ini terdapat
pada alat musik Acordion. Dalam partitur acordion dibawah ini bisa dilihat pada birama 1-4 adalah melodi lagu pantun berbentuk
melodi A. Iringan pada kesenian ini tidak mempunyai banyak bentuk hanya satu bentuk yaitu A, pada melodi berikutnya
pengulangan bentuk dari melodi A menjadi a’ x dikarenakan pada birama 5-8 melodi pada acordion berubah dan iringannya
akan terus di ulang-ulang hingga selesai. Setiap pergantian bait pantun acordion selalu berperan memberi filler pada iringan
musik Campak.
Gambar 13. Melodi utama Acordion Dokumentasi: Veni, 2016
b. Kendang
Kendang dalam iringan musik Campak digunakan pada saat memulai lagu dan penutup lagu, kendang akan masuk pada
ketukan keempat, selain itu kendang juga berfungsi sebagai pengtur tempo dan irama lagu. Namun kendang tidak banyak
memiliki variasi, karena pola irama pada kendang dimainkan secara berulang-ulang sampai pantun selesai, kendang menjadi
kendali utama jalannya lagu, dan setiap pergantian bait pantun kendang selalu memberi fill in untuk setiap pergantian pantun
selanjutnya dan iringan musiknya kembali lagi seperti awal.
Gambar 14. Pola pada alat musik kendang Dokumentasi: Veni, 2016
c. Tawak-tawak gong
Alat musik gong digunakan untuk mengatur tempo dan ritmik utama dalam permainan musik Campak. Pola irma gong
terus berjalan, gong mulai masuk pada ketukan ketiga. Setelah itu gong terus berjalan mengiringi sampai musik selesai.
Gambar 15. Pola pada alat musik gong Dokumentasi: Veni, 2016
d. Simbal
Simbal merupakan alat musik tambahan dalam musik iringan Campak, simbal berfungsi untuk meramikan suasana
pada musik Campak, seperti halnya pada alat musik gong, simbal
mulai pada
masuk pada ketukan ketiga, setiap pergantian pantun terdapat fill in pada simbal.
Gambar 16. Pola pada alat musik simbal Dokumentasi: Veni, 2016
e. Tamborin
Dalam kesenian Campak ditambahkan alat musik tamborin berfungsi sebagai penambah rancak atau memberi
ramai pada suasana. Tamborin dimainkan oleh satu orang dengan kedua tangan. Tamborin akan mulai dimainkan pada
birama ke tiga, selain itu tamborin selalu memberi fill in pada setiap pergantian bait pantun.
Gambar 17. Pola pada alat musik tamborin Dokumentasi: Veni, 2016
f. Bass
Pada alat musik ini, bass akan mulai dimainkan pada ketukan ketiga. Bass juga disebut sebagai bass berjalan, karena
dari awal musik sampai selesai musik pada bass selalu dimaninkan, bass juga mengiringgi melodi utama pada acordion,
alat musik bass ini juga merupakan alat musik tambahan pada kesenian Campak.
Gambar 18. Pola pada alat musik bass Dokumentasi: Veni, 2016
3. Hubungan antara Pantun dengan Musik yang dimainkan
Syair pada kesenian Campak merupakan Pantun yang dinyanyikan, sedangkan pola ritme yang digunakan tidak banyak
terdapat variasi, dan banyak pengulangan - pengulangan musiknya. Melodi utama pada pada kesenian Campak ini terdapat pada alat
musik Acordionbiola. Iringan pada kesenian ini tidak mempunyai banyak bentuk, hanya satu bentuk iringannya akan terus di ulang-
ulang hingga selesai. Setiap pergantian bait pantun acordion selalu berperan memberi filler pada iringan musik Campak.
Dari hasil data penelitian, dapat disimpulkan bahwa Pantun
syair berhubungan dengan musik yang mengiringi. Musik
pengiring pada kesenian Campak pada dasarnya memiliki pola ritme yang di ulang-ulang, tetapi alat musik acordionbiola memberi filler
sebelum pantun dimulai. Acordion memberi filler sesuai dengan pantun yang akan dinyanyikan, maka dari itu hubungan pantun
dengan musik begitu erat yaitu sebagai penanda kapan dimulai dan pantun apa yang akan nyanyikan.
51
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa, musik pengiring pada kesenian Campak di Desa
Kampak adalah musik melayu yang berbentuk Stophic form satu bagian dengan bentuk A a, x. Pantun dan musik mengiringi jalannya pertunjukkan
kesenian Campak. Bentuk musik yang monoton dengan banyak pengulangan - pengulangan pada musiknya, yang membuat ciri khas pada kesenian
Campak. Phrase yang terdapat pada musik campak terdapat pharase anteseden tanya dan phrase konsekwen jawaban, selain itu tempo yang
terdapat pada musik campak yaitu tempo moderato dengan birama 44 Bentuk motif m, m1, n, n1 membuat ciri khas pada kesenian Campak.
Musik iringan pada kesenian Campak dari dulu hingga sekarang tidak mengalami perubahan pola permainan musiknya, Permainan musik Campak
dimulai dengan memainkan semua alat musik secara bersamaan, seperti, gendang, gong, tamborin, dan simbal, setelah itu barulah para pemantun
mulai mendendangkan melagukan pantun yang akan dibawakan, setiap pergantian bait pantun, acordion selalu memberi filler pada iringan musik,
sebagai tanda perubahan pantun.
55
B. Saran
1. Pemerintah kota yang berhubungan dengan bidang kebudayaan dan pariwisata kota Pangkalpinang Bangka Belitung disarankan berperan
aktif dalam pengembangan dan pelesatarian kesenian daerah, terutama membantu dalam pengadaan perangkat alat musik daerah yang
dibutuhkan oleh para seniman baik secara perorangan maupun sanggar. 2. Pemerintah kota Bidang kebudayaan daerah Pangkalpinang disarankan
memiliki program pelatihan-pelatihan bagi para seniman daerah dalam rangka meningkatkan sumber daya seniman daerah dan bila
memungkinkan menyediakan tempat latihan. 3. Pemerintah kota Pangkalpinang mengadakan lomba kesenian daerah
dalam kurun waktu tertentu, dimana diharapkan timbulnya persaingan yang lebih maju sehingga seniman atau sanggar-sanggar merasa diakui,
dihargai, dan diperhatikan. 4. Pemerintah kota disarankan untuk memberikan dukungan maksimal
dalam upaya mempertahankan, mengembangkan, dan melestarikan kesenian Campak di Pangkalpinang Bangka Belitung agar tidak punah.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rani, Supratman. 2006. Intisari Sastra Indonesia. Bandung : Pustaka Setia. Alisjahbana, ST. 1978. Kalah dan menang: Fajar Menyingsing di Bawah Mega
Mendung Patahnya Padang Samurai. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat.
Banoe, Ponoe. 1988. Pengantar Pengetahuan Alat Musik. Jakarta : CV. Baru.
. 2003. Kamus Musik. Yogyakarta: Kanisius Djohan, 2009. Psikologi Musik. Yogyakarta : Penerbit Best Publisher.
Hermansyah, J Waluyo. 2006. Pengkajian dan Apresiasi Porsa Fiksi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Hidayatulloh, Mufti Ali. 2010.Analisis Semiotik Kesenian Tradisional“Ebeg” Purbo laras Desa Jipang Kecamatan Karangwedes kabupaten Banyumas
Purwokerto :Universitas Soedirman. Skripsi. Jamalus. 1998. Pengajaran musik melalui pengalaman musik. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Jazuli, M. 1994. Telaah Teoritis Seni Tari. Semarang: IKIP Press
Kayam, Umar. 2001. Seni, Tradisional Masyarakat. Jakarta : Sinar Harapan. Kodijat, Latifah. 2004. Istilah-istilah musik. Jakarta: Djambatan
Kodiran dkk. 2000. Wujud, Arti, dan Fungsi Puncak-Puncak Kebudayaan lama dan asing Bagi Masyarakat pendukungnya di DIY.Yogyakarta: Depdikbud DIY.
53
Langer, Susan K. 1997. Problem seni terjemahan Widaryanto. Bandung: Asti Masduki. 2004. Menjadi Broadcaster profesional. Yogyakarta : pustaka populer.
LKIS Yogyakarta. Meri, La. 1986. Dances Composition, The basic Elementsterjemahan Soedarsono
Yogyakarta: Lagaligo. Moleong, Lexy J. 1998. Metedologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT . Remaja
Rosdakarya. _____________.2007. Metodologi Kualitatif Bandung : Remaja Rosdakarya.
Nana Sudjana. 2010. Dasar-dasar Proses Belajar. Sinar Baru Bandung Nasruddin Ghouse, Moh. 1989. Muzik Tradisi Melayu Pantun Melayu Redaksi
Balai Pustaka 2005. Pustaka - cet 15. Jakarta. Balai Pustaka. Nursisto. 2004. Ikhtisar Kesastraan Indonesia.
Prier, K. E. 1996. Sejarah Musik Jilid 1. Yogyakarta : Pusat Musik Liturgi. . 2009. Kamus Musik. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi
Raco, J. R. 2010. Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik, dan keunggulan Jakarta : PT Grasindo.
Sedyawati, Edi. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukkan. Yogyakarta: Seri Esni no.4 Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : CV ALFABETA.
_____________. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : CV ALFABETA.
Simanungkalit, N. 2008. Teknik Vokal Paduan Suara. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Soedarsono. 1992. Pengantar Apresiasi Seni. Jakarta : Balai Pustaka. . 1977. Tari - tarian Indonesia I. Jakarta : Proyek Pengembangan Media
Kebudayaan. Direktorat Jendral Kebudayaan. Departemen Pariwisata dan Kebudayaan.
_____________. 1978. Pengantar Pengetahuan dan Komposisi Tari. Yoyakarta: Akademi Seni Tari Indonesia.
Soeharto, M. 1992. Kamus Musik. Jakarta: Gramedia Suharto, Ben. 1987. Pengantar Tari Gambyong melalui Pendekatan Berlapis
Ganda. Medan : Kertas Kerja dalam Temu wicara Etnomusikologi III.
Sunarto. 2008. Estetika. Semarang : Univeritas Negeri Semarang. Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek. Prestasi
Pustaka Publisher. Surabaya Syafiq, M. 2003. Ensiklopedia Musik Klasik. Yogyakarta: Adicita
Wicaksono, Herwin Y. 2013. Ilmu Bentuk Analisis Musik Dasar. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Seni Musik FBS UNY
Widaryanto . 2004. Pengetahuan Tari. Surakarta: Isi Press Solo. Widyosiswoyo, S. 2004. Ilmu Budaya Dasar. Bogor: Ghalia Indonesia.
Wijaya, Putu, 2001. Putu Wijaya Sang Teroris Mental dan Pertanggung Jawaban Proses. Kreatifnya jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
Foto 1. Pada saat latihan Dokumentasi, Veni April 2016
Foto 2. Pada saat pak Ibnu memberi arahan kepada penari Dokumentasi, Veni April 2016