Terdapat beberapa pola manajemen laba yang dilakukan oleh manajer, antara lain :
a. Taking A Bath, sering disebut big bath dan
dilakukan agar laba pada periode berikutnya menjadi lebih tinggi dari yang seharusnya. Hal ini
dimungkinkan karena manajemen menghapus beberapa aktiva dan membebankan perkiraan-
perkiraan mendatang pada periode sekarang. b.
Income increasing, dilakukan agar laba pada periode sekarang menjadi lebih tinggi dari yang
seharusnya. c.
Income decreasing, dilakukan agar laba periode sekarang lebih rendah dari yang seharusnya.
d. Income Smoothing perataan laba, merupakan
bagian dari manajemen laba yang merupakan kegiatan
perusahaan untuk
melakukan perubahan atau merekayasa laba secara smooth
atau lembut.
2.2 Pengembangan Hipotesis
2.2.1 Likuiditas dan Agresivitas Pajak
Perusahaan dengan rasio likuiditas yang tinggi menunjukkan tingginya kemampuan perusahaan
dalam memenuhi utang jangka pendek. Hal ini menunjukkan keuangan perusahaan dalam kondisi
yang sehat dan tidak memiliki masalah mengenai arus kas. Dengan kondisi keuangan dan arus kas
yang baik
maka perusahaan
akan mampu
menanggung biaya-biaya yang muncul seperti pajak. Perusahaan tidak enggan untuk membayar pajak
sesuai dengan aturan perpajakan yang berlaku dan tidak perlu bersikap agresif terhadap pajak.
Penelitian yang dilakukan oleh Bradley 1994 dan Siahaan 2005 memberikan bukti bahwa
perusahaan yang mengalami kesulitan likuiditas kemungkinan tidak akan mematuhi peraturan
perpajakan dan cenderung melakukan penghindaran pajak. Tindakan ini dilakukan oleh perusahaan
untuk mengurangi pengeluaran atas pajak dan memanfaatkan penghematan yang dilakukan untuk
mempertahankan arus kas. Oleh karena itu, perusahaan yang memiliki rasio likuiditas rendah
akan cenderung memiliki tingkat agresivitas pajak perusahaan yang tinggi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bradley 1994 serta Siahaan 2005 dan uraian
hubungan likuiditas dengan agresivitas pajak, kemudian dirumuskan hipotesis pertama sebagai
berikut :
H
1
: Likuiditas memberikan pengaruh negatif dan signifikan terhadap tindakan agresivitas pajak
perusahaan.
2.2.2 Leverage dan Agresivitas Pajak
Perusahaan dimungkinkan
menggunakan utang untuk memenuhi kebutuhan operasional dan
investasi perusahaan. Akan tetapi, utang akan menimbulkan beban tetap fixed rate of return bagi
perusahaan yang disebut dengan bunga. Pasal 6 ayat 1 huruf a UU Nomor 36 tahun 2008
menyebutkan bahwa bunga sebagai bagian dari biaya usaha yang dapat dikurangkan sebagai biaya
tax deductible dalam proses penghitungan Pajak Penghasilan PPh badan. Semakin besar utang
perusahaan maka beban pajak akan menjadi lebih kecil karena bertambahnya unsur biaya usaha dan
pengurangan tersebut
sangat berarti
bagi perusahaan yang terkena pajak tinggi. Oleh karena
itu makin tinggi tarif bunga akan makin besar keuntungan
yang diperoleh
perusahaan dari
penggunaan utang tersebut. Manfaat yang ditimbulkan dari penghematan
pajak akibat adanya bunga membawa implikasi meningkatnya
penggunaan utang
perusahaan.
Penelitian Ozkan 2001 memberikan bukti bahwa perusahaan yang memiliki kewajiban pajak tinggi
akan memilih untuk berutang agar mengurangi pajak. Dengan sengajanya perusahaan berutang
untuk mengurangi beban pajak maka dapat disebutkan bahwa perusahaan tersebut agresif
terhadap pajak. Berdasarkan uraian hubungan leverage dan
agresivitas pajak, maka dirumuskan hipotesis kedua sebagai berikut :
H
2
: Leverage memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap tindakan agresivitas pajak
perusahaan.
2.2.3 Komisaris Independen dan Agresivitas Pajak