Analisis Fungsi dan Makna Kata Wake dalam Komik Tonari no Kaibutsu-kun Karya Robiko

(1)

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA KATA WAKE DALAM KOMIK TONARI NO KAIBUTSU-KUN” KARYA ROBIKO

ROBIKO NO SAKUHIN NO “TONARI NO KAIBUTSU-KUN” TO IU MANGA NI OKERU “WAKE” NO IMI TO KINOU NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat

ujian skripsi dalam bidang ilmu Sastra Jepang

Oleh :

JEIN SHINTYA FRISGI 100708076

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA KATA WAKE DALAM KOMIK TONARI NO KAIBUTSU-KUN” KARYA ROBIKO

ROBIKO NO SAKUHIN NO “TONARI NO KAIBUTSU-KUN” TO IU MANGA NI OKERU “WAKE” NO IMI TO KINOU NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat

ujian skripsi dalam bidang ilmu Sastra Jepang Oleh:

JEIN SHINTYA FRISGI 100708076

Pembimbing I Pembimbing II

Muhammad Pujiono, S,S., M.Hum Dr. Diah Syahfitri Handayani, M.Litt NIP : 19691011 2002 12 1 001 NIP : 19721228 1999 03 2 001

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

Disetujui oleh:

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Medan, Oktober 2014 Departemen Sastra Jepang

Ketua,

Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum NIP. 19600919 1988031001


(4)

PENGESAHAN Diterima Oleh ,

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang Pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Pada : Tanggal : Hari :

Fakultas Ilmu Budaya Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A NIP. 19511013 1976 03 1 001

Panitia Ujian

No. Nama Tanda Tangan 1. Mhd. Pujiono, S.S, M.Hum ( ) 2. Dr. Diah Syahfitri Handayani, M.Litt ( ) 3. Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum ( )


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kasih, berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Fungsi dan Makna Kata Wake dalam Komik Tonari no Kaibutsu-kun Karya Robiko”.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan di dalam skripsi ini, namun berkat dukungan dan bantuan dari pihak-pihak yang sangat banyak membantu penulis, maka penulisan skripsi ini pun akhirnya bisa diselesaikan.

Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara,

2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum, selaku Ketua Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara,

3. Bapak Muhammad Pujiono, S.S, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan bantuannya untuk menyediakan waktu, pikiran dan tenaga dalam membimbing, mengarahkan serta memeriksa skripsi ini,

4. Ibu Dr. Diah Syahfitri Handayani, M.Litt, selaku Dosen Pembimbing II yang sudah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran dan arahan kepada penulis untuk perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini,


(6)

5. Bapak/Ibu dosen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah berjasa memberikan pengajaran, perkuliahan dan ilmu yang bermanfaat selama 4 tahun kepada penulis,

6. Bapak dan Mama yang sudah memberikan banyak dukungan, kasih sayang, kesabaran dan doa, serta kakak dan adik-adik saya tercinta yang juga telah banyak mendukung dan membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Seluruh senior dan junior dan teman-teman stambuk 2010. Terima kasih

untuk kebersamaannya selama ini.

8. Terima kasih juga kepada bang Joko dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, agar skripsi ini menjadi lebih baik lagi kedepannya.

Medan, Oktober 2014 Penulis


(7)

DARTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ...iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan ... 6

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ... 7

1.4.1 Tinjauan Pustaka ... 7

1.4.2 Kerangka Teori ... 9

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 13

1.5.1 Tujuan Penelitian ... 13

1.5.2 Manfaat Penelitian ... 14

1.6 Metode Penelitian ... 14

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP FUNGSI, MAKNA, DAN KEISHIKI MEISHI WAKE 2.1 Pengertian dan Jenis – Jenis Fungsi ... 16

2.1.1 Pengertian Fungsi ... 16

2.1.2 Jenis-jenis Fungsi ... 16

2.2. Pengertian dan Jenis – Jenis Makna ... 18


(8)

2.2.2 Jenis – Jenis Makna ... 19

2.3 Pengertian dan Jenis – Jenis Meishi ... 21

2.3.1 Pengertian Meishi ... 21

2.3.2 Jenis – Jenis Meishi ... 22

2.4 Pengertian, Jenis – jenis, Fungsi dan Makna Keishiki Meishi Wake ... 29

2.4.1 Pengertian Keishiki Meishi ... 29

2.4.2 Jenis – Jenis Keishiki Meishi Wake... 29

2.4.3 Fungsi dan Makna Keishiki Meishi Wake ... 30

BAB III ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA KATA WAKE DALAM KOMIK “TONARI NO KAIBUTSU-KUN KARYA ROBIKO 3.1 Wake yang menunjukkan kepantasan ... 33

3.2 Wake yang menunjukkan kemungkinan ... 40

3.3 Wake yang menyatakan penegasan ... 47

3.4 Wake yang menyatakan ketidakmungkinan ... 54

BAB IV KESIMPULAN 4.1 Kesimpulan ... 61

4.2 Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA


(9)

ABSTRAK

Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia di dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menggunakan bahasa, manusia dapat menyampaikan gagasan, pikiran, maupun perasaan kepada lawan bicara, karena itu bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Di dalam bahasa yang digunakan penutur juga mengandung makna yang bermacam-macam. Karena itu penggunaan bahasa oleh penutur juga perlu diperhatikan karena apabila ada kesalahan dalam penggunaan bahasa akan menyebabkan makna yang berbeda sehingga lawan bicara tidak akan mengerti maksud dari pembicaraan. Hal ini menyebabkan makna juga penting dalam peristiwa tutur, peranan makna dapat mempengaruhi komunikasi antara kedua belah pihak, baik penutur maupun lawan bicara.

Kajian tentang makna dalam ilmu linguistik disebut dengan semantik. Objek kajian semantik antara lain fungsi dan makna kata, relasi makna, makna frase, dan makna kalimat.

Tujuan penulisan skripsi ini yaitu untuk mengetahui fungsi dan makna kata wake secara umum, selain itu juga untuk mengetahui fungsi dan makna kata wake dalam kalimat-kalimat percakapan di dalam komik “Tonari no Kaibutsu-kun” jilid 1 sampai dengan 6 karya Robiko. Penulis membahas fungsi dan makna kata wake yang terdapat pada kalimat dalam komik (masing-masing empat contoh kalimat) sesuai dengan teori Susumu Nagara. Seluruh contoh kalimat wake


(10)

diambil secara acak dari komik “Tonari no Kaibutsu-kun” jilid 1 sampai dengan jilid 6 karya Robiko.

Metode penulisan skripsi ini adalah menggunakan metode deskriptif dan pengumpulan data melalui metode penelitian pustaka

Kata wake termasuk ke dalam salah satu jenis meishi, yaitu keishiki meishi. Keishiki meishi merupakan kata benda yang mempunyai arti yang abstrak. Kata wake memiliki fungsi dan makna yang berbeda-beda berdasarkan pada kata yang mengikutinya. Secara umum makna kata wake adalah sebab atau alasan dan arti, sedangkan makna gramatikal kata wake adalah beragam, tergantung pada kata yang mengikutinya. Apabila wake diikuti dengan frase „ga nai‟ maka akan memiliki makna “tidak mungkin”, sedangkan kalau kata wake diikuti dengan frase „ni wa ikanai‟ memiliki makna “tidak bisa”. Karena memiliki fungsi dan makna yang berbeda – beda berdasarkan dengan kata yang mengikutinya, maka penulis menggunakan makna gramatikal sebagai acuan teoritis.

Dalam menganalisis fungsi dan makna kata wake dalam kalimat percakapan yang terdapat dalam komik “Tonari no Kaibutsu-kun” jilid 1 sampai dengan 6, penulis menggunakan teori-teori pakar yang berhubungan dengan fungsi dan makna kata wake sebagai landasan. Dalam menganalisis fungsi dan makna kata wake penulis menggunakan teori Nagara Susumu.

Menurut Nagara kata wake terbagi menjadi lima jenis, yaitu wake yang menyatakan kepantasan, wake yang menyatakan kemungkinan, wake yang menyatakan penegasan, wake yang menyatakan ketidakmampuan, dan wake yang menyatakan keharusan.


(11)

Berdasarkan hasil analisis, terdapat 50 buah kalimat yang memiliki kata wake di dalam komik Tonari no Kaibutsu-kun jilid 1 sampai dengan 6 karya Robiko, yang terdiri dari 14 buah kalimat yang memiliki kata wake yang menyatakan kepantasan, 10 buah kalimat yang memiliki kata wake yang menyatakan kemungkinan, 11 buah kalimat yang memiliki kata wake yang menyatakan penegasan, 4 buah kalimat kata wake yang memiliki kata wake yang menyatakan ketidakmungkinan, 4 buah kalimat yang memiliki kata wake yang diikuti frase to iu, menjadi to iu wake de, dan 7 buah kalimat yang memiliki kata wake yang menyatakan makna sebenarnya yaitu "alasan / arti / sebab". Sedangkan penulis tidak menemukan kata wake yang menyatakan kewajiban.


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Menurut beberapa pakar ahli bahasa, bahasa memiliki beraneka ragam definisi. Menurut Wibowo (2001:3), bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran. Sedangkan menurut Keraf dalam Smarapradhipa (2005:1) (dikutip dari http://wismasastra.wordpress.com), memberikan dua pengertian bahasa:

1. Bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

2. Bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari, sehingga bahasa memiliki peranan yang sangat penting di dalam kehidupan manusia. Dengan menggunakan bahasa, kita dapat menyampaikan gagasan, pikiran, maupun ide kepada lawan bicara.

Setiap bahasa memiliki keunikannya masing-masing, baik aksara yang digunakan, maupun struktur bahasa yang digunakan, seperti bahasa Jepang. Menurut Sutedi (2009: 9) dalam gramatikal, bahasa Jepang banyak memiliki partikel atau pemarkah kasus (joshi) yang fungsinya juga bermacam-macam.


(13)

Perbedaan nomina, verba, dan adjektiva mudah dikenali dengan melihat bentuk kata tersebut, karena memiliki ciri tersendiri.

Kelas kata dalam bahasa Jepang disebut dengan hinshi bunrui (品詞 類). Motojiro dalam Sudjianto (2004:147) mengklasifikasikan kelas kata bahasa Jepang menjadi sepuluh kelas kata yaitu:

1. Doushi (kata kerja)

2. Keiyoushi (kata sifat berakhiran –i) 3. Keiyoudoushi (kata sifat berakhiran –na) 4. Meishi (kata benda)

5. Fukushi (kata keterangan) 6. Rentaishi (pra kata benda) 7. Setsuzokushi (kata sambung)

8. Kandoushi (kata seru/kata serapan/kata panggilan) 9. Jodoushi (kata kerja kopula)

10.Joshi (kata Bantu)

Kelas kata nomina atau dalam bahasa Jepang disebut dengan meishi, merupakan kelas kata yang sering digunakan dalam peristiwa tutur. Matsuoka dalam Sudjianto (2004:156) mendefinisikan bahwa meishi sebagai kelas kata yang menyatakan orang, benda, peristiwa, dan sebagainya, tidak mengalami konjugasi, dan dapat dilanjutkan dengan kakujoshi (kata keterangan). Kemudian Hirai dalam Sudjianto (2004:156) menyatakan bahwa meishi, disebut juga taigen, di dalam suatu kalimat ia dapat menjadi subjek, predikat, kata keterangan dan sebagainya.


(14)

Salah satu jenis meishi adalah keishiki meishi. Uehara Takeshi dalam Sudjianto (1996:54) menyatakan bahwa keishiki meishi adalah nomina yang bersifat formalitas, menyatakan arti yang sangat abstrak. Kata-kata ini tidak memiliki arti yang jelas bila tidak disertai dengan kata lain.

Keishiki meishi juga ada berbagai macam, salah satu diantaranya adalah wake. Kata wake mempunyai makna leksikal yang menyatakan arti atau maksud dan alasan, serta makna gramatikal yang berbeda tergantung pada kata yang mengikutinya. Misalnya apabila kata wake diikuti dengan partikel ga dan ditambah dengan kata kerja nai, mengandung makna tidak mungkin, sedangkan apabila kata wake diikuti dengan partikel ni dan wa kemudian ditambah dengan kata kerja ikanai maka akan membentuk makna yang berbeda dengan yang sebelumnya, wake ni wa ikanai menyatakan tidak dapat melakukan suatu perbuatan, atau bermakna tidak dapat. Hal ini tentu menimbulkan kesulitan bagi pembelajar bahasa Jepang dalam memahami makna kata wake tersebut. Contohnya dalam kalimat berikut:

(1) 料理 作 いわ い 忙 い あ 作 い Ryouri ga tsukurenai wake de wa nai ga, isogashii kara amari tsukuranai

(Shimizu, 2010:37) Terjemahan:

Belum tentu tidak bisa membuat masakan, karena sibuk jadi tidak begitu sering membuatnya.


(15)

(2) 金 い 家 買 わ い Okane ga nai no dakara, ie wo kaeru wake ga nai (Shimizu, 2010:73)

Terjemahan:

Karena tidak ada uang, tidak mungkin bisa membeli rumah.

Jika ditinjau dari unsur yang mengikuti, wake pada kalimat (1) diikuti oleh partikel „de wa‟ dan ditambah dengan kata kerja negatif „nai‟ sehingga memiliki makna belum tentu, sedangkan pada kalimat (2) wake diikuti dengan partikel ga dan kata kerja negatif nai dan bermakna tidak mungkin. Pada kedua kalimat di atas sama-sama terdapat kata benda wake tetapi wake dalam kedua kalimat tersebut masing-masing memiliki makna yang berbeda-beda. Fungsi kata wake pada kedua kalimat di atas juga berbeda-beda, pada kalimat (1) kata wake sebagai penyangkalan secara halus terhadap suatu dugaan yang wajar, sedangkan pada kalimat (2) kata wake menunjukkan ketidakmungkinan terjadinya suatu perbuatan atau keadaan.

Melihat perubahan makna yang terjadi akibat penambahan unsur yang mengikutinya, serta fungsi dari kata wake yang berbagai macam sesuai dengan maknanya maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan judul “Analisis Fungsi dan Makna Kata Wake dalam Komik “Tonari No Kaibutsu-kun Karya Robiko


(16)

1.2Rumusan Masalah

Dalam menggunakan bahasa Jepang, pembicara tentu harus paham benar dengan pemakaian makna atau struktur bahasa tersebut untuk menghindari kesalahan dalam berkomunikasi misalnya pemakaian kata wake.

Kata wake merupakan salah satu dari jenis keishiki meishi. Keishiki meishi adalah nomina yang bersifat formalitas, menyatakan arti yang sangat abstrak (Uehara Takeshi dalam Sudjianto, 1996:54). Kata wake memiliki makna leksikal yaitu alasan atau sebab dan arti serta memiliki makna gramatikal yang berbeda-beda tergantung pada kata yang mengikutinya. Misalnya apabila kata wake diikuti dengan kopula da menjadi wake da maka kata wake tersebut akan memiliki makna pantas atau wajar, jika kata wake ditambahkan dengan frase de wa nai, maka kata wake akan menjadi bermakna bukan berarti atau belum tentu.

Karena kata wake memiliki banyak makna yang berbeda – beda sesuai dengan kata yang mengikutinya, sehingga penulis sering keliru membedakan makna kata wake. Penulis juga memilih komik Tonari no Kaibutsu-kun karena penulis banyak menemukan kata wake di dalam komik ini. Jumlah semua kalimat yang menggunakan kata wake dalam komik Tonari no Kaibutsu-kun karya Robiko jilid 1 sampai dengan jilid 12 adalah sebanyak 101 buah kalimat, tetapi penulis hanya membatasinya sampai dengan jilid 6 saja.

Berdasarkan hal yang telah penulis sampaikan di atas, hal tersebut membuat penulis menjadi tertarik untuk membahas fungsi dan makna kata wake.


(17)

1) Bagaimana fungsi dan makna kata wake secara umum di dalam bahasa Jepang?

2) Bagaimana fungsi dan makna kata wake dalam kalimat yang terdapat pada komik “Tonari no Kaibutsu-kun” jilid 1 sampai dengan jilid 6 karya Robiko?

1.3Ruang Lingkup Pembahasan

Penelitian ini akan membahas fungsi dan makna kata wake di dalam kalimat yang terdapat dalam komik berbahasa Jepang, Tonari no Kaibutsu-kun jilid 1 sampai dengan jilid 6 karya Robiko dengan mengambil cuplikan-cuplikan kalimat dalam komik tersebut. Komik Tonari no Kaibutsu-kun ini terdiri atas 12 jilid yang terbit dari tahun 2009 sampai tahun 2013, tetapi penulis hanya akan membatasi ruang lingkup penelitian hanya pada jilid 1 sampai dengan jilid 6 saja. Penulis memilih komik Tonari no Kaibutsu-kun karena penulis banyak menemukan kata wake di dalam komik ini. Penulis akan mengklarifikasikan dan menganalisis makna kata wake berdasarkan fungsinya masing-masing sebanyak empat cuplikan dari komik Tonari no Kaibutsu-kun karya Robiko jilid 1 sampai dengan jilid 6.

Kalimat percakapan yang menggunakan kata wake dalam komik Tonari no Kaibutsu-kun jilid 1-6 seluruhnya berjumlah 50 kalimat. Tetapi yang akan penulis analisis hanya 20 dari 50 kalimat yang penulis pilih secara acak. Adapun kalimat-kalimat yang lain memiliki makna yang sama dengan kalimat-kalimat yang dipilih secara acak tersebut.


(18)

Komik Tonari no Kaibutsu-kun jilid pertama terdiri dari 169 halaman, lalu pada jilid kedua terdiri dari 162 halaman, pada jilid ketiga terdiri dari 164 halaman, pada jilid keempat 167 halaman, pada jilid ke lima terdiri dari 166 halaman, dan pada jilid ke enam terdiri dari 176 halaman.

Dalam pembagian fungsi dan makna kata wake, Nagara (1987:127-129) membagi wake menjadi 5.

1.4Tinjauan Pustaka Dan Kerangka Teori 1.4.1 Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini, penulis akan menganalisis fungsi dan makna kata wake di dalam bahasa Jepang menggunakan kajian semantik.

Linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya (Chaer, 2007:12). Ada beberapa bidang yang dikaji dalam linguistik antara lain, yaitu sintaksis dan semantik.

Menurut Sutedi (2009:111) Semantik (imiron / 意味論) merupakan salah satu cabang Linguistik (gengogaku / 言語学) yang mengkaji tentang makna. Objek kajian semantik antara lain makna kata (go no imi), relasi makna antara satu kata dengan kata yang lainnya (go no imi kankei), makna frase (ku no imi), dan makna kalimat (bun no imi).

Menurut Chaer (2009:59) makna dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria dan sudut pandang, diantaranya: berdasarkan jenis semantiknya dibedakan menjadi makna leksikal dan makna gramatikal, berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah kata atau leksem dibedakan menjadi makna referensial dan makna


(19)

nonreferensial, berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata atau leksem dibedakan menjadi makna denotasi dan makna konotasi, berdasarkan ketepatan maknanya dibedakan menjadi makna kata dan makna istilah atau makna umum dan makna khusus, berdasarkan ada atau tidak adanya hubungan (asosiasi, refleksi) makna sebuah kata dengan makna kata lain dibagi menjadi makna konseptual dan makna asosiatif, berdasarkan bisa atau tidaknya diramalkan atau ditelusuri, baik secara leksikal maupun gramatikal dibagi menjadi makna idiomatikal dan peribahasa, berdasarkan kata atau leksem yang tidak memiliki arti sebenarnya, yaitu oposisi dari makna sebenarnya disebut makna kias.

Menurut Sutedi (2009:115) makna leksikal adalah makna kata yang sesungguhnya sesuai dengan referensinya sebagai hasil pengamatan indra dan terlepas dari unsur gramatikalnya, atau bisa juga dikatakan sebagai makna asli suatu kata.

Makna gramatikal adalah makna yang muncul akibat proses gramatikalnya. Makna gramatikal baru ada kalau terjadi proses gramatikal, seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi atau kalimatisasi (Chaer, 2007:290). Dengan demikian, proses gramatikal bahasa dapat merubah makna kata yang dibentuknya.

Motojiro dalam Sudjianto (1996:27) mengklasifikasikan kelas kata menjadi sepuluh kelas kata. Salah satunya adalah kata benda (meishi).

Meishi dapat diartikan sebagai kata nama, yang mempunyai ciri-ciri dapat berdiri sendiri, tidak mengenal konjugasi (perubahan), dan menjadi subjek atau objek dalam kalimat (Situmorang, 2007:34).


(20)

Salah satu jenis meishi adalah keishiki meishi. Uehara Takeshi dalam Sudjianto (1996:54) menyatakan bahwa keishiki meishi adalah nomina yang bersifat formalitas, menyatakan arti yang sangat abstrak. Kata-kata ini tidak memiliki arti yang jelas bila tidak disertai dengan kata lain. Kata-kata yang termasuk dalam keishiki meishi sangat terbatas, antara lain:

a. Toori : sebagaimana, seperti b. Tokoro : waktu, sedang, sesuatu c. Toki : waktu, ketika, saat

d. Koto : hal, sesuatu e. Uchi : selama, ketika f. Tame : untuk

g. Hazu : seharusnya h. Hou : Lebih (baik) i. Mama : begitu saja j. Mono : hal, soal, perkara k. Wake : sebab, arti, alasan

Selain itu Terada dalam Sudjianto & Dahidi (2004:160) menyatakan bahwa keishiki meishi adalah nomina yang menerangkan fungsinya secara formalitas tanpa memiliki hakekat atau arti yang sebenarnya sebagai nomina.

1.4.2 Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka


(21)

teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana penelitian akan disoroti (Nawawi, 1991:39). Penelitian difokuskan pada analisis fungsi dan makna kata wake yang terdapat pada komik Tonari no Kaibutsu-kun karya Robiko jilid 1 sampai dengan jilid 6. Dalam menganalisis makna kata wake, maka penulis akan memaparkan pendekatan yang digunakan dan beberapa teori yang menjelaskan tentang pemakaian wake.

Menurut Kridalaksana (2008:67), fungsi adalah: (1) beban makna suatu kesatuan bahasa; (2) hubungan antara satu satuan dengan unsur-unsur gramatikal, leksikal, atau kronologis dalam suatu deret satuan-satuan; (3) penggunaan bahasa untuk tujuan tertentu; (4) peran unsur dalam suatu ujaran dan hubungannya secara struktural dengan unsur lain; (5) peran sebuah unsur dalam satuan sintaksis yang lebih luas, misal, nomina yang berfungsi sebagai subjek atau objek. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:322), fungsi diartikan sebagai [1] jabatan (pekerjaan) yang dilakukan; [2] faal (kerja suatu bagian tubuh); [3] dalam ilmu matematika, fungsi berarti besaran yang berhubungan, jika besaran yang satu berubah, besaran yang lain juga berubah; [4] kegunaan suatu hal; [5] dalam istilah linguistik “fungsi” berarti peran sebuah unsur bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih luas. Dalam hal ini penulis akan melakukan analisis fungsi kata wake berdasarkan arti dari kridalaksana point ke (5) menyangkut peran unsur dalam satuan sintaksis dan arti menurut kamus besar point [5] untuk arti fungsi dalam istilah linguistik.

Selain membahas fungsi kata wake, penulis juga membahas makna kata wake di dalam kalimat. Menurut Kridalaksana (2008:132), makna adalah: (1)


(22)

maksud pembicaraan; (2) pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia; (3) hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antara bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya; (4) cara menggunakan lambang-lambang bahasa.

Kata wake memiliki beberapa fungsi dan makna. Nagara (1987:127-129) menjelaskan bahwa wake memiliki beberapa fungsi dan makna, antara lain:

1. Menyatakan kewajaran atau kepantasan Contoh:

昨日習 良 出来 わ

Kinou naratta bakari desu kara, yoku dekiru wake desu.

Karena kemarin baru saja belajar, wajar kalau bisa dengan baik. 2. Menyatakan kemungkinan suatu keputusan

Contoh:

計画 仕 成功 わ

Sonna keikaku de wa kono shigoto ga seikousuru wake ga nakatta. Dengan rencana seperti itu pekerjaan ini tidak mungkin berhasil. 3. Menunjukkan penegasan

Contoh:

あ 一人 悪い い わ あ

Anata hitori ga warui to iu wake de wa arimasen. Bukan berarti kamu sendiri yang buruk


(23)

4. Menunjukkan ketidakmungkinan Contoh:

今日 忙 い 遊 い わ い い

Kyou wa isogashii no de, asonde iru wake ni wa ikanai. Karena hari ini sibuk, tidak bisa bermain.

5. Menunjukkan kewajiban Contoh:

友 忙 い 手伝わ いわ い

Tomodachi ga isogashii no ni tetsudawanai wake ni wa ikimasen deshita

Karena teman sibuk, harus membantu.

Dalam menganalisis makna dari kata wake, maka penulis akan menggunakan teori dari Nagara Susumu di atas untuk menganalisis kata wake di dalam komik Tonari no Kaibutsu-kun.

Kajian makna dalam linguistik berhubungan dengan semantik. Semantik dalam bahasa Jepang disebut dengan imiron. Semantik atau imiron adalah salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang makna (Sutedi, 2009:111).

Salah satu kajian makna dalam bahasa yaitu makna gramatikal. Makna gramatikal (grammatical meaning), atau makna structural (structural meaning), atau makna internal (internal meaning) adalah makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya kata dalam kalimat (Pateda, 2001:103).

Sama seperti pendapat Pateda diatas, dalam blog (http://larasluphpink.blogspot.com) dikatakan bahwa semantik gramatikal berupa


(24)

semantik yang mengkaji makna dalam satuan kalimat. Menurut Verhaar, semantik gramatikal lebih sulit dari semantik lainnya. Meskipun kalimat merupakan perpaduan dari unsur bahasa (segmental dan suprasegmental) berupa kata, namun yang dibahas bukan kata dalam satuan yang mandiri tetapi kata yang ada di dalam satuan kalimat. Contoh: Kata aman, kalau kita lihat batasan, kata aman dalam morfologi adalah tentram, damai, dan tanpa gangguan. Tapi bila telah masuk ke dalam kalimat, akan berbeda maknanya. Seperti contoh: Desa itu aman dan terkendali. Dari contoh kalimat di atas, kata aman disitu bukanlah lagi menggambarkan sebuah tempat yang damai, dan tentram, tetapi, keadaan desa tersebut aman karena telah dikendalikan.

Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan teori – teori yang telah dipaparkan di atas untuk menganalisis kata wake yang terdapat dalam komik Tonari no Kaibutsu-kun karya Robiko Jilid 1 sampai dengan jilid 6.

1.5Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui fungsi dan makna kata wake secara umum

2. Untuk mengetahui fungsi dan makna kata wake dalam komik Tonari no Kaibutsu-kun jilid 1 sampai dengan jilid 6 karya Robiko


(25)

1.5.2 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menambah wawasan penulis tentang fungsi dan makna kata wake khususnya dalam komik Tonari no Kaibutsu-kun jilid 1 sampai dengan jilid 6 karya Robiko

2. Sebagai referensi ilmu ketatabahasan bagi institusi yang membutuhkan karangan ilmiah ini untuk diteliti lebih lanjut.

1.6Metode Penelitian

Metode yang digunakan penulis bersifat deskriptif. Menurut Koentjaraningrat (1976:30) bahwa penelitiaan yang bersifat deskriptif yaitu memberi gambaran yang secermat mungkin mengenai individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu. Sedangkan menurut Furchan (2004:447) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan. Lebih lanjut dijelaskan, dalam penelitian deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan serta tidak ada uji hipotesis sebagaimana yang terdapat pada penelitian eksperiman.

Data-data diperoleh melalui metode penelitian pustaka (library research), yaitu mencari data dan mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penulisan. Objek dalam penelitian ini adalah komik Tonari no Kaibutsu-kun jilid 1 sampai dengan 6 karya Robiko. Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah:


(26)

1. Pengumpulan data-data dari referensi yang berkaitan dengan judul penulisan

2. Membaca komik Tonari no Kaibutsu-kun jilid 1 sampai dengan 6 karya Robiko

3. Mencari dan merangkum kata wake yang terdapat dalam komik Tonari no Kaibutsu-kun jilid 1 sampai dengan 6 karya Robiko


(27)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP FUNGSI, MAKNA, DAN KEISHIKI MEISHI WAKE

2.1 Fungsi

2.1.1 Pengertian Fungsi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (http://kbbi.web.id), fungsi dalam istilah ilmu linguistik merupakan peran sebuah unsur bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih luas (seperti nomina berfungsi sebagai subjek);

Sedangkan menurut Kridalaksana (2008:67), fungsi adalah: (1) beban makna suatu kesatuan bahasa; (2) hubungan antara satu satuan dengan unsur-unsur gramatikal, leksikal, atau kronologis dalam suatu deret satuan-satuan; (3) penggunaan bahasa untuk tujuan tertentu; (4) peran unsur dalam suatu ujaran dan hubungannya secara struktural dengan unsur lain; (5) peran sebuah unsur dalam satuan sintaksis yang lebih luas, misal, nomina yang berfungsi sebagai subjek atau objek.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi merupakan suatu peranan dalam unsur sintaksis yang saling berhubungan dengan unsur – unsur lainnya seperti unsur gramatikal, leksikal, ataupun kronologis.

2.1.2 Jenis – Jenis Fungsi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (http://kbbi.web.id), jenis – jenis fungsi dibagi menjadi empat jenis, yaitu:


(28)

1. Fungsi Ekspresif

Penggunaan bahasa untuk menampakkan hal ihwal yang bersangkutan dengan pribadi pembicara.

2. Fungsi Fatis

Penggunaan bahasa untuk mengadakan atau memelihara kontak antara pembicara dan pendengar.

3. Fungsi Kognitif

Penggunaan bahasa untuk penalaran akal. 4. Fungsi Komunikatif

Penggunaan bahasa untuk penyampaian informasi antara pembicara (penulis) dan pendengar (pembaca)

Sedangkan menurut Pangaribuan (2008:63), fungsi terdiri atas tiga jenis, yaitu:

1. Fungsi Ideasional

Fungsi yang dipresentasikan oleh unsur pengalaman dan pemikiran logis yang diungkapkan melalui teks, seperti siapa berperan apa, melakukan tindakan sosial apa, kepada siapa, di lokasi mana, dan lain-lain

2. Fungsi Interpersonal

Fungsi yang menjelaskan bagaimana hubungan antar partisipan yang direalisasikan lewat bahasa melalui peran ungkapan, pilihan persona, modalitas ungkapan, dan lain-lain.


(29)

3. Fungsi Tekstual

Fungsi yang dilihat dari bagaimana keterpaduan makna direalisasikan melalui struktur informasi, kohesi dan unsur-unsur lain yang menyatakan bagaimana bahasa itu melayani kepentingan partisipan.

2.2 Makna

2.2.1 Pengertian Makna

Makna merupakan salah satu kajian dalam semantik yang merupakan bagian terpenting dalam melakukan percakapan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (http://kbbi.web.id), definisi makna yaitu :

1. Arti

2. Maksud pembicara atau penulis; pengertian yg diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan;

Sedangkan menurut Kridalaksana (2008:132), makna adalah: (1) maksud pembicaraan; (2) pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia; (3) hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antara bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya; (4) cara menggunakan lambang-lambang bahasa.

Dari pengertian yang terdapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa makna adalah arti atau maksud dari suatu tindak tutur.


(30)

2.2.2 Jenis – Jenis Makna

Menurut Chaer (2009:59), jenis atau tipe makna dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria atau sudut pandang, yaitu :

a. Berdasarkan jenis makna semantiknya, makna dapat dibedakan menjadi makna leksikal dan makna gramatikal.

Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan observasi alat indera, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita. Contohnya kata tikus. Makna leksikalnya adalah sebangsa binatang pengerat yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit tifus. Sedangkan makna gramatikalnya adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatika seperti proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi.

b. Berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah kata atau leksem, dapat dibedakan menjadi makna refrensial dan makna non refrensial.

Makna refrensial adalah makna dari kata-kata yang mempunyai refren, yaitu sesuatu diluar bahasa yang diacu oleh kata itu. Contoh kata meja, dan kursi disebut makna refrensial karena kedua kata itu mempunyai refren yaitu sejenis perabot rumah tangga. Sedangkan kata-kata yang tidak mempunyai refren, maka kata itu disebut kata bermakna non refrensial. Contoh kata karena dan kata tetapi tidak mempunyai refren. Jadi dapat disimpulkan kata-kata yang termasuk kata penuh seperti meja dan kursi termasuk kata-kata yang bermakna refrensial, sedangkan yang termasuk kata tugas seperti preposisi, konjugasi, dan kata tugas lain adalah kata-kata yang bermakna non refrensial.


(31)

c. Berdasarkan ada tidaknya rasa pada sebuah kata atau leksem, dibedakan menjadi makna denotatif dan konotatif.

Makna denotatif pada dasarnya sama dengan makna refrensial, sebab makna denotative ini lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman lainnya karena sering disebut makna sebenarnya. Sedangkan makna konotatif adalah makna tambahan pada suatu kata yang sifatnya memberi nilai rasa baik positif maupun negatif.

d. Berdasarkan ketetapan maknanya, makna dapat menjadi makna kata dan makna istilah.

Makna kata sering disebut sebagai makna yang bersifat umum, sedangkan makna istilah memiliki makna yang tetap dan pasti. Hal ini dilihat dari contoh dalam bidang kedokteran yakni kata tangan dan lengan, digunakan sebagai istilah untuk pengertian yang berbeda. Makna tangan adalah „pergelangan sampai ke jari-jari‟, sedangkan makna lengan adalah „pergelangan sampai ke pangkal bahu‟. Sebaliknya dalam bahasa umum tangan dan lengan diaggap bersinonim.

e. Berdasarkan kriteria atau sudut pandang lain, dibedakan menjadi makna asosiatif, idiomatik, kolokatif, dan sebagainya.

Makna asosiatif sesungguhnya sama dengan pelambang-pelambang yang digunakan oleh suatu masuarakat bahasa untuk menyatakan suatu konsep lain. Contohnya kata melati digunakan sebagai pelambang kesucian, kata merah digunakan sebagai pelambang keberanian. Berbeda dengan makna


(32)

idiomatik, kata idiom berarti satuan-satuan bahasa (bisa berupa kata, frase, maupun kalimat) yang maknanya tidak dapat diramalkan dari makna leksikal unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut. Contohnya frase menjual rumah bermakna „si pembeli menerima rumah dan si penjual menerima uang‟, tetapi frase menjual gigi bukan bermakna „si pembeli menerima gigi dan penjual menerima uang‟, tetapi bermakna „tertawa keras-keras‟. Sehingga dapat disimpulkan bahwa makna idiomatik adalah makna sebuah satu bahasa yang menyimpang dari makna leksikal atau makna gramatikal unsur-unsur pembentuknya. Sedangkan makna kolokatif berkenaan dengan makna kata dalam kaitannya dengan makna kata lain yang mempunyai tempat yang sama dalam sebuah frase. Contoh frase gadis itu cantik dan pria itu tampan. Kita tidak dapat menyatakan gadis itu tampan dan pria itu cantik, karena pada kedua kalimat itu maknanya tidak sama walaupun informasinya sama.

2.3 Meishi

2.3.1 Pengertian Meishi

Dilihat dari huruf kanjinya, kata nomina atau meishi, terdiri dari dua huruf kanji, yaitu yang pertama adalah huruf kanji yang dibaca mei, dan na yang berarti nama. Sedangkan huruf kanji yang kedua adalah, huruf kanji 詞 yang dibaca shi yang berarti kata. Jadi meishi dapat diartikan sebagai kata nama, yang mempunyai ciri-ciri dapat berdiri sendiri, tidak mengenal konjugasi (perubahan), dan menjadi subjek atau objek dalam kalimat (Situmorang, 2007:34).


(33)

Sedangkan menurut Sudjianto (1996:34) meishi ialah kata yang menyatakan benda atau perkara, tidak mengalami konjugasi, atau deklinasi, dapat menjadi subjek, objek, predikat, atau adverbial.

Murakami Motojiro dalam Sudjianto dan Dahidi (2004:156) menyimpulkan ciri-ciri meishi sebagai berikut:

1. Merupakan jiritsugo.

2. Tidak mengalami perubahan bentuk (konjugasi).

3. Dapat membentuk bunsetsu dengan ditambah partikel ga, wa, o, no, ni, dan sebagainya.

4. Dapat menjadi subjek.

5. Disebut juga taigen sebagai lawan yoogen.

6. Dilihat dari sudut pandang artinya dapat dibagi menjadi empat macam yakni futsuu meishi, koyuu meishi, daimeishi, dan suushi.

2.3.2 Jenis – Jenis Meishi

Pembagian meishi berdasarkan jenisnya menurut Situmorang (2007:34) terbagi atas empat jenis, yaitu

1. 普通 (Futsu meishi) = kata nama biasa Contoh :

人 (hito) = orang 犬 (inu) = anjing 水 (mizu) = air


(34)

2. 固 詞 (koyuu meishi) = kata nama terbatas Dibagi dua macam :

a. Nama daerah atau tempat Misalnya : Medan, Tokyo. b. Nama orang

Misalnya : Suzuki, Ali, dsb. 3. 数詞 (Sushi) = kata jumlah

Kata jumlah dalam bahasa Jepang ada berbagai macam, biasanya dipakai 1. Bacaan China, yaitu :

Ichi = Satu Roku = Enam

Ni = Dua Shici ( nana ) = Tujuh San = Tiga Hachi = Delapan Shi = Empat Kyu = Sembilan Go = Lima Juu = Sepuluh 2. Bacaan asli bahasa Jepang yaitu :

Hito + tsu = satu buah Mu + tsu = eman buah Futa + tsu = dua buah Nana + tsu = tujuh buah Mi + tsu = tiga buah Ya + tsu = delapan buah Yo + tsu = empat buah Kokono + tsu = sembilan buah Itsu + tsu = lima buah Too = sepuluh buah

3. Joshushi (kata bantu bilangan) dalam bahasa Jepang ada dikenal bermacam-macam tergantung pada bendanya.


(35)

Kata keterangan bilangan yang dipergunakan untuk ikan. 一人 : hitori, futari = satu orang, dua orang

Keterangan bilangan untuk manusia. 一 : hitotsu, futatsu = sebuah, dua buah

Bilangan ini dipergunakan untuk menghitung benda seperti tas, buah, dsb.

一軒 : Ikken, niken = sebuah bangunan, dua buah bangunan

Keterangan bilangan ini dipergunakan untuk menghitung jumlah bangunan ataupun rumah.

一 : ichidai, nidai = sebuah mesin ( mobil )

Keterangan bilangan ini biasanya untuk menghitung jumlah mobil. 一羽 : ichiwa, niwa = seekor burung, dua ekor burung

Keterangan bilangan ini dipergunakan untuk menghitung jumlah bilangan bersayap seperti burung, ayam, dsb.

一個 : ikko, niko = seekor, dua ekor

Keterangan bilangan ini biasanya dipergunakan untuk menghitung benda bulat seperti kepiting, dsb.

一枚 : ichimai, nimai = selembar, dua lembar

Keterangan bilangan ini biasanya dipergunakan untuk menghitung jumlah lembar kertas, seng, dsb.


(36)

Keterangan bilangan ini biasanya dipakai untuk menghitung jumlah buku, pakaian, dsb.

一度 : ichido, nido = satu kali, dua kali.

Keterangan bilangan ini dipakai untuk menerangkan frekuensi melakukan pekerjaan ( kata kerja ).

4. 代 詞 ( daimeishi ) = kata ganti nama a. Kata ganti penunjuk pertama ( 一人称 )

Contoh :

Watakushi, watashi, atashi, boku, ore,jibun, wagahai, tamae. b. Kata ganti penunjuk kedua ( 人称 )

Contoh :

Anata, anta, omae, dsb.

c. Kata ganti penunjuk ketiga ( 人称 ) Contoh :

Kare, kanojo, sonohito, anohito, dsb.

Menurut Sudjianto (2004:38) meishi dikelompokkan menjadi lima jenis, yaitu : 1. Futsu meishi

Futsu meishi yaitu kata yang menyatakan suatu benda atau perkara. Dalam jenis meishi ini terdapat kata-kata sebagai berikut.

a. gutaitekina mono (具体的 物) “nomina konkret” gakkou ( 学校) “sekolah”


(37)

rajio ( ラ ) “radio”

b. chuushoutekina mono (抽象的 物) “nomina abstrak” shiawase 幸 “kebahagiaan”

kimochi 気持 “perasaan” jikan 時間 “waktu”

c. ichi ya hougaku o shimesu mono “nomina yang menyatakan letak/ kedudukan dan arah/ jurusan”.

mae 前 “depan” migi 右 “kanan” minami “selatan”

d. settogo ya setsubigo no tsuita mono “nomina yang disisipi prefiks atau sufiks”

gohan “nasi” okane 金 “uang”

otsukisama 様 “bulan”

e. fukugou meishi atau fukugougo 複 詞 複 語 “nomina majemuk”

朝 asa + 日 hi → asahi matahari pagi” 安 yasu + 売 uri → yasuuri obral”


(38)

f. hoka no hinshi kara tenjita mono “nomina yang berasal dari kelas kata lain”.

Verba hikaru hikari (sinar, cahaya)

Verba hanasu hanashi (cerita, pembicaraan) Adjektiva-i kanashii kanashimi (kesedihan) 2. Koyuu meishi

Dalam kelompok futsu meishi misalnya kita mengenal kuni (国) “Negara”. Disekian banyak negara kita mengenal nama negara seperti Amerika, Jepang, Indonesia, dan sebagainya. Kata-kata yang menyatakan nama-nama negara seperti itulah yang disebut koyuu meishi.

3. Suushi

Suushi ialah nomina yang menyatakan jumlah, bilangan, urutan, atau kuantitas, dalam bahasa Indonesia berarti numeralia. Kata-kata yang termasuk suushi antara lain :

a. suuryou no meishi (nomina yang menyatakan jumlah atau kuantitas) 1. honsuushi (numeralia pokok), diantaranya :

一 ichi (satu) ni (dua) san (tiga)

四 yon / shi (empat)

2. honsuushi + josuushi (numeralia pokok + kata bantu bilangan), diantaranya :


(39)

五本 gohon (lima batang) 四枚 yonmai (empat lembar)

冊 nisatsu (dua jilid buku)

b. junjo no suushi (numeralia tingkat), diantaranya : 一番 ichiban (nomor satu)

第五回目 daigokaime (yang kelima kalinya) 第 daisan (yang ketiga)

4. Daimeishi

Daimeishi ialah nomina yang menunjukkan orang, benda, tempat, atau arah. Daimeishi dipakai untuk menggantikan nama-nama yang ditunjukkan itu, dalam bahasa Indonesia berarti pronomina.

5. Keishiki Meishi

Menurut Uehara Takeshi dalan Sudjianto (2004:54) menyatakan bahwa keishiki meishi ialah nomina yang bersifat formalitas, menyatakan arti yang sangat abstrak. Kata-kata itu tidak memiliki arti yang jelas bila tidak disertai kata yang lain. Contohnya :

Toori: Sebagaimana, seperti Iu tori ni ugoku.

Tokoro: waktu, hal, sedang, sesuatu Ima shita tokoro desu.

Toki: pada waktu, ketika,saat.

Uchi o deru toki ni wa hareta imashita. Wake: sebab, arti, alasan


(40)

Anna futotta hito ni tenisu ga dekiru wake ga nai

2.4 Keishiki Meishi Wake

2.4.1 Pengertian Keishiki Meishi

Bunkacho (1980:10) memberikan penjelasan mengenai pengertian keishiki meishi sebagai berikut:

形式 詞 具体的 意味 表 い語 い 意

味 修即語 い 用い 語

Keishiki meishi wa gutaiteki na imi o arawasu koto ga dekinai go de, itsumo sono imi o hakkiri saseru tame no shuusokugo ga tsuite mochiirareru go desu.

“Keishiki meishi adalah kata yang tidak dapat menyatakan arti yang nyata dan merupakan kata yang selalu digunakan untuk menyertai kata keterangan yang mempunyai arti.”

Sedangkan Terada dalam Sudjianto & Dahidi (2004:160) menyatakan bahwa keishiki meishi adalah nomina yang menerangkan fungsinya secara formalitas tanpa memiliki hakekat atau arti yang sebenarnya sebagai nomina.

2.4.2 Jenis – Jenis Keishiki Meishi

Nagara., et,al (1987) membagi keishiki meishi menjadi 43 jenis. Pembagian tersebut antara lain: aida/aida ni, atari, ue/ue ni/ue de, uchi/uchi ni/uchi de/uchi wa, oki/oki ni, ori/ori ni, kata, gachi/gachi ni/gachi na, kuse ni, gurai (kurai), koto, shidai, jou, sei, sou/sou na, dake, tabi ni, tame/tame ni, dan, tsumi, tei, ten, tooti, toki/toki ni, tokoro, nagara, nado/nante (nanzo), no, hazu,


(41)

bakari, fushi, bun, hou, hodo, ma, mama/mama ni/mama de, mitai, muki, mono, yue/yue ni, you/you ni/you na, yoshi, wake.

2.4.3 Fungsi dan Makna Keishiki Meishi Wake

Nagara (1987:127-129) menjelaskan bahwa kata wake memiliki bermacam-macam fungsi dan makna. Berikut fungsi dan makna kata wake dalam kalimat dalam bahasa Jepang.

1. Menunjukkan kepantasan atau kewajaran Cara pemakaian:

Kata Sifat i/na (kamus/lampau) + wake Kata Kerja (kamus/lampau/te iru) + wake

Arti: “hal yang patut/sudah selayaknya”, dapat diganti dengan hazu. Contoh:

昨日習 良 出来 わ

Kinou naratta bakari desu kara, yoku dekiru wake desu.

Karena kemarin baru saja belajar, wajar kalau bisa dengan baik. 2. Menunjukkan kemungkinan suatu keputusan

Cara pemakaian:

Kata Sifat i/na (kamus/lampau) + wake ga nai Kata Kerja (kamus/lampau/te iru) + wake ga nai

Arti: keadaan terjadinya suatu kemungkinan yang sama sekali tidak ada, dapat diganti dengan hazu wa nai.


(42)

Contoh:

計画 仕 成功 わ

Sonna keikaku de wa kono shigoto ga seikousuru wake ga nakatta. Dengan rencana seperti itu pekerjaan ini tidak mungkin berhasil. 3. Menunjukkan penegasan

Cara pemakaian:

Kata Sifat i/na (kamus/lampau) + wake de wa nai Kata Kerja (kamus/lampau/te iru) + wake de wa nai Arti: sanggahan

Contoh:

あ 一人 悪い い わ あ

Anata hitori ga warui to iu wake de wa arimasen. Bukan berarti kamu sendiri yang buruk

4. Menunjukkan ketidakmungkinan Cara pemakaian:

Kata Kerja (kamus/lampau/te iru) + wake ni wa ikanai Arti: “tidak bisa”

Contoh:

今日 忙 い 遊 い わ い い

Kyou wa isogashii no de, asonde iru wake ni wa ikanai. Karena hari ini sibuk, tidak bisa bermain.


(43)

5. Menunjukkan kewajiban Cara pemakaian:

Kata kerja negatif (kamus/lampau/te iru) + wake ni wa ikanai Arti: “harus”, sama dengan shinakereba ikenai

Contoh:

友 忙 い 手伝わ いわ い

Tomodachi ga isogashii no ni tetsudawanai wake ni wa ikimasen deshita


(44)

BAB III

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA KATA WAKE DALAM KOMIK TONARI NO KAIBUTSU-KUN” KARYA ROBIKO

3.1 Wake yang menunjukkan kepantasan akan pernyataan yang diungkapkan sebelumnya

Cuplikan 1 :

一 前 彼 級生 3人 病院送 現場 今 凄惨 件

爪痕 残 い 彼 登校1日目 停

学 わ 私 い

Hitotsuki mae kare ga joukyuusei 3 nin wo byouin okuri ni shita genba ni wa ima mo nao seisan na jiken no tsumeato ga nokotte iru (kukkirito) Kakushite kare wa toukou 1 nichi me ni shite teigaku to natta wake daga, watashi ni wa dou demo yoi koto datta.

“Satu bulan yang lalu, dia mengirimkan 3 orang murid kelas atas ke rumah sakit, di lokasi kejadian sekarang pun masih tersisa bekas dari kejadian yang mengerikan (dengan jelas) Jadi saat hari pertama masuk sekolah, pantas dia diberhentikan dari sekolah, tetapi bagi saya bagaimanapun tidak ada hubungannya.”

(“Tonari no Kaibutsu-kun” jilid 1, 2009:10) Analisis:

Dari kalimat diatas kata wake yang ditambah dengan kopula 'da' akan membentuk wake da. Wake da menunjukkan suatu keadaan yang wajar terjadi.


(45)

Kewajaran ini terjadi karena adanya hubungan sebab akibat antara kalimat sebelumnya dengan kalimat sesudahnya, sehingga dapat diterjemahkan menjadi “wajar” atau “pantas”. Misalnya pada contoh cuplikan percakapan di atas, dapat diketahui dari situasi percakapan dimana Shizuku menceritakan kejadian yang terjadi sebulan yang lalu, ketika Haru memukul 3 kakak kelas dan bekas kejadian itu masih ada, karena perbuatannya, Haru sudah sepantasnya mendapat skors oleh pihak sekolah karena telah membuat keributan saat hari pertama masuk sekolah. Haru yang menyebabkan keributan di sekolah merupakan alasan atau sebab, sedangkan dia mendapat skors merupakan akibat.

Berdasarkan kalimat di atas pemakaian kata wake ditambah dengan kopula „da‟ sudah sesuai dengan yang dikatakan oleh Nagara (1987:127) bahwa pemakaian wake dapat berfungsi untuk menunjukkan hal yang patut atau sudah selayaknya terjadi.

Cuplikan 2 :

Mitsuyoshi : あ 夏目 腹 立 わ ? ン ン怒

い い

Maa demo Natsume chan wa hara wo tateta wake desho? Ban ban okorya ii janai no

“Yah, tapi wajar kan Natsume marah? Tidak apa-apa marah meledak-ledak”

…女 子 士 一度ケン 終わ 夏目あ


(46)

…Onna no ko doushi wa ichido kenkashitara owarinandesuyo. Natsume Asako shuuryou no oshirase desuyo

“…Pertemanan perempuan itu setelah bertengkar sekali, akan selesai kan. Ini pemberitahuan yang terakhir loh Natsume Asako” Natsume : …一度嫌わ ...

Ichido kirawarechattara… “Kalau sekali dibenci…” (“Tonari no Kaibutsu-kun” jilid 3, 2009:135) Analisis :

Dari kalimat di atas kata wake berfungsi untuk menunjukkan suatu kepantasan akan pernyataan yang diungkapkan sebelumnya dan bermakna “wajar”. Hal ini dapat diketahui dari situasi kalimatnya dimana Natsume marah dan sedih karena Mizutani yang memarahinya. Mizutani berkata sebelumnya bahwa Natsume tidak ada hubungan dengan masalahnya jadi dia tidak perlu ikut campur. Kemudian Mitsuyoshi (Micchan) melihat Natsume yang sedang sedih dan ia mengatakan wajar kalau Natsume marah dan itu tidak apa-apa. „Hara o tateta wake deshou?‟ memiliki makna wajar kalau dia marah karena telah dimarahi seperti itu oleh temannya.

Berdasarkan kalimat di atas pemakaian kata wake ditambah dengan kopula „da‟ sudah sesuai dengan yang dikatakan oleh Nagara (1987:127) bahwa pemakaian wake dapat berfungsi untuk menunjukkan hal yang patut atau sudah selayaknya terjadi.


(47)

Cuplikan 3 :

Kyoko : キ 先日中学 学 今日 い い

乱闘騒 ?

Kimi wa senjitsu chuugaku ni shingakushita hazu dakedo, kyou wa ittai doushite rantou sawagi nante okoshitano?

“Kemarin seharusnya kamu masuk SMP, tapi hari ini sebenarnya kenapa membuat keributan peperangan?”

Haru : …あい 悪い 俺 見 嫌 目 見

...aitsura ga waruinda. Ore o miru kara, iya na me de miru kara “Mereka yang salah. Karena melihat saya, karena melihat saya dengan mata yang tidak menyenangkan”

Kyoko : キ 一種 防衛 応 わ

今日 聞い キ 最初 攻撃 相手

い キ 親 い 子

彼 立 続 必要 あ

キ 今泣い い ?

Sou. Kimi ni totte wa isshu no bouei hannou datta wake ne

Demo kyou kiita tokoro ni yoru to kimi ga saisho ni kougekishita aite wa zuibun kimi ni shinsetsu ni shite kurete ita ko datta sou dakedo


(48)

Doushite sono kare wo tatenaku naru made naguri tsuzukeru hitsuyou ga atta no kashira?

Soshite doushite kimi wa ima naite iru no?

“Begitu. Wajar bagi kamu ini merupakan sejenis balasan pertahanan

Tapi hari ini menurut yang saya telah dengar, lawan yang pertama kali diserang oleh kamu kelihatannya merupakan anak yang cukup penting untuk mu

Kenapa perlu terus memukul sampai mereka menjadi marah? Lalu kenapa kamu sekarang menangis?”

(“Tonari no Kaibutsu-kun” jilid 5, 2010:63) Analisis :

Fungsi kata wake pada cuplikan di atas menunjukkan suatu kepantasan akan pernyataan yang diungkapkan sebelumnya dan bermakna “wajar”. Hal ini terlihat dalam situasi di atas ketika Kyoko, bibinya Haru memarahi Haru karena bertengkar di sekolah. Tetapi bibinya masih bingung kenapa Haru memukul mereka yang merupakan teman dekatnya sendiri. Haru mengatakan bahwa mereka melihat Haru dengan tatapan yang tidak menyenangkan. Bibi Kyoko pun kemudian mengerti dengan perasaan Haru dan mengatakan wajar saja Haru memukul mereka, tapi yang masih bibi Haru tidak mengerti, kenapa Haru sengaja terus memukul mereka sampai mereka marah dan memukul Haru kembali, dan juga kenapa Haru menangis. Kewajaran atau kepantasan Haru memukul mereka


(49)

adalah karena Haru dipandang dengan mata yang tidak enak. Inilah yang menyebabkan terjadinya pertengkaran.

Penggunaan fungsi dan makna kata wake pada cuplikan di atas sudah sesuai dengan pendapat dari Nagara (1987:127) bahwa pemakaian wake dapat berfungsi untuk menunjukkan hal yang patut atau sudah selayaknya terjadi dan dapat bermakna “wajar”.

Cuplikan 4

Yamaguchi : … ン ン ? …barentain ga nan datte?

“…Apa itu valentine?”

Haru : !? … ョコ !? !?全部!? !? oomae… kore choco ka!? Moratta no ka!? Zenbu!?

“!? Kamu… Ini coklat ya!? Apa kamu menerimanya!? Semuanya!?” Yamaguchi : 毎年10コ

今日あ 7コ

Maa na ore to mo naru to maitoshi 10 ko wa kudaranee Kyou ato 7 ko wa morau

“Yaa, saya setiap tahun 10 buah tak berguna Hari ini sisa 7 buah lagi akan saya terima” Haru : 畜生!! 悔 い気持 ...!!

Chikushou!! nanda kono kuyashii kimochi wa...!! “Sial!! Kenapa dengan perasaan jengkel ini…!!”


(50)

Yamaguchi : ン ン語 100年

… 今 水谷サン ョコ い 行 わ ? ore ni barentain katarou nanza 100 nen haee yo

...de? ima kara Mizutani san ni choco morai ni iku wake?

“Lebih cepat 100 tahun untuk mengajak cerita valentine sama saya …Jadi? Sekarang pantas kamu akan pergi mengambil coklat pada

Mizutani?”

(“Tonari no Kaibutsu-kun” jilid 6, 2010:89) Analisis :

Fungsi kata wake pada cuplikan di atas menunjukkan suatu kepantasan akan pernyataan yang diungkapkan sebelumnya dan bermakna “wajar”. Hal ini terlihat dalam konteks percakapan di atas ketika Haru yang iri dengan coklat yang diterima oleh Yamaguchi. Karena Yamaguchi cukup populer di kalangan para siswa, sedangkan dirinya belum mendapatkan satu pun coklat, dan Haru masih menunggu Mizutani untuk memberikannya. Yamaguchi yang juga menyukai Mizutani sengaja membuat iri Haru dengan coklat yang dimilikinya, dan kemudian ia mengakhiri pembicaraan dengan bertanya „...de? ima kara Mizutani san ni choco morai ni iku wake?yang berarti “…jadi? Sekarang apakah kamu akan ke tempat Mizutani untuk pergi menerima coklat”. Makna dari kata wake pada kalimat tersebut sebenarnya adalah “wajar” seperti pendapat Nagara tetapi penulis tidak menulis maknanya tersebut karena sudah mengandung makna kewajaran yang tersirat dalam kalimatnya.


(51)

Yamaguchi yang membuat iri dengan coklatnya karena itulah yang menyebabkan Haru juga pergi ke tempat Mizutani untuk mengambil coklat. Hubungan sebab-akibat ini timbul akibat Yamaguchi yang membuat iri dan mengakibatkan Haru pergi menemui Mizutani.

Berdasarkan keterangan di atas penggunaan kata wake sudah sesuai dengan yang dikatakan oleh Nagara (1987:127).

3.2 Wake yang menunjukkan kemungkinan terjadinya suatu perbuatan atau kejadian sama sekali tidak ada

Cuplikan 1 :

Sasahara : 田 夏目 行 水谷 誘

Souda Yoshida to Natsume san mo ikouze Mizutani san mo sasotte sa

“Oh iya, Yoshida dan Natsume juga ayo pergi. Ajak juga Mizutani” 田ケ

Yoshida keitai kashitee

“Yoshida tolong pinjam handphone”

Natsume : ッ い わ い わ 何度誘 断

Mitti ga iku wake nai desuyo. Watashitachi ga nando sasotte mo kotowarareterun desu kara.

Tidak mungkin Mitti pergi kan. Karena kami berkali-kalipun mengajaknya ditolak”


(52)

Sasahara : 行

Iku tte sa “Katanya ikut”

(“Tonari no Kaibutsu-kun” jilid 2, 2009:51) Analisis :

Frase wake nai yang terdapat dalam cuplikan di atas merupakan gabungan antara kata benda wake dan kata kerja arimasen. Fungsi wake nai pada cuplikan di atas menunjukkan kemungkinan terjadinya suatu perbuatan atau kejadian yang sama sekali tidak ada.

Makna kata benda wake yang sebenarnya adalah "alasan/sebab", dan arimasen bermakna “tidak ada”, jadi secara harafiah wake nai mempunyai makna "tidak ada alasan", namun di dalam situasi wacana di atas wake nai dapat diterjemahkan menjadi "tidak mungkin". Hal ini dapat terlihat ketika Sasahara mengajak Haru dan Natsume pergi memancing, dan menyuruh mereka juga untuk mengajak Mizutani. Natsume berkata tidak mungkin Shizuku ikut pergi dengan mereka karena sebelumnya Natsume dan Haru sudah berkali-kali menelepon dan mengajak Mizutani untuk pergi liburan musim panas, tetapi ditolak oleh Shizuku. Karena sudah ditolak sebelumnya oleh Mizutani, Natsume dan Haru sudah langsung berpikir kemungkinan Mizutani mau ikut dengan mereka sangat kecil.

Berdasarkan keterangan di atas fungsi dan makna dari wake nai sesuai dengan pendapat Nagara (1987:127) yang mengatakan pemakaian wake ga nai digunakan untuk menunjukkan kemungkinan suatu keadaan yang sama sekali


(53)

tidak ada atau dapat dikatakan bahwa kemungkinan terjadinya kerjadian itu sangat kecil.

Cuplikan 2 :

Haru : … い ズク 俺 避 言 気持 悪

…oi Shizuku nande ore no koto saketen no ka hakkiri ie yo Kimochi warui

“…Oi Shizuku kenapa kamu menghindari saya Katakanlah dengan jelas

Perasaan saya tidak enak” Ooshima : 言い方

Sonna iikata shitara

“Kalau dengan cara bicara seperti itu” Mizutani : あい

最近 い 私 胸 苦 い 勉強 集中

い 今 顔 わ い

Jaa iu kedo

Saikin Haru to iru to watashi wa mune kurushii Benkyou ni mo naze ka shuuchuu dekinai Dakara ima wa kao wo awasetakunai “Kalau begitu akan saya katakan


(54)

Akhir-akhir ini kalau bersama dengan Haru, dada saya sakit Belajar juga tak tahu kenapa tidak bisa konsentrasi Karena itu sekarang saya tidak ingin melihat wajahmu”

Haru : …保健室行 ? …Hokenshitsu iku ka?

“…Mau pergi ke ruang kesehatan?” Ooshima : … !?

...水谷 言 い い

特 思 苦 わ い

Chi… Chigau deshoo!?

Mi...Mizutani san ga itteru no wa sou iu koto janai deshou. Tokubetsu ni omotte nakattara, kurushiku naru wake nai deshou. “Bu...Bukan begitu kan!?

Mi... yang dikatakan oleh Mizutani bukan hal yang seperti itu kan. Kalau dia tidak bermaksud khusus, tidak mungkin menjadi sakit kan."

(“Tonari no Kaibutsu-kun” jilid 2, 2009:149) Analisis :

Fungsi kata wake nai pada cuplikan di atas menunjukkan kemungkinan terjadinya suatu perbuatan atau kejadian sama sekali tidak ada dan bermakna “tidak mungkin”. Hal ini terlihat dalam situasi percakapan di atas dimana Mizutani yang mengatakan bahwa ia tak mau melihat Haru dahulu, karena kalau bersama dengan Haru, hatinya sakit dan dia jadi tidak bisa konsentrasi belajar.


(55)

Tapi Haru salah mengartikan makna tersebut, dan malah mengajak Mizutani untuk pergi ke UKS. Ooshima yang mengetahui makna yang sebenarnya, tentu saja langsung marah pada Haru, dan mengatakan bahwa maksud dari Mizutani bukanlah hal yang yang seperti itu. Ketidakmungkinan sakit karena adanya alasan khusus yang telah dikatakan Ooshima kepada Haru tersebut, ia ketahui karena mendengar Mizutani yang berbicara secara tegas tidak ingin melihat wajah Haru karena hatinya sakit jika berada di dekatnya.

Berdasarkan keterangan di atas fungsi dan makna wake nai sudah sesuai dengan teori Nagara (1987:127) yang mengatakan pemakaian wake ga nai digunakan untuk menunjukkan kemungkinan suatu keadaan yang sama sekali tidak ada atau dapat dikatakan bahwa kemungkinan terjadinya kerjadian itu sangat kecil.

Cuplikan 3 :

Yamaguchi : …今 田 兄貴 い

畜生!! 所 い Ima Yoshida no aniki ga ita ro

Chikushou!! Nande konna tokoro ni iyaganda “Sekarang ada kakak laki-lakinya Yoshida kan Sial!! Kenapa ada di tempat seperti ini”

Shizuku : ...優山 苦手 ? …Yuusan san ga nigate na no?


(56)

Yamaguchi : … 苦手 モン あ わ い

ラウ

…Baaka Ore ni nigate na mon ga aru wake nai daro Tada chotto torauma na dake.

“…Bodoh Tidak mungkin ada hal yang saya lemah ya kan Hanya sedikit trauma saja”

(“Tonari no Kaibutsu-kun” jilid 3, 2009:117) Analisis :

Fungsi kata wake nai pada cuplikan di atas menunjukkan kemungkinan terjadinya suatu perbuatan atau kejadian sama sekali tidak ada dan bermakna “tidak mungkin”. Hal ini terlihat dalam konteks percakapan di atas ketika Yamaguchi dan Mizutani berjalan-jalan sambil bercerita, mereka tidak sengaja bertemu dengan Yuuzan, kakak laki-laki Haru. Yamaguchi yang sewaktu kecil pernah dimarahi oleh Yuuzan menjadi trauma, setiap kali melihat Yuuzan, Yamaguchi selalu melarikan diri. Saat bersama Mizutani, Yamaguchi juga tetap melarikan diri dan mengajak Mizutani juga. Mizutani yang tidak tahu apa yang terjadi pun merasa ada yang aneh dengan Yamaguchi dan bertanya bahwa ia tidak mahir dengan Yuuzan. Yamaguchi yang harga dirinya tinggi tentu saja langsung menyangkal perkataan Mizutani dan mengatakan tidak mungkin ada hal yang tidak bisa tidak ia lakukan.

Berdasarkan keterangan di atas fungsi dan makna wake nai sudah sesuai dengan teori Nagara (1987:127).


(57)

Cuplikan 4 :

Yuu : あ 千 気

Aa Chizuru mata ki ni shiteruu “Aa, Chizuru lagi-lagi kamu tertarik” Ooshima :

E “E”

Yuu : 言 千 田 教 あ

Dakara shita de itta no ni Chizuru mo Yoshida kun ni oshiete agenayo tte

“Karena itu tadi sudah saya bilang, Chizuru juga ingin diajari oleh Yoshida”

Ooshima : わ い 水谷 い

Dekiru wake nai yo Mizutani san mo iru no ni Tidak mungkin bisa kan. Ada Mizutani juga”

Yuu : ?彼女 気 あ 千 ラ

思わ い 安

Soo? Kanojo sonna ni ki ni shiteru ka naa Kitto Chizuru raibaru to mo omowarete nai yo an pai da yo

“Jadi? Apa dia sebegitu perhatikan ya? Pasti dia juga tidak merasa Chizuru adalah saingannya.


(58)

(“Tonari no Kaibutsu-kun” jilid 5, 2010:131-132) Analisis :

Fungsi kata wake nai pada cuplikan di atas menunjukkan kemungkinan terjadinya suatu perbuatan atau kejadian sama sekali tidak ada dan bermakna “tidak mungkin”. Hal ini terlihat dalam situasi percakapan di atas ketika Ooshima ketahuan oleh Yuu sedang memperhatikan Haru, Yuu pun mulai mengejek Ooshima yang juga ingin diajari bermain ski oleh Haru. Ooshima kemudian menolak karena di tempat itu juga ada Mizutani, jadi tidak mungkin ia belajar main ski bersama Haru. Ooshima sebenarnya ingin diajari bermain ski oleh Haru tetapi ia menolaknya karena tidak enak dengan Mizutani yang juga merupakan temannya. Kemungkinan Ooshima untuk meminta Haru sangat kecil karena perasaan tidak enak tadi terhadap Mizutani.

Berdasarkan keterangan di atas fungsi dan makna wake nai sudah sesuai dengan teori Nagara (1987:127).

3.3 Wake yang menegaskan penyangkalan Cuplikan 1 :

Mitsuyoshi : ? ?夏目

n? Doushita no? Natsume-chan. “n? Ada apa Natsume-chan?”

Natsume : …わ 何 知 告白 …


(59)

聞い わ い ッ わ 何 言

い …

…Watashi nani mo shirimasendeshita. Kokuhaku toka… De-tosuru

nante hitokoto mo… Harukun wo suki nano datte, Mitti kara chokusetsu kiita wake janai shi, Mitti wa watashi ni wa nani mo itte kurenai desu…

“…Saya tidak tahu apa pun. Misalnya tentang pernyataan cinta… Sepatah kata pun soal kencan… Padahal suka sama Haru, bukan berarti dengar langsung dari Mitti, Mitti saja tidak berkata apapun terhadap saya…”

Mitsuyoshi : あ … Aa… “Aa…”

Sasahara : 本人 い わ い … Ore mo honnin kara kiita wake janai kedo...

“Saya juga bukan berarti dengar dari orang tersebut…” (“Tonari no Kaibutsu-kun” jilid 3, 2009:11)

Analisis :

Fungsi dari kedua kalimat yang menggunakan wake janai dalam percakapan di atas adalah menunjukkan penegasan penyangkalan. Makna sebenarnya kata wake adalah “alasan”, dan makna dari frase ja nai adalah “bukan”, namun pada percakapan di atas, makna dari wake ja nai adalah menyatakan sanggahan, dan bermakna “bukan berarti". Hal ini dapat terlihat ketika Natsume


(60)

yang berkumpul bersama-sama dengan Mitsuyoshi, Sasahara, dan Yuuzan terlihat termenung dan sedih. Natsume menceritakan pada mereka bahwa Mizutani (Mitti) tidak pernah cerita apapun padanya. Padahal Natsume mengetahui bahwa Mizutani menyukai Haru, terdapat pada kalimat pertama „Harukun wo suki nano datte, Mitti kara chokusetsu kiita wake janai shi…‟. Walaupun Natsume segera menyangkal bahwa ia tidak mengetahui hal itu karena mendengar langsung dari Mizutani. Sasahara yang juga mendengar Natsume berkata seperti itu juga segera menyangkal, dan mengatakan kalimat kedua „ore mo honnin kara kiita wake janai kedo...‟ karena Sasahara juga tidak mendengar dari Mizutani langsung.

Berdasarkan keterangan di atas fungsi dan makna dari wake janai sesuai dengan pendapat Nagara (1987:128) yang mengatakan pemakaian wake de wa nai digunakan untuk menunjukkan penegasan penyangkalan dan bermakna “bukan berarti”.

Cuplikan 2 :

Ooshima : ... ? ? E…e? Kok kokuhakushita no?

“E…e? Apa kamu sudah mengungkapkan perasaanmu?” Haru : い 委員長 ズク 聞

い わ

遅 い …

Iya shitenee kedo Mae iinchou ni Shizuku no koto kikarete kara Soo iu koto ka natte wakattan dakedo


(61)

Nanka osokatta mitai da…

“Tidak, belum saya lakukan. Sebelum ketua kelas mendengarkan tentang Shizuku. Saya mengerti hal itu akan menjadi seperti itu Sepertinya sudah terlambat…”

Ooshima : ... 頑張 ...

直接言 断 わ い 望 あ

い …

…Ga Ganbatte…

Cho Chokusetsu itte kotowarareta wake janai nara mada nozomi wa arun janai kana…

“…Ber…Berjuanglah…

Katakanlah langsung, karena belum tentu ditolak, bukannya masih ada harapan…”

Haru : ?完全 終わ 問題集 見 目

Souka? Kanzen ni owatta mondaishuu wo miru me tsuki datta kedo “Begitu? Tapi air muka yang melihat kumpulan masalah yang benar

–benar sudah selesai”

(“Tonari no Kaibutsu-kun” jilid 3, 2009:24) Analisis :

Fungsi kata wake apabila ditambahkan dengan frase ja nai yang terdapat pada percakapan di atas adalah menunjukkan penegasan penyangkalan, dan bermakna “belum tentu”. Hal ini dapat terlihat ketika Haru yang sedang tidur memandang langit, melihat Ooshima yang berjalan. Haru pun langsung


(62)

menyapanya dan menceritakan bahwa ia telah ditolak oleh Mizutani. Haru merasa sudah terlambat untuk mengungkapkan perasaannya pada Mizutani. Tetapi Ooshima meyakinkan Haru untuk harus tetap mengungkapkan perasaannya secara langsung, karena belum tentu ditolak oleh Mizutani. Ooshima menyangkal pendapat Haru yang merasa bahwa ia telah ditolak dan kemudian meyakinkannya untuk mengungkapkan perasaannya langsung dengan menggunakan wake janai.

Berdasarkan keterangan di atas fungsi dan makna dari wake janai sesuai dengan pendapat Nagara (1987:128) yang mengatakan pemakaian wake de wa nai digunakan untuk menunjukkan penegasan penyangkalan dan bermakna “bukan berarti”.

Cuplikan 3 :

Siswa I : ... 田 怖 ? …Naa Yoshida tte kowakunee no?

“…Eh Yang namanya Yoshida menakutkan?”

素手 熊倒 い い ウワサあ

Nanka Mae sude de kuma taosu toka iro iro uwasa atta jan

“Tak tahu kenapa Sebelumnya kan ada gosip bermacam-macam seperti menjatuhkan beruang”

辺 Doo na no sono hen


(63)

Siswa II : べ 仲いい わ い ササヤ ン

Saa Orera wa betsu ni naka ii tte wake janai shi ne Sasayan dake “Bagaimana ya Kami bukan berarti dibilang dekat ya. Hanya Sasayan saja”

Siswa III : 怖い 怖い Maa Kowaiccha kowai kedo “Yah. Seram sih seram” (“Tonari no Kaibutsu-kun” jilid 6, 2010:10) Analisis :

Fungsi kata wake apabila ditambahkan dengan frase ja nai yang terdapat pada percakapan di atas adalah menunjukkan penegasan penyangkalan, dan bermakna “bukan berarti”. Hal ini dapat terlihat ketika seseorang teman menanyakan tentang Haru, ada satu orang yang dekat dengannya mengatakan „Saa. Orera wa betsu ni naka ii tte wake janai shi ne. Sasayan dake‟ karena dia tidak merasa terlalu dekat dengan Haru, oleh karena itu ia segera menyangkal dan mengatakan bahwa hanya Sasahara lah (Sasayan) yang dekat dengan Haru.

Berdasarkan keterangan di atas fungsi dan makna wake janai sudah sesuai dengan teori Nagara (1987:128).

Cuplikan 4 :

Yuu : …千 ホン あ いい ? …Chizuru Honto ni agenakute ii no?


(64)

“Chizuru, benar tidak apa-apa tidak kamu berikan?”

Ooshima : あ い 言 い 田 水谷 邪魔

いわ い

Agenai yo Itta ja nai Yoshida kun to Mizutani san no jama shitai wake janai tte

“Tidak akan saya berikan. Sudah saya katakan bukan. Kalau saya bukan berarti ingin mengganggu Yoshida dan Mizutani”

Yuu : 気 ? ズク あ 子

いい子 面白い

あ あ 2人好

Nande sa Kimazuku naru kara? Shizuku chan mo Asako chan mo ii ko da mon ne Omoshiroishi

Atashi mo ano futari suki da yo

“Kenapa. Karena takut jadi tidak enak? Karena Shizuku dan Asako juga anak baik ya Lalu menyenangkan

Saya juga suka mereka berdua" (“Tonari no Kaibutsu-kun” jilid 6, 2010:72) Analisis :

Fungsi kata wake apabila ditambahkan dengan frase ja nai yang terdapat pada percakapan di atas adalah menunjukkan penegasan penyangkalan, dan bermakna “belum tentu”. Hal ini dapat terlihat ketika Yuu menyuruh Ooshima untuk memberikan coklat yang telah ia buat pada Haru, tetapi Ooshima tetap tidak ingin memberikannya. Ooshima mengatakan ia memang menyukai Haru, tetapi ia


(65)

sama sekali tidak ada maksud untuk mengganggu hubungan Haru dan Mizutani. Karena itu Ooshima menyangkal dengan mengatakan „Yoshida kun to Mizutani san no jama shitai wake janai tte…‟. Sanggahan yang dikatakan oleh Ooshima tersebut sebagai penegas bahwa ia tidak ingin menganggu hubungan mereka berdua karena ia merupakan teman dari keduanya, jadi ia tidak ingin merusak hubungan pertemanan antara mereka.

Berdasarkan keterangan di atas fungsi dan makna wake janai sudah sesuai dengan teori Nagara (1987:128).

3.4 Wake yang menyatakan ketidakmungkinan melakukan suatu perbuatan, baik karena adanya pendapat suatu masyarakat atau dari dirinya sendiri Cuplikan 1 :

Shizuku : …新入生代表 挨拶あ 入試 1番 生

…shinnyuusei daihyou no aisatsu aru desho. Nyuushi de ichiban datta seito ga suru yatsu.

“Salam dari perwakilan murid baru ada kan. Orang yang merupakan murid juara pertama ketika ujian masuk”

Haru : ? ?

“?”


(66)

中間 負 わ い い

食べ 場 い

Watashi ne benkyou dake wa maketa koto nakatta no. Makenai you ni doryokushitetashi

…Dakara chuukan de wa makeru wake ni wa ikanai no. Monja nanka tabeteru baai janaishi

“Hanya pelajaran yang tidak pernah saya kalah. Saya berusaha keras supaya tidak kalah.

…Karena itu saya tidak bisa gagal ujian tengah semester. Bukan saatnya untuk makan makanan seperti Monja.”

(“Tonari no Kaibutsu-kun” jilid 1, 2009:61) Analisis :

Fungsi dari frase wake ni wa ikanai yang terdapat dalam percakapan di atas adalah menunjukkan ketidakmungkinan dalam melakukan suatu perbuatan baik karena adanya dorongan dari diri sendiri maupun karena orang lain. Frase wake ni wa ikanai dibentuk oleh kata benda wake dan kata kerja bentuk negatif ikimasen. Makna sebenarnya dari kata benda wake adalah "alasan", sedangkan makna sebenarnya dari kata kerja bentuk negatif ikimasen adalah "tidak pergi". Namun dalam situasi percakapan diatas, frase wake ni wa ikimasen dapat menyatakan ketidakmungkinan dalam melakukan suatu hal yang disebabkan oleh suatu alasan, dan bermakna “tidak bisa”. Hal ini terlihat ketika Haru mengajak Shizuku yang sedang belajar disebelahnya untuk makan monja bersama. Haru sangat iri melihat teman-teman yang lain menghabiskan waktu bersama-sama,


(67)

sehingga dia langsung mengajak Shizuku. Tetapi Shizuku menolaknya, karena sebentar lagi akan ada ujian tengah semester, jadi Shizuku ingin belajar. Kemudian Shizuku juga teringat ketika hari pertama masuk sekolah, perwakilan murid baru yang juga merupakan murid juara pertama saat ujian masuk bukanlah Shizuku, melainkan Haru yang tidak pernah dia duga sebelumnya. Karena itulah Shizuku menolak dengan tegas ajakan Haru, ia mengatakan bahwa ia tidak bisa kalah dalam hal pelajaran karena itulah satu-satunya kemampuannya.

Berdasarkan keterangan di atas fungsi dan makna wake ni wa ikanai sudah sesuai dengan teori Nagara (1987:128) menyatakan suatu ketidakmungkinan yang disebabkan oleh suatu alasan atau keadaan, dan bermakna “tidak bisa”.

Cuplikan 2 :

Natsume : 話 今度 追試 落 来 補 習

わ 日 友 大 用 あ 絶対追試

落 わ い い

水谷

Sore de Sakki no hanashi desu kedo Kondo no tsuishi, ochiru to raishuu hoshuu ni narun desu

Demo watashi, sono hi wa tomodachi to daiji na youji ga atte, zettai tsuishi ni ochiru wake ni wa ikanain desu.


(68)

“Lalu tentang permbicaraan yang tadi, ujian kali ini, kalau gagal minggu depan akan diulang

Tapi saya, hari itu ada janji yang penting dengan teman, saya benar-benar tidak boleh gagal dan ikut ujian susulan

Karena itu Mizutani”

(“Tonari no Kaibutsu-kun” jilid 1, 2009:98) Analisis :

Fungsi kata wake yang ditambah dengan partikel ni dan wa kemudian ditambah juga dengan kata kerja iku bentuk negatif, ikanai pada percakapan di atas adalah menunjukkan ketidakmungkinan dalam melakukan suatu perbuatan, dan bermakna “tidak bisa” atau “tidak boleh”. Hal ini dapat terlihat ketika Natsume meminta Shizuku untuk mengajarinya ujian, tetapi Shizuku menolak. Karena itu, Natsume berusaha terus memohon pada Shizuku agar mengajarinya. Natsume menjelaskan bahwa ia tidak bisa gagal dalam ujian kali ini karena ia ada janji yang penting dengan teman-temannya. Natsume mengatakan shiken ni ochiru wake ni wa ikanain desu, dengan tambahan bentuk penekanan ~ndesu. Itu berarti ia benar-benar tidak bisa gagal dalam ujian. Karena Natsume mempunyai janji, inilah yang menjadi keadaan yang tidak mengizinkannya untuk ujian ulang.

Berdasarkan keterangan di atas fungsi dan makna wake ni wa ikanai sudah sesuai dengan teori Nagara (1987:128) yang menyatakan suatu ketidakmungkinan yang disebabkan oleh suatu alasan atau keadaan, dan bermakna “tidak bisa”.


(69)

Cuplikan 3 :

Shizuku : あ ヤ ケン 代 私

A Yamaken kun o dai semete watashi no bun dake demo “A Yamaken, paling tidak ongkos hanya bagian saya saja” Yamaguchi : い い

Shitsukoi Iranee ttsutten daro

“Bandel Sudah saya bilang tidak perlu kan” Shizuku : い い わ い い

Hai Sou iu wake ni mo ikanai desho “Ya, tidak bisa bilang seperti itu kan” (“Tonari no Kaibutsu-kun” jilid 5, 2010:98)

Analisis :

Fungsi kata wake apabila ditambah dengan partikel „ni‟ dan „mo‟ serta kata kerja iku bentuk negatif, ikanai yang terdapat pada percakapan di atas adalah menunjukkan ketidakmungkinan dalam melakukan sesuatu, maknanya adalah “tidak bisa”. Fungsi dan makna wake ni mo ikanai sama seperti fungsi dan makna wake ni wa ikanai.

Pada cuplikan percakapan di atas, Shizuku mengatakan „hai, sou iu wake ni mo ikanai deshou‟yang berarti “ya, tidak bisa berkata seperti itu kan”, wake ni mo ikanai tersebut menunjukkan suatu keadaan dimana penutur tidak dapat melakukan suatu perbuatan baik karena adanya pendapat dari orang lain maupun diri sendiri seperti yang dikatakan oleh Nagara. Hal ini dapat terlihat ketika Yamaguchi membelikan minuman pada Shizuku, Shizuku ingin membayar


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Bunkacho. 1980. Gaikokujin No Tame Kihongo Yorei Jiten. Tokyo

Chaer, Abdul. 2007. Kajian Bahasa (Struktur Internal, Pemakaian dan Pembelajaran). Jakarta: PT Rineka Cipta

____________ 2007. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta

____________ 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta

Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi III, Jakarta: Balai Pustaka. Furchan, A. 2004. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Koentjaraningrat. 1976. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: UI Press

Nagara, Susumu, et al. 1985. Gaikokujin no Tame no Nihongo Reibun Mondai Shirizu II (Keishiki Meishi). Tokyo: Aratake Shuppan.

Nawawi, Hadari. 1991. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Pangaribuan, Tagor. 2008. Paradigma Bahasa. Yogyakarta: Graha Ilmu Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: PT Rineka Cipta Robiko. 2009. Tonari no Kaibutsu-kun Jilid 1-3. Tokyo: Kodansha ______. 2010. Tonari no Kaibutsu-kun Jilid 4-6. Tokyo: Kodansha


(2)

Shimizu, Tomoko., Rieko, Oba., Miki, Suzuki. 2010. Nihongo no Nouryouku Shiken Mondaishuu N3 Bunpou Speed Master. Tokyo: J Research Shuppan

Situmorang. Hamzon. 2007. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Medan: USU Press.

Sudjianto. 1996. Gramatika Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint Blanc

________ 2004. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint Blanc ________ 2007. Gramatikal Bahasa Jepang Modern. Jakarta: Kesaint Blanc Sudjianto & Ahmad Dahidi. 2004. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta:

Kesaint Blanc.

Sutedi, Dedi. 2009. Dasar - Dasar Linguistik Bahasa Jepang (Edisi Ketiga).

Bandung: Humaniora Utama Press

Wibowo, Wahyu. 2001. Manajemen Bahasa. Jakarta: Gramedia. http://wismasastra.wordpress.com diakses tanggal 12 Maret 2014

http://larasluphpink.blogspot.com/2012/12/semantik.html diakses tanggal 28 Mei 2014

http://kbbi.web.id/fungsi diakses tanggal 9 Agustus 2014 http://kbbi.web.id/makna diakses tanggal 9 Agustus 2014


(3)

要旨

言語 人間 日 常 生 活 い

中 使用 通信手 あ 人間

言語 使用 聞 手 思考 感 情

表 現 言語 人間 生活

中 重 要 役割 わ

果 い

話者 わ

使用 語 中 様々 意味

含 い 言語

使用 誤差 存在

あ い べ

意味 い

聞 手 会話 い わ

意味 い

理解 い

い 能性 い

あ 話者

言語 使用 考慮 必要 あ

情 対話 い わ

中 意味

重 要 い 意味

役割 わ

話 手 聞 手 両 方

ほ 間 あい

通信 影 響

い あ

言語学 意味

研 究 意味論 い

呼 い 意味論

研 究 対 象 い

語 意味 い

機能 意味

関係 い

句 意味 い

文 意味 い


(4)

第六巻 い

わ 意味

機能 明 あ

あ 筆者

Nagara Susumu氏 理論 漫画 文 章 中 わ

機能 意味

析 四 例文

析 作品

怪物 い

い 漫画 第一巻

いい

第六巻 い

含 全例文

ラン ピック ップ

論文 研 究 方 法

ほ ほ

記述的 方法

ほ ほ

あ 集 文献検索

基 い 行 わ

わ 形式 詞

い い

一 あ 形式 詞

い い

抽 象 的 意味 い

い 詞

あ 形式 詞

い い

わ 後続語 応 機能 意味

異 形式 詞

い い

わ 一般的

意味 い

sebab alasan

arti あ 文法的 意味 い

後続語 応 様々 あ

形式 詞

い い

わ 句 い 続 場

あ い

tidak mungkin い

意味 い

句 い い 続 場

あ い

tidak bisa い 意味 い


(5)

後続語 応 機能 意味 い

異 筆者 文法的 意味

理論 参 照

形式 詞

い い

わ 機能 意味

関 専門家 理論 基 い

怪物 い

い 漫画 第一巻

いい

第六巻 い

含 例文 い

析 析 際

筆者 形式 詞

い い

わ 機能 意味

関 Nagara Susumu氏 理論 参 照

Nagara氏 形式 詞

い い

わ 機能 五

あ わ

当然 能性

断 強 調 能 義務 あ

析 結果 基 い 作品 怪物

漫画 第一巻 いい

第六巻 い

わ 含 全例文

50個 あ

析 50個 文 中 わ 含 14個 文 wajar

pantas 意味 い

妥当 表

あ わ


(6)

文 tidak bisa tidak boleh 意味 い

能 表

あ わ

含 4個 文 句 い 続 い わ

結論 表

あ わ

わ 含 7個 文 alasan arti sebab

意味 い

わ 真 意味

あ わ

筆者 わ 含

harus 意味 い

義務 表

あ わ