Analisis Fungsi Dan Makna Shuujoshi –Yo Dalam Komik Akachan To Boku Volume 1 Karya Marimo Ragawa

(1)

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA SHUUJOSHI –YO DALAM KOMIK “AKACHAN TO BOKU” VOLUME 1 KARYA MARIMO RAGAWA RAGAWA MARIMO NO SAKUHIN NO DAIIKKAN NO AKACHAN TO BOKU

TO IU MANGA NI OKERU –YO NO SHUUJOSHI NO IMI TO KINOU NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian skripsi dalam bidang ilmu

Sastra Jepang

Oleh :

ERICK SETIAWAN 090708022

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013  


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala rahmat, berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Skripsi yang berjudul ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA SHUUJOSHI – YO DALAM KOMIK AKACHAN TO BOKU VOLUME 1 KARYA MARIMO RAGAWA ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini sangat sederhana dan masih jauh dari kesempurnaan, baik dari isi maupun uraiannya. Hal ini disebabkan karena keterbatasan akan sumber dan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan-masukan berupa kritik dan saran yang membangun dari para pembaca bagi usaha perbaikan di masa yang akan datang.

Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih, penghargaan dan penghormatan kepada :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum, selaku Ketua Departemen Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Adriana Hasibuan, SS., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I, yang sedemikian besarnya telah memberikan waktu dan tenaga untuk membimbing, mengarahkan, menyemangati dan memberikan saran dan kritik kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini sampai selesai. Semoga Tuhan senantiasa


(3)

melindungi beliau dan keluarga, memberikan kesehatan, rezeki, umur panjang dan membalas kebaikan beliau.

4. Bapak Drs. Nandi. S, selaku Dosen Pembimbing II, yang sedemikian besarnya telah memberikan waktu dan tenaga untuk membimbing, mengarahkan, selalu menyemangati penulis dan memberikan saran dan kritik kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini sampai selesai. Semoga Tuhan senantiasa melindungi beliau dan keluarga, memberikan kesehatan, rezeki, umur panjang dan membalas semua kebaikan - kebaikan beliau.

5. Bapak/Ibu dosen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah berjasa memberikan pengajaran, perkuliahan dan ilmu kepada penulis selaku mahasiswa Sastra Jepang dari 一年生 sampai pada sekarang.

6. Kepada kedua orang tua penulis yang tersayang dan terkasih, ayahanda Hamzah Tansil dan ibunda Nyo Koei Kie, terima kasih telah membesarkan dan merawat penulis sampai saat ini dan terima kasih atas kasih sayang, perhatian dan dukungan baik moril maupun materil sampai penulis dapat menyelesaikan studi dan penulisan skripsi ini. Skripsi ini merupakan wujud apresiasi dan rasa syukur kepada kedua orang tua penulis. Semoga Tuhan senantiasa melindungi mereka, memberikan kesehatan, rezeki, umur panjang dan membalas semua kebaikan - kebaikan mereka.

7. Kepada saudara-saudara penulis, kakak Enny Tansil, Abang Pardy Tansil, Abang Johadi Tansil, Kakak Farya Tansil dan Abang Hadi Tansil. Kepada kakak dan abang ipar penulis, kakak Nery Gani, kakak Lestari, kakak Pheny Liong, dan Abang Hendrik Wijaya. Terima kasih atas kasih sayang, perhatian, doa, dan dukungan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat


(4)

menyelesaikan studi dan penulisan skripsi ini. Semoga Tuhan senantiasa melindungi mereka, memberikan kesehatan, rezeki, umur panjang dan membalas semua kebaikan - kebaikan mereka.

8. Kepada keponakan-keponakan penulis, Fabian Marcho Tansil, Filbert Tansil, Davin Kurniawan Tansil, Devina Ingrida Tansil, Nadya Wijaya, Ryan Perdana, Chavia Zagita dan Samantha. Terima kasih telah menghibur penulis di kala sedih dan telah berbagi keceriaan dan kebahagiaan bersama penulis.

9. Kepada sahabat-sahabat penulis, Emmanuella Yanita Sinuhaji, Juwita Carolyn Damanik, Birdy Rael Paulinka Sinaga, Lasmaria Magdalena Sitorus, Rohana Uli Pakpahan, Johan Bimbo Sinaga, Febro Star Harefa dan Rizky Zivo Loise. Terima kasih atas dukungan, doa, sindiran, dan semangat yang diberikan kepada penulis. Canda, tawa, tangis, dan amarah sudah kita jalani bersama-sama dan biarkanlah itu menjadi kisah klasik untuk masa depan.

10.Kepada teman-teman stambuk 2009 departemen Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara, Ody Pramana Bangun, Christina Emelya Tobing, Meiriza Armanda, dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas dukungan, doa, semangat, dan kenangan yang telah diberikan kepada penulis.

11.Kepada anggota Korasu, Lim 先生, Zita, Lara, Vindo, Puti, Chusyam, Silvi, Liza, Julia, Budi, Ardi, Arien, Helga, dan Dea. Terima kasih atas dukungan, doa, semangat, canda, dan tawa yang telah diberikan kepada penulis. Penulis akan sangat merindukan kebersamaan yang telah kita jalani bersama.

12.Kepada teman-teman sepelayanan Departemen Anak GBI Swissbel Hotel “SWORD”, Herry Andreas, Xiren, July Shen, Josephine Patricia, Vannesia dan Rachel. Terima kasih atas dukungan, semangat dan doa yang telah


(5)

diberikan kepada penulis. Semoga kita tetap kompak dan lebih berkomitmen dalam melayani.

13.Kepada anggota pengurus 五時 日 語 う い, Irwan 会長, Rasyid, Kak Melani dan Kak Hanum. Terima kasih atas dukungan dan doa yang telah diberikan kepada penulis.

14.Kepada Fenny dan Jellin Wargani, terima kasih atas dukungan dan doa yang telah diberikan kepada penulis. Terima kasih juga telah menjadi teman terbaik bagi penulis dari masa sekolah sampai sekarang.

15.Kepada Hendro, terima kasih yang sebesar-besarnya atas waktu, dukungan baik moril maupun materil, semangat, motivasi dan doa yang telah diberikan kepada penulis.

16.Kepada bang Joko, terima kasih atas bantuan dan pertolongan dalam mengurus segala berkas-berkas untuk kelancaran skripsi ini

Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu proses penulisan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan kepada orang-orang yang telah disebutkan ataupun tidak disebutkan atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan.

Medan, Oktober 2013

Penulis


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah... 1

1.2Rumusan Masalah... 4

1.3Ruang Lingkup Pembahasan... 4

1.4Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori... 5

1.5Tujuan dan Manfaat Penelitian... 9

1.6Metode Penelitian... 10

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP FUNGSI, MAKNA DAN PARTIKEL SHUUJOSHI –YO 2.1 Fungsi 2.1.1 Pengertian Fungsi... 11

2.1.2 Jenis-Jenis Fungsi ... 12

2.2 Makna 2.2.1 Pengertian Makna... 14

2.2.2 Jenis-Jenis Makna... 14

2.3 Partikel 2.3.1 Pengertian Partikel... 19


(7)

2.3.2 Jenis-Jenis Partikel... 20

2.4 Partikel –Yo 2.4.1 Pengertian Shuujoshi... 21

2.4.2 Fungsi Shuujoshi –Yo... 22

2.4.3 Makna Shuujoshi –Yo... 24

BAB III ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA SHUUJOSHI –YO DALAM KOMIK “AKACHAN TO BOKU” VOLUME 1 KARYA MARIMO RAGAWA 3.1 Shuujoshi –Yo Yang Menyatakan Ajakan... 27

3.2 Shuujoshi –Yo Yang Menyatakan Permohonan... 31

3.3 Shuujoshi –Yo Yang Menyatakan Kepastian... 35

3.4 Shuujoshi –Yo Yang Menyatakan Omelan atau Hinaan... 39

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan... 42

4.2 Saran... 43

DAFTAR PUSTAKA


(8)

ABSTRAK

Bahasa merupakan sarana komunikasi untuk menyampaikan suatu maksud dan tujuan. Ketika kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan, perasaan dan pendapat yang kita utarakan. Hal itu dikarenakan lawan bicara dapat memahami makna dari pembicaraan tersebut. Penutur hendak menyampaikan makna dan peserta tutur menangkap makna pula.

Kajian makna termasuk ke dalam semantik. Semantik adalah bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti bahasa. Objek kajian semantik antara lain fungsi dan makna kata, relasi makna, makna frase, dan makna kalimat.

Skripsi ini berjudul “Analisis Fungsi dan Makna Shuujoshi –Yo Dalam Komik

Akachan To Boku Volume 1 Karya Marimo Ragawa” ini membahas mengenai fungsi

dan makna shuujoshi –yo khususnya dalam komik Akachan To Boku Volume 1 karya

Marimo Ragawa.

Shuujoshi –yo dalam kalimat bahasa Jepang termasuk ke dalam joshi.

Shuujoshi –yo adalah joshi yang terletak di akhir kalimat yang berfungsi untuk menyatakan suatu perasaan yang dirasakan pembicara pada waktu mengucapkan kalimat yang bersangkutan. Shuujoshi –yo mungkin dapat didefinisikan sebagai bagian yang tidak dapat ditafsirkan dalam sebuah percakapan, memiliki kemutlakan arti sendiri yang bebas ikatan, dan dapat melengkapi dirinya sendiri dalam bagian-bagian pembicaraan. Oleh karena itu, shuujoshi –yo menempatkan dirinya dalam sebuah konteks yang disebut sebagai makna kontekstual.


(9)

Dalam penulisan skripsi ini membahas masing-masing lima buah contoh fungsi shuujoshi –yo yang dikemukakan oleh Chino. Fungsi shuujoshi –yo yang dikemukakan oleh Chino antara lain shuujoshi –yo yang menyatakan ajakan,

shuujoshi –yo yang menyatakan permohonan, shuujoshi –yo yang menyatakan

kepastian, dan shuujoshi –yo yang menyatakan omelan atau hinaan. Seluruh contoh kalimat shuujoshi –yo diambil secara acak dari komik Akachan To Boku Volume 1 karya Marimo Ragawa.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui fungsi dan makna shuujoshi –yo secara umum, kemudian mengetahui fungsi dan makna shuujoshi –yo dalam kalimat-kalimat percakapan di dalam komik Akachan To Boku Volume 1 karya

Marimo Ragawa. Oleh karena itu, penulisan skripsi ini menggunakan metode

deskriptif dengan cara menguraikan arti dan pembagian fungsi dan makna shuujoshi – yo dari teori linguistik yang dikemukakan oleh para pakar, mengumpulkan data

shuujoshi –yo yang ada dalam komik Akachan To Boku Volume 1 karya Marimo

Ragawa, mengelompokkan kalimat shuujoshi –yo berdasarkan teori fungsi shuujoshi –yo oleh Chino dan menginterpretasikan makna shuujoshi –yo pada kalimat tersebut dengan partikel bahasa prokem Indonesia.

Menurut Chino, fungsi shuujoshi –yo terbagi menjadi empat jenis yaitu

shuujoshi –yo yang menyatakan ajakan, shuujoshi –yo yang menyatakan permohonan,

shuujoshi –yo yang menyatakan kepastian, dan shuujoshi –yo yang menyatakan

omelan atau hinaan. Sedangkan partikel bahasa prokem Indonesia yang memiliki kaitan dengan teori fungsi Chino adalah ‘loh’, ‘ya’, ‘sih’, ‘kok’, ‘yuk’ dan ‘kan’.


(10)

1. 拓也 一緒 遊 い

Takuya, issho ni asonde koi yo

2. 私 家 来 い

Watashi no ie ni mo kite kudasai yo

3. 明日 う発表会

Ashita wa mou happyoukai yo

4. 実 人 寝

Minoru, nande hito no ue de neten da yo

Dari contoh di atas, dapat dikatakan bahwa shuujoshi –yo memiliki fungsi dan makna yang berbeda antara kalimat-kalimat tersebut. Pada contoh kalimat yang pertama, shuujoshi –yo tersebut berfungsi sebagai ajakan dan bermakna ‘yuk’. Hal itu ditandai dengan pemakaian kata koi sebelum shuujoshi –yo. Pada contoh kalimat kedua, shuujoshi –yo tersebut berfungsi sebagai permohonan dan bermakna ‘ya’. Hal itu ditandai dengan penggunaan pola kalimat –te kudasai sebelum shuujoshi –yo. Pada contoh kalimat ketiga, shuujoshi –yo tersebut berfungsi untuk menyatakan kepastian dan bermakna ‘loh’. Hal ini ditandai dengan penggunaan kata mou sebelum shuujoshi –yo yang menyatakan keterangan waktu. Pada contoh kalimat keempat, shuujoshi –yo

tersebut berfungsi sebagai omelan atau hinaan dan bermakna ‘sih’. Hal ini ditandai dengan penggunaan kata nande sebelum shuujoshi –yo.

Berdasarkan hasil analisis, terdapat 88 buah kalimat yang memiliki shuujoshi –yo yang ada dalam komik Akachan To Boku Volume 1 karya Marimo Ragawa.


(11)

‘ayo’, shuujoshi –yo yang menyatakan permohonan ada 4 buah kalimat dan bermakna ‘ya’, shuujoshi –yo yang menyatakan kepastian ada 72 buah kalimat dan bermakna ‘ya’, ‘loh’, dan ‘kok’, dan shuujoshi –yo yang menyatakan omelan atau hinaan ada 7 buah kalimat dan bermakna ‘sih’, ‘loh’, ‘kok’ dan ‘ya’.


(12)

要旨

言語 あ 目的 目標 届け ュニケー ョン手 あ

言葉 使用 時 人 私 何 言う目的 意見 注文 感動 分

相手 話 意味 分 あ 話 手 意味 伝

え 相手 意味 理解

意味 研究 意味論 入 意味論 言語 意味 学ぶ言語学 中

あ 分野 いう意味 あ 意味論 研究対象 わ 語 機能 意味

語 意味関係 句 意味 文 意味 あ

論文 羅川真里茂 作 第一巻 赤 僕 いう漫画

け ー 終助詞 意味 機能 分析 いう題 あ

日 語文法 中 終助詞 助詞 入 終助

詞 文 言う時 話 手 感動 気持 言明 機能 文

あ 助詞 いう意味 あ 終助詞 会話 解釈 い文

不組合 自分 相対的意味 持 話文 自分 完備 ぶ

定義 終助詞 的意味 いう

論文 書 中 Chino 終助詞 機能

五 例 研究 Chino 終助詞 機能 わ 誘

う言明 願う言明 確実言明 陰口 侮辱言明 あ 全文 終助

詞 例文 羅川真里茂 作 第一巻 赤 僕 いう漫画 手


(13)

論文 書 一般的 終助詞 意味 機能 知

羅川真里茂 作 第一巻 赤 僕 いう漫画 会話

文 あ 終助詞 意味 機能 知 論文 書

専門家 言語学理論 終助詞 意味 機能 意味 分

配 説明 羅川真里茂 作 第一巻 赤 僕 いう漫画 中 あ

終助詞 ータ 集 Chino 終助詞 機能

理論 終助詞 文 分類 ン ネ 若者 言葉

助詞 文 あ 終助詞 意味 解釈 説明方法 使う

Chino 終助詞 機能 四 あ わ 誘う言

明 願う言明 確実言明 陰口 侮辱言明 あ 一方 Chino

終助詞 機能 理論 ン ネ 若者 言葉 関係 い 助

詞 loh ya sih kok yuk kan あ

例文:

5. 拓也 一緒 遊 い

6. 私 家 来 い

7. 明日 う発表会

8. 実 人 寝

記 例文 う 文 終助詞 う意味 機能

い 一番目 文 終助詞 誘う言明 機能

あ yuk 意味 い 終助詞 前


(14)

う言明 機能 あ ya 意味 い

終助詞 前 い 文型 使用 署 番目 文

終助詞 確実言明 機能 あ loh 意味

い 終助詞 前 う 言葉 使用 署

四番目 文 終助詞 陰口 侮辱言明 機能 あ

sih 意味 い 終助詞 前

言葉 使用 署

分析 結果 羅川真里茂 作 第一巻 赤

僕 いう漫画 あ 終助詞 あ 文 八十八 あ 誘う言明

終助詞 あ 文 五 あ yuk ayo 意味

願う言明 終助詞 あ 文 四 あ ya 意味 確実言

明 終助詞 あ 文 七十 あ ya loh kok

意味 陰口 侮辱言明 終助詞 あ 文 七 あ sih


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan sarana manusia dalam menyampaikan suatu maksud dan tujuan. Menurut Wibowo (2001:3), bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran. Dalam pengertian tersebut memilik dua komponen penting, yakni arbitrer yang berarti terpola dan konvensional yang berarti disepakati.

Hampir sama dengan pendapat Wibowo, Walija (1996:4), mengungkapkan definisi bahasa ialah komunikasi yang paling lengkap dan efektif untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan dan pendapat kepada orang lain. Ketika kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan, perasaan dan pendapat yang kita utarakan karena dia memahami makna dari pembicaraan tersebut.

Parera (2004:2) menyatakan bahwa penutur hendak menyampaikan makna dan peserta tutur menangkap makna pula. Kajian makna dalam bahasa termasuk dalam semantik. Kata semantik dalam bahasa Indonesia (Inggris : semantics) berasal dari bahasa Yunani sema (kata benda) yang berarti “tanda” atau “lambang”. Kata kerjanya adalah semaino yang berarti “menandai” atau “melambangkan”. Yang dimaksud dengan tanda atau lambang di sini sebagai padanan kata sema itu adalah linguistik. Semantik adalah bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti bahasa(Chaer, 1995:2).


(16)

Sutedi (2004:114) menjabarkan beberapa jenis makna, yaitu makna leksikal, makna gramatikal, makna denotatif, makna konotatif, makna dasar dan makna perluasan. Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indera, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita (Chaer, 1995:60). Makna leksikal dari suatu kata adalah gambaran yang nyata tentang suatu konsep seperti yang dilambangkan kata tersebut. Makna leksikal suatu kata sudah jelas bagi seorang bahasawan tanpa kehadiran kata tersebut dalam suatu konteks kalimat.

Sutedi (2004:115) menyatakan bahwa makna gramatikal dalam bahasa Jepang disebut Bunpouteki-imi (文法的―意味) yaitu makna yang muncul akibat proses gramatikalnya. Chaer (1995:62) menyatakan bahwa makna gramatikal adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatikal seperti proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi.

Akhiran –yo dalam kalimat bahasa Jepang termasuk ke dalam joshi (助詞). Chino (1992:vii) menyatakan bahwa sebuah partikel (助詞) mungkin dapat didefinisikan sebagai bagian yang tak dapat ditafsirkan dalam sebuah percakapan, memiliki kemutlakan arti sendiri yang bebas ikatan, melengkapi dirinya sendiri dalam bagian-bagian pembicaraan, yang dengan demikian, ia menempatkan dirinya dalam sebuah konteks. Situmorang (2010:50) menyatakan bahwa joshi (助詞) merupakan kata bantu yang tidak dapat berdiri sendiri, tidak berkonjugasi, tidak menjadi subjek, objek, predikat, dan keterangan dalam kalimat, selalu mengikuti kata lain, dan ada yang mempunyai arti sendiri, tetapi ada juga yang berfungsi memberi arti pada kata lain.


(17)

Shuujoshi –yo (- ) yang diletakkan pada akhir kalimat menyatakan beberapa maksud. Berikut adalah beberapa contoh kalimat yang memiliki shuujoshi –yo (- )

yang diambil dari komik Akachan To Boku Volume 1 karya Marimo Ragawa.

Contoh Kalimat:

1. 拓也

Takuya oniichan ni natta no yo.

Takuya sekarang sudah jadi kakak loh.

2. あー う 一人 泣い !!

Aa~ Mou hitori de naiteru yo!!

Sudah! Nangis sendiri lah!!

3. 拓也 実 反省 い 許

Takuya.. Minoru datte hansei shiteru jyanai ka. Yurushite yare yo.

Takuya.. Minoru kan sudah menyesal. Maafkan dia ya.

Shuujoshi –yo (- ) pada contoh pertama menunjukkan penekanan pada sebuah

berita, kabar ataupun pendapat kepada lawan bicara. Shuujoshi –yo (- ) dalam contoh kalimat ini bermakna ‘loh’ dan cenderung bermakna positif.


(18)

Pada contoh kalimat kedua, shuujoshi –yo (- ) menunjukkan ekspresi marah, kesal, ataupun omelan. Shuujoshi –yo (- ) dalam contoh kalimat tersebut bermakna ‘lah’ dan bermakna negatif.

Pada contoh kalimat ketiga, shuujoshi –yo (- ) menunjukkan suatu permohonan, permintaan, ajakan ataupun saran. Shuujoshi –yo (- ) dalam contoh kalimat tersebut bermakna ‘ya’.

Dari beberapa contoh kalimat di atas, fungsi shuujoshi –yo (- ) memiliki banyak jenis fungsi dan makna. Hal inilah yang menarik penulis untuk membahas shuujoshi – yo (- ) di dalam komik Akachan To Boku volume 1 karya Marimo Ragawa tersebut.

1.2 Perumusan Masalah

Shuujoshi –yo paling banyak digunakan di dalam berbagai situasi percakapan di dalam komik Akachan To Boku volume 1 karya Marimo Ragawa, namun memiliki fungsi dan makna tersendiri. Penulis menemukan beberapa kesulitan untuk membedakan fungsi dan makna shuujoshi –yo (- ) dalam kalimat bahasa Jepang.

Agar penelitian tidak terlalu luas, penelitian ini mengacu pada fungsi dan makna

shuujoshi –yo (- ) dalam komik Akachan To Boku volume 1 karya MarimoRagawa. Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain:

1. Apa fungsi dan makna shuujoshi –yo (- ) secara umum dalam kalimat bahasa Jepang?


(19)

2. Apa fungsi dan makna shuujoshi –yo (- ) dalam komik Akachan To Boku

volume 1 karya Marimo Ragawa?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Penelitian hanya difokuskan kepada pembahasan fungsi dan makna shuujoshi –yo

(- ) yang ada pada percakapan-percakapan yang terdapat di dalam komik Akachan

To Boku volume 1 karya Marimo Ragawa. Penulis akan mengklarifikasikan dan

menganalisis jenis shuujoshi –yo (- ) berdasarkan fungsinya masing-masing sebanyak lima cuplikan dari komik Akachan To Boku volume 1 karya Marimo

Ragawa antara lain untuk menyatakan ajakan, menyatakan permohonan, menyatakan

kepastian, dan menyatakan omelan atau hinaan.

Sebelum menjelaskan fungsi dan makna shuujoshi –yo (- ), penulis menguraikan

joshi, shuujoshi, fungsi dan makna shuujoshi –yo (- ).

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1 Tinjauan Pustaka

Di dalam penelitian makna, ilmu yang digunakan dalam linguistik adalah ilmu semantik. Semantik merupakan salah satu cabang dari linguistik yang mengkaji tentang makna. Sutedi (2004:111) menyatakan bahwa objek kajian semantik adalah makna kata (語 意味), relasi makna (語 意味関係), makna frase(句 意味), dan makna kalimat (文 意味).


(20)

Makna dapat dilihat dalam dua bentuk, yaitu makna gramatikal dan makna leksikal. Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indera, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita (Chaer, 1995:60). Masih menurut Chaer (1995:62), bahwa makna gramatikal adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatikal seperti proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi.

Di dalam bahasa Jepang, frase harus diikuti oleh joshi (助詞).Joshi (助詞) adalah kelas kata yang termasuk ke dalam fuzokugo (付属語) yang dipakai setelah suatu kata untuk menunjukkan hubungan antara kata tersebut lebih jelas lagi (Sudjianto, 2004:181).

1.4.2 Kerangka Teori

Menurut Kridalaksana (2008:67), fungsi adalah: (1) beban makna suatu kesatuan bahasa; (2) hubungan antara satu satuan dengan unsur-unsur gramatikal, leksikal, atau kronologis dalam suatu deret satuan-satuan; (3) penggunaan bahasa untuk tujuan tertentu; (4) peran unsur dalam suatu ujaran dan hubungannya secara struktural dengan unsur lain; (5) peran sebuah unsur dalam satuan sintaksis yang lebih luas, misal, nomina yang berfungsi sebagai subjek atau objek.

Selain fungsi, penelitian ini juga membahas tentang makna. Hal ini dikarenakan fungsi dan makna memiliki kesinambungan dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Menurut Kridalaksana (2008:132), makna adalah: (1) maksud pembicaraan; (2) pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia; (3) hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antara bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya; (4) cara menggunakan lambang-lambang bahasa.


(21)

Shuujoshi –yo (- ) memiliki beberapa fungsi dan makna. Chino (1992:122) menjelaskan bahwa shuujoshi –yo (- ) memiliki beberapa fungsi dan makna, antara lain:

1. Mengajak untuk perbuatan sebagai rangkaian dari suatu perbuatan yang lain.

Contoh :

う いぶ 歩い 休 う

Mou daibu aruita kara, chotto yasumou yo.

Karena sudah berjalan cukup banyak, mari istirahat sebentar.

2. Menunjukkan suatu permohonan yang kadang maknanya lebih keras daripada shuujoshi –ne (- ).

Contoh :

私 家 来 い

Watashi no ie ni mo kite kudasai yo.

Silahkan datang ke rumah saya juga.

3. Menunjukkan suatu pernyataan untuk memastikan Contoh :


(22)

いいえ 恵子 小学校 去年 出 う13歳

Iie, Keiko wa shougakkou o kyonen demashita kara, mou jyuusan sai desu yo.

Bukan, Keiko lulus sekolah dasar tahun lalu, jadi dia sudah genap 13 tahun.

4. Menunjukkan omelan atau menghina Contoh :

あ 人 いわ !

Ano hito wa shigoto ga dekinai wa yo!

Dia tidak dapat melaksanankan perkerjaan!

Shuujoshi –yo (- ) tidak memiliki makna yang pasti. Chino (1992:120)

mengatakan bahwa shuujoshi –yo (- ) dipakai untuk menyampaikan nuansa emosi, sering tanpa menyampaikan isi dan makna kalimat secara terus terang. Jika kalimat yang memiliki shuujoshi –yo (- ) diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, makna

shuujoshi –yo (- ) tersebut akan menjadi partikel bahasa prokem. Di dalam

http://bambang7714.wordpress.com, shuujoshi –yo (- ) atau sentence ending particle

diterjemahkan menjadi ‘loh’ dan ‘kok’ yang merupakan partikel bahasa prokem. Partikel bahasa prokem adalah partikel yang mampu memberikan informasi tambahan


(23)

kepada orang lain yang tidak dapat dilakukan oleh Bahasa Indonesia Baku seperti tingkat keakraban antara pembicara dan pendengar, suasana hati/ekspresi pembicara,

dan suasana ketika kalimat tersebut diucapkan (http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_prokem). Partikel bahasa prokem yang mewakili

makna dari teori fungsi shuujoshi –yo (- ) yang dikemukanan oleh Chino antara lain

‘loh’, ‘ya’, ‘sih’, ‘kok’, ‘yuk’, dan ‘kan’. (http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_prokem), antara lain:

1. ‘Loh’

Kata informatif, untuk memastikan / menekankan suatu hal.

2. ‘Ya’

Memberi pembenaran atau meyakinkan pernyataan atau opini yang diucapkan.

3. ‘Sih’

Mengakhiri satu pernyataan sebelum memulai pernyataan yang bertentangan.

4. ‘Kok’

Memberi penekanan atas kebenaran pernyataan yang dibuat. 5. ‘Yuk’

Menyatakan ajakan untuk melakukan sesuatu tindakan atau perbuatan.

6. ‘Kan’

Menyatakan suatu sebab yang pasti (pernyataan).

Shuujoshi –yo (- ) tidak dapat dimaknai secara mandiri. Untuk melihat fungsi dan makna shuujoshi –yo (- ), penulis menggunakan teori makna kontekstual.


(24)

Makna kontekstual adalah makna yang muncul sesuai dengan konteks makna kata tersebut digunakan. Artinya, makna tersebut muncul sebagai makna tambahan disamping makna sebenarnya berupa kesan-kesan yang ditimbulkan oleh sebab atau situasi tertentu (http://archigakiarataka.blogspot.com).

Untuk membahas fungsi dan makna shuujoshi –yo (- ) pada komik Akachan

To Boku Volume 1 karya Marimo Ragawa, penulis menggunakan teori fungsi dan

makna menurut pendapat Kridalaksana (2008:67,132), teori fungsi dan makna

shuujoshi –yo (- ) menurut pendapat Chino (1992:122-124) yang disempurnakan

dengan makna terjemahan partikel prokem bahasa Indonesia dari situs http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_prokem, dan teori makna kontekstual yang dikutip dari situs http://archigakiarataka.blogspot.com.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan fungsi dan makna shuujoshi –yo (- ) dalam kalimat-kalimat bahasa Jepang secara umum.

2. Untuk mendeskripsikan fungsi dan makna shuujoshi –yo (- ) dalam kalimat-kalimat percakapan di dalam komik Akachan To Boku Volume 1 karya Marimo Ragawa.


(25)

1.5.2 Manfaat Penelitian

Adapun beberapa manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Dapat mengetahui fungsi dan makna shuujoshi –yo (- ) di dalam kalimat bahasa Jepang.

2. Dapat dijadikan acuan bagi mahasiswa Departemen Sastra Jepang dalam penelitian lain selanjutnya.

1.6 Metode Penelitian

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode kepustakaan atau library research. Metode kepustakaan ( Library Reseach ) adalah mengumpulkan data dengan membaca buku-buku yang relevan untuk membantu di dalam menyelesaikan dan juga untuk melengkapi data yang berhubungan dengan masalah yang dibahas (www.fourseasonnews.com).

Data diperoleh dari komik Akachan To Boku Volume 1 karya Marimo Ragawa. Kemudian penulis mengambil data shuujoshi –yo (- ) yang ada di dalam komik

Akachan To Boku Volume 1, mengelompokkan kalimat yang memiliki shuujoshi

–yo (- ) berdasarkan teori dan menginterpretasikan makna shuujoshi –yo (- ) pada kalimat tersebut.


(26)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP FUNGSI, MAKNA DAN PARTIKEL SHUUJOSHI –YO

2.1 Fungsi

2.1.1 Pengertian Fungsi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi fungsi dalam linguistik adalah peran sebuah unsur bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih luas seperti nomina yang berfungsi sebagai subjek (http://kbbi.web.id).

Menurut Halliday dalam Tagor (2008:62) memberikan definisi tentang fungsi yaitu suatu konsep abstrak yang berperan dalam mengungkapkan hakekat realita sosial melalui wahana bahasa. Melalui definisi fungsi tersebut, dapat dilihat bahwa segala aspek sosialisasi bahasa dan konsekuensinya merupakan bagian dari fenomena penggunaan bahasa.

Sedangkan menurut Kridalaksana (2008:67), fungsi adalah: (1) beban makna suatu kesatuan bahasa; (2) hubungan antara satu satuan dengan unsur-unsur gramatikal, leksikal, atau kronologis dalam suatu deret satuan-satuan; (3) penggunaan bahasa untuk tujuan tertentu; (4) peran unsur dalam suatu ujaran dan hubungannya secara struktural dengan unsur lain; (5) peran sebuah unsur dalam satuan sintaksis yang lebih luas, misal, nomina yang berfungsi sebagai subjek atau objek.

Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi adalah suatu unsur dalam sintaksis yang saling berhubungan dengan unsur gramatikal, leksikal atau


(27)

kronologis yang merupakan bagian dari fenomena penggunaan bahasa dalam sebuah realita sosial.

2.1.2 Jenis –Jenis Fungsi

Menurut Pangaribuan (2008:63), fungsi terdiri atas tiga jenis, yaitu:

1. Fungsi Ideasional

Fungsi yang dipresentasikan oleh unsur pengalaman dan pemikiran logis yang diungkapkan melalui teks, seperti siapa berperan apa, melakukan tindakan sosial apa, kepada siapa, di lokasi mana, dan lain-lain

2. Fungsi Interpersonal

Fungsi yang menjelaskan bagaimana hubungan antar partisipan yang direalisasikan lewat bahasa melalui peran ungkapan, pilihan persona, modalitas ungkapan, dan lain-lain.

3. Fungsi Tekstual

Fungsi yang dilihat dari bagaimana keterpaduan makna direalisasikan melalui struktur informasi, kohesi dan unsur-unsur lain yang menyatakan bagaimana bahasa itu melayani kepentingan partisipan.

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (http://kbbi.web.id), jenis-jenis fungsi dibagi menjadi empat jenis-jenis, yaitu :

1. Fungsi Ekspresif

Penggunaan bahasa untuk menampakkan hal ihwal yang bersangkutan dengan pribadi pembicara.


(28)

2. Fungsi Fatis

Penggunaan bahasa untuk mengadakan atau memelihara kontak antara pembicara dan pendengar.

3. Fungsi Kognitif

Penggunaan bahasa untuk penalaran akal.

4. Fungsi Komunikatif

Penggunaan bahasa untuk penyampaian informasi antara pembicara (penulis) dan pendengar (pembaca)

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat fungsi terbagi atas :

1. Fungsi Ideasional / Kognitif

Fungsi yang dipresentasikan oleh unsur pengalaman, pemikiran logis dan penalaran akal seperti peran, tindakan sosial, lokasi, dan lain-lain.

2. Fungsi Interpersonal / Fatis

Fungsi yang menjelaskan hubungan antar partisipan untuk mengadakan atau memelihara kontak antara pembicara dan pendengar yang direalisasikan melalui modalitas ungkapan, pilihan persona, dan lain-lain.

3. Fungsi Tekstual

Fungsi yang dilihat dari bagaimana keterpaduan makna direalisasikan melalui struktur informasi, kohesi, dan unsur lain yang menyatakan proses bahasa itu melayani kepentingan partisipan.

4. Fungsi Ekspresif

Fungsi yang menampakkan hal ihwal yang bersangkutan dengan pribadi pembicara


(29)

5. Fungsi Komunikatif

Fungsi yang menunjukkan pengunaan bahasa untuk menyampaikan informasi antara pembicara dan pendengar.

2.2 Makna

2.2.1 Pengertian Makna

Makna adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan dan selalu melekat dari apa saja yang kita tuturkan. Menurut Ferdinand de Saussure dalam Chaer (2007:287), makna adalah pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada sebuah tanda linguistik. Di dalam definisi makna tersebut, tanda linguistik berperan penting, baik disamakan identitasnya dengan kata atau leksem ataupun disamakan identitasnya dengan morfem.

Sedangkan menurut Kridalaksana (2008:132), makna adalah: (1) maksud pembicaraan; (2) pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia; (3) hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antara bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya; (4) cara menggunakan lambang-lambang bahasa. Kridalaksana dalam Chaer (2007:287) juga mengatakan bahwa setiap tanda bahasa mengacu pada sesuatu yang ditandai sehingga makna tutur tersebut dapat dimengerti oleh lawan bicara.

Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa makna adalah maksud dan arti dari sebuah tuturan yang terkandung dalam sebuah tanda bahasa atau tanda linguistik sehingga lawan bicara dapat mengerti tuturan tersebut.


(30)

2.2.2 Jenis-Jenis Makna

Chaer (2007:289) membagi jenis-jenis makna ke dalam tiga belas jenis, yaitu:

1. Makna Leksikal

Makna leksikal adalah makna yang dimiliki atau pada leksem meski tanpa konteks apapun. Dapat dikatakan juga bahwa makna leksikal adalah makna yang sebenarnya, makna yang sesuai dengan hasil observasi indra dan makna apa adanya (makna kamus).

2. Makna Gramatikal

Makna gramatikal adalah makna yang muncul ketika terjadi proses gramatikal, seperti afiksasi (proses pembubuhan morfem pada sebuah bentuk dasar), reduplikasi (proses pengulangan bentuk dasar, baik secara keseluruhan, sebagian, maupun perubahan bunyi), dan komposisi (proses penggabungan antar morfem dasar, baik bebas ataupun terikat sehingga terbentuk konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang baru).

3. Makna Kontekstual

Makna kontekstual adalah makna yang muncul sesuai dengan situasi kalimat, yakni tempat, waktu, dan lingkungan penggunaan bahasa yang bersangkutan.

4. Makna Referensial

Makna referensial adalah makna yang memiliki referensnya atau acuannya dalam dunia nyata, seperti kata “kuda”, “merah”, “gambar” dan lain-lain.

5. Makna Non-Referensial

Makna non-referensial adalah makna yang tidak memiliki referens atau acuan dalam dunia nyata, seperti kata “dan”, “atau”, “karena”, dan lain-lain.


(31)

6. Makna Denotatif

Makna denotatif adalah makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah leksem. Makna denotatif sama dengan makna leksikal.

7. Makna Konotatif

Makna konotatif adalah makna tambahan pada makna denotatif yang berhubungan dengan nilai rasa dari pribadi atau kelompok yang menggunankan kata yang bersangkutan. Makna konotatif dibagi menjadi dua jenis yaitu konotasi postif (mengandung arti yang baik) dan konotasi negatif (mengandung arti yang buruk).

8. Makna Konseptual

Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem, terlepas dari konteks atau asosiasi apapun. Makna konseptual sama dengan makna leksikal, makna denotatif dan makna referensial.

9. Makna Asosiatif

Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata yang berkenaan dengan adanya hubungan kata dengan sesuatu yang berada di luar bahasa, seperti kata “merah” berasosiasi dengan keberanian, kata “putih” yang berasosiasi dengan kesucian, dan lain-lain.

10.Makna Kata

Makna kata adalah makna yang muncul ketika sudah berada di dalam konteks kalimat atau konteks situasi. Hal itu dikarenakan makna kata yang terkandung dalam sebuah kata tidak memiliki arti yang jelas dan pasti jika berdiri sendiri. Contohnya kata “jatuh” tidak memiliki arti yang jelas sebelum berada dalam sebuah konteks seperti “jatuh dari sepeda”, “jatuh dalam ujian”, “jatuh cinta”, “harganya jatuh”, dan


(32)

11.Makna Istilah

Makna istilah adalah makna yang sudah pasti, jelas dan tidak diragukan meskipun tanpa berada dalam konteks kalimat, misalnya kata “lengan” dan “tangan”memiliki makna yang berbeda yaitu “lengan” adalah bagian pergelangan sampai pangkal bahu dan “tangan” adalah bagian pergelangan sampai jari tangan.

12.Makna Idiom

Makna idiom adalah makna yang tidak dapat diramalkan dari makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun gramatikal. Makna idiom dibagi menjadi 2 jenis yaitu idiom penuh dan idiom sebagian. Idiom penuh adalah idiom yang semua unsurnya sudah melebur menjadi satu kesatuan, sehingga makna yang dimiliki berasal dari kesatuan tersebut, seperti “banting tulang”, “naik daun”, “jual gigi” dan lain-lain. Idiom sebagian adalah idiom yang salah satu unsurnya masih memiliki makna leksikal, seperti “daftar hitam”, “mata tajam”, dan lain-lain.

13.Peribahasa

Peribahasa adalah makna yang masih dapat ditelusuri atau dilacak dari makna unsur-unsurnya karena adanya asosiasi antara makna asli dengan maknanya sebagai peribahasa. Contohnya peribahasa “seperti anjing dan kucing” yang berarti tidak pernah akur karena memiliki asosiasi bahwa anjing dan kucing merupakan binatang yang selalu berkelahi dan tidak pernah damai.

Sedangkan Sutedi (2004:106) mengemukakan 6 jenis makna dalam bahasa Jepang, yaitu:


(33)

1. Makna Leksikal

Makna leksikal dalam bahasa Jepang disebut dengan jishoteki imi (辞書的意味) atau goiteki imi (語彙的意味). Makna leksikal adalah makna yang sesungguhnya sesuai dengan hasil pengamatan indra dan terlepas dari unsur gramatikal (makna asli).

2. Makna Gramatikal

Makna gramatikal dalam bahasa Jepang disebut bunpouteki imi (文法的意味). Makna gramatikal adalah makna yang muncul akibat proses gramatikal.

3. Makna Denotatif

Makna denotatif dalam bahasa Jepang disebut meijiteki imi (明示的意味) atau

gaien (外延). Makna denotatif adalah makna yang berkaitan dengan dunia luar bahasa seperti suatu objek atau gagasan dan bisa dijelaskan dengan analisis komponen makna.

4. Makna Konotatif

Makna konotatif dalam bahasa Jepang disebut anjiteki imi (暗示的意味) atau

naihou (内包). Makna konotatif adalah makna yang ditimbulkan karena perasaan atau pikiran pembicara dan lawan bicaranya.

5. Makna Dasar

Makna dasar dalam bahasa Jepang disebut kihongi (基 儀). Makna dasar adalah makna asli yang dimiliki oleh suatu kata yang masih digunakan pada masa sekarang ini.


(34)

6. Makna Perluasan

Makna perluasan dalam bahasa Jepang disebut tengi (転義). Makna perluasan adalah makna yang muncul dari hasil perluasan makna dasar yang diantaranya akibat penggunaan kiasan (majas).

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat makna terbagi atas 15 jenis, yaitu makna leksikal atau jishoteki imi (辞書的意味), makna gramatikal atau bunpouteki

imi (文法的意味), makna denotatif atau meijiteki imi (明示的意味), makna konotatif

atau anjiteki imi (暗示的意味), makna kontekstual, makna referensial, makna non-referensial, makna konseptual, makna asosiatif, makna kata, makna istilah, makna idiom dan peribahasa.

2.3 Partikel

2.3.1 Pengertian Partikel

Partikel di dalam bahasa Jepang disebut joshi (助詞). Istilah joshi (助詞) terdiri dari dua buah kanji, yaitu kanji jo (助) dan shi (詞). Kanji jo (助) dapat dibaca

tasukeru yang berarti membantu atau menolong. Kanji shi (詞) yang memiliki makna yang sama dengan istilah kotoba (言葉) yang berarti kata, perkataan atau bahasa. Bila digabungkan, maka joshi (助 詞) dapat diartikan sebagai kata bantu (partikel) (Situmorang, 2010:50).

Sedangkan Sutedi (2003:106) menyatakan bahwa joshi (助詞) tidak memiliki makna leksikal namun memiliki makna gramatikal, sebab baru jelas maknanya jika digunakan dalam sebuah kalimat.


(35)

Sudjianto (2007:1) mengatakan bahwa joshi (助 詞) merupakan sebuah postposisi, dimana letak joshi (助詞) pada kalimat selalu menempati posisi setelah kata lain.

Contoh:

私 う友 ャ タ 行

Watashi wa kinou tomodachi to jakaruta e ikimashita.

Kemarin saya bersama teman pergi ke Jakarta

Diantara 5 bunsetsu di atas, ada yang mengandung joshi (助詞) yaitu “watashi wa”, “tomodachi to”, dan “jakaruta e”. Joshi (助詞) “wa” menempati posisi setelah nomina “watashi”, joshi (助詞) “to” menempati posisi setelah nomina “tomodachi”, dan joshi “e” menempati posisi setelah nomina “jakaruta”.

Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa joshi (助詞) adalah kata bantu atau partikel yang selalu menempati posisi setelah kata lain dan tidak memiliki makna leksikal namum memiliki makna gramatikal.

Situmorang (2010:50-51) menjabarkan ciri-ciri joshi (助詞) sebagai berikut :

1. Tidak dapat berdiri sendiri.

2. Tidak berkonjugasi.

3. Tidak menjadi subjek, predikat, objek dan keterangan di dalam kalimat.


(36)

5. Ada yang mempunyai arti sendiri, tetapi ada juga yang berfungsi memberi arti pada kata lain.

2.3.2 Jenis-Jenis Partikel

Sudjianto (2007:4) membagi partikel (joshi) menjadi empat jenis, yaitu:

1. Fukujoshi (副助詞)

Joshi (助詞) yang berfungsi sebagai penghubung kata-kata yang ada sebelumnya dengan kata-kata yang ada pada bagian berikutnya. Joshi (助詞) dalam kelompok fukujoshi (副助詞) biasanya dipakai setelah nomina, verba, adjektiva –i, adjektiva – na, adverbia, bahkan ada juga yang dipakai setelah partikel lainnya. Joshi (助詞) yang termasuk dalam fukujoshi (副助詞) yaitu bakari, dake, demo, hodo, ka, kiri, koso, kurai/gurai, made, mo, nado, nari, noni, sae, shika, wa,dan yara.

2. Kakujoshi (格助詞)

Joshi (助 詞) yang diletakkan setelah taigen atau meishi (nomina) untuk

menyatakan hubungan antar bunsetsu. Kakujoshi (格 助 詞) yang menyatakan hubungan antar nomina yang ada sebelumnya dengan nomina yang ada pada bagian berikutnya menggunakan joshi no, to, ya. Kakujoshi (格助詞) yang menyatakan hubungan nomina yang ada sebelumnya dengan predikat pada kalimat menggunakan

joshide, e, ga, kara, ni, o, dan yori.

3. Setsuzokujoshi (接続助詞)

Joshi (助 詞) yang berfungsi sebagai penghubung bagian-bagian kalimat.


(37)

adjektiva –na). Namun ada juga setsuzokujoshi (接続助詞) yang dipakai setelah nomina ataupun verba bantu. Joshi (助詞) yang termasuk ke kelompok setsuzokujoshi

(接続助詞) yaitu ba, ga, kara, keredomo, nagara, node, noni, shi, tari, te, temo, dan

to.

4. Shuujoshi (終助詞)

Joshi (助詞) yang terletak di akhir kalimat yang berfungsi untuk menyatakan suatu perasaan (kandou) yang dirasakan pembicara pada waktu mengucapkan kalimat yang bersangkutan. Joshi (助詞) yang termasuk ke kelompok shuujoshi (終助詞) yaitu ka, kashira, kke, na/naa, ne/nee, no, sa, tomo, wa, ya, yo, ze, zo.

2.4 Partikel –Yo

2.4.1 Pengertian Shuujoshi

Dalam bahasa Jepang, terdapat sekelompok partikel yang umum diletakkan di bagian akhir kalimat (sentence final particle). Parikel-partikel ini umumnya berfungsi untuk menjalankan konteks dari kalimat awalnya, apakah itu untuk bertanya, menegaskan opini, melakukan persuasi, ataupun lain sebagainya. (http://sora9n.wordpress.com). Partikel di bagian akhir kalimat itu disebut shuujoshi

(終助詞).

Istilah shuujoshi (終助詞) terdiri dari dua bagian kanji, yaitu kanji shuu (終) dan joshi (助詞). Kanji shuu (終) dapat dibaca owari yang berarti akhir atau berakhir. Kanji joshi (助詞) berarti kata bantu (partikel). Bila digabungkan, maka shuujoshi


(38)

Sudjianto (2004:182) menyatakan bahwa joshi yang termasuk shuujoshi

umumnya dipakai setelah berbagai macam kata pada bagian akhir kalimat untuk menyatakan suatu pernyataan, larangan, seruan, rasa haru, dan sebagainya.

Chino (1992:120) menyatakan bahwa shuujoshi biasanya dipakai dalam bahasa percakapan, diucapkan mengikuti nada suara yang dipakai, untuk menyampaikan nuansa emosi, sering tanpa menyampaikan isi kalimat secara terus terang. Dengan adanya penggunaan shuujoshi, konteks kalimat dapat diperlembut ataupun dipertegas. Shuujoshi (終助詞) yang digunakan dalam bahasa percakapan yaitu ka, kashira, kke, na/naa, ne/nee, no, sa, tomo, wa, ya, yo, ze, zo.

2.4.2 Fungsi Shuujoshi –Yo

Chino (1992:122) menjelaskan bahwa shuujoshi –yo (- ) memiliki beberapa fungsi, antara lain:

5. Mengajak untuk perbuatan sebagai rangkaian dari suatu perbuatan yang lain (ajakan). Shuujoshi –yo dapat dipakai dalam ungkapan yang berbentuk ajakan atau perintah.

Contoh :

う いぶ 歩い 休 う

Mou daibu aruita kara, chotto yasumou yo.


(39)

6. Menunjukkan suatu permohonan yang kadang maknanya lebih keras daripada shuujoshi –ne (- ). Konteks memohon dan meminta tolong dalam fungsi ini terkesan tegas, mendalam atau bersungguh-sungguh.

Contoh :

私 家 来 い

Watashi no ie ni mo kite kudasai yo.

Silahkan datang ke rumah saya juga.

7. Menunjukkan suatu pernyataan untuk memastikan atau menjelaskan. Penutur berusaha memastikan ataupun memperbaiki informasi yang diterimanya. Penutur juga dapat menekankan arti yang ingin disampaikan lewat fungsi ini.

Contoh :

いいえ 恵子 小学校 去年 出 う13歳

Iie, Keiko wa shougakkou o kyonen demashita kara, mou jyuusan sai desu yo.

Bukan, Keiko lulus sekolah dasar tahun lalu, jadi dia sudah genap 13 tahun.

8. Menunjukkan omelan, amarah atau menghina Contoh :


(40)

Dia tidak dapat melaksanankan perkerjaan!

2.4.3 Makna Shuujoshi –Yo

Di dalam memaknai shuujoshi –yo, makna terdapat pada konteks percakapan. Hal ini dikarenakan shuujoshi –yo termasuk ke dalam jenis joshi merupakan makna kontekstual dan tidak dapat berdiri sendiri untuk mendapatkan makna leksikalnya (Sudjianto, 2007:3).

Shuujoshi –yo tidak memiliki makna yang pasti. Chino (1992:120)

mengatakan bahwa shuujoshi –yo dipakai untuk menyampaikan nuansa emosi, sering tanpa menyampaikan isi dan makna kalimat secara terus terang.

Kalimat yang memiliki shuujoshi –yo bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, akan dimaknai menjadi partikel bahasa prokem. Partikel bahasa prokem yang mewakili makna dan berkesinambungan dengan teori fungsi shuujoshi –yo yang dikemukanan oleh Chino (1992:122) yaitu :

7. ‘Loh’

Kata informatif, untuk memastikan / menekankan suatu hal. Bisa juga digunakan untuk membantah pernyataan yang diterima si pendengar.

Contoh :

a. Nanti kamu kedinginan loh b. Aku sudah besar loh


(41)

8. ‘Ya’

Pembenaran, penekanan, meyakinkan atau persetujuan atas pernyataan atau opini yang diucapkan.

Contoh :

- Aku pulang duluan ya

- Pelajar di sekolah itu pintar-pintar ya

9. ‘Sih’

Mengakhiri satu pernyataan yang bertentangan. Biasanya dipakai dalam konteks kekesalan akan pernyataan sebelumnya.

Contoh :

a. Kamu sendiri yang minta sih b. Ini semua salah kamu sih 10.‘Kok’

Memberi penekanan atas kebenaran pernyataan yang dibuat. Pernyataan tersebut lebih ditekankan untuk membuktikan pernyataan sebelumnya adalah tidak benar adanya.

Contoh :

a. Saya dari tadi di sini kok b. Dia sudah makan kok 11.‘Yuk’


(42)

Menyatakan ajakan untuk melakukan sesuatu tindakan atau perbuatan.

Contoh :

- Kita makan dulu yuk

- Sebelum tidur, gosok gigi dulu yuk

12.‘Kan’

Menyatakan suatu sebab yang pasti (pernyataan).

Contoh :

- Dia sudah bisa sendiri kan - Bagus kan

(http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_prokem)

Fungsi shuujoshi –yo yang memiliki kesinambungan antara fungsi dengan maknanya. Namun tidak jarang terdapat shuujoshi –yo yang tidak memiliki makna yang tepat, namun memiliki fungsi. Hal ini dikarenakan shuujoshi –yo tidak memiliki makna leksikal namun tergantung kepada konteks dan situasi kalimat yang bersangkutan.


(43)

BAB III

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA SHUUJOSHI –YO DALAM KOMIK “AKACHAN TO BOKU” VOLUME 1 KARYA MARIMO RAGAWA

3.1 Shuujoshi –Yo yang Menyatakan Ajakan Cuplikan 1 : (Halaman 59)

Papa : 拓也 一緒 遊 い

Takuya, issho ni asonde koi yo

“Takuya, pergi main bersama yuk”

Takuya : 僕 一日 け 必要 い

Boku niwa ichi nichi no mama nante hitsuyou nai mon

“Aku tidak butuh mama hanya sehari saja”

Papa : い う け

Iya... Sore wa sou dake do...

“Bukan... Meskipun begitu....”

Analisis :

Fungsi shuujoshi –yo dalam cuplikan di atas adalah untuk mengajak dan bermakna ‘yuk’, dimana Papa berusaha ingin mencairkan suasana hati Takuya yang kurang baik dengan mengajak Takuya untuk bermain bersama Minoru dan Ooya.


(44)

Konteks mengajak pada cuplikan di atas ditandai dengan kata koi yang diucapkan oleh Papa dan diakhiri dengan shuujoshi –yo yang menyatakan ajakan.

Cuplikan 2 : (Halaman 109)

Siswi I : 前小 い子 一緒 所見

Kono mae chiisai ko to issho no tokoro mita

“Kemarin aku melihat dia bersama seorang anak kecil di suatu tempat”

Siswi II : 弟 一 歳

Otouto datte mada ichi ni sai desho

“Adiknya baru berumur satu atau dua tahun kan”

Siswi I, II, dan III : え いわ ー 可 ー!

Eraiwane... demo kawaiso...

“Hebat ya.. tapi kasihan”

Gon : 俺ン 小 い い

俺 面倒

Oren toko ni mo chiisai no iru ze

Ore yoku mendou mitenda


(45)

Siswi II : あ ン

A Gon

“Ah Gon”

Gon : 可 相

Kawaisou daro

Nagusametekure

“ Kasihan kan? Hibur aku dong”

Siswi I : 可 相 思え 顔立 いい人 け

Kawaisou tte omoeru nowa kao dachi no ii hito dake nano

“ Rasa kasihanku cuma buat orang yang rupawan”

Takuya : ン ー

帰 う ー

Gon cha...n

Kaerou yo...

“ Gon... Ayo pulang yuk..”


(46)

Omae wa sono egao de hito wo taburakasu no ka

“ Kamu menipu orang dengan senyummu itu ya”

Takuya : ?

Ha?

“Ha?”

Analisis :

Fungsi shuujoshi –yo dalam cuplikan di atas adalah untuk mengajak dan bermakna ‘yuk’, dimana Takuya mengajak Gon untuk pulang bersama. Sebelumnya, Gon terlibat percakapan dengan siswi-siswi di kelas. Di saat yang bersamaan, Takuya ingin mengajak Gon untuk pulang bersama.

Ajakan Takuya menggunakan shuujoshi –yo terkesan lebih persuatif untuk menarik Gon keluar dari percakapan dengan siswi-siswi itu dan mengikuti ajakan Takuya untuk pulang bersama. Hal ini ditandai dengan penggunaan kata kaerou yang merupakan bentuk non-formal dari kaerimashou yang berfungsi sebagai ajakan dan diakhiri dengan shuujoshi –yo yang menyatakan ajakan.

Cuplikan 3 : (Halaman 151)

Guru : 実君 様子 う わ

Minoru kun ga kocchi no yousu o ukagatteru wa


(47)

Takuya : 実 帰 !!

Minoru, kaeru yo!!

“Minoru, ayo pulang!!”

Analisis :

Fungsi shuujoshi –yo dalam cuplikan di atas adalah untuk mengajak dan bermakna ‘ayo’. Di dalam konteks cuplikan percakapan di atas, Takuya masih merasa kesal dan belum bisa memaafkan kenakalan yang dilakukan oleh Minoru. Pada saat menjemput Minoru pulang sekolah pun, ekspresi Takuya tetap dingin dan Minoru terlihat merasa bersalah.

Makna shuujoshi –yo dalam cuplikan di atas mengacu kepada ‘ayo’ daripada ‘yuk’. Hal ini dikarenakan Takuya masih merasa kesal terhadap Minoru, tetapi Takuya harus menjemput Minoru di sekolah. Melihat Minoru yang masih merasa bersalah dan mengintip keadaan di balik dinding, tanpa basa-basi Takuya mengajak Minoru untuk pulang. Ajakan Takuya terkesan seperti perintah agar Minoru langsung pulang tanpa basa-basi. Hal itu ditandai dalam penggunaan kata kaeru (bentuk kamus), diakhiri dengan shuujoshi –yo dan tanda seru yang menunjukkan ketegasan dalam pembicaraannya. Menggunakan makna ‘yuk’ terkesan seperti ajakan yang ramah dan bersahabat, tetapi menggunakan makna ‘ayo’ dalam konteks bahasa Indonesia bermakna untuk melakukan sesuatu secara sigap dan langsung.


(48)

Cuplikan 4 : (Halaman 164)

Takuya : 実― 食

実う TV 近 !!

Minoru... Gohan taberu yo

Minoru, TV ni chikazuki sugi datteba!!

“Minoru... Ayo makan”

“Minoru, jangan terlau dekat ke TV!!”

Analisis :

Fungsi shuujoshi –yo dalam cuplikan di atas adalah untuk mengajak dan bermakna ‘ayo’. Di dalam konteks cuplikan di atas, Minoru masih menonton siaran TV dengan jarak yang dekat pada waktu makan. Melihat hal tersebut, Takuya menyuruh Minoru untuk makan dan tidak terlalu dekat menonton TV. Ajakan Takuya dalam konteks percakapan di atas terkesan seperti perintah langsung dan harus segera dilakukan agar Minoru langsung makan. Hal itu ditandai dengan penggunaan kata

taberu (bentuk kamus) dan diikuti dengan shuujoshi –yo. Oleh karena itu, makna

shuujoshi –yo yang lebih tepat digunakan adalah ‘ayo’.

3.2 Shuujoshi –Yo yang Menyatakan Permohonan Cuplikan 1 : (Halaman 33)


(49)

願い 拓也

Kawaigattene

Onegai yo, Takuya

“ Sayang-sayangi”

“ Tolong ya, Takuya”

Analisis :

Fungsi shuujoshi –yo dalam cuplikan di atas adalah permohonan dan bermakna ‘ya’. Konteks cuplikan di atas merupakan kenangan Takuya akan mandat yang diberikan ibunya kepada Takuya untuk menjaga dan menyayangi Minoru. Ibu Takuya menggunakan kata onegai dan diakhiri dengan shuujoshi -yo yang terkesan memohon Takuya untuk selalu menjaga dan menyayangi Minoru sebagaimana seorang kakak melindungi adiknya.

Cuplikan 2 : (Halaman 57)

Ooya : 榎木 実君私 抱

ケッ 持

拓也君行 う

Enoki san, Minoru kun watashi ni dakasete


(50)

“Enoki, biar saya yang gendong Minoru”

“Tolong bawa keranjangnya ya”

“Takuya, ayo jalan”

Fungsi shuujoshi –yo dalam cuplikan di atas adalah permohonan dan bermakna ‘ya’. Di dalam konteks cuplikan di atas, Ooya yang merupakan rekan sekerja dari ayah Takuya berusaha mengambil langkah untuk berbaur dengan Takuya dan Minoru. Pada saat itu, Ooya sedang membawa keranjang piknik ingin menggendong Minoru. Ooya meminta tolong kepada ayah Takuya untuk memegang keranjang piknik sehingga Ooya dapat menggendong Minoru. Hal itu ditandai dengan kata motsu (bentuk kamus) yang diikuti shuujoshi –yo yang berfungsi untuk permohonan yang bermakna ‘ya’ untuk menyatakan persetujuan atas permohonan bantuan yang Ooya tuturkan kepada Papa.

Cuplikan 3 : (Halaman 173)

Tamadate : 明日僕 家 開

ク ー ー 来

Ashita bokun uchi hiraku

Kurisumasu pa-ti- kite yo

“Besok di rumahku ada perayaan natal”

“Datang ya”


(51)

拓也 母 死 い い ー

良 あ

Teme... Tamadate...

Takuya no okaachan shinde inaitte yu noni

Nani ga yokatta da...

“Hoi Tamadate!”

“ Takuya bilang mamanya sudah meninggal”

“Kenapa kamu malah bersyukur ha?”

Analisis :

Fungsi shuujoshi –yo dalam cuplikan di atas adalah permohonan dan bermakna ‘ya’. Di dalam konteks cuplikan di atas, Tamadate tiba-tiba ikut di dalam pembicaraan Takuya dan Gon. Tamadate yang tidak mengetahui percakapan Takuya dan Gon yang sebelumnya dan memberitahukan Takuya tentang undangan pesta Natal yang diadakan di kediaman Tamadate. Kalimat yang diucapkan oleh Tamadate menyiratkan makna “tolong datang” dengan ditandai penggunaan kata kite yang merupakan gabungan dari kata kuru dan bentuk te, yang lazimnya diikuti dengan kata

kudasai untuk memohon. Tetapi, shuujoshi –yo dalam cuplikan di atas sudah


(52)

Cuplikan 4 : (Halaman 91)

Papa : 待 い

断 あ!?

Cho... Chotto matte kudasai yo

Kotowattan jyanakattan desuka!?

“Tunggu... Mohon tunggu sebentar ya”

“Bukankah saya sudah menolaknya!?”

Analisis :

Fungsi shuujoshi –yo dalam cuplikan di atas adalah permohonan dan bermakna ‘ya’. Di dalam konteks cuplikan di atas, ada yang mengetuk pintu rumah di saat keluarga Enoki masih belum bangun pada jam 9 pagi. Tanpa mengetahui siapa yang mengetuk pintu rumah, ayah Takuya bangun dan memohon kepada tamu yang datang supaya menunggu sebentar dan membukakan pintu. Hal itu ditandai dengan penggunaan shuujoshi –yo yang menyatakan permohonan setelah kata chotto matte

kudasai yang merupakan bentuk sopan dalam percakapan dimana Papa belum

mengetahui siapa tamu yang datang dan menggunakan bentuk sopan kepada tamu yang datang tersebut.


(53)

3.3 Shuujoshi –Yo yang Menyatakan Kepastian

Cuplikan 1 : (Halaman 20)

Takuya : 実 僕 君主 い

忙 い 為

実 為

Minoru wa boku no kunshu jyanain da zo

Sou da yo

Isogashii papa no tame ni yatterun da

Minoru no tame nanka jya

“Minoru kan bukan rajaku”

“Iya ya”

“Aku melakukannya demi papa yang sibuk”

“Bukan demi Minoru”

Analisis :

Fungsi shuujoshi –yo dalam cuplikan di atas adalah menyatakan kepastian dan bermakna ‘ya’. Konteks cuplikan di atas merupakan percakapan Takuya dengan dirinya sendiri, dimana Takuya merasa bimbang akan apa yang dilakukannya selama ini. Di balik kebimbangannya itu, dia menarik sebuah kesimpulan dan berusaha


(54)

meyakinkan dirinya bahwa yang dilakukannya sampai saat ini hanya untuk membantu meringankan beban ayahnya yang sibuk. Hal itu ditandai dengan penggunaan kata sou da yang diikuti shuujoshi –yo yang menyatakan kepastian dan pembenaran atas apa yang dipikirkan oleh Takuya.

Cuplikan 2 : (Halaman 149)

Guru : ーい 集

明日 う発表会

ボン ッ 体操 覚え ?

い 今日 気 踊 う

Hai, minna atsumatte

Ashita wa mou happyoukai yo

Bonkikki taisou wa chantto oboetan kana?

Hai, sore jya kyou mo genki yoku odorou ne

“Ayo anak-anak semuanya berkumpul”

“Besok sudah hari pertunjukan loh”

“Kalian sudah menghafal senam Bonkikki dengan

baik?”


(55)

Analisis:

Fungsi shuujoshi –yo dalam cuplikan di atas adalah menyatakan kepastian dan bermakna ‘loh’. Di dalam konteks cuplikan di atas, guru taman kanak-kanak mengingatkan dan menekankan kembali kepada murid-muridnya bahwa besok merupakan hari pertunjukan agar murid-murid jadi lebih bersemangat untuk mempersiapkan pertunjukan mereka. Hal itu ditandai dengan penggunaan kata

happyoukai (kata benda) dan diikuti dengan shuujoshi –yo yang menekankan kata

happyoukai sebelumnya.

Cuplikan 3 : (Halaman 39)

Papa : 拓也

Takuya

“Takuya”

Takuya : 何?

Nani?

“Apa?”

Papa : 前 当 息子 !!

う 実 前 可愛い

Omae tte hontou ni yoku dekita musuko da yo!!


(56)

“Kamu betul-betul anak yang baik ya!!”

“Oh iya Minoru, kamu juga manis kok”

Analisis :

Fungsi shuujoshi –yo dalam cuplikan di atas adalah menyatakan kepastian dan bermakna ‘ya’ dan ‘kok’. Di dalam konteks cuplikan di atas, ayah Takuya merasa sangat senang dan bahagia akan kemandirian dan tanggung jawab yang dilakukan oleh Takuya. Oleh karena itu pada kalimat shuujoshi –yo yang pertama, ayah Takuya mengekspresikan rasa bersyukurnya dengan memeluk Takuya dan meyakini pernyataannya bahwa Takuya merupakan anak yang baik. Hal ini ditandai dengan adanya kata hontou ni yang ada di tengah tuturan dan diakhiri dengan shuujoshi –yo

yang menunjukkan luapan hati yang diyakini oleh Papa kepada Takuya.

Melihat hal tersebut, Minoru yang masih kecil juga ingin merasakan hal yang sama. Jadi ayah memeluk Minoru dan menambahkan pernyataan baru bahwa Minoru adalah seorang anak yang lucu. Hal itu ditandai dengan adanya kata mo yang ada di tengah tuturan dan diakhiri dengan shuujoshi –yo yang menggunakan makna ‘kok’ melalui kalimat shuujoshi –yo yang kedua.

Cuplikan 4 : (Halaman 63)

Papa : い い

実 大好 あ


(57)

Minoru wa oniichan daisuki da yo naa

“Tidak... Tidak ada apa-apa kok”

“Minoru sangat sayang kakak kan”

Analisis :

Fungsi shuujoshi –yo dalam cuplikan di atas adalah menyatakan kepastian dan bermakna ‘kok’. Di dalam konteks cuplikan di atas, Minoru merasa cemas akan ekspresi Takuya yang murung dan ayahnya yang dingin dengan Takuya. Namun, ayah Takuya mengklarifikasi dan menjelaskan kepada Minoru bahwa tidak terjadi apa-apa. Hal itu ditandai dengan pernyataan nan demo nai dan diakhiri dengan shuujoshi –yo

yang menekankan kebenaran pernyataan tersebut.

Cuplikan 5 : (Halaman 139)

Takuya : 実 ク い

余計 覚え

写真整理 大人

Minoru, rakugaki surun jyanai

Mattaku... yokei na koto bakkari oboerun dakara

Shashin seiri suru kara, otona shiku shitero yo


(58)

“Kakak sedang menyusun foto, jangan iseng ya”

Analisis :

Fungsi shuujoshi –yo dalam cuplikan di atas adalah menyatakan kepastian (nasehat) dan bermakna ‘ya’. Di dalam konteks cuplikan di atas, Minoru sedang bermain dengan spidol dan mencoreti dinding. Takuya mendapati hal itu dan memarahinya supaya jangan nakal. Kemudian Takuya menyusun album foto dan mengingatkan dan menasehati Minoru supaya tidak mengulangi keisengannya dengan ditandai kata shitero dan diakhiri shuujoshi –yo yang berfungsi untuk menekankan perkataannya tersebut.

3.4 Shuujoshi –Yo yang Menyatakan Omelan atau Hinaan

Cuplikan 1 : (Halaman 85)

Takuya : 実 人 寝

Minoru, nande hito no ue de neten da yo...

“Minoru, kenapa tidur di atas orang sih”

Papa : 拓也 気 い ?

良 気い失

Takuya, ki ga tsuita no ka?

Yokatta ki i ushinattetan da zo


(59)

“Syukurlah dia masih terlelap”

Takuya : 実

Papa, Minoru ga...

“Papa, Minoru...”

Papa : ああ 前 側 離 泣

Aaa... Omae no soba kara hanasu to nakun da yo

“Kalau dilepaskan dari sisimu, dia akan nangis loh”

Analisis :

Fungsi shuujoshi –yo dalam cuplikan di atas adalah menyatakan omelan dan bermakna ‘sih’. Di dalam konteks cuplikan di atas, Takuya mendapati dirinya terbangun dengan Minoru yang tertidur menindih dirinya. Kemudian Takuya mengomentari Minoru dengan shuujoshi –yo yang menyatakan omelan atau kekesalan. Mendengar Takuya sudah bangun, ayahnya masuk ke kamar dan menjelaskan kalau Minoru tidak mau dilepaskan dari Takuya dengan shuujoshi –yo yang memastikan atau menjelaskan sesuatu.

Cuplikan 2 : (Halaman 47)

Guru : あ う ?

Ano... Doushitan desu ka?


(60)

Wanita : う う いわ

子 積 木 う 君ぶ !!

子供 士 喧嘩 あ

喧嘩 いわ

一方的 !!

Doushita mo koushita mo nai wa yo

Kono ko ga tsumiki de uchi no Masa kun butta no yo!!

Kodomo doushi no kenka wa yoku aru koto desu kara..

Kenka jya nai wa yo

Ippou teki ni naguraretan dakara!!

“ Tadinya tidak ada apa-apa kok”

“Anak ini memukul anakku Masa dengan mainan kayu loh!!”

“Anak-anak sering bertengkar merebut mainan”

“Tapi ini bukan pertengkaran loh”

“ Dia sendiri yang memukul anakku”

Guru : 赤


(61)

Sumimasen... Akachan no suru koto dakara,

Waruki wa nain desu yo

“Maaf.. Apa yang dilakukan anak kecil,

Pasti tidak bermaksud buruk kok”

Wanita : 親 教育 い ,

乱暴 わ!!

母親 ー !?

Oya no kyouiku ga natte nai kara,

Konna ranbou na koto surun da wa!!

Haha oya wa do-shita no yo!?

“ Karena orang tuanya tidak mendidikan anaknya,

sampai terjadi hal brutal seperti ini!!”

“Ibunya yang mana sih!?”

Analisis :

Fungsi shuujoshi –yo dalam cuplikan di atas adalah menyatakan omelan dan bermakna ‘loh’ dan ‘sih’. Di dalam konteks kalimat di atas, Minoru memukul kepala murid lain dengan mainan kayu karena merasa iri dengan keharmonisan ibu dan murid tersebut. Melihat hal itu, ibu dari murid itu marah dan mengomel kepada guru.


(62)

Pada kalimat shuujoshi –yo yang pertama, wanita tersebut menyatakan klarifikasi bahwa tidak terjadi apa-apa sebelum pemukulan itu terjadi dengan

shuujoshi –yo yang berfungsi untuk memastikan dan meyakinkan sesuatu dan

bermakna ‘kok’.

Pada kalimat shuujoshi -yo yang kedua dan ketiga, wanita tersebut berkomentar atau mengomel dengan berapi-api akan peristiwa yang terjadi kepada guru dengan shuujoshi –yo yang menyatakan omelan atau amarah dengan makna ‘loh’.

Pada kalimat shuujoshi -yo yang keempat, guru berusaha mengklarifikasi dan menjadi penengah dengan menyakinkan kalau kejadian tersebut bukan suatu maksud jahat dari Minoru dengan shuujoshi –yo yang berfungsi memastikan atau menjelaskan sesuatu dan bermakna ‘kok’.

Akan tetapi, wanita tersebut tidak bisa menerima penjelasan dari guru tersebut dan membalas dengan omelan dan hinaan yang penuh dengan amarah. Hal ini terlihat pada kalimat shuujoshi -yo yang kelima yang menyatakan omelan dan hinaan dengan makna ‘sih’.

Cuplikan 3 : (Halaman 53)

Takuya : 反省 い

僕 怒 落 込 !!

Hansei nanka shite nai yo


(63)

“Dia tidak menyesal kok”

“ Karena ini aku dimarahi habis-habisan!!”

Analisis :

Fungsi shuujoshi –yo dalam cuplikan di atas adalah menyatakan omelan atau hinaan dan bermakna ‘kok’. Di dalam konteks kalimat di atas, ayah Takuya berusaha untuk mendamaikan Takuya dengan Minoru. Ayah Takuya menawarkan Takuya untuk memaafkan kenakalan Minoru. Akan tetapi Takuya menolak tawaran ayahnya dengan komentar yang bersifat omelan yang berapi-api dengan shuujoshi –yo yang menyatakan omelan dan bermakna ‘kok’.

Cuplikan 4 : (Halaman 69)

Wanita : あ

見 い !!

一度 度 !!

う 子 恨 あ !?

Anata mo ne

Oniichan nara, chanto mite nasai yo!!

Ichido narazu, nido made mo!!


(64)

“ Sebagai kakak, harus kau awasi baik-baik ya!!”

“ Ini sudah terjadi kedua kalinya!!

“ Ada dendam dengan anakku!?”

Takuya : い

Go... Gomenasai

“Ma.. Maaf”

Analisis :

Fungsi shuujoshi –yo dalam cuplikan di atas adalah menyatakan omelan atau hinaan dan bermakna ‘ya’. Di dalam konteks kalimat di atas, Minoru kembali menyerang murid yang telah dipukulnya kemarin. Sontak ibu dari murid itu kembali marah dan mengetahui bahwa Takuya adalah orang yang bertnggung jawab atas peristiwa tersebut. Kemudian wanita tersebut kembali mengomentari Takuya dengan omelan yang disertai dengan amarah yang ditunjukan dari shuujoshi –yo yang menyatakan omelan.


(65)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan analisis sebelumnya, makan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Shuujoshi –yo merupakan salah satu bagian dari shuujoshi, yang merupakan salah satu jenis joshi (partikel). Shuujoshi adalah joshi (partikel) yang terletak di akhir kalimat yang berfungsi untuk menyatakan suatu perasaan (kandou) yang dirasakan pembicara pada waktu mengucapkan kalimat yang bersangkutan. Shuujoshi –yo termasuk ke dalam makna kontekstual, dimana maknanya berdasarkan konteks dan situasi kalimat yang bersangkutan.

2. Terdapat 88 buah kalimat yang memiliki shuujoshi –yo di dalam komik

Akachan To Boku Volume 1 karya Marimo Ragawa, yang terdiri dari 5 buah

kalimat yang memiliki shuujoshi –yo yang menyatakan ajakan, 4 buah kalimat yang memiliki shuujoshi –yo yang menyatakan permohonan, 72 buah kalimat yang memiliki shuujoshi –yo yang menyatakan kepastian, dan 7 buah kalimat yang memiliki shuujoshi –yo yang menyatakan omelan atau hinaan.

3. Shuujoshi –yo yang menyatakan ajakan di dalam komik Akachan To Boku

Volume 1 karya Marimo Ragawa memiliki makna “yuk” bagi ajakan biasa atau halus dan makna “ayo” bagi ajakan yang tegas dan bersifat memerintah.

4. Shuujoshi –yo yang menyatakan permohonan di dalam komik Akachan To


(66)

5. Shuujoshi –yo yang menyatakan kepastian di dalam komik Akachan To Boku

Volume 1 karya Marimo Ragawa memiliki makna “ya”, “loh” dan “kok”.

6. Shuujoshi –yo yang menyatakan omelan atau hinaan di dalam komik Akachan

To Boku Volume 1 karya Marimo Ragawa memiliki makna “sih”, “loh”,

“kok” dan “ya”.

7. Fungsi dan makna shuujoshi –yo yang paling banyak terdapat dalam komik

Akachan To Boku Volume 1 karya Marimo Ragawa adalah shuujoshi –yo yang menyatakan kepastian dengan 72 buah kalimat.

4.2 Saran

Disarankan kepada para pembaca yang ingin meneliti fungsi dan makna

shuujoshi –yo dalam komik harus memahami konteks dan situasi cerita secara

menyeluruh serta memahami konsep linguistik yang didukung dalam konsep lain yang saling berkesinambungan satu dengan yang lainnya.

Semoga dengan adanya tulisan ini, pembelajar bahasa Jepang di Indonesia, khususnya di Medan dapat semakin meningkatkan kemampuan belajarnya, terutama dalam menginterpretasikan fungsi dan makna shuujoshi –yo dalam percakapan bahasa Jepang.


(67)

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 1995. PengantarSemantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

___________.2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta

Chino, Naoko. 1992. Partikel Penting Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint Blanc.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia

Nazir, moh. 2005. Metode penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Pangaribuan, Tagor. 2008. Paradigma Bahasa. Yogyakarta: Graha Ilmu

Parera, J.D. 2004. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga.

Ragawa, Marimo. 1991. Akachan To Boku. Japan: Hakusensha.

Situmorang, Hamzon. 2010. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Medan: USU Press.

Sudjianto, Ahmad. 2004. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint

Blanc

_______________. 2007. Gramatika Bahasa Jepang Modern. Jakarta: Kesaint Blanc

Sutedi, Dedi. 2004. Nihongo no Kisou (Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang).

Bandung: Humaniora Utama Press.

Walija. 1996. Bahasa Indonesia dalam Perbincangan. Jakarta: IKIP Muhammadiyah

Jakarta Press.


(68)

http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_prokem

http://kbbi.web.id

http://sora9n.wordpress.com/2008/07/29/struktur-dasar-untuk-bahasa-jepang

informal-6/


(1)

“Dia tidak menyesal kok”

“ Karena ini aku dimarahi habis-habisan!!”

Analisis :

Fungsi shuujoshi –yo dalam cuplikan di atas adalah menyatakan omelan atau hinaan dan bermakna ‘kok’. Di dalam konteks kalimat di atas, ayah Takuya berusaha untuk mendamaikan Takuya dengan Minoru. Ayah Takuya menawarkan Takuya untuk memaafkan kenakalan Minoru. Akan tetapi Takuya menolak tawaran ayahnya dengan komentar yang bersifat omelan yang berapi-api dengan shuujoshi –yo yang menyatakan omelan dan bermakna ‘kok’.

Cuplikan 4 : (Halaman 69)

Wanita : あ

見 い !!

一度 度 !!

う 子 恨 あ !?


(2)

“ Sebagai kakak, harus kau awasi baik-baik ya!!”

“ Ini sudah terjadi kedua kalinya!!

“ Ada dendam dengan anakku!?”

Takuya : い

Go... Gomenasai

“Ma.. Maaf”

Analisis :

Fungsi shuujoshi –yo dalam cuplikan di atas adalah menyatakan omelan atau hinaan dan bermakna ‘ya’. Di dalam konteks kalimat di atas, Minoru kembali menyerang murid yang telah dipukulnya kemarin. Sontak ibu dari murid itu kembali marah dan mengetahui bahwa Takuya adalah orang yang bertnggung jawab atas peristiwa tersebut. Kemudian wanita tersebut kembali mengomentari Takuya dengan omelan yang disertai dengan amarah yang ditunjukan dari shuujoshi –yo yang menyatakan omelan.


(3)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan analisis sebelumnya, makan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Shuujoshi –yo merupakan salah satu bagian dari shuujoshi, yang merupakan salah satu jenis joshi (partikel). Shuujoshi adalah joshi (partikel) yang terletak di akhir kalimat yang berfungsi untuk menyatakan suatu perasaan (kandou) yang dirasakan pembicara pada waktu mengucapkan kalimat yang bersangkutan. Shuujoshi –yo termasuk ke dalam makna kontekstual, dimana maknanya berdasarkan konteks dan situasi kalimat yang bersangkutan.

2. Terdapat 88 buah kalimat yang memiliki shuujoshi –yo di dalam komik

Akachan To Boku Volume 1 karya Marimo Ragawa, yang terdiri dari 5 buah kalimat yang memiliki shuujoshi –yo yang menyatakan ajakan, 4 buah kalimat yang memiliki shuujoshi –yo yang menyatakan permohonan, 72 buah kalimat yang memiliki shuujoshi –yo yang menyatakan kepastian, dan 7 buah kalimat yang memiliki shuujoshi –yo yang menyatakan omelan atau hinaan.


(4)

5. Shuujoshi –yo yang menyatakan kepastian di dalam komik Akachan To Boku

Volume 1 karya Marimo Ragawa memiliki makna “ya”, “loh” dan “kok”. 6. Shuujoshi –yo yang menyatakan omelan atau hinaan di dalam komik Akachan

To Boku Volume 1 karya Marimo Ragawa memiliki makna “sih”, “loh”, “kok” dan “ya”.

7. Fungsi dan makna shuujoshi –yo yang paling banyak terdapat dalam komik

Akachan To Boku Volume 1 karya Marimo Ragawa adalah shuujoshi –yo yang menyatakan kepastian dengan 72 buah kalimat.

4.2 Saran

Disarankan kepada para pembaca yang ingin meneliti fungsi dan makna

shuujoshi –yo dalam komik harus memahami konteks dan situasi cerita secara menyeluruh serta memahami konsep linguistik yang didukung dalam konsep lain yang saling berkesinambungan satu dengan yang lainnya.

Semoga dengan adanya tulisan ini, pembelajar bahasa Jepang di Indonesia, khususnya di Medan dapat semakin meningkatkan kemampuan belajarnya, terutama dalam menginterpretasikan fungsi dan makna shuujoshi –yo dalam percakapan bahasa Jepang.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 1995. PengantarSemantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

___________.2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta

Chino, Naoko. 1992. Partikel Penting Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint Blanc.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia

Nazir, moh. 2005. Metode penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Pangaribuan, Tagor. 2008. Paradigma Bahasa. Yogyakarta: Graha Ilmu

Parera, J.D. 2004. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga.

Ragawa, Marimo. 1991. Akachan To Boku. Japan: Hakusensha.

Situmorang, Hamzon. 2010. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Medan: USU Press.

Sudjianto, Ahmad. 2004. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint

Blanc

_______________. 2007. Gramatika Bahasa Jepang Modern. Jakarta: Kesaint Blanc

Sutedi, Dedi. 2004. Nihongo no Kisou (Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang).


(6)

http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_prokem

http://kbbi.web.id

http://sora9n.wordpress.com/2008/07/29/struktur-dasar-untuk-bahasa-jepang

informal-6/