Penilaian Kinerja Performance Assessment

kriteria penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati oleh gurupenilai. Akan tetapi jika tidak dapat diamati maka peserta didik tidak mendapatk skor. Menurut Muslich 2008:98-99, dalam praktiknya, penilaian kinerja dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu a penilaian kinerja dalam bentuk observasi informal, b penilaian kinerja dalam bentuk formal, c penilaian kinerja dalam bentuk keterbandingan. 1. Penialain kinerja dalam bentuk observasi informal merupakan kegiatan perekaman keadaan kelas dari hari ke hari secara berkesinambungan. Untuk meningkatkan kualitas informasi, perlu memerhatikan dua strategi, yaitu observasi terfokus dan pencatatan observasi secara efisisen. Obeservasi kelas informal ini harus terfokus pada peristiwa yang bermakna, terkait dengan tuntutan kompetensi dalam kurikulum. Misalnya perilaku siswa yang menyimpang, gambaranbukti nyata tentang tingkat keterpahaman siswa atau ketidakpahaman siswa tentang kompetensi tertentu, dan bukti nyata berkaitan dengan kompetensi spesifik dari kurikulum. 2. Penilaian kinerja dalam bentuk formal merupakan kegiatan perekaman yang dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan tertentu siswa. Penilaian ini merupakan penilaian yang direncanakan untuk mengobservasi siswa yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan tertentu yang direncanakan. Guru memilih konteks tertentu dan metode yang digunakan, yang umumnya dapat digunakan untuk menentukan tingkat pencapaian kompetensi yang berkaitan dengan kinerja siswa. Penilaian kinerja jenis ini dilakukan dengan langkah-langkah: strategi perencanaan, penentuan keputusan, dan pelaporan kinerja siswa, misalnya dalam hal: a rating kemampuan individual dalam menyelesaikan masalah secara kolaboratif, b kinerja individual dalam perannya pada kerja kelompok, c rating analitik kinerja musik, d kinerja keseluruhan dalam kemampuan berbicara, e rating analitik kemampuan bermain drama. Penilaian kinerja pun bisa dilakukan oleh siswa sendiri melalui penilaian diri. Hasil penilaian diri oleh siswa bisa digunakan guru untuk menentukan rentang sikap siswa atas suatu aktivitas. 3. Penilaian kinerja keterbandingan merupakan penilaian kinerja yang menyangkut hal-hal: a kesesuaiannya dengan kurikulum, b keadilan, c keumuman, d standar, e reliable. Pernyataan tersebut sejalan dengan pernyataan Airasian, Popham, dan Stiggins dalam Brualdi, 1998:1 berikut ini. Ada dua jenis kegiatan penilaian berbasis kinerja guru yang dapat diterapkan di kelas: informal dan formal Airasian, 1991; Popham, 1995; Stiggins, 1994. Ketika seorang siswa sedang dinilai secara formal, siswa tidak mengetahui bahwa penilaian sedang berlangsung. Penilaian kinerja formal ini dilakuakan sepanjang waktu. Contohnya, penilaian terhadap bagaimana siswa berinteraksi dengan siswa lainnya Stiggins, 1994. Guru juga dapat menggunakan penilaian informal untuk menilai perilaku atau kebiasaan khas dari siswa. Seorang siswa yang sedang dinilai secara informal tahu bahwa guru sedang mengevaluasinya. Ketika penilaian kinerja dalam bentuk informla ini dilakukan, guru bisa saja memberikan tugas kepada siswa untuk menyelesaikan sebuah proyek tertentu. Sehingga, guru dapat mengamati siswa saat melakukan tugas-tugas tertentu atau mengevaluasi kualitas produk yang mereka buat. Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa Performance Assessment sebaiknya digunakan dalam pembelajaran karena memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut Reynolds, dkk., dalam Andayani dan Mardapi, 2012:2-3. 1. Dapat mengukur outcome pembelajaran yang tidak dapat diukur oleh tipe asesmen yang lain. 2. Penggunaan performance assessment konsisten dengan teori pembelajaran modern. 3. Memungkinkan untuk menghasilkan pembelajaran yang lebih baik. 4. Membuat pembelajaran lebih bermakna dan memotivasi siswa. 5. Memungkinkan menilai proses sebaik menilai hasil. 6. Memperluas pendekatan kepada tipe asesmen yang lain. Sependapat dengan Reynolds, dkk., Sivakumaran, dkk. 2011:57 dalam Jurnalnya yang berjudul “Impact of Performance Assessment on P-12 Learners ” menyebutkan beberapa keunggulan Performance Assessment sebagai berikut: 1. Dapat meningkatkan nilai kinerja dan produk penilaian untuk menunjukkan aktivitas belajar siswa pada pemecahan masalah, berpikir tingkat tinggi, dan keterampilan penalaran dunia nyata. 2. Penilaian kinerja dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk menunjukkan prestasi mereka selama proses pembelajaran.

C. Aktivitas Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya Slameto, 2003:2. Sementara itu menurut Sardiman 2004:21, pada prinsipnya belajar adalah berubah. Dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha merubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga terbentuk percakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri. Aktivitas merupakan prinsip yang penting dalam kegiatan pembelajaran. Tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas, karena pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku menjadi suatu bentuk kegiatanperbuatan. Hal ini juga diungkapkan oleh Sardiman 2004:99 yang menyatakan bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Pada kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu berkait, contohnya, seorang sedang membaca, secara fisik kelihatannya membaca tetapi mungkin pikiran dan sikap mentalnya tidak tertuju pada buku yang dibacanya. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Rohani dalam Dewi, 2010:12-13 menyatakan bahwa aktivitas belajar selalu berhubungan dengan dua jenis kegiatan, pertama aktivitas fisik ialah peserta didik giat aktif dengan badannya, dan kedua aktivitas mental psikiskejiwaan ialah jika daya jiwanya bekerja seperti: mengingat, merumuskan masalah, menganalisis, dan mengambil keputusan. Dierich dalam Hamalik, 2004:172-173 menyebutkan aktivitas belajar dibagi ke dalam delapan kelompok, yaitu sebagai berikut: 1. Kegiatan-kegiatan visual, yaitu membaca, melihat gambar-gambar, mengamati, eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain. 2. Kegiatan-kegiatan lisan oral, yaitu mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi dan interupsi. 3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan, yaitu mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan, atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, atau mendengarkan radio. 4. Kegiatan-kegiatan menulis, yaitu menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan copy, membuat outline atau rangkuman, dan mengerjakan tes, serta mengisi angket. 5. Kegiatan-kegiatan menggambar, yaitu menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta, dan pola. 6. Kegiatan-kegiatan metrik, yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, serta menari dan berkebun. 7. Kegiatan-kegiatan mental, yaitu merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisa faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan. 8. Kegiatan-kegiatan emosional, yaitu minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain.

D. Hasil Belajar

Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan Hamalik, 2004:27. Lebih lanjut Hamalik 2001:103 menyatakan bahwa hasil belajar merupakan salah satu hal yang penting dalam pembelajaran, karena dengan hasil belajar guru akan mengetahui sejauh mana siswa mengasai pembelajaran. Guru perlu mengenal hasil belajar dan kemajuan belajar siswa. Hal-hal yang perlu diketahui antara lain: penguasaan pelajaran serta keterampilan belajar dan bekerja. Pengenalan hal-hal tersebut penting bagi guru karena dapat membantu atau mendiagnosis kesulitan belajar siswa, dapat memperkirakan hasil dan kemajuan belajar selanjutnya pada kelas berikutnya, walaupun hasil-hasil tersebut dapat berbeda dan bervariasi sehubungan dengan keadaan motivasi, kematangan, dan penyesuaian sosial. Menurut Purwanto 2008:91-93 bahwa secara umum, jenis hasil belajar atau taksonomi tujuan pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu 1 ranah kognitif; 2 ranah psikomotor; dan 3 ranah afektif. Secara rinci, uraian masing-masing ranah tersebut ialah: 1. Ranah kognitif, yakni tujuan pendidikan yang sifatnya menambah pengetahuan atau hasil belajar yang berupa pengetahuan. 2. Ranah psikomotor, yakni hasil belajar atau tujuan yang berhubungan dengan keterampilan atau keaktifan fisik motor skills. 3. Ranah afektif, yakni hasil belajar atau kemampuan yang berhubungan dengan sikap atau afektif. Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental otak, yang meliputi kemampuan menghafal, kemampuan berpikir, kemampuan memahami, kemampuan menerapkan, kemampuan menganalisis, kemampuan mensintesis dan kemampuan mengevaluasi Depdiknas, 2003:1. Kemampuan yang penting pada ranah kognitif adalah kemampuan menerapkan konsep- konsep untuk memunculkan masalah yang dihadapi. Berikut ini struktur dari Dimensi Proses Kognitif menurut taksonomi yang telah direvisi oleh Anderson dan Krathwohl 2001:67-68, antara lain: 1. Remember mengingat, yaitu mendapatkan kembali pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang. Terdiri dari Recognizing mengenali dan Recalling memanggilmengingat kembali. 2. Understand memahami, yaitu menentukan makna dari pesan dalam pelajaran-pelajaran meliputi oral, tertulis, ataupun grafik. Terdiri atas Interpreting menginterpretasi, Exemplifying mencontohkan, Classifying mengklasifikasi, Summarizing merangkum, Inferring menyimpulkan, Comparing membandingkan, dan Explaining menjelaskan. 3. Apply menerapkan, yaitu mengambil atau menggunakan suatu prosedur tertentu bergantung situasi yang dihadapi. Terdiri dari Executing mengeksekusi dan Implementing mengimplementasi. 4. Analyze menganalisis, yaitu memecah-mecah materi hingga ke bagian yang lebih kecil dan mendeteksi bagian apa yang berhubungan satu sama lain menuju satu struktur atau maksud tertentu. Mencakup Differentianting