Menu Tools, Sub Menu Tools Menu Table, Sub Menu Table

2 Menuju ASEAN Community 2015

A. Asean Community 2015

Kurang dari setahun, Indonesia dan negara-negara anggota ASEAN lainnya akan menuju Komunitas ASEAN. Terdapat tiga komunitas yang akan diwujudkan, yaitu komunitas politik- keamanan, komunitas ekonomi serta komunitas sosial-budaya. Tujuan utamanya adalah hendak menciptakan komunitas yang satu visi dan satu identitas. Tentu saja banyak tantangan dan hambatan yang akan dihadapi. Untuk itu, ASEAN sebenarnya harus membenahi urusan domestiknya terlebih dahulu. Everything start at home. Setelah urusan domestik kuat, maka perwujudan Komunitas ASEAN pada 2015 akan berhasil.

B. Trisula Persoalan Utama

Pertama, soal komunitas politik-keamanan khususnya terkait sengketa perbatasan di Laut Cina Selatan. Masalah ini masih menjadi isu utama yang harus diselesaikan dengan segera. Persoalanya adalah karena tidak hanya berkaitan sengketa batas antarnegara anggota ASEAN namun melibatkan kekuatan besar di luar kawasan yaitu Cina. Apabila tidak ada kesepahaman diantara negara anggota ASEAN, sulit rasanya mengadakan negosiasi dengan Cina. Tidak kompaknya anggota ASEAN menghadapi sengketa di Laut Cina Selatan terbukti dalam ASEAN Ministrial Meeting di Kamboja 2012. ASEAN gagal melahirkan komunike bersama Joint communiqué soal Laut Cina Selatan. Padahal komunike bersama adalah “kebiasaan” yang lazim dilakukan ASEAN dalam menghadapi suatu persoalan. 3 Pada titik ini, Indonesia melalui Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Natalagewa berhasil membujuk negara anggota ASEAN. Lewat diplomasi ulang-alik shuttle diplomacy, beliau berhasil melahirkan konsensus mengenai status Laut Cina Selatan. Meskipun, konsensus tersebut hanya mengulang dan memperkuat apa yang telah dinyatakan dalam Declaration on the Conduct of Parties in the South China Sea 2002. Kedua adalah soal perlindungan dan penegakan hak asasi manusia HAM. Keberhasilan ASEAN memasukan pembentukan Badan HAM ASEAN dalam Pasal 14 Piagam ASEAN merupakan suatu perkembangan positif. Sebab, persoalan perlindungan dan penegakan HAM di negara anggota ASEAN menjadi salah satu isu yang disorot oleh komunitas di luar ASEAN. Namun, formalitas HAM dalam Piagam ASEAN menjadi hambar saat melihat praktik perlindungan dan penegakan HAM di negara anggota ASEAN. Kasus pelanggaran HAM kepada etnis Rohingya di Myanmar baru-baru ini menjadi bukti vulgar bahwa ASEAN belum mampu memberikan perlindungan dan penegakan HAM kepada masyarakat ASEAN secara keseluruhan. Persoalannya memang tidak mudah. Dalam kasus pelanggaran HAM, hampir setiap negara anggota ASEAN memiliki masalahnya masing-masing. Sehingga, secara etika, sulit bagi negara anggota untuk mengkritik pelanggaran HAM yang terjadi di negara anggota lainnya. Pada titik inilah, ASEAN sebagai entitas yang terpisah dari negara anggota bisa mengambil posisi yang tegas. Sayangnya, ASEAN seperti macan ompong untuk menyelesaikan pelanggaran HAM. Hal ini dapat dilihat dari kerangka acuan TOR ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights AICHR yang tidak memberikan kewenangan untuk mengusut dan memberikan sanksi atas pelanggaran HAM. Preseden ini memberikan bukti bahwa negara anggota ASEAN sebenarnya masih setengah hati untuk membentuk suatu badan independen dalam mengusut pelanggaran HAM. Ketiga, integrasi ekonomi dan sosial budaya. Persoalan ASEAN yang juga patut diperhatikan adalah bagaimana menciptakan integrasi di bidang ekonomi serta sosial budaya untuk menciptakan masyarakat ekonomi dan masyarakat sosial budaya ASEAN. Selama ini, konsentrasi ASEAN hanya berkutat pada masalah politik dan keamanan sehingga upaya penguatan di bidang ekonomi dan sosial budaya seolah terlupakan. Tujuan untuk menciptakan pasar tunggal ASEAN yang terdiri dari lima elemen yakni; kebebasan perdagangan barang, jasa, investasi, modal dan tenaga kerja ahli masih jauh untuk terwujud. Secara normatif, ASEAN memiliki blue print soal integrasi ekonomi. Misalnya, soal liberalisasi penerbangan. Akan tetapi, eksekusi rencana tersebut masih sangat sulit apabila dihubungkan dengan kesiapan infrastruktur masing-masing negara anggota ASEAN. Hal ini tentu saja terkait dengan tingkat ekonomi yang tidak berimbang di antara negara anggota ASEAN.