Analisis Fungsi dan Makna Kata Doumo dalam Komik Gokusen Karya Kozueko Morimoto

(1)

ANAL

KOM

KOZU

Skripsi Suma Pembimbin Adriana Ha NIP: 1962

LISIS FUN

MIK “

GO

UEKO MO

MANG

ini diajukan atera UtaraM ng I asibuan., SS 0727 1987 0

U

NGSI DA

OKUSEN

ORIMOT

GA NI OK

n kepada Pa Medan untu

dalamBi

S, M.Hum 03 2 005

DEPARTE FAKUL UNIVERSIT

AN MAKN

”KARYA

TO NO SA

KERU

DO

BUNSE

SKRIP

anitia Ujian uk melengka idang Ilmu EMEN SAS LTAS ILM TAS SUMA MEDA 2012

NA KATA

A

KOZUE

AKUHIN

OUMO

N

EKI

PSI

n Fakultas Il api salah sat Sastra Jepan Pembimbi Siti Muha NIP: 1961 STRA JEPA MU BUDAY ATERA UT N

A

DOUMO

EKO MOR

GOKUS

NO IMINO

lmu Budaya tu syarat uji ng

ng II

arami Malay 1 0628 2006

ANG YA

TARA

O

DALAM

RIMOTO

SEN TO IU

O

a Universita ian sarjana

yu., SS, M.H 6 04 2 001

M

U

as


(2)

Disetujui oleh:

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan

Program Studi S-1 Sastra Jepang Ketua Program Studi

Drs.Eman Kusdiyana, M.Hum NIP : 19600919 1988 03 1 001 Medan, Oktober 2012 Universitas Sumatera Utara


(3)

PENGESAHAN Diterima oleh:

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Sastra dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang pada Fakultas Ilmu Budaya.

Pada : Tanggal : Pukul :

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Dekan

Dr. Syahron Lubis, M.A, NIP : 195110131 1976 03 1 001

Panitia Ujian No. Nama Tanda Tangan

1. ( )

2. ( )

3. ( )

4. ( )


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini berjudul ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA

KATA DOUMO DALAM KOMIK “GOKUSEN” KARYA KOZUEKO

MORIMOTO, merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini sangat sederhana dan masih jauh dari kesempurnaan, baik dari isi maupun uraiannya. Hal ini disebabkan karena keterbatasan akan pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan-masukan berupa kritik dan saran yang membangun dari pembaca bagi usaha-usaha perbaikan dimasa yang akan datang.

Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih, penghargaan dan penghormatan kepada :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Eman Kusdiana, M.Hum, selaku Ketua Jurusan Departemen Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Adriana Hasibuan., SS, M.Hum, selaku Pembimbing I, yang selalu sedemikian besarnya memberikan waktu dan tenaga untuk membimbing, mengarahkan serta memberikan saran-saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.


(5)

4. Ibu Siti Muharami Malayu., SS, M.Hum, selaku pembimbing II, yang selalu sedemikian besarnya memberikan waktu dan tenaga untuk membimbing, memeriksa serta memberikan saran-saran kepada penulis dalam rangka penyempurnaan skripsi ini hingga selesai.

5. Bapak/Ibu dosen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah bersusah payah memberikan ilmu yang dimilikinya kepada penulis selaku mahasiswa Sastra Jepang selama masa perkuliahan.

6. Kepada Keluargaku tercinta, khususnya kepada ayahanda T. Iswanzar Isy dan ibunda Wan Murfiza yang telah sabar, membantu memberikan dukungan baik moril maupun materil dan selalu mendoakan sampai penulis dapat menyelesaikan studinya dan dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah senantiasa melindungi, memberikan kesehatan, rezeki, dan umur panjang yang bermanfaat, serta membalas kebaikan mereka. Juga kepada kakanda dan adinda penulis, yang telah mendukung dan senantiasa memberikan semangat kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan studinya di Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara. 7. Kepada atoknda yang sangat penulis sayangi Alm. Zainuddin yang

dimasa hidupnya telah memberikan doa, semangat dan dukungan kepada penulis dalam menjalani perkuliahan di Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara.

8. Kepada Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D, yang telah membantu memberikan dukungan doa, moril maupun materil ketika penulis menjalani perkuliahan di Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara hingga selesai.


(6)

9. Kepada Doni Mardinal, ST, yang tak pernah henti-hentinya memberikan doa, semangat, serta memberikan waktu dan tenaganya kepada penulis dalam membantu penulis mencari data dalam penulisan skripsi ini.

10. Rekan-rekan mahasiswa/mahasiswi tahun ajaran 2008 Sastra Jepang yang telah menjalin hubungan silaturahmi dengan baik bersama-sama saling bahu-membahu dalam menimba ilmu.

11. Serta kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah memberikan bantuan hingga skripsi ini dapat tersusun seperti yang penulis harapkan.

Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan mereka yang ingin mengetahui tentang Analisis Fungsi dan Makna Kata Doumo Dalam Komik “Gokusen” Karya Kozueko Morimoto.

Medan, Oktober 2012 Penulis,


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan ... 7

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ... 8

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 13

1.6 Metode Penelitian ... 14

BAB II. TINJAUAN UMUM TENTANG SEMANTIK, FUNGSI, DAN MAKNA KATA DOUMO ... 16

2.1 Semantik ... 16

2.1.1 Pengertian Semantik ... 16

2.1.2 Jenis-Jenis Makna dalam Semantik ... 17

2.2 Fungsi dan Makna Kata Doumo ... 23

2.2.1 Fungsi Kata Doumo ... 23


(8)

BAB III. ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA KATA DOUMO DALAM

KOMIK “GOKUSEN” KARYA KOZUEKO MORIMOTO ... 28

3.1 Kata Doumo yang Menyatakan Kesimpulan ... 28

3.1.1 Kata Doumo yang Menyatakan Kesimpulan. Diikuti Bentuk Negatif ... 28

3.1.2 Kata Doumo yang menyatakan Kesimpulan, Tidak Diikuti Bentuk Negatif ... 30

3.2 Kata Doumo Sebagai Jawaban dan Sebagai Interjeksi ... 36

3.3 Kata Doumo yang Menyatakan Ungkapan Terimakasih dan Permintaan Maaf . ... 39

3.3.1 Kata Doumo yang Menyatakan Ungkapan Terimakasih ... 39

3.3.2 Kata Doumo yang Menyatakan Permintaan Maaf ... 50

3.4 Kata Doumo Sebagai Kata Salam (Aisatsu) ... 53

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN ... 55

4.1 Kesimpulan ... 55

4.2 Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ABSTRAK

LAMPIRAN  


(9)

ABSTRAK

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA KATA DOUMO DALAM KOMIK

GOKUSEN”KARYA KOZUEKO MORIMOTO

Bahasa memiliki keterikatan terhadap manusia sebagai penggunanya karena segala kegiatan manusia tidak lepas dari bahasa.Dengan bahasa kita dapat menyampaikan ide, pikiran, hasrat dan keinginan kepada orang lain baik secara lisan maupun tertulis, agar orang tersebut dapat menangkap apa yang kita maksud, tidak lain karena ia memahami makna yang dituangkan melalui bahasa.

Menggunakan bahasa pada dasarnya menggunakan makna.Salah satu cara untuk mengerti makna yang terkandung dalam suatu konteks tulisan asing dapat dilakukan dengan cara mengalihbahasanya ke dalam bahasa yang kita kuasai, atau sering disebut dengan menerjemahkan.

Dalam proses menerjemahkan, seperti menerjemahkan bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia terdapat satu kata yang memiliki beberapa arti dan makna.Hanya saja jarang sekali ada kamus yang memberi informasi tentang arti dan maknanya secara mendalam dan lengkap.Pada umumnya hanya memberikan informasi sebatas arti kata saja, sementara untuk informasi tentang makna lebih mendalam pada katanya masih kurang, sehingga hal ini sering menyulitkan dalam proses menerjemahkan.Seperti halnya dengan kata doumo, dalam beberapa kamus kata doumo hanya diartikan “terimakasih; maaf”. Sementara ia mempunyai makna yang lebih dari arti kata doumo itu sendiri sesuai dengan situasi dan kondisi yang terdapat dalam suatu konteks kalimat.

Kata doumo memiliki fungsi dan makna yang berbeda-beda, tergantung pada konteks kalimat dan letaknya dalam kalimat.Secara umum kata doumo dapat diartikan sebagai “terimakasih; maaf”, namun tidak semua kata doumo dalam kalimat dapat diartikan demikian, sehingga menimbulkan suatu permasalahan dalam memahami kata doumo pada suatu kalimat percakapan tertentu.Oleh karena itu, penelitian ini menganalisis fungsi dan makna kata doumo dalam percakapan yang terdapat dalam komik “Gokusen” seri 1 sampai dengan seri 9 Karya Kozueko Morimoto.


(10)

 Kata doumo yang menyatakan kesimpulan diikuti bentuk negatif, terdapat 1 buah

 Kata doumo yang menyatakan kesimpulan tidak diikuti bentuk negatif, terdapat 3 buah

 Kata doumo sebagai jawaban dan sebagai interjeksi, terdapat 1 buah  Kata doumo yang menyatakan ungkapan terimakasih, terdapat 7 buah dan

menyatakan permintaan maaf, terdapat 3 buah  Kata doumo sebagai salam (Aisatsu), terdapat 1 buah

Sedangkan Makna kata doumo dalam komik “Gokusen” dari seri 1 sampai dengan seri 9 adalah sebagai berikut : “sangat, ternyata, tapi, sepertinya, bagaimana, terimakasih, maaf, hai/ halo”.

Walaupun komik ini menggunakan bahasa slang yang cenderung bukan dari bahasa sopan, namun masih terdapat ungkapan-ungkapan kata doumo dalam berbagai jenis penggunaan.Padahal selama ini yang diketahui pelajar tingkat awal pada bahasa Jepang adalah bahwa kata doumo digunakan untuk bahasa yang cenderung sopan pada beberapa buku pelajaran bahasa Jepang tingkat awal.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia, sehingga manusia memiliki keterikatan dan keterkaitan dalam kehidupannya.Oleh karena itu segala kegiatan dan gerak manusia tidak pernah lepas dari bahasa sepanjang keberadaan manusia itu sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat, karena tidak ada kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa.

Dengan bahasa pula kita dapat mengerti kehendak manusia. Oleh karena itu, ketika kita menyampaikan ide, pikiran, hasrat dan keinginan kepada seseorang baik secara lisan maupun tertulis, orang tersebut bisa menangkap apa yang kita maksud, tidak lain karena kita memahami makna yang dituangkan melalui bahasa tersebut (Sutedi, 2003 : 2)

Lebih lanjut dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005 : 22), menuliskan bahwa bahasa adalah alat yang digunakan seseorang untuk melahirkan pikiran-pikiran atau gagasan-gagasan dalam perasaan, ia berfungsi sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat sebagai pemakai bahasa, dan saling menginformasikan gagasan dan perasaannya dari informasi tersebut.

Seiring dengan waktu dan perkembangan zaman, kegiatan manusia pasti akan mengalami perubahan, faktor inilah yang dapat mempengaruhi perubahan bahasa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bahasa itu bersifat dinamis, tidak tetap dan senantiasa mengalami perubahahan sesuai dengan perkembangan zaman.


(12)

Seluk beluk bahasa dibahas dalam linguistik.Di dalam linguistik ada empat komponen besar yaitu komponen bunyi, komponen kata, komponen kalimat, dan komponen makna.Komponen bunyi dipelajari dalam fonologi, komponen kata (bentuk kata) dipelajari dalam morfologi, komponen kalimat (susunan kalimat) dipelajari dalam sintaksis, dan komponen makna dipelajari dalam semantik.

Menggunakan bahasa pada dasarnya menggunakan makna.Oleh karena itu, mempelajari bahasa termasuk mempelajari makna-makna yang sudah disepakati oleh penutur bahasa itu dan mempelajari bagaimana menggabungkan setiap unsur bahasa yang memiliki makna menjadi suatu ungkapan bahasa yang baik dan benar.

Salah satu cara untuk mengerti makna yang terkandung dalam suatu konteks tulisan bahasa asing dapat dilakukan dengan cara mengalihbahasanya ke dalam bahasa yang kita kuasai, atau sering disebut dengan menterjemahkan/ translation. Menurut Kamus 現代国語 い 辞 /Gendai Kokugo Reikan Jiten(1993:1177) definisi terjemahan adalah sebagai berikut :

国 言語 文章 他国 言語 文章 直 表現

“Aru kuni no gengo, bunshou wo takoku no gengo, bunshou ni naoshite hyougen suru koto”

(Proses pengungkapan atau mengalihbahasakan suatu bahasa, kalimat yangdimiliki oleh suatu negara ke dalam bahasa, negara lainnya)

Dalam proses menerjemahkan sering ditemukan kendala, seperti kesulitan dalam menerjemahkan dari bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia. Oleh


(13)

karena itu perlu memperhatikan makna dari kata-kata tersebut.Dalam bahasa Jepang terdapat kata yang memiliki banyak makna.Namun, jarang sekali ada kamus yang memberikan informasi setiap katanya dengan lengkap, dan pada umumnya hanya memberikan informasi sebatas arti kata saja.Sementara untuk informasi tentang makna dalam kalimatnya masih kurang. Misalnya pada kata tsukau, jika dilihat pada beberapa kamus, makna yang tercantum adalah :pakai, memakai, mempergunakan. Akibat kurangnya informasi mengenai makna yang ada pada setiap kosakata tersebut, maka para pembelajar pemula sering mengalami kesalahan dalam pemakaian bahasanya, seperti “kutsu o tsukau”, “boushi o tsukau” dan sebagainya. Padahal kosakata tsukau tidak digunakan untuk hal-hal tersebut.

Hal tersebut di atas sama hal nya dengan kata (doumo). Kata doumodalam beberapa kamus dapat diartikan terimakasih dan maaf, namun menurut Kenji Matsuura dalam kamus Bahasa Jepang-Bahasa Indonesia(2005 : 152) katadoumoditambah kata arigatou artinya terimakasih banyak, dan katadoumo ditambah katasumimasen artinya maaf sekali, dan jika katadoumo ditambahkan dengan kata hen da mempunyai makna aneh sekali.

Dari arti katadoumo dalam kamus Bahasa Jepang-Bahasa Indonesia diatas, kemungkinan besar sebagian orang akan mengartikan kata doumosebagai ~sekali, namun menurut Mizutani (1992 : 178) katadoumoadalah bahasa petunjuk yang hampir tidak memiliki arti, berkaitan dengan kata doumosebagai kelas kata fukushi, maka Matsuoka (2000 : 344) mengemukakan bahwa fukushi adalah kata-kata yang yang menerangkan verba, adjektiva, dan adverbial yang lainnya, tidak dapat berubah, dan berfungsi menyatakan atau derajat suatu aktivitas, suasana, atau perasaan pembicara. Maka dapat diberi kesimpulan bahwa kata doumo tidak


(14)

mengandung arti, namun menerangkan situasi dari konteks pembicaraan serta mempunyai fungsi menekankan kalimat sesudah maupun sebelumnya. Contoh dari kata doumoyang terdapat dalam sebuah kalimat percakapan ada dalam komik “Gokusen” karya Kozueko Morimotosebagai berikut:

Cuplikan 1

Fujiyama sensei : 山口先生 ….. A, Yamaguchi sensei….. “Ah, bu Yamaguchi …..” 電話

Denwa “Ada telepon”

Otaku kara yo “Dari rumahmu” Kumiko Yamaguchi : ー

A, doumo

“Ah, terimakasih”

Cuplikan 2

Oshima Kyotarou : ー い 通

Sumaneena mata choito toorashitemorau ze “Maaf nih, lagi-lagi aku numpang lewat” Sawada Shin : ?!! …


(15)

“Uh!?Ma … Maaf, saya permisi …” Ibu yang sedang menyusui : いい

Iiee

“Silahkan”

Seorang laki-laki : ー ー

Ee, douzo douzo

“Iya, silahkan silahkan”

Cuplikan 3 :

Kumiko Yamaguchi : 天海 何 ? Tenkai no ojisan nanika attandesuka?

“Paman Tenkai, ada perlu apa?” Tenkai Kumicho : … …実

…… Jitsu wa “… … Sebenarnya”

シ 揉 助 人

頼 来

Uchi no shima de kono tokoro mometetena suketto o tanomi ni kitanjaga …

“Di wilayahku baru-baru ini muncul masalah, jadi aku datang untuk minta tolong …”

Wakamatsu : 助 人… … Suketto …… “Minta tolong?”


(16)

Tenkai Kumicho : 昨日 白金 シ 猫股組

来 若 者 間 小

合い 絶 ー

収 .

Kinou atarikara shirokin chou no uchi no shima ni nekomatagumi ga nosabatte kiyagatte na. Wakae mono no aida de kozeriai ga taenakattan ja ga doumo kono mama osamarisoumonee.

“Sampai kemarin di wilayahku, distrik Shirokin, geng nekomata mulai berlagak.Pertengkaran kecil antara orang muda memang tak bisa ditahan, tapikalau terus begini, keadaan bisa jadi runyam”. Fenomena berbahasa seperti contoh di atas sering muncul dalam berkomunikasi. Secara semantik, suatu bentuk ujaran memiliki informasi makna yang sudah jelas dan tegas, akan tetapi ada kalanya memiliki informasi makna yang lebih jamak dan komplek, dan disebut dengan polisemi (tagigo) yaitu dalam satu bunyi (kata) terdapat makna lebih dari satu (Sutedi, 2003 : 134). Seperti kata doumo dalam komik “Gokusen” karya Kozueko Morimoto yang akan penulis bahas mengenai fungsi dan maknanya pada kata doumo dalam komik tersebut.

1.2Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan penulis analisis dalam skripsi ini adalah fungsi dan makna kata doumo dalam komik “Gokusen”. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa katadoumo termasuk ke dalam kelas kata fukushi (kata keterangan) yang dapat diterjemahkan menjadi terimakasih; maaf, akan tetapi


(17)

dapat juga bermakna lebih dari itu, dan juga memiliki fungsi tertentu sesuai dengan situasi yang terdapat dalam kalimat bahasa Jepang khususnya dalam percakapan pada komik “Gokusen”.

Katadoumopada konteks percakapan sebelumnya memiliki makna yang berbeda-beda, sesuai dengan letak katadoumodalam kalimat dan sulit menemukan padanan katanya dalam bahasa Indonesia, seperti pada percakapan (1) kata doumo bermakna terimakasih,pada kalimat percakapan ke (2) bermakna maaf permisi, sementara pada kalimat percakapan (3) kata doumo bermakna menyimpulkan suatu perkiraan. Sehingga terjadi kesalahan dalam memahami fungsi dan makna kata doumo. Oleh karena itu, maka diajukan permasalahan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana fungsi dan makna kata doumo dalam bahasa Jepang? 2. Bagaimana fungsi dan makna kata doumodalam komik “Gokusen”?

1.3Ruang Lingkup Pembahasan

Berdasarkan dari masalah yang ada, perlu dibuat batasan dalam permasalahan, agar pembahasan pada skripsi ini tidak terlalu meluas dan objek yang akan dibahas dapat lebih diperjelas.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis memfokuskan pembahasan pada fungsi dan makna kata doumo dalam komik “Gokusen”seri 1 sampai dengan seri 9 saja, walaupun sebenarnya komik ini terdiri dari 15 seri. Keterbatasan yang ada, seperti sulitnya menemukan keseluruhan komik yang terdiri dari 15 seri menjadi alasan penulis untuk membahas komik “Gokusen” dari seri 1 sampai dengan seri 9 saja, mengingkat bahwa jumlah 9 seri komik sudah mewakili lebih dari setengah seri komik yang ada.


(18)

Melalui korpus data tersebut, penulis akan mengklasifikasi serta menganalisis fungsi dan makna kata doumo yang terdapat pada percakapan-percakapan dalam komik “Gokusen” seri 1 sampai dengan seri 9 tersebut. Dengan mengetahui fungsi kata doumo pada konteks percakapan-percakapan dalam komik ini, maka dapat diketahui pula makna kata doumo tersebut.

1.4Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1.4.1 Tinjauan Pustaka

Bahasa merupakan unsur terpenting dan erat kaitannya dengan manusia. Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan ide, pikiran, hasrat dan keinginan kepada orang lain (Sutedi, 2003 : 2). Ketika kita menyampaikan ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada seseorang baik secara lisan maupun secara tertulis, orang tersebut bisa menangkap apa yang kita maksud, karena ia telah memahami makna yang dituangkan melalui bahasa tersebut. Jadi, fungsi bahasa merupakan media untuk menyampaikan (dentatsu) suatu makna kepada seseorang baik secara lisan maupun tertulis (Sutedi, 2003 : 2).

Salah satu ciri yang sekaligus menjadi hakekat setiap bahasa adalah bahwa bahasa itu bersifat dinamis. Dinamis, dalam konteks hakekat bahasa menurut Chaer (2007:12) adalah bahwa bahasa itu tidak terlepas dari berbagai kemungkinan perubahan yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan itu dapat terjadi pada semua tataran linguistik, yaitu fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik.Linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya.

Chafe dalam Chaer (1994:21) menyatakan bahwa berfikir tentang bahasa, sebenarnya sekaligus juga telah melibatkan makna. Makna berfungsi sebagai


(19)

penghubung bahasa dengan dunia luar sesuai dengan kesepakatan para pemakainya sehingga dapat saling mengerti.

Dalam mempelajari tata bahasa khususnya bahasa Jepang, penguasaan makna dalam percakapan bahasa Jepang merupakan hal yang sangat penting agar proses komunikasi dapat berjalan dengan lancar, karena kesalahan pengertian makna dalam komunikasi/ percakapan dapat menyebabkan kesalahpahaman antar pembicara dan lawan bicara.

Gramatika dalam bahasa Jepang disebut bunpou. Bunpou adalah suatu fenomena yang umum pada waktu menyusun kalimat, secara teoritis merupakan suatu sistem tentang bentuk kata, urutan kata dan fungsi kata dalam suatu kalimat (Sudjianto, 2004 :22).

Gramatika bahasa Jepang modern ada beberapa macam, salah satunya yaitu pendapat Motojiro dalam Sudjianto (2004 : 147) mengklasifikasikan kelas kata bahasa Jepang menjadi sepuluh kata yaitu:

1. Doushi (kata kerja)

2. Keiyoushi (kata sifat berakhiran – i) 3. Keiyoudoushi (kata sifat berakhiran – na) 4. Meishi (kata benda)

5. Fukushi (kata keterangan) 6. Rentaishi (pra kata benda) 7. Setsuzokushi (kata sambung)

8. Kandoushi (kata seru/ kata serapan/ kata panggilan) 9. Jodoushi (kata kerja kopula)


(20)

Fukushi (kata keterangan) termasuk dalam kelas kata bahasa Jepang.Fukushi ialah kata-kata yang menerangkan verba, adjektiva, dan adverbia yang lainnya, tidak dapat berubah, dan berfungsi menyatakan keadaan atau derajat aktivitas, suasana atau perasaan pembicara (Sudjianto, 2004 : 165).

1.4.2 Kerangka Teori

Kerangka Teori menurut Koentjaraningrat (1976 : 11) berfungsi sebagai pendorong proses berfikir deduktif yang bergerak dari alam abstrak ke alam konkret. Suatu teori dipakai oleh peneliti sebagai kerangka yang memberi pembatasan terhadap fakta-fakta konkret yang tak terbilang banyaknya dalam kenyataan kehidupan masyarakat yang harus diperhatikan.

Penelitian ini memfokuskan analisis fungsi dan makna katadoumo yang terdapat dalam komik “Gokusen”seri 1 sampai dengan seri 9 karya Kozueko Morimoto.Dalam kelas kata bahasa Jepang terdapat kelas kata yang disebut kata keterangan (adverbia) atau dalam bahasa Jepang disebut fukushi. Dalam Sudjianto (2004:72) menyatakan bahwa fukushi adalah kata yang dipakai untuk menerangkan verba, adjektiva-I, dan adjektiva-na, tidak dapat menjadi subjek, dan tidak mengenal konjugasi/ deklinasi. Mizutani (1992), dalam bukunya Fukushi no Imi to Youhou mengatakan bahwa kata doumo sendiri termasuk dalam fukushi (kata keterangan).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:322), fungsi diartikan sebagai [1] jabatan (pekerjaan) yang dilakukan; [2] faal (kerja suatu bagian tubuh); [3] dalam ilmu matematika, fungsi berarti besaran yang berhubungan, jika besaran yang satu berubah, besaran yang lain juga berubah; [4] kegunaan suatu hal; [5] dalam istilah linguistik “fungsi” berarti peran sebuah unsur bahasa


(21)

dalam satuan sintaksis yang lebih luas. Dalam hal ini dilakukan analisis fungsikatadoumoberdasarkan arti dari point [5] untuk arti fungsi dalam istilah linguistik.

Mizutani (1992 : 178-179) dalam bukunya Fukushi No Imi To Youhou mengatakan bahwa katadoumo terbagi beberapa fungsi, yaitu sebagai berikut: 1. Kata doumo yang berfungsi untuk menyimpulkan suatu keadaan atau situasi

yang cenderung negatif. Fungsi kata doumo ini terbagi 2, yaitu :

1.1 Kata doumo yang berfungsi untuk menyimpulkan suatu keadaan yang dirasakan oleh sepihak, yaitu pihak yang mengutarakan hal tersebut kepada lawan bicaranya dan diikuti bentuk negatif.

1.2 Kata doumo yang berfungsi untuk menyimpulkan serta memperkirakan suatu keadaan yang dirasakan oleh sepihak, yaitu pihak yang mengutarakan hal tersebut kepada lawan bicaranya namun tidak diikuti bentuk negatif.

2. Kata doumo dalam bentuk “doumo ne” yang berfungsi sebagai jawaban atau respon, yang disertai dengan interjeksi kepada lawan bicara atas pendapat atau pernyataan yang ia sampaikan.

3. Kata doumo yang berfungsi menunjukkan ungkapan terimakasih dan permintaan maaf.

4. Kata doumo yang berfungsi sebagai salam (Aisatsu), yang biasanya digunakan saat perkenalan atau jumpa pertama.

Dalam penelitian ini selain membahas fungsi, juga membahas makna kata doumo dalam komik “Gokusen”.Kajian makna dalam linguistik berhubungan dengan semantik.Semantik dalam bahasa Jepang disebut imiron. Semantik atau imiron adalah salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang makna (Sutedi,


(22)

2003 : 13). Dalam memberikan makna sebuah kata, kita juga perlu memperhatikan kata-kata yang mengikuti kata tersebut dan makna lain yang tidak ada dalam kamus atau makna leksikal (Chaer, 1994 : 289).

Dalam semantik terdapat pembagian makna, salah satunya adalah makna kontekstual. Chaer (1994 : 290) menyebutkan bahwa makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam konteks. Makna konteks juga dapat berkenaan dengan situasinya yakni tempat, waktu, lingkungan, penggunaan leksem tersebut. Sedangkan Sarwiji (2008:71) memaparkan bahwa makna kontekstual muncul sebagai akibat hubungan antara ujaran dan situasi pada waktu ujaran dipakai. Sarwiji (2008 : 72) juga berpendapat bahwa makna kontekstual adalah makna kata yang sesuai dengan konteksnya.

Berdasarkan teori di atas dapat diambil kesimpulan bahwa makna kontekstual adalah makna kata atau leksem yang berada pada suatu uraian atau kalimat yang dapat mengandung atau menambah kejelasan makna, yang dipengaruh oleh situasi, tempat, waktu, lingkungan penggunaan kata tersebut.Artinya, munculnya makna kontekstual bisa disebabkan oleh situasi, tempat, waktu, dan lingkungan.

Oleh karena itu, dengan menggunakan teori fungsi yang dikemukakan oleh Mizutani maka penulis akan melakukan analisis pada kata doumo dengan menggunakan makna secara kontekstual berdasarkan konteks kalimat yang terdapatdalam komik “Gokusen” karya Kozueko Morimoto.


(23)

1.5Tujuan dan Manfaat Penulisan

1.5.1 Tujuan

Berdasarkan permasalahan yang telah dijabarkan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui fungsi dan makna kata doumo dalam bahasa Jepang.

2. Untuk mengetahui fungsi dan makna kata doumo dalam komik “Gokusen”.

1.5.2 Manfaat Penulisan

Secara teoritis penulis berharap bahwa hasil dari penelitian ini adalah: 1. Dapat memberikan informasi yang lebih mendalam kepada para pembaca,

sehingga peneliti lanjutan yang mencari data fungsi dan makna katadoumo dapat menjadikan skripsi ini sebagai bahan perbandingan. 2. Bermanfaat bagi perkembangan ilmu kebahasaan (linguistik) pada

umumnya, dan bagi penambahan khasanah kajian semantik pada khususnya.

3. Agar pembelar bahasa Jepang di Indonesia khususnya di Medan dapat memahami penggunaan katadoumoyang tidak dapat disamakan fungsi dan maknanya pada tiap konteks percakapan dalam bahasa Jepang, karena akan menimbulkan kesalahan dalam memahami makna dari kata doumotersebut.


(24)

1.6Metode Penelitian

Hal yang utama dalam sistem keilmuan adalah metode. Dalam arti kata sesungguhnya, makna metode (Yunani; methods) adalah cara atau jalan. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja, yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan (Koentjaraningrat, 1976 : 7).

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode deskriptif, menurut Koentjaraningrat (1976 : 30) bahwa penelitian yang bersifat deskriptif yaitu memberi gambaran yang secermat mungkin mengenai individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu. Metode deskriptif juga merupakan suatu metode yang menggambarkan keadaan atau objek penelitian yang dilakukan pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya dan dipakai untuk memecahkan masalah dengan cara mengumpulkan, mengklasifikasikan, mengkaji, dan menginterpretasikan data. Metode kepustakaan (Library Research) juga dilakukan dalam mencari dan mengumpulkan buku-buku yang memiliki hubungan dengan masalah yang dibahas.

Selain metode kepustakaan, penulis akan menggunakan teori sebagai pembanding dan pendukung penelitian tersebut. Data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah data tulisan, yaitu data yang berasal dari buku-buku yang berkaitan dengan skripsi ini.Kemudian penulis memilih konteks percakapan-percakapan dalam komik yang berjudul “Gokusen”dari seri 1 sampai dengan seri 9 sebagai objek penelitian ini.

Jadi dengan metode perpustakaan, metode deskriptif serta teknik pengumpulan dan pengolahan data, penulis mencoba untuk menyelesaikan skripsi


(25)

tentang analisis fungsi dan makna katadoumo dalam komik “Gokusen”karya Kozueko Morimoto.

                                                 


(26)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG SEMANTIK,

FUNGSI, DAN MAKNA KATA DOUMO

2.1 Semantik

2.1.1 Pengertian Semantik

Dalam mempelajari bahasa, kita mengenal empat komponen besar yakni fonologi yang mempelajari bunyi, sintaksis yang mempelajari tentang susunan kalimat, morfologi yang mempelajari tentang bentuk kata, dan semantik yang mempelajari tentang makna kata.Dalam kamus bahasa Indonesia (2005 : 548) semantik adalah (1) arti, makna (2) maksud pembicara dan penulis; pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk pembahasan. Sehingga bila mempelajari tentang makna suatu kata, maka kita harus berbicara tentang salah satu cabang linguistik yaitu semantik.

Semantik memegang peranan penting dalam berkomunikasi. Karena bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi adalah untuk menyampaikan suatu makna (Sutedi, 2003 : 111). Misalnya, seseorang menyampaikan ide dan pikiran kepada lawan bicara, lalu lawan bicara bisa memahami apa yang disampaikan. Hal ini disebabkan karena ia bisa menyerap makna yang disampaikan dengan baik.

Adapun makna yang dibahas dalam semantik adalah makna kata-kata yang berhubungan dengan benda-benda konkrit seperti batu, hujan, rumah, mobil, dan sebagainya.Kemudian hal-hal yang abstrak seperti cinta, dendam, kasih sayang, dan sebagainya. Selain itu semantik juga membahas makna kata-kata


(27)

seperti dan, ke, pada, to, at, of yang maknanya tidak jelas kalau tidak dirangkai dengan kata-kata lain (Lubis, 2002 : 29)

2.1.2 Jenis-Jenis Makna dalam Semantik

Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu melekat dari apa saja yang kita tuturkan. Dalam Ensiklopedia Britanica (dalam Pateda, 2001:7) dinyatakan bahwa semantik adalah studi tentang hubungan antara satu pembeda linguistik dengan hubungan proses mental atau simbol dalam aktivitas bicara.

Semantik sebagai salah satu sub disiplin linguistik yang membahas tentang bagaimana makna yang terdapat dalam sebuah proses pemaknaan baik pada pihak si pembicara maupun si pendengar dalam sebuah pembicaraan.

Dalam perannya untuk membahas tentang makna, beberapa pakar linguistik telah berusaha untuk menjabarkan jenis-jenis makna sesuai dengan pandangannya masing-masing. Leech dalam Chaer (1994 : 290) membedakan makna kedalam 7 tipe, diantaranya:

1. Makna Konseptual

Disebut juga sebagai makna denotatif atau makna kognitif.Dalam pengertian luas tipe makna ini dianggap sebagai faktor sentral dalam komunikasi bahasa, hal ini disebabkan karena makna konseptual mempunyai susunan yang amat kompleks dan rumit.

2. Makna Konotatif

Makna konotatif merupakan nilai komunikatif dari satu ungkapan menurut apa yang diacu, melebihi di atas isinya yang murni konseptual.


(28)

3. Makna Refleksi

Makna Refleksi adalah makna yang timbul dalam hal makna konseptual ganda, apabila suatu pengertian kata membentuk sebagian dari respon kita terhadap pengertian lain.

4. Makna Kolokatif

Makna Kolokatif merupakan makna yang terdiri atas asosiasi-asosiasi yang diperoleh suatu kata, yang disebabkan oleh makna kata-kata yang cenderung mucul didalam lingkungannya.

5. Makna Afektif

Merupakan makna yang mencerminkan perasaan pribadi penutur, termasuk sikapnya terhadap pendengar, atau sikapnya terhadap sesuatu yang dikatakannya.

6. Makna Stilistik

Merupakan makna sebuah kata yang menunjukkan lingkungan sosial penggunanya.Makna ini terbentuk dari pandangan terhadap aspek komunikasi yang berhubungan dengan situasi terjadinya ucapan.

Makna reflektif, kolokatif, afektif dan stilistik: kesemuanya itu lebih merupakan makna konotatif daripada makna konseptual, semua jenis makna tersebut memiliki karakter terbuka, tanpa batas dan memungkinkan dilakukannya analisis menurut skala atau jarak dan bukannya suatu analisis yang diskret. Semua tipe makna ini dapat disatukan kedalam satu kategori besar, yaitu makna asosiatif.

7. Makna Tematik

Merupakan makna yang dikomunikasikan menurut penutur atau penulis menata pesannya, dalam arti menurut urutan, fokus dan penekanan.


(29)

Sedangkan Chaer (1994: 289) mengemukakan beberapa jenis makna, diantaranya:

1. Makna Leksikal

Merupakan makna yang dimiliki atau ada pada leksem meski tanpa konteks apapun. Bisa juga dikatakan bahwa makna leksikal ini adalah makna yang sebenarnya, makna yang sesuai dengan hasil observasi indera kita, atau makna yang apa adanya. Oleh karena itulah, barangkali banyak orang mengatakan bahwa makna leksikal ini adalah makna yang ada didalam kamus. 2. Makna Gramatikal

Makna yang baru muncul jika terjadi proses gramatikal, seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi, atau kalimatisasi. Misalnya, dalam proses afiksasi prefiks “ber-” dengan “baju” melahirkan makna gramatikal “mengenakan baju”.

3. Makna Kontekstual

Makna sebuah leksem atau kata yang berada dalam suatu konteks. Misalnya dalam kalimat:

 Adik jatuh dari sepeda. (Dalam hal ini, kata “jatuh” berarti jatuh dari atas ke bawah.)

 Dia jatuh dalam ujian yang lalu. (Dalam hal ini, kata “jatuh” berarti mengalami kegagalan.)

4. Makna Referensial

Makna referensial adalah makna pada leksem yang didasarkan pada referensi atau acuannya.Kata-kata yang bermakna referensial memiliki acuan dalam dunia nyata, misalnya pada kata ayam, merah, dan sebagainya.


(30)

5. Makna Non Referensial

Makna non refernsial adalah makna yang tidak mempunyai acuan atau referensi.Seperti kata dan, karena, supaya, adalah tidak termasuk kata-kata yang tidak bermakna referensial, karena tidak mempunyai referens.

6. Makna Denotatif

Makna denotatif adalah makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah leksem. Jadi sebenarnya makna denotatif ini sama dengan makna leksikal.

7. Makna Konotatif

Makna konotatif merupakan makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif yang ada pada sebuah leksem.

8. Makna Kata

Makna kata adalah makna yang lebih jelas yang dimiliki oleh suatu kata jika kata tersebut sudah berada didalam konteks kalimatnya atau konteks situasinya.

9. Makna Istilah

Merupakan makna yang pasti, yang jelas, yang tidak meragukan, meskipun tanpa konteks kalimat.Oleh karena itu, sering dikatakan bahwa istilah itu bebas konteks, sedangkan kata tidak bebas konteks.Namun perlu diingat bahwa sebuah istilah ini hanya digunakan pada bidang-bidang keilmuan atau kegiatan tertentu.

10. Makna Konseptual

Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apapun. Makna konseptual pada dasarnya sama dengan makna leksikal atau makna yang sebenarnya.


(31)

11. Makna Asosiatif

Merupakan makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata yang berkaitan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada diluar bahasa.Misalnya kata “merah” berasosiasi dengan keberanian, kata “hitam” berasosiasi dengan kejahatan.

12. Makna Idiomatikal

Idiom adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat “diramalkan” dari makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun secara gramatikal.

13. Makna Peribahasa

Makna peribahasa merupakan makna yang masih bisa ditelusuri atau dilacak dari makna unsur-unsurnya karena adanya “asosiasi” antara makna asli dengan makna peribahasa.

14. Makna Kias

Makna kiasan digunakan sebagai oposisi dari arti sebenarnya.Semua bentuk bahasa (baik kata, frase, atau kalimat) yang tidak merujuk pada arti sebenarnya (arti leksikal, arti konseptual, atau arti denotatif) disebut mempunyai arti kiasan.Misalnya pada kata puteri malamyang bermakna bulan dan raja siang yang bermakna matahari.

Sedangkan Sutedi (2003:106) mengemukakan beberapa jenis makna dalam bahasa Jepang, diantaranya adalah:

1. Makna Leksikal

Makna leksikal dalam bahasa Jepang disebut juga dengan jishoteki-imi ( 辞書的意味) atau goiteki-imi (語彙的意味).Makna leksikal adalah makna kata


(32)

dan terlepas dari unsur gramatikalnya, atau bisa juga dikatakan sebagai makna asli suatu kata.

2. Makna Gramatikal

Makna gramatikal dalam bahasa Jepang disebut bunpouteki-imi (文法的

意味), yaitu makna yang muncul akibat proses gramatikalnya. Dalam bahasa

Jepang, joshi 助 詞 (partikel) dan jodoushi 助 動 詞 (kopula) tidak

memiliki makna leksikal namun memiliki makna gramatikal, sebab baru jelas maknanya jika digunakan dalam sebuah kalimat.

3. Makna Denotatif

Makna denotatif dalam bahasa Jepang disebut meijiteki-imi (明示的意味)

atau gaien (外延).Makna denotatif adalah makna yang berkaitan dengan dunia

luar bahasa seperti suatu objek atau gagasan dan bisa dijelaskan dengan analisis komponen makna.

4. Makna Konotatif

Dalam bahasa Jepang disebut anjiteki-imi (暗示的意味) atau naihou (内

包), yaitu makna yang ditimbulkan karena perasaan atau pikiran pembicara dan lawan bicaranya.

5. Makna Dasar

Makna dasar disebut dengan kihongi (基本義), makna dasar merupakan

makna asli yang dimiliki oleh suatu kata.Makna asli yang dimaksud adalah makna bahasa yang digunakan pada masa sekarang ini.


(33)

6. Makna Perluasan

Makna perluasan disebut tengi (転義) yakni merupakan makna yang

muncul sebagai hasil perluasan dari makna dasar, diantaranya adalah akibat penggunaan secara kiasan (majas).

2.2Fungsi dan Makna Kata Doumo

2.2.1 Fungsi Kata Doumo

Kata doumo memiliki bermacam-macam fungsi dalam penggunaannya pada percakapan bahasa Jepang di kehidupan sehari-hari, Mizutani (1992 : 179) dalam bukunya Fukushi no Imi to Youhou mengatakan bahwa katadoumosendiri termasuk dalam fukushi(kata keterangan).Fukushiadalah kata-kata yang menerangkan verba, adjektiva, dan adverbial, dan berfungsi menyatakan keadaan atau derajat suatu aktivitas, suasana, atau perasaan pembicara (Matsuoka, 2000 : 344).

Situmorang(2007:40)juga menyatakan bahwa yang dimaksud dengan fukushi adalah kata yang dapat berdiri sendiri, tidakberkonjugasi, tidak dapat menjadi subjek, predikat, dan objek, dan berfungsimenerangkan doushi, keiyoushi, dan fukushi, lainnya. Jadi, fukushi pada kata doumo berfungsi untuk menyatakan perasaan yang tidak dapat dikatakan secara pasti.

Fukushi memiliki berbagai jenis sesuai dengan nama-nama (istilah) jenis fukushi tersebut. Menurut Terada Takanao dalam Sudjianto (2004 : 166-167) membagi fukushi menjadi tiga macam sebagai berikut :

1. Jootai no fukushi

Jootai no Fukushi berfungsi terutama menerangkan keadaan verba yang ada pada bagianberikutnya.


(34)

2. Teido no Fukushi

Teido no fukushi berfungsi terutama menerangkan tingkat, taraf, kualitas, atau derajat keadaan yoogen (verba, ajektiva-i, ajektiva-na) yang ada pada bagian berikutnya.

3. Chinjutsu no Fukushi

Chinjutsu no fukushi adalah fukushi yang memerlukan cara pengucapan khusus, disebut juga jojutsu no fukushi atau koo’o no fukushi.

Menurut Mizutani (1992 : 178), kata doumo dikelompokkan dalam fukushi khusus yaitu fukushi yang dapat digunakan dalam tuturan tapi umumnya hampir tidak mempunyai sebuah makna.

Menurut Kim (1996 : 33) kata doumobiasanya berfungsi untuk menyatakan ungkapan permintaan maaf dan terimakasih. Hal yang serupa juga dikemukakan oleh Shiang(2007 : 68), bahwa kata doumomempunyai fungsi terimakasih. Namun, lebih lengkapnya adalah fungsi-fungsi kata doumo menurut Mizutani (1992 : 178 – 179) sebagai berikut ini:

1. Kata doumo yang berfungsi untuk menyimpulkan suatu keadaan atau situasi yang cenderung negatif. Fungsi kata doumo ini terbagi 2, yaitu :

1.1 Kata doumo yang berfungsi untuk menyimpulkan suatu keadaan yang dirasakan oleh sepihak, yaitu pihak yang mengutarakan hal tersebut kepada lawan bicaranya namun diikuti bentuk negatif.

Contoh :

近 食事 い.

Chikagoro doumo shokuji ga umakunai. “Akhir-akhir ini makanan tidak enak.”


(35)

1.2 Kata doumo yang berfungsi untuk menyimpulkan serta memperkirakan suatu keadaan yang dirasakan oleh sepihak, yaitu pihak yang mengutarakan hal tersebut kepada lawan bicaranya namun tidak diikuti bentuk negatif.

Contoh :

風邪 い い. 頭 痛い.

Doumo kaze o hiitarashii.Atama ga hidoku itai.

Sepertinya saya sakit flu.Kepala saya sangat sakit.”

2 Kata doumo dalam bentuk “doumo ne” yang berfungsi sebagai jawaban atau respon, yang disertai dengan interjeksi kepada lawan bicara atas pendapat atau pernyataan yang ia sampaikan.

Contoh :

: い 最近変 わ い

Aitsu saikin hen da to omowanai ka “Akhir-akhir ini orang tersebut aneh kan” :

Un, doumo ne

“Iya, saya berpikir demikian juga

3 Kata doumo yang berfungsi menunjukkan ungkapan terimakasih dan permintaan maaf.

Contoh pada ungkapan terimakasih:

い い 世話 い .

Doumo iroiro to osewani narimashite, arigatou gozaimashita.


(36)

Contoh pada ungkapan permintaan maaf:

遅 い .

Sukkari osokunatte, doumo suimasen deshita.

Saya meminta maaf atas keterlambatan saya.”

4 Kata doumo yang berfungsi sebagai salam (Aisatsu), yang biasanya digunakan saat perkenalan atau jumpa pertama.

Contoh :

: 津田

Moshi moshi, Tsuda desu “Halo, saya Tsuda.”

: 八木

Yagi desu.Doumo

“Saya Yagi. Senang berkenalan dengan mu” :

Doumo

Senang berkenalan dengan mu.”

Berdasarkan pendapat dari Kim, Shiang, dan didukung serta disempurnakan oleh pendapat Mizutani maka penulis akan membahas fungsi dan makna kata doumo pada komik Gokusen karya Kozueko Morimoto.

2.2.2 Makna Kata Doumo

Dalam memaknai kata doumo sebenarnya berkaitan dengan kata-kata pada konteks percakapan, baik sebelum maupun sesudahnya. Menurut Mizutani (1992 : 178) kata adalahkata petunjuk yang hampir tidak memiliki arti.


(37)

Makna pada kata doumo pada umumnya tidak memiliki arti yang sebenarnya seperti yang terdapat di dalam kamus, bahkan tidak jarang terdapat kata doumo dalam suatu konteks percakapan yang tidak memiliki arti secara leksikal namun memiliki makna, yaitu untuk menekankan kata doumo, baik sebelum maupun sesudah kontekspercakapan tersebut.

                                           


(38)

BAB III

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA KATA DOUMO DALAM KOMIK

GOKUSEN” KARYA KOZUEKO MORIMOTO

Pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa kata doumo merupakan bagian dari kelas kata fukushi. Oleh karena itu pada bab III ini penulis akan menganalisis pemakaian kata doumo yang terdapat dalam komik “Gokusen”karya Kozueko Morimoto dari seri 1 sampai dengan seri 9, berdasarkan pendapat dari Mizutani yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya.

3.1Kata Doumoyang Menyatakan Kesimpulan

3.1.1 Kata Doumo yang Menyatakan Kesimpulan, Diikuti Bentuk Negatif

Cuplikan 1:

Kepala Sekolah : …

…MaaSore wa sore toshite “Ngomong-ngomong”

ー難去 ー難 言い

Ichinansatte mataa ichinan to iimashouka

“Seperti kata pepatah, satu masalah selesai, datang masalah yang lain…”

山口先生 押 け 申 わけ い

Yamaguchi sensei ni bakari oshitsukete moushiwakenai no desuga?


(39)

“Aku jadi merasa tidak enak padamu, bu Yamaguchi”

Kumiko Yamaguchi : … ー 何 ? … tte to mada nanika? “Masih ada lagi?”

ス 転校生?

Uchi no kurasu ni tenkousei? “Ada anak baru di kelasku?” Kepala Sekolah :

Ee… “Ya…”

林田高校 転校生

Hayashida koukou kara no tenkousei nan desuga “Anak pindahan dari SMA Hayashida”

KumikoYamaguchi : 何 問題 起 ? Yappari nanika mondai o okoshitandesuka? “Pindah karena bikin ulah di sekolah lama ya?”

Kepala Sekolah : ェ

Sore ga nee “Soal itu

Doumo hakkiri shinaindesu yo

: “Sangat tidak jelas


(40)

Analisis:

Pada cuplikan 1 percakapan di atas, makna kata doumo adalah “sangat”, sedangkan fungsinya adalah menyatakan kesimpulan, diikuti bentuk negatif.

Dalam pola bahasa Jepang pada cuplikan ini dapat dilihat kata doumo yang diikuti bentuk negatif, yaitu ketika Kepala Sekolah menjawab pertanyaan Kumiko YamaguchiDoumo hakkiri shinaindesu yo”.Dari kata shinaindesu yo, terdapat bentuk negatif yaitu nai, maka dapat dipastikan bahwa kata doumo pada cuplikan 1 menyatakan kesimpulan yang diikuti bentuk negatif.

3.1.2 Kata Doumo yang Menyatakan Kesimpulan, Tidak Diikuti Bentuk

Negatif Cuplikan 2:

Minoru : 嬢! Ojou “Nona” Tetsu :

Minoru “Minoru” Kumiko Yamaguchi : !!

Baka'!! “Bodoh!!”

気安 声

け ー !!


(41)

“Minoru sudah jadi orang biasa, jangan sembarangan menegurnya!!”

… 若ェ魚屋 …

精 出 …

Ko... Koryaa owakee sakanayasan... Gosei ga demasu ne...

“Selamat malam, pemuda di toko ikan…” “Kamu rajin sekali ya…”

Minoru : … い 嬢 … He... Hee kireinaa ojousan... “I… Iya, nona yang cantik…”

… ー … ス

A... Arigatou gozee...Ma...Su “Terimakasih banyak…”

Bibi Oumasa : … … !何 ェ

... ... Mattaku! Nani nandarou nee “Dasar!Kenapa”

目 鼻 先 い …

Meto hana no saki ni irutte no ni... “Mereka kan tinggal dekat sini…”

別 普通 当 い

Betsu ni futsuu ni shabettatte bachi wa ataranai darou ni


(42)

“Padahal, nggak ada salahnya kalau menyapa seperti biasa”

黒田 人達 思い込 激

い い

DoumoKoroda san no hitotachi wa minna omoikomi ga hageshiitteiuka

Ternyataorang-orang keluarga Kuroda terlalu

serius”

芝居 い ……

Shibai ga katterutteiuka…..

“Terlalu membesarkan masalah…” ェ

Nee “Ya kan”

Anta “Ayah”

… … ?

A… Anta…? “A… Ayah?” (Gokusen 6 : 150-151)

Analisis:

Makna kata doumo pada cuplikan 2 percakapan di atas adalah “ternyata”, sedangkan fungsinya adalah untuk menyatakan kesimpulan atau keputusan


(43)

Minoru. Selain itu, kata “ternyata” erat kaitannya dalam sebuah kesimpulan terhadap suatu objek yang dibicarakan.

Cuplikan 3:

Kumiko Yamaguchi : 天海 何 ? Tenkai no ojisan nanika attandesuka?

“Paman Tenkai, ada perlu apa?” Tenkai Kumicho : … … 実

…… Jitsu wa “… … Sebenarnya”

シ 揉 助 人

頼 来 …

Uchi no shima de kono tokoro mometetena suketto o tanomi ni kitanjaga …

“Di wilayahku baru-baru ini muncul masalah, jadi aku datang untuk minta tolong …”

Wakamatsu : 助 人… … Suketto …… “Minta tolong?”

Tenkai Kumicho : 昨日 白金 シ 猫股組

来 若 者 間 小

合い 絶 ー


(44)

Kinou atarikara shirokin chou no uchi no shima ni nekomatagumi ga nosabatte kiyagatte na. Wakae mono no aida de kozeriai ga taenakattan ja ga doumo kono mama osamarisoumonee.

“Sampai kemarin di wilayahku, distrik Shirokin, geng nekomata mulai berlagak.Pertengkaran kecil antara orang muda memang tak bisa ditahan, tapi kalauterus begini, keadaan bisa jadi runyam”. (Gokusen 1 : 110-111)

Analisis:

Makna kata doumo pada cuplikan 3 percakapan di atas adalah “tapi”, sedangkan fungsinya menyatakan kesimpulan. Hal ini terlihat pada kalimat setelah “tapi” yaitu “kalau terus begini, keadaan bisa jadi runyam”, keluhan Paman Tenkai tersebut mengandung makna kesimpulan apabila keadaan terus dibiarkan maka akan menjadi runyam.

Cuplikan 4

Tanukihara Kaicho : 龍 話持 込 言 何

Naa, ryuusan temeetewa mochikonde kouiu no mo nandagayo

“Hey Ryu, kenapa pembicaraan kita waktu itu jadi seperti ini?”


(45)

Ano hanekkaeri ga yoku miai o shouchishitayonaa “Si tomboi itu hebat juga mau menyetujui perjodohan ini”

Ryuichirou Kuroda : ,

Hee, sore nandesugane “Yah, soal itu ya”

ー 俺

何 ー ー 予感

Doumo oree

Nanika yaraka sunjanee ka to yaana yokan ga surunde …

Sepertinya aku merasakan firasat buruk telah

melakukan sesuatu yang jelek…” Tanukihara Kaicho : !! い 楽 …

Nanii!! Soia tanoshimi…

“Apa!? Itu sih, pasti menyenangkan…”

い い 心配

I’..iya shimpai danaa

“Bu, bukan mengkhawatirkan, ya” (Gokusen 4 : 116-117)

Analisis:

Makna kata doumo pada cuplikan 4 percakapan di atas adalah “sepertinya”, sedangkan fungsinya menyatakan kesimpulan.Fungsi kesimpulan


(46)

yaitu “merasakan firasat buruk telah melakukan sesuatu yang jelek”.Kalimat tersebut merupakan bagian dari firasat Ryuichirou Kuroda yang mengandung sebuah kesimpulan.

3.2Kata Doumo Sebagai Jawaban dan Sebagai Interjeksi

Cuplikan 5:

Minami : 野田 寄 ? Nodanchi yotteku?

“Kita mampir di rumah Noda dulu nggak?” Noda : ? ー ?

Ng?Kuma doushita? “Ng?Kuma kenapa?”

Kuma : ー

Ore yoo “Aku…”

補習出 わ

Hoshuu detemiru wa

“Mau coba ikut pelajaran tambahan” Minami :

Nandatoo “Apaa!?” Salah satu murid Yamaguchi : テメー

A, temee “Wah…”


(47)

いい年 い ふ ー Ii toshi koite ofukuro ga koee no kayo'

“Biarpun sudah umur segini, kamu masih takut ibumu ya!?”

Kuma : ーい わけ ー ! Soo iuwakejanee yo!

“Bukan karena itu sih!”

… ーけ

... Nee kedo “Bukan kok”

い …ヤン ー

Aitsu... Yankumi yoo

“Tapi dia… Yankumi itu…”

わ ーけ ー 命

恩人

Yoku wakannee kedo tonikaku kaa can no inochi no ongjin nan da to

“Biarpun aku nggak begitu mengerti, yang penting dia penyelamat nyawa ibuku”

数学 ソ け ー い 待

ー,


(48)

Suugaku nanka kuso dakedo yoo, aitsu mattennaraa tsugi atte yanneeto giri ga tattaneekanaatte

“Biarpun aku benci banget matematika, bila dia masih menunggu… Kalau aku nggak nemenin dia, rasanya utang budiku nggak terpenuhi…”

Minami : ッ勝手

Kek… Katte ni shiro “Cih, terserah deh”

Ore tachi kaeruze

“Aku dan teman-teman mau pulang lho”

行 ー

Ikoo ze “Ayo!” Noda : … …

“… …”

… 顔出 ー

O … Ore mo chotto bakashi kaodashisookanaa “A.. Aku pun mau ikut sebentar ah”

ヤン 文化祭 時世話

Yankumi ni wa bunkasai no toki sewannatterushiyoo


(49)

“Aku dibantu banyak oleh Yankumi waktu festival budaya kan”

恩 返 ー … ー

Sokonto kono on wa kaesanee to… Doumo na “Kalau aku nggak balas budi yang waktu itu…

Gimana, ya…

(Gokusen 2 :100-103) Analisis:

Makna kata doumo pada cuplikan 5 percakapan di atas adalah “gimana ya”, sedangkan fungsinya adalah sebagai jawaban dan sebagai interjeksi. Dalam Mizutani dikatakan bahwa bentuk kata doumo yang digunakan sebagai jawaban dan sebagai interjeksi menggunakan bentuk doumo ne, namun pada cuplikan 5 percakapan kali ini terdapat kata doumo na, hal ini dikarenakan komik ini merupakan komik yang menggunakan bahasa slang, jadi percakapannya pun tidak sesuai dengan pola dan bentuk yang benar dan sesuai dengan kaidah yang ada dalam tata bahasa Jepang. Namun walaupun demikian cuplikan percakapan di atas berfungsi sebagai jawaban dan sebagai interjeksi.

3.3Kata Doumoyang Menyatakan Ungkapan Terimakasih dan Permintaan

Maaf

3.3.1 Kata Doumoyang Menyatakan Ungkapan Terimakasih

Cuplikan 6:

Fujiyama sensei : 山口先生 … … A, Yamaguchi sensei .. ... “Ah, bu Yamaguchi … ...”


(50)

電話 Denwa

“Ada telepon” 宅

Otaku kara yo “Dari rumahmu” Kumiko Yamaguchi : ー

A, doumo

Ah, terimakasih

(Gokusen 1 : 102) Analisis:

Makna kata doumo pada cuplikan 6 percakapan di atas adalah “terimakasih”, sedangkan fungsinya adalah untuk menunjukkan ungkapan terimakasih. Dalam ungkapan terimakasih tersebut di atas terdapat unsur permintaan maaf Kumiko Yamaguchi terhadap Fujiyama Sensei karena telah bersedia direpotkan dengan mengangkat telepon, padahal hal tersebut bukanlah tugas Fujiyama Sensei selaku staf pengajar. Namun dalam percakapan ini tetap saja penekanan makna yang lebih kuat adalah pada ungkapan terimasih.

Walaupun kata doumo di atas tidak diikuti oleh kata pendukung setelahnya, seperti arigatou, namun dalam tindakannya, sangat jelas kalau cuplikan di atas menunjukkan ungkapan terimakasih Kumiko Yamaguchi terhadap Ibu Yamaguchi yang telah bersedia direpotkan.


(51)

Cuplikan 7:

Oshima Kyotarou : 世話

Doumo sewani nariyashita

Terimakasih atas bantuannya, ya

Petinggi di Kepolisian : 元気 い Genki de yarinasaiyo “Jaga dirimu”

(Gokusen3 : 16) Analisis:

Makna kata doumo pada cuplikan 7 percakapan di atas adalah “terimakasih”, sedangkan fungsinya adalah untuk menunjukkan ungkapan terimakasih. Kata doumo di atas sudah jelas penggunaannya sebagai ungkapan terimakasih, apalagi karena diikuti perkataan “atas bantuannya”.Maka dapat disimpulkan bahwa kata doumo di atas digunakan oleh Oshima Kyotarou karena Petinggi di kepolisian telah membantunya.

Cuplikan 8:

Pejalan Kaki I : ー ー 子 ?

Ee’ kocchi no baama no ko?

“Eeh, anak yang rambutnya kribo ini?”

Pejalan Kaki II : いい 見 いわ

Iie, mitenai waa

“Nggak, nggak lihat tuh”


(52)

“Aku juga nggak” Kumiko Yamaguchi : …

Soudesuka… Doumo

“Begitu ya … Terimakasih” (Gokusen 7 :33)

Analisis:

Cuplikan 8 percakapan di atas sama kondisinya dengan cuplikan 6 pada percakapan sebelumnya, yaitu bermakna “terimakasih”, dan berfungsi untuk menunjukkan ungkapan terimakasih. Dalam ungkapan terimakasih tersebut di atas terdapat unsur permintaan maaf Kumiko Yamaguchi terhadap kedua pejalan kaki, karena ia merasa telah mengganggu waktu kedua pejalan kaki tersebut. Namun dalam percakapan ini tetap saja penekanan makna yang lebih kuat adalah pada ungkapan terimakasih.

Walaupun kata doumo di atas tidak diikuti oleh kata pendukung setelahnya, seperti arigatou, namun dalam tindakannya sangat jelas kalau cuplikan di atas menunjukkan ungkapan terimakasih Kumiko Yamaguchi terhadap kedua pejalan kaki, walaupun ia belum mendapatkan informasi yang ia cari dari kedua pejalan kaki tersebut.

Cuplikan 9:

Pemilik Apartemen : い? Hai? “Ya?” Shin Sawada : …


(53)

“Anu …” 突然

Totsuzen sumimasen

“Maaf tiba-tiba mengganggu” 僕

Boku “Saya”

隣 藤出 弟 け

Tonari no Yamaguchi no otonan desu kedo “Adik Fujiyama di sebelah”

Nanka… “Sepertinya…”

姉 様子 い …

Ane no yousu ga okashiin desu… “Kondisi kakak saya agak aneh…”

合 悪い い 心配 …

Guai demo nikuin janaikato totemo shinpai de… “Saya takut, dia nggak sehat…”

僕… Sore de boku… “Karena itu saya…”

ベ ン 方 様子 見


(54)

Beranda no kata kara yousu ga miretaratte omottan desu kedo…

“Mau minta izin untuk melihat keadaannya dari beranda…”

Pemilik Apartemen : ~~ ー Maa… … Douzo “Oh… Silahkan”

Douzo “Silahkan”

ー ー

Doozoo “Silahkan”

Minami : ス !? !! Sou’ka!? Doumo!!

“Benarkan!?Terimakasih!!” (Gokusen 8 :130-131)

Analisis:

Cuplikan 9 percakapan di atas sama kondisinya dengan cuplikan 6 dan 8 pada percakapan sebelumnya, yaitu bermakna “terimakasih”, dan berfungsi untuk menunjukkan ungkapan terimakasih. Dalam ungkapan terimakasih tersebut di atas terdapat unsur permintaan maaf para murid Kumiko Yamaguchiyang diwakilikan oleh Minami karena mereka telah mengganggu waktu istirahat tetangga ibu Fujiyama tersebut.Namun dalam cuplikan percakapan ini tetap saja penekanan makna yang lebih kuat adalah pada ungkapan terimakasih.


(55)

Walaupun kata doumo di atas tidak diikuti oleh kata pendukung setelahnya, seperti arigatou, namun sangat jelas kalau cuplikan 9 menunjukkan ungkapan terimakasih para murid Kumiko Yamaguchi yang diwakilkan oleh Minami kepada tetangga ibu Fujiyama yang telah memberi izin mereka untuk masuk ke rumah tetangga ibu Fujiyama tersebut untuk melihat kondisi ibu Fujiyama melalui beranda.

Cuplikan 10:

Murid Perempuan III : 女子 ?

Joshi toire wa doko desuka? “Toilet cewek dimana?” Kubo : ?

Ha?

“Ha?”

… 女子 ? … …!?

Jo… joshi toire? … … !? “Toilet cewe!?”

Murid Perempuan III : ー い ? E’… … naino? “Eh? Nggak ada?”

Kumiko Yamaguchi : 階段昇 右 職員室 先

Soko no kaidan nobotte migi no shokuin shitsu no sen ni arimasu yo


(56)

“Naik tangga yang disana, letaknya di sebelah kanan ruang guru”

Murid Perempuan III :

A, doumo

Ah, terimakasih

(Gokusen 9 :86-87) Analisis:

Hal serupa pada cuplikan 6, 8 dan 9 pada percakapan sebelumnya juga terjadi pada cuplikan 10 percakapan di atas yaitu bermakna “terimakasih”, dan berfungsi untuk menunjukkan ungkapan terimakasih. Walaupun kata doumo di atas tidak diikuti oleh kata pendukung setelahnya seperti arigatou, namun dalam tindakannya sangat jelas kalau cuplikan percakapan di atas menunjukkan ungkapan terimakasih seorang murid kelas 3 SMP kepada Kumiko Yamaguchi karena ia telah memberi tahu letak kamar mandi khusus perempuan di sekolah Swasta Shirokin.

Terdapat hal yang berbeda pada cuplikan 6, 8, dan 9 pada percakapan sebelumnya dengan cuplikan percakapan 10.Dalam cuplikan percakapan kali ini tidak terdapat unsur permintaan maaf seperti pada cuplikan percakapan yang menyatakan ungkapan terimakasih sebelumnya. Hal ini dikarenakan murid perempuan III tersebut tidak meminta bantuan/ bertanya sama sekali kepada Kumiko Yamaguchi melainkan Kumiko Yamaguchi sendiri yang secara tidak sengaja lewat dan memberikan informasi tersebut.


(57)

Cuplikan 11:

Uchiyama : … … Sokka… … “Ooh… …”

岸田涼子 ー … …

Kishida Ryukocantte yuuka… … “Jadi, namamu Ryoko Kishida … …”

可愛い 前 ス

Mecha mecha kawaii namae’ne’ “Namamu manis sekali ya” Ryoko Kishida :

Do… Doumo

Te, terimakasih

Noda : ー ー

誰 似 言わ い?

Ne… Ne…

Aidoru no dareka ni niterutte iwarenai?

“Eh, pernah ada yang bilang belum kalau kamu mirip artis?”

Ryoko Kishida : い

Ie … Betsu ni “Nggak, belum ada” (Gokusen 9 :88)


(58)

Analisis:

Hal serupa pada cuplikan 6, 8, 9 dan 10 pada percakapan sebelumnya juga terjadi pada cuplikan 11 percakapan di atas, yaitu bermakna “terimakasih”, dan berfungsi untuk menunjukkan ungkapan terimakasih. Walaupun kata doumo di atas tidak diikuti oleh kata pendukung setelahnya seperti arigatou, namun sangat jelas kalau cuplikan di atas menunjukkan ungkapan terimakasih seorang murid kelas 3 SMP yang bernama Ryoko Kishida kepada Uchiyama, karena Uchiyama telah memuji nama Ryoko Kishida sebagai nama yang manis atau indah.

Cuplikan 12:

Shin Sawada : ? Ha? “Hah?”

何持 来 前

Nani motte kitendayo omae “Apaan sih yang kamu bawa?”

い ー 何 … …

Iranee yo nandayo kore … … “Nggak usah, apa sih ini ……” い … …

Iya … …

“Ya ampun … …”

ー 臭ー


(59)

… 

Uu… 

“Uh…”

ー …

Eeto… “Ng…”

… …

Ja… Ma…Doumo…

“Kalau begitu…Terimakasih” (Gokusen 9 :168)

Analisis:

Hal serupa pada cuplikan 6, 8, 9, 10, dan 11 pada percakapan sebelumnya juga terjadi pada cuplikan 12 percakapan di atas yaitu bermakna “terimakasih”, dan berfungsi untuk menunjukkan ungkapan terimakasih. Walaupun kata doumo di atas tidak diikuti oleh kata pendukung setelahnya seperti arigatou, namun sangat jelas kalau cuplikan di atas menunjukkan ungkapan terimakasih Shin Sawada kepada Fuji yang merupakan anjing peliharaan Kumiko Yamaguchi, karena Fuji telah memberikan sekantung plastik yang berisi sesuatu yang menurutnya berharga kepada Shin Sawada.


(60)

3.3.2 Kata Doumo yang MenyatakanPermintaan Maaf

Cuplikan 13:

Oshima Kyotarou : ー い 通

Sumaneena mata choito toorashitemorau ze “Maaf nih, lagi-lagi aku numpang lewat” Sawada Shin : ?!! …

?!! … Do … Doumo sumimasen …

“Uh!?Ma …… Maaf, saya permisi …” Ibu yang sedang menyusui : いい

Iiee “Silahkan”

Seorang laki-laki : ー ー

Ee, douzo douzo

“Iya, silahkan silahkan” (Gokusen 4 : 155)

Analisis:

Makna kata doumo pada cuplikan 13 percakapan di atas adalah “maaf”, dan fungsinya adalah untuk menunjukkan ungkapan permintaan maaf. Sangat jelas bahwa makna yang terdapat pada cuplikan percakapan di atas adalah ungkapan permintaan maaf, karena selain diikuti dengan kata sumimasen, dalam tindakannya Shin Sawada merasa segan karena memotong jalan melalui rumah penduduk dan malu karena melihat seorang ibu yang merupakan pemilik rumah tersebut sedang menyusui anaknya.


(61)

Cuplikan 14:

Anak buah pak Mura : 5 目 事件 犯人 い 男 自首

来 !!

Gochoume no yama no hannin datteiu otoko ga jishu shite kitemasu!!

“Tersangka kasus jalan 5 menyerahkan dirinya!!” Pak Mura (Polisi) :

Nanii' “Apaa!?”

Pelaku Kejahatan : 手数 け

Doumo otekazu o okakeshimasu

“Maaf, sudah merepotkan” Pak Mura (Polisi) : …

A…Aa “I … Iya”

中 入 い

Ma toriaezu naka ni hairinasai “Pokoknya cepat masuk” Pelaku Kejahatan : い

Hai “Baik” (Gokusen 5 : 123-125)


(62)

Analisis:

Makna kata doumo pada cuplikan 14 percakapan di atas adalah “maaf”, dan fungsinya adalah untuk menunjukkan ungkapan permintaan maaf. Sangat jelas bahwa fungsi dan makna yang terdapat pada cuplikan 14 percakapan di atas adalah ungkapan permintaan maaf pelaku kejahatan yang menyerahkan diri karena merasa bersalah dan telah merepotkan banyak orang.

Cuplikan 15:

Ayah Shin Sawada : 慎…

Shin… “Shin…”

Kono baka mono “Dasar anak bodoh…” Shin Sawada :

Yotto “Hup”

Ano “Ng…”

迷惑 け

Doumo gomeiwaku o okakeshimashita

“Maaf telah banyak merepotkan” Ryuichirou Kuroda :


(63)

“Apa”

何 ー ー

Nante kotaanee yo “Itu bukan masalah kok” (Gokusen 6 : 56-57)

Analisis:

Makna kata doumo pada cuplikan 15 percakapan di atas adalah “maaf”, dan fungsinya adalah untuk menunjukkan ungkapan permintaan maaf. Sangat jelas bahwa fungsi dan makna yang terdapat pada cuplikan percakapan di atas adalah ungkapan permintaan maaf Shin Sawada terhadap keluarga Kuroda khususnya kepada Ryuichirou Kuroda yang merupakan ketua generasi Kuroda karena Shin Sawada merasa telah banyak merepotkan keluarga tersebut dengan cara melibatkan keluarga Kuroda ke dalam masalah keluarganya.

3.4Kata Doumo SebagaiKata Salam (Aisatsu)

Cuplikan 16:

Murid Perempuan I : 何 Koko wa nani “Ini apa?”

Murid Perempuan II : 学習質問 ー ー

Gakushuu shitsumon koonaa datte “Katanya, pojok pertanyaan mengenai pembelajaran”


(64)

“Permisi”

Richard : ー ○ ! Doumo hajime Ko!

Halo

(Gokusen 9 : 79) Analisis:

Makna kata doumo pada cuplikan 16 percakapan di atas adalah “halo/ hai”, dan fungsinya adalah sebagai ungkapan salam ketika bertemu dengan orang lain/ yang baru pertama kali bertemu atau berkenalan.

Pada cuplikan percakapan di atas, setelah kata hajime terdapat kata ko, mengingat komik ini menggunakan bahasa slang maka kata ko sendiri tidak memiliki makna dan arti yang khusus, selain itu Richard yang merupakan murid pertukaran pelajar asal Austria masih belum fasih dalam berbicara bahasa Jepang.


(65)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari uraian sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Walaupun komik ini menggunakan bahasa slang yang cenderung bukan dari bahasa sopan, namun masih terdapat ungkapan-ungkapan kata doumo dalam berbagai jenis penggunaan. Padahal selama ini yang diketahui pelajar tingkat awal pada bahasa Jepang adalah bahwa kata doumo digunakan untuk bahasa yang cenderung sopan pada beberapa buku pelajaran bahasa Jepang tingkat awal.

2. Kata doumo merupakan fukushi, yaitu kata yang dapat berdiri sendiri, tidak berkonjugasi, tidak dapat menjadi subjek, predikat, dan objek, berfungsi menerangkan doushi, keiyoushi,dan fukushi, lainnya. Fukushi terbagi atas tiga jenis, yaitu Joutai no fukushi, Teido no fukushi, dan Chinjutsu no fukushi.

3. Terdapat 16 buah kata doumo dalam komik “Gokusen” seri 1 sampai dengan seri 9, yaitu dengan fungsi sebagai berikut:

 Kata doumo yang menyatakan kesimpulan diikuti bentuk negatif, terdapat 1 buah

 Kata doumo yang menyatakan kesimpulan tidak diikuti bentuk negatif, terdapat 3 buah


(66)

 Kata doumo yang menyatakan ungkapan terimakasih, terdapat 7 buah dan menyatakan permintaan maaf, terdapat 3 buah

 Kata doumo sebagai salam (Aisatsu), terdapat 1 buah

4. Sedangkan Makna kata doumo dalam komik “Gokusen” dari seri 1 sampai dengan seri 9 adalah sebagai berikut : “sangat, ternyata,tapi, sepertinya, bagaimana, terimakasih, maaf, hai/ halo”.

5. Fungsi dan makna kata doumo yang paling banyak terdapat pada komik “Gokusen” seri 1 sampai dengan seri 9, adalah pada penggunaan fungsi dan makna kata doumo yang menunjukkan ungkapan terimakasih, yaitu sebanyak 7 buah.

4.2 Saran

Dalam skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, baik dalam segi penulisan, pembahasan maupun dalam segi lainnya. oleh karena itu disarankan kepada para pembaca yang juga ingin meneliti bagaimana fungsi dan makna kata doumo yang terdapat dalam komik, harus benar-benar memahami konteks cerita secara menyeluruh untuk dapat lebih mempermudah dalam menganalisis, serta juga harus memahami konsep tentang linguistik yang didukung dalam konsep lain yang saling berhubungan satu sama lainnya.

Semoga kemampuan pembelajar bahasa Jepang di Indonesia, khususnya yang berada di Medan dapat semakin meningkat, terutama dalam menginterpretasikan makna kata-kata dalam bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia, khususnya dalam hal ini pada kata doumo.


(67)

DAFTAR PUSTAKA

Bunka Institute. 1993. Gendai Kokugo Reikan Jiten. Tokyo : Bunka Institute. Chaer, Abdul. 1994. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia.Jakarta : Rineka

Cipta.

___________. 2007. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia.Jakarta : Rineka Cipta.

Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi III. Jakarta : Balai Pustaka.

Kim, Y. 1996. Kokugogaku Kenkyuu (The Japanese Language Review). http://www.iles.umn.edu/Thanks/ThanksBiblio.html

Koentjaraningrat. 1976. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : P.T Gramedia.

Lubis, Syahron. 2002. Dasar – Dasar Linguistik Sintaksis dan Semantik.Medan : Universitas Muslim Muhammadiyah.

Matsuoka, Hiroshi., dkk. 2000. Sokyuu wo Oshieru Hito no Tame no Nihonggo Bunpou Handobukku.Tokyo : Suriiee Nettowaaku.

Matsura, Kenji. 2005. Kamus Bahasa Jepang-Indonesia. Kyoto : Kyoto Sangyo University Press.

Mizutani, Osamu. 1992. Fukushi no Imi to Youhou. Tokyo : Okurashou Insatsukyoku.

Morimoto, Kozueko. 2000. Gokusen I. Tokyo :Shueisha.

________________. 2001. Gokusen II dan III.Tokyo :Shueisha. ________________. 2002. Gokusen IV dan V. Tokyo :Shueisha.


(68)

________________. 2004. Gokusen IX. Tokyo :Shueisha.

Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta : Rineka Cipta.

Sarwiji, Suwandi. 2008. Semantik Pengantar Kajian Makna. Yogyakarta : Media Perkasa.

Shiang, Tjhin Thian. 2007. Pola Komunikatif Bahasa Jepang. Jakarta: Gakushudo.

Situmorang, Hamzon. 2007. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Medan : USU Press.

Sudjianto. 2004. Gramatika Bahasa Jepang Modern Seri A. Jakarta : Kesaint Blanc.

Sutedi, Dedi. 2003. Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung : Humaniora Utama Press.


(69)

     


(70)

         


(71)

         


(72)

         


(73)

         


(74)

         


(75)

         


(76)

         


(77)

         


(78)

         


(79)

         


(80)

         


(1)

           

 


(2)

           

 


(3)

           

 


(4)

           

 


(5)

           

 


(6)