Struktur, Fungsi, dan Makna Shuujoshi Yone, Wa, dan Kashira dalam Komik School Rumble Karya Jin Kobayashi.

(1)

SKRIPSI

STRUKTUR, FUNGSI, DAN MAKNA SHUUJOSHI YONE,

WA, DAN KASHIRA DALAM KOMIK SCHOOL RUMBLE

KARYA JIN KOBAYASHI

I KETUT AGUS KARTIKA NIM 1101705042

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG

FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR


(2)

(3)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena berkat rahmat-Nya penulisan skripsi berjudul “Struktur, Fungsi, dan Makna Shuujoshi Yone, Wa, dan Kashira dalam Komik School Rumble Karya Jin

Kobayashi” ini dapat diselesaikan tepat waktu. Skripsi ini disusun sebagai salah

satu syarat untuk kelulusan Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik moral maupun material. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Renny Anggraeny, S.S.,M.Pd., sebagai pembimbing I, Serta Ibu Dra. Maria Gorethy Nie Nie, M.Hum. sebagai pembimbing II, Ibu Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha, M.A. selaku Dekan Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana, Ibu Ni Luh Putu Ari Sulatri, S.S., M.Si., selaku Ketua Program Studi Sastra Jepang yang selalu meluangkan waktu serta membimbing penulis dengan sabar, memberikan arahan dan kritik hingga skripsi ini dapat diselesaikan. Terima kasih juga kepada segenap dosen Fakultas Sastra dan Budaya khususnya dosen Program Studi Sastra Jepang yang telah memberikan pengetahuan, pengalaman, dan bimbingan selama penulis berada di bangku perkuliahan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada orang tua penulis, yaitu I Made Beratha dan Ni Made Sudi atas kasih sayang, semangat, dan pengertiannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, kakak kandung penulis Ni


(4)

iv

Wayan Eka Wiratini dan I Komang Tirta Kurniawan yang selalu memberikan semangat kepada penulis.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman angkatan 2011 Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Udayana yang sudah memberikan saya banyak pelajaran dan kenangan, khususnya teman-teman CCS teman-teman-teman-teman seperjuangan Wiru, Mahatma, Merta, Arsi, Sagung, Kartika, Cicix, Wisun, Novi dan Dadex yang selalu membantu dan memberikan saran kepada penulis . Terima kasih juga untuk yang sangat special kepada Kadek Aimee Aristia yang sudah banyak memberikan bantuan dan pengorbanan waktu demi kelancaran penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari keterbatasan kemampuan yang dimiliki sehingga skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, besar harapan penulis agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak.

Denpasar, Januari 2016


(5)

v ABSTRAK

Penelitian yang berjudul “Struktur, Fungsi, dan Makna Shuujoshi Yone,

Wa, dan Kashira Dalam Komik School Rumble Karya Jin Kobayashi” ini bertujuan untuk meneliti struktur, fungsi, dan makna shuujoshi yone, wa, dan

kashira pada kalimat-kalimat yang terdapat dalam komik School Rumble volume 1-10 karya Jin Kobayashi.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Analisis struktur shuujoshi yone, wa, dan kashira menggunakan teori sintaksis menurut Verhaar (2010), analisis fungsinya menggunakan konsep shuujoshi menurut Takayuki (1993) dan analisis maknanya menggunakan teori makna kontekstual menurut Pateda (2001). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembentukan shuujoshi yone, wa,

dan kashira selalu mengikuti kata kerja, adjektiva, dan nomina. Dari segi fungsinya, shuujoshi yone memiliki fungsi mengkonfirmasi kembali sebuah pernyataan, mengungkapkan pemikiran pembicara, perasaan pembicara, dan keinginan pembicara. Shuujoshi wa memiliki fungsi mengungkapkan pemikiran pembicara, perasaan pembicara, keinginan pembicara, dan tekad pembicara.

Shuujoshi kashira memiliki fungsi bertanya langsung kepada lawan bicara, bertanya kepada diri sendiri, mengungkapkan perasaan pembicara, dan menunjukkan ironi.

Dari segi makna kontekstual, data shuujoshi yone yang banyak ditemukan dalam konteks tujuan, yaitu bertujuan untuk mengkonfirmasi dan keinginan untuk mencoba. Data shuujoshi wa yang banyak ditemukan dalam konteks tujuan, yaitu bertujuan untuk pulang, tidak gagal, menyuruh, mengungkapkan pendapat dan ingin istirahat. Data shuujoshi kashira yang banyak ditemukan dalam konteks tujuan, yaitu bertujuan untuk mencari, mengkonfirmasi, bertanya dan menyuruh.


(6)

vi 要旨

本論文 タ 小林尽 スク ンブ ボ ュ ム -

漫画 用い わ し 終助詞 形態 機能

意味 あ 本論文 目的 スク ンブ ボ ュ ム -

文章を対象にし 終助詞 あ わ し 形態 機

能 意味を理解す こ あ

本 論 文 記 述 的 方 法 を 利 用 す Verhaar (2010)に 文 法 的

形に関す 議論 富田隆行(1993)に 終助詞 機能に関す 議論 パ (2001)に 文脈的 意味に関す 議論を参考に考察を進

論文 主 結果 下 通 あ 終助詞 わ し

常に動詞 形容詞 名詞に続く たち 用い

機能 確認す こ 話し手 考え こ 話し手 気持 話し手 願

いこ を 表す わ 機能 話し手 考え こ 話し手 気

持 話し手 意欲を 表す し 機能 相手に質問す こ

自分に質問す こ 話し手 気持 反語を 表す

文脈 意味 多く見つ 終助詞 タ 目的 文

脈 に あ 確 認 す こ 試 た い こ を 狙 う 多 く 見 つ 終 助 詞

わ タ 目的 文脈に あ 帰 こ 失敗し いこ 命

意見を表すこ 休 たいこ を狙う 多く見つ 終助詞 し

タ 目的 文脈に あ 探すこ 確認す こ 質問す こ

命 を狙う


(7)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

要旨 ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR SINGKATAN ... ix

DAFTAR SIMBOL ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Ruang Lingkup ... 4

1.6 Sumber Data ... 4

1.7 Metode dan Teknik Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka ... 7

2.2 Konsep ... 11


(8)

viii

BAB III STRUKTUR DAN FUNGSI SHUUJOSHI YONE, WA, DAN

KASHIRA

3.1 Struktur dan Fungsi Shuujoshi Yone ... 16 3.2 Struktur dan Fungsi Shuujoshi Wa ... 24 3.3 Struktur dan Fungsi Shuujoshi Kashira ... 30

BAB IV MAKNA SHUUJOSHI YONE, WA, DAN KASHIRA

4.1 Makna Shuujoshi Yone ... 36 4.2 Makna Shuujoshi Wa ... 44 4.3 Makna Shuujoshi Kashira ... 49 BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ... 56 5.2 Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR KAMUS CURRICULUM VITAE DATA VERIFIKATOR LAMPIRAN


(9)

ix

DAFTAR SINGKATAN

ADBJG = A Dictionary of Basic Japanese Grammar

AKU = Akusatif

BTK LAMP = Bentuk Lampau BTK NEG = Bentuk Negatif BTK SDNG = Bentuk Sedang BTK SMBG = Bentuk Sambung BTK SOP = Bentuk Sopan DAT = Datif

GEN = Genetif KOP = Kopula LAPM = Lampau NM ORG = Nama Orang NOM = Nominatif SHU = Shuujoshi

SR = School Rumble


(10)

x

DAFTAR SIMBOL

{ } = Simbol yang digunakan untuk melambangkan sebuah morfem. ( ) = Simbol yang digunakan untuk mengapit tambahan keterangan

atau penjelasan

[ ] = Simbol yang digunakan untuk mengapit unsur fonetis. „ ‟ = Simbol yang digunakan untuk menunjukkan arti kata.

“ “ = Simbol yang digunakan untuk menunjukkan petikan langsung yang berasal dari sumber tertulis.


(11)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Ragam bahasa Jepang yang dilihat dari segi penuturnya, yaitu ragam bahasa pria (danseigo) dan ragam bahasa wanita (joseigo). Sudjianto dan Dahidi mengatakan danseigo dan joseigo dapat dibedakan dari beberapa aspek kebahasaan, seperti pronominal persona (ninshou daimeishi), interjeksi (kandoushi), partikel akhir kalimat (shuujoshi), dan sebagainya (2004:208). Dari ketiga aspek kebahasaan tersebut, dalam penelitian ini hanya membahas tentang partikel akhir kalimat (shuujoshi).

Shuujoshi adalah partikel yang diletakkan di akhir kalimat yang berfungsi untuk menentukan makna dari sebuah kalimat. Takayuki mengatakan yang termasuk ke dalam jenis shuujoshi adalah ka, ne, yo, na, zo, sa, ya, kashira, dan sebagainya (1993:69-70). Maynard mengatakan shuujoshi yang digunakan perempuan adalah yone, wa, dan kashira (1997:73) merupakan perwujudan kefeminiman perempuan dalam menggunakan bahasa, menghaluskan atau melemahkan pendapat, keputusan, pikiran, atau pernyataan penuturnya sehingga terkesan ramah tamah dan sopan santun. Penggunaan bahasa dari penutur perempuan yang sopan santun merupakan budaya Jepang yang khas yang ditunjukkan oleh perempuan. Karena dalam budaya Jepang, perempuan yang sudah menikah harus hormat kepada suaminya, hal itulah yang membuat penutur perempuan harus menggunakan bahasa yang halus, ramah, dan sopan santun. Dalam setiap kalimat bahasa Jepang, shuujoshi paling sering digunakan untuk


(12)

2

menunjukkan perasaan pembicara, maka dari itu shuujoshi dari sudut pandang perempuan dipilih sebagai objek penelitian.

Beberapa shuujoshi yang sudah disebutkan, Maynard mengatakan ada tiga

shuujoshi yang paling sering digunakan oleh penutur perempuan, yaitu shuujoshi yone, wa, dan kashira (1997:73). Ketiga shuujoshi ini menunjukkan kefeminiman seorang perempuan yang meskipun diucapkan dengan nada yang tinggi masih terkandung sifat halus dan kefeminiman perempuan, hal itulah yang menjadi dasar untuk meneliti tentang shuujoshi joseigo yone, wa, dan kashira.

Ketiga shuujoshi joseigo yang telah disebutkan, masing-masing shuujoshi

memiliki fungsi dan makna yang berbeda. Pembelajar bahasa Jepang yang kurang memahami tentang shuujoshi joseigo dapat melakukan kesalahan dalam menggunakan shuujoshi yone, wa, dan kashira saat berinteraksi dengan orang Jepang. Selain itu, juga dapat mengalami kesulitan pada saat membaca komik, atau menonton film kartun Jepang. Maka dari itu penelitian ini penting untuk dilakukan untuk menambah pengetahuan dan wawasan pembaca maupun pembelajar bahasa Jepang khususnya tentang shuujoshi joseigo.

Sesuai dengan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dalam penelitian ini menjelaskan tentang struktur, fungsi, dan makna shuujoshi yone, wa,

dan kashira dalam kalimat struktur bahasa Jepang. Penelitian ini menggunakan komik sebagai sumber data. Komik yang digunakan dalam penelitian ini adalah komik School Rumble volume 1-10 karya Jin Kobayashi. Dipilihnya komik

School Rumble volume 1-10 karya Jin Kobayashi karena dalam komik School Rumble terdapat data-data yang dibutuhkan untuk penelitian ini. Selain itu, komik


(13)

3

School Rumble menceritakan kehidupan tokoh utama sebagai seorang siswi SMA. Teman-teman dari tokoh utama juga kebanyakan perempuan yang sering bersamanya. Karena dalam komik ini menceritakan seorang siswi SMA dan sebagian besar dari tokoh-tokoh yang ada dalam komik ini adalah perempuan, maka penggunaan dari shuujoshi joseigo lebih mudah ditemukan.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah struktur dan fungsi Shuujoshi Joseigo yone, wa, dan kashira

dalam komik School Rumble volume 1-10 karya Jin Kobayashi?

2. Bagaimanakah makna Shuujoshi Joseigo yone, wa, dan kashira dalam komik

School Rumble volume 1-10 karya Jin Kobayashi? 1.3 Tujuan

Tujuan penelitian dapat dibagi menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Adapun tujuan tersebut adalah sebagai berikut.

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan pembaca terhadap linguistik bahasa Jepang. Terutama mengenai struktur, fungsi dan makna shuujoshi joseigo, yaitu yone, wa, dan kashira.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui struktur dan fungsi shuujoshi yone, wa, dan kashira dalam komik


(14)

4

2. Mengetahui makna shuujoshi yone, wa, dan kashira dalam komik School Rumble volume 1-10 karya Jin Kobayashi.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini sebagai berikut : 1.4.1 Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis dalam penelitian ini, yaitu penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan referensi penelitian tentang struktur, fungsi dan makna shuujoshi yone, wa, dan kashira pada kalimat bahasa Jepang. Sehingga penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dalam penelitian ini, yaitu dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat membantu pembaca dan pembelajar bahasa Jepang agar tidak mengalami kesulitan menggunakan shuujoshii yone, wa, dan kashira. Sehingga dapat digunakan untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.

1.5 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi hanya pada data yang meliputi

Shuujoshi yone, wa, dan kashira yang terdapat dalam komik School Rumble

volume 1-10 karya Jin Kobayashi. Adapun permasalahan pokok yang diteliti meliputi struktur, fungsi, dan makna shuujoshi yone, wa, dan kashira.

1.6 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah komik berbahasa Jepang yang berjudul School Rumble karya Jin Kobayashi. Komik ini terdiri dari 22 volume dan diterbitkan pada bulan Januari 2005. Namun data yang dianalisis


(15)

5

dalam penelitan ini hanya diambil dari volume 1-10. Sumber data selain komik berupa buku yang berjudul Bunpou no Kisochisiki to Sono Oshiekata yang digunakan untuk konsep, buku Semantik Leksikal dan buku Asas-Asas Linguistik Umum yang digunakan sebagai teori analisis.

1.7 Metode dan Teknik Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahap pengumpulan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data.

1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak. Metode simak merupakan metode yang dilakukan dengan menyimak suatu bahasa (Sudaryanto, 1993:133). Metode simak yang dilanjutkan dengan teknik catat. Dalam penelitian ini menyimak dan mencatat data yang termasuk shuujoshi joseigo yang terdapat dalam sumber data. Setelah membaca komik School Rumble yang menjadi sumber data dan dilanjutkan dengan mencatat data yang ditemukan.

1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul dan diklasifikasikan selanjutnya data tersebut diolah dan dianalisis. Pada tahap analisis data, metode yang digunakan yaitu, metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode penelitian yang dilakukan berdasarkan fakta kebahasaan yang ada (Sudaryanto, 1993:62). Metode deskriptif digunakan untuk memaparkan data-data berupa kalimat yang dibentuk oleh


(16)

6

dengan rumusan masalah dan memberikan deskripsi sesuai dengan penggambaran bahasa sebagaimana adanya.

1.7.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Setelah data dianalisis, tahap selanjutnya adalah penyajian hasil analisis data. Tahap penyajian hasil analisis data merupakan suatu tahap penelitian yang berupa penyusunan laporan. Metode yang digunakan adalah metode informal. Metode informal merupakan metode yang menguraikan hasil analisis dengan kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993:145). Dalam tahap ini dicantumkan kalimat-kalimat yang mengandung shuujoshi yone, wa, dan kashira dan selanjutnya disajikan dalam bentuk uraian kata-kata biasa. Metode informal digunakan untuk memberikan deskripsi mengenai kalimat bahasa Jepang yang dibentuk oleh


(17)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI

2.1 Kajian Pustaka

Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, terdapat beberapa hasil penelitian yang relevan digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini, sebagai berikut :

Jaya (2011) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Penggunaan

Shuujoshi Danseigo Pada Komik One Piece Volume 1 Karya Eiichiro Oda”

menganalisis tentang penggunaan, fungsi, dan makna shuujoshi danseigo dalam komik One Piece. Analisis makna dalam penelitian Jaya menggunakan teori makna gramatikal menurut Suwandi (2008) dan metode yang digunakan adalah metode agih. Hasil dari penelitian Jaya adalah penggunaan shuujoshi danseigo

pada komik One Piece volume 1 dapat digunakan untuk menyatakan perasaan pembicara, seperti rasa haru, larangan, pernyataan, dan seruan. Shuujoshi juga dapat menentukan makna perintah, pertanyaan, keragu-raguan, larangan, dan penegasan. Shuujoshi danseigo yang terdapat dalam komik One Piece volume 1 karya Eiichiro Oda adalah shuujoshi na, kana, zo, ze, dan za. Shuujoshi yang paling banyak digunakan dalam komik One Piece volume 1 adalah shuujoshi na, sedangkan shuujoshi yang paling sedikit digunakan adalah shuujoshi kana. Shuujoshi na lebih banyak digunakan untuk menggunakan larangan, mengungkapkan perasaan emosional pembicara, meminta persetujuan kepada lawan bicara, dan menegaskan pemikiran sendiri. Sedangkan shuujoshi kana lebih banyak digunakan untuk menyatakan pernyataan kepada seorang.


(18)

8

Penelitian Jaya dengan penelitian ini meneliti objek yang sama, yaitu

shuujoshi. Sedangkan penelitian ini menggunakan teori makna kontekstual menurut Pateda dan teori sintaksis menurut Verhaar, dan menggunakan metode deskriptif sebagai metode analisisnya. Manfaat penelitian Jaya bagi penelitian ini adalah sebagai pembanding jenis penelitian dari sudut pandang yang berbeda.

Sutricia (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Fungsi Shuujoshi Na Pada Percakapan Bahasa Jepang Dalam Komik Hana Yori Dango Jilid satu sampai tiga karangan Yoko Kamio” menggunakan metode penelitian kualitatif yang menekankan kualitas (ciri-ciri data yang alami) sesuai dengan pemahaman deskriptif dan alamiah itu sendiri. Analisis fungsi shuujoshi na mengacu pada pendapat Takayuki (1993). Dalam pembahasan penelitiannya, Sutricia menemukan semua shuujoshi na menurut Takayuki, yaitu menunjukkan larangan, menunjukan perintah, menunjukkan emosi atau perasaan pembicara, menegaskan kepada lawan bicara mengenai apa yang dibicarakan, membuat lawan bicara setuju atau memiliki opini yang sama mengenai apa yang kita rasakan dan pikirkan, menekankan pendapat pribadi, serta memastikan kepada diri sendiri mengenai apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh diri sendiri.

Penelitian Sutricia dengan penelitian ini menggunakan metode dan pembahasan yang sama, yaitu metode deskriptif dan membahas tentang shuujoshi. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan teori makna kontekstual menurut Pateda dan teori sintaksis menurut Verhaar. Manfaat penelitian Sutricia untuk penelitian ini adalah sebagai panduan untuk menganalisis fungsi shuujoshi


(19)

9

Widiastri (2011) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Fungsi Dan Makna Shuujoshi ka, ne, dan yo Dalam Komik Yatsubato! Volume 1 Karya Kiyohiko Azuma menganalisis bagaimana fungsi dan makna shuujoshi ka, ne, dan

yo dalam komik Yatsubato!. Analisis yang digunakan pada penelitian Widiastri berdasarkan pada konsep pengertian semantik menurut Sutedi (2003). Hasil dari penelitian Widiastri mengungkapkan shuujoshi ka, ne, dan yo memiliki fungsi yang berbeda, yaitu shuujoshi ka menunjukkan suatu kalimat pertanyaan dan menyatakan keterkejutan dalam hati terhadap sesuatu yang terjadi. Shuujoshi ne

memiliki fungsi untuk menyatakan perasaan seperti rasa kagum, menunjukkan suatu kalimat pertanyaan untuk memastikan sesuatu hal, sepakat dengan orang lain, menegaskan sebuah pendapat, memperhalus permintaan dan meminta persetujuan dari lawan bicara akan sesuatu hal yang dipikirkan oleh pembicara.

Shuujoshi yo memiliki fungsi menyatakan keluhan terhadap sesuatu yang terjadi dan menyatakan ketegasan pendapat akan suatu hal untuk mendapat persetujuan dari lawan bicara. Selain itu penelitian Widiastri membahas persamaan dan perbedaan makna shuujoshi ka, ne, dan yo. Shuujoshi ka, ne dan yo memiliki

makna yang sama, yaitu “ya/kan ya” yang menunjukkan suatu kepastian akan

suatu hal untuk mendapat persetujuan. Perbedaannya adalah shuujoshi ka

memiliki makna “kah” yang menunjukkan kalimat pertanyaan, shuujoshi ne

memiliki makna “kan” menunjukkan ketegasan sebuah pendapat untuk meminta persetujuan, dan shuujoshi yo memiliki makna “lho/nih/tuh” yang menunjukkan


(20)

10

Penelitian Widiastri dengan penelitian ini menggunakan metode penelitian dan objek yang sama, yaitu metode deskriptif dan tentang shuujoshi. Sedangkan penelitian ini menggunakan teori makna kontekstual menurut Pateda dan teori sintaksis menurut Verhaar, dan meneliti tentang shuujoshi yone, wa, dan kashira. Manfaat penelitian Widiastri bagi penelitian ini adalah sebagai pembanding jenis

shuujoshi yang memiliki makna yang sama.

Yulizarti (2012) dalam skrisinya yang berjudul “Analisis Fungsi Shuujoshi Wa Dalam Komik Garasu No Kamen Volume Satu Karya Suzue Miuchi”

menggunakan metode deskriptif. Analisis fungsi shuujoshi wa mengacu pada pendapat Takayuki (1993) dan Chino (1991). Hasil analisis fungsi shuujoshi wa

dari penelitian Yulizarti dalam komik Garasu No Kamen terdapat tiga fungsi

shuujoshi wa, yaitu yang pertama sebagai ungkapan perasaan kagum dari pembicara perempuan, yang kedua sebagai ekspresi wanita pada saat terkejut akan sesuatu hal, dan yang terakhir sebagai ungkapan wanita yang digunakan saat menyampaikan pemikiran atau ide sendiri.

Penelitian Yulizarti dengan penelitian ini menggunakan metode penelitian dan objek yang sama, yaitu metode deskriptif dan shuujoshi joseigo. Sedangkan penelitian ini menggunakan teori makna kontekstual menurut Pateda dan teori sintaksis menurut Verhaar, dan meneliti selain shuujoshi wa, seperti shuujoshi yone, dan kashira. Manfaat penelitian Yulizarti bagi penelitian ini adalah sebagai pembanding objek penelitian shuujoshi wa.


(21)

11

2.2 Konsep

Dalam penelitian ini terdapat beberapa konsep yang digunakan untuk proses penelitian. Konsep-konsep tersebut dijelaskan sebagai berikut:

2.2.1 Shuujoshi

Shuujoshi (partikel akhir kalimat) merupakan bagian dari joshi (partikel).

Shuujoshi terletak di akhir kalimat untuk menambah makna kalimat yang digunakan. Fungsi Shuujoshi yang dibahas pada penelitian ini mengacu pada pendapat Takayuki (1993:69) yang mengatakan bahwa :

主に文 終わ に付い 話し手 意思 気持ちを表し す

Omo ni bun no owari ni tsuite, hanashite no ishi/kimochi wo arawashimasu. (Takayuki, 1993:69)

Terjemahan :

Topik diletakkan pada akhir kalimat, menunjukkan tujuan dan perasaan pembicara.

Dari pernyataan tersebut, dapat diketahui shuujoshi terletak di akhir kalimat dan memiliki fungsi untuk mengungkapkan perasaan yang sedang dirasakan oleh pembicara dan bisa juga mengungkapkan tujuan dari pembicara. 2.2.2 Shuujoshi Yone

Shuujoshi yone merupakan gabungan dari kata yo dan kata ne. Menurut Takayuki (1993:167-170) Shuujoshi yo biasanya digunakan untuk mengungkapkan pemikiran dan keinginan pembicara, dan shuujoshi ne digunakan untuk mengkonfirmasi dan meminta persetujuan dari lawan bicara dan mengungkapkan perasaan pembicara. Jadi shuujoshi yone berfungsi untuk mengkonfirmasi kembali sebuah pernyataan, mengungkapkan pemikiran, perasaan, dan keinginan pembicara. Contoh :


(22)

12

1) あ 先生 いい 先生 す

Ano sensei wa ii sensei desu yone.

Itu guru TOP bagus guru KOP SHU. „Guru itu guru yang baik, ya?‟

(ADBJG : 288) 2.2.3 Shuujoshi Wa

Takayuki (1993:174-175) mengatakan bahwa shuujoshi wa dapat digunakan untuk mengungkapkan pemikiran, perasaan, keinginan, dan tekad pembicara. Contoh :

2) 私 あした パ チ に 行く わ

Watashi mo ashita no paatii ni iku wa.

Aku juga besok GEN pesta ke pergi SHU. „Aku juga akan pergi ke pesta besok.‟

(ADBJG : 520) 2.2.4 Shuujoshi Kashira

Takayuki (1993:176) mengatakan bahwa shuujoshi kashira dapat digunakan untuk mengungkapkan perasaan pembicara, bertanya langsung kepada lawan bicara, bertanya kepada diri sendiri, dan menunjukkan ironi. Contoh :

3) 幸子さ 何 好 し

Sachiko-san wa nani ga suki kashira. Sachiko-NM ORG TOP apa NOM suka SHU.

„Sachiko suka apa ya?‟

(ADBJG : 182) 2.3 Kerangka Teori

Agar penelitian ini lebih terarah maka penelitian ini menggunakan teori yang relevan dengan objek yang diteliti.


(23)

13

2.3.1 Teori Sintaksis

Verhaar dalam bukunya yang berjudul Asas-Asas Linguistik Umum, menjelaskan sintaksis sebagai cabang ilmu linguistik yang menyangkut susunan kata-kata di dalam kalimat (2010:11). Sintaksis adalah tata-bahasa yang membahas hubungan antar-kata dalam tuturan. Tuturan yang dimaksud adalah apa yang dikatakan oleh seseorang, salah satunya adalah kalimat. Kalimat merupakan suatu kesatuan kata yang keseluruhannya memiliki intonasi tertentu (Verhaar, 2010:161). Fungsi utama sintaksis dalam klausa adalah predikat, yang biasanya berupa verba. Verba akan mengungkap keadaan, kejadian, atau kegiatan. Dalam keadaan, kejadian, atau kegiatan itu pasti terlibat orang atau benda, satu atau lebih (Verhaar, 2010:165). Kategori sintaksis dapat juga disebut dengan kelas kata, yaitu seperti nomina, verba, adjektiva, adposisi (preposisi dan posposisi), dan lain sebagainya (Verhaar, 2010:170). Kategori sintaksis menentukan seperti apa fungsi kalimat, tergantung dari pemilihan kata dalam sebuah kalimat.

2.3.2 Makna Kontekstual

Menurut Pateda (2001:116) makna kontekstual atau makna situasional adalah makna yang muncul sebagai akibat hubungan antara ujaran dan konteks. Konteks yang dimaksudkan dalam hal ini adalah sebagai berikut :

1. Konteks orangan, yaitu pembicara menggunakan kata-kata yang maknanya dipahami oleh lawan bicara sesuai dengan jenis kelamin, usia, latar belakang sosial, ekonomi, latar belakang pendidikan.


(24)

14

2. Konteks situasi, yaitu pembicara menggunakan kata-kata yang maknanya berkaitan dengan situasi. Misalnya situasi kedukaan akan membuat pembicara menggunakan kata yang maknanya berkaitan dengan situasi itu. 3. Konteks tujuan, misalnya tujuan untuk meminta, maka kata akan

digunakan memiliki makna meminta.

4. Konteks formal atau tidaknya pembicaraan. Konteks formal atau tidaknya pembicaraan memaksa orang harus mencari kata yang bermakna sesuai dengan keformalan atau tidaknya pembicaraan.

5. Konteks suasana hati, yaitu suasana hati pembicara mempengaruhi kata-kata yang akan digunakan. Misalnya suasana hati pembicara sedang gembira maka kata yang digunakan seperti “indahnya bunga ini”.

6. Konteks waktu, misalnya waktu akan tidur. Jika seseorang bertamu pada waktu seseorang akan beristirahat, maka orang yang diajak bicara akan merasa kesal. Perasaan kesal itu dapat dilihat dari makna kata-kata yang digunakan oleh pembicara.

7. Konteks tempat, misalnya di pasar, di bioskop, semuanya akan mempengaruhi kata yang digunakan atau mempengaruhi makna kata yang digunakan. Pada tempat-tempat tertentu, orang akan menggunakan kata yang bermakna biasa-biasa, misalnya makna yang berhubungan dengan informasi.

8. Konteks objek yang mengacu kepada fokus pembicaraan akan mempengruhi makna kata yang digunakan. Misalnya fokus pembicaraan


(25)

15

adalah tentang ekonomi, maka kata-kata yang digunakan maknanya berkaitan dengan ekonomi.

9. Konteks kelengkapan alat bicara atau alat dengar akan mempengaruhi makna kata yang digunakan. Misalnya, orang yang memiliki alat bicara tidak normal akan melafalkan kata yang tidak sesuai dengan yang seharusnya, namun orang yang memiliki pendengaran tidak normal akan mendengar kata yang berbeda dari yang diucapkan oleh pembicara maka akan menimbulkan makna yang berbeda.

10.Konteks kebahasaan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan kaidah bahasa bersangkutan akan turut mempengaruhi makna. Dalam tulis menulis yang perlu diperhatikan tanda baca dan diksi, sedangkan dalam komunikasi lisan yang diperhatikan adalah unsur suprasegmental yaitu unsur yang mencangkup tekanan suara, panjang-pendek, dan getaran suara yang menunjukkan emosi tertentu.

11.Konteks kesamaan bahasa mempengaruhi makna secara keseluruhan. Dalam hal ini kedua pihak harus menguasai bahasa yang digunakan. Dari semua konteks yang sudah disebutkan, penelitian ini hanya membahas tiga konteks saja, yaitu konteks situasi, konteks tujuan, dan konteks suasana hati. Ketiga konteks tersebut dipilih karena shuujoshi digunakan untuk menunjukan tujuan dan perasaan pembicara yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Data yang ditemukan dikelompokkan berdasarkan ketiga konteks tersebut dan dianalisis.


(1)

Penelitian Widiastri dengan penelitian ini menggunakan metode penelitian dan objek yang sama, yaitu metode deskriptif dan tentang shuujoshi. Sedangkan penelitian ini menggunakan teori makna kontekstual menurut Pateda dan teori sintaksis menurut Verhaar, dan meneliti tentang shuujoshi yone, wa, dan kashira. Manfaat penelitian Widiastri bagi penelitian ini adalah sebagai pembanding jenis shuujoshi yang memiliki makna yang sama.

Yulizarti (2012) dalam skrisinya yang berjudul “Analisis Fungsi Shuujoshi Wa Dalam Komik Garasu No Kamen Volume Satu Karya Suzue Miuchi” menggunakan metode deskriptif. Analisis fungsi shuujoshi wa mengacu pada pendapat Takayuki (1993) dan Chino (1991). Hasil analisis fungsi shuujoshi wa dari penelitian Yulizarti dalam komik Garasu No Kamen terdapat tiga fungsi shuujoshi wa, yaitu yang pertama sebagai ungkapan perasaan kagum dari pembicara perempuan, yang kedua sebagai ekspresi wanita pada saat terkejut akan sesuatu hal, dan yang terakhir sebagai ungkapan wanita yang digunakan saat menyampaikan pemikiran atau ide sendiri.

Penelitian Yulizarti dengan penelitian ini menggunakan metode penelitian dan objek yang sama, yaitu metode deskriptif dan shuujoshi joseigo. Sedangkan penelitian ini menggunakan teori makna kontekstual menurut Pateda dan teori sintaksis menurut Verhaar, dan meneliti selain shuujoshi wa, seperti shuujoshi yone, dan kashira. Manfaat penelitian Yulizarti bagi penelitian ini adalah sebagai pembanding objek penelitian shuujoshi wa.


(2)

2.2 Konsep

Dalam penelitian ini terdapat beberapa konsep yang digunakan untuk proses penelitian. Konsep-konsep tersebut dijelaskan sebagai berikut:

2.2.1 Shuujoshi

Shuujoshi (partikel akhir kalimat) merupakan bagian dari joshi (partikel). Shuujoshi terletak di akhir kalimat untuk menambah makna kalimat yang digunakan. Fungsi Shuujoshi yang dibahas pada penelitian ini mengacu pada pendapat Takayuki (1993:69) yang mengatakan bahwa :

主に文 終わ に付い 話し手 意思 気持ちを表し す

Omo ni bun no owari ni tsuite, hanashite no ishi/kimochi wo arawashimasu. (Takayuki, 1993:69)

Terjemahan :

Topik diletakkan pada akhir kalimat, menunjukkan tujuan dan perasaan pembicara.

Dari pernyataan tersebut, dapat diketahui shuujoshi terletak di akhir kalimat dan memiliki fungsi untuk mengungkapkan perasaan yang sedang dirasakan oleh pembicara dan bisa juga mengungkapkan tujuan dari pembicara. 2.2.2 Shuujoshi Yone

Shuujoshi yone merupakan gabungan dari kata yo dan kata ne. Menurut Takayuki (1993:167-170) Shuujoshi yo biasanya digunakan untuk mengungkapkan pemikiran dan keinginan pembicara, dan shuujoshi ne digunakan untuk mengkonfirmasi dan meminta persetujuan dari lawan bicara dan mengungkapkan perasaan pembicara. Jadi shuujoshi yone berfungsi untuk mengkonfirmasi kembali sebuah pernyataan, mengungkapkan pemikiran, perasaan, dan keinginan pembicara. Contoh :


(3)

1) あ 先生 いい 先生 す

Ano sensei wa ii sensei desu yone. Itu guru TOP bagus guru KOP SHU.

„Guru itu guru yang baik, ya?‟

(ADBJG : 288) 2.2.3 Shuujoshi Wa

Takayuki (1993:174-175) mengatakan bahwa shuujoshi wa dapat digunakan untuk mengungkapkan pemikiran, perasaan, keinginan, dan tekad pembicara. Contoh :

2) 私 あした パ チ に 行く わ

Watashi mo ashita no paatii ni iku wa. Aku juga besok GEN pesta ke pergi SHU.

„Aku juga akan pergi ke pesta besok.‟

(ADBJG : 520) 2.2.4 Shuujoshi Kashira

Takayuki (1993:176) mengatakan bahwa shuujoshi kashira dapat digunakan untuk mengungkapkan perasaan pembicara,bertanya langsung kepada lawan bicara,bertanya kepada diri sendiri, dan menunjukkan ironi. Contoh :

3) 幸子さ 何 好 し

Sachiko-san wa nani ga suki kashira. Sachiko-NM ORG TOP apa NOM suka SHU.

„Sachiko suka apa ya?‟

(ADBJG : 182) 2.3 Kerangka Teori

Agar penelitian ini lebih terarah maka penelitian ini menggunakan teori yang relevan dengan objek yang diteliti.


(4)

2.3.1 Teori Sintaksis

Verhaar dalam bukunya yang berjudul Asas-Asas Linguistik Umum, menjelaskan sintaksis sebagai cabang ilmu linguistik yang menyangkut susunan kata-kata di dalam kalimat (2010:11). Sintaksis adalah tata-bahasa yang membahas hubungan antar-kata dalam tuturan. Tuturan yang dimaksud adalah apa yang dikatakan oleh seseorang, salah satunya adalah kalimat. Kalimat merupakan suatu kesatuan kata yang keseluruhannya memiliki intonasi tertentu (Verhaar, 2010:161). Fungsi utama sintaksis dalam klausa adalah predikat, yang biasanya berupa verba. Verba akan mengungkap keadaan, kejadian, atau kegiatan. Dalam keadaan, kejadian, atau kegiatan itu pasti terlibat orang atau benda, satu atau lebih (Verhaar, 2010:165). Kategori sintaksis dapat juga disebut dengan kelas kata, yaitu seperti nomina, verba, adjektiva, adposisi (preposisi dan posposisi), dan lain sebagainya (Verhaar, 2010:170). Kategori sintaksis menentukan seperti apa fungsi kalimat, tergantung dari pemilihan kata dalam sebuah kalimat.

2.3.2 Makna Kontekstual

Menurut Pateda (2001:116) makna kontekstual atau makna situasional adalah makna yang muncul sebagai akibat hubungan antara ujaran dan konteks. Konteks yang dimaksudkan dalam hal ini adalah sebagai berikut :

1. Konteks orangan, yaitu pembicara menggunakan kata-kata yang maknanya dipahami oleh lawan bicara sesuai dengan jenis kelamin, usia, latar belakang sosial, ekonomi, latar belakang pendidikan.


(5)

2. Konteks situasi, yaitu pembicara menggunakan kata-kata yang maknanya berkaitan dengan situasi. Misalnya situasi kedukaan akan membuat pembicara menggunakan kata yang maknanya berkaitan dengan situasi itu. 3. Konteks tujuan, misalnya tujuan untuk meminta, maka kata akan

digunakan memiliki makna meminta.

4. Konteks formal atau tidaknya pembicaraan. Konteks formal atau tidaknya pembicaraan memaksa orang harus mencari kata yang bermakna sesuai dengan keformalan atau tidaknya pembicaraan.

5. Konteks suasana hati, yaitu suasana hati pembicara mempengaruhi kata-kata yang akan digunakan. Misalnya suasana hati pembicara sedang gembira maka kata yang digunakan seperti “indahnya bunga ini”.

6. Konteks waktu, misalnya waktu akan tidur. Jika seseorang bertamu pada waktu seseorang akan beristirahat, maka orang yang diajak bicara akan merasa kesal. Perasaan kesal itu dapat dilihat dari makna kata-kata yang digunakan oleh pembicara.

7. Konteks tempat, misalnya di pasar, di bioskop, semuanya akan mempengaruhi kata yang digunakan atau mempengaruhi makna kata yang digunakan. Pada tempat-tempat tertentu, orang akan menggunakan kata yang bermakna biasa-biasa, misalnya makna yang berhubungan dengan informasi.

8. Konteks objek yang mengacu kepada fokus pembicaraan akan mempengruhi makna kata yang digunakan. Misalnya fokus pembicaraan


(6)

adalah tentang ekonomi, maka kata-kata yang digunakan maknanya berkaitan dengan ekonomi.

9. Konteks kelengkapan alat bicara atau alat dengar akan mempengaruhi makna kata yang digunakan. Misalnya, orang yang memiliki alat bicara tidak normal akan melafalkan kata yang tidak sesuai dengan yang seharusnya, namun orang yang memiliki pendengaran tidak normal akan mendengar kata yang berbeda dari yang diucapkan oleh pembicara maka akan menimbulkan makna yang berbeda.

10.Konteks kebahasaan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan kaidah bahasa bersangkutan akan turut mempengaruhi makna. Dalam tulis menulis yang perlu diperhatikan tanda baca dan diksi, sedangkan dalam komunikasi lisan yang diperhatikan adalah unsur suprasegmental yaitu unsur yang mencangkup tekanan suara, panjang-pendek, dan getaran suara yang menunjukkan emosi tertentu.

11.Konteks kesamaan bahasa mempengaruhi makna secara keseluruhan. Dalam hal ini kedua pihak harus menguasai bahasa yang digunakan. Dari semua konteks yang sudah disebutkan, penelitian ini hanya membahas tiga konteks saja, yaitu konteks situasi, konteks tujuan, dan konteks suasana hati. Ketiga konteks tersebut dipilih karena shuujoshi digunakan untuk menunjukan tujuan dan perasaan pembicara yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Data yang ditemukan dikelompokkan berdasarkan ketiga konteks tersebut dan dianalisis.