Sasaran Strategis Pemberantasan Pencurian Kayu di Hutan Negara dan perdagangan kayu I llegal

Rencana Kerja Ditjen BPK Tahun 2008 6

D. Sasaran Strategis

Sasaran Strategis yang harus dicapai oleh Direktorat Jenderal Bina produksi Kehutanan Jangka Menengah 2005-2009, adalah : 1. Tidak ada lagi industri primer perkayuan tanpa izin dan atau menggunakan bahan baku secara illegal; 2. Tidak ada lagi pelanggaran tata usaha hasil hutan; 3. Teralokasikannya 50 areal eks.HPH HPHTI dalam izin pemanfaatan hasil hutan I UPHHK hutan alam, hutan tanaman industri maupun hutan tanaman rakyat; 4. Terwujudnya hutan tanaman dari 2,5 juta ha menjadi 5 juta ha termasuk 500.000 ha hutan tanaman rakyat; 5. Tercapainya 59 I UPHHK hutan alam dan hutan tanaman menuju PHL mandatory; 6. Terwujudnya peningkatan efisiensi di 50 I ndustri Primer Hasil Hutan yang aktif; 7. Berkembangnya kemitraan masyarakat setempat dengan pemegang izin atau berkembangnya pemanfaatan hutan produksi oleh masyarakat setempat pada areal eks. HPH HPHTI . I I I . KEGI ATAN PEMBANGUNAN DI REKTORAT JENDERAL BPK SAMPAI DENGAN TAHUN 2006 DAN RENCANA PELAKSANAAN TAHUN 2007 Pada tahun 2006, kegiatan Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan terdiri dari 2 Program, yaitu : 1 Program Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan dan Kepemerintahan; dan 2 Program Pemantapan pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan. Realisasi pelaksanaan kegiatan Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan s d tahun 2006 merupakan realisasi pencapaian sasaran strategis tahun kedua dan implementasi dari 5 lima kebijakan prioritas Departemen kehutanan, seperti diuraikan sebagai berikut :

A. Pemberantasan Pencurian Kayu di Hutan Negara dan perdagangan kayu I llegal

1. Pengendalian peredaran hasil hutan, berupa : penyempurnaan kebijakan kebijakan Tata Usaha melalui Penerbitan Permenhut P.51 Menhut-I I 2006 tentang Surat Keterangan Asal Usul Hasil Hutan dari Hutan Hak Hutan Rakyat dan P.55 Menhut- I I 2006 tentang PUHH; Pembangunan On-line system PUHH-PSDH-DR di Kaltim, Kalsel dan Kalteng; Kerjasama Bar-Code system dengan JI CA; Pelatihan Penguji Hasil Hutan sebanyak 5.412 orang; Pelatihan Pengawas Penguji Hasil Hutan sebanyak Rencana Kerja Ditjen BPK Tahun 2008 7 1.595 orang, Pelatihan Lurah Kepala Desa Penerbit SKAU sebanyak 1.020 orang; Pengumpulan data produksi hasil hutan non kayu dan penerbitan pemantauan peredaran hasil hutan illegal di 21 provinsi; 2. Optimalisasi Penerimaan Begara Bukan Pajak PNBP, berupa : Penyegaran Petugas Penagih iuran kehutanan dan Optimalisasi PNBP, penerimaan PSDH, DR dan I UPHHK. Tunggakan PSDH dan DR pada 2006 sebesar Rp. 75.497.869.317,87 untuk PSDH dan DR Rp.18.525.609.991,80 dan US 26,018,532.96 dengan total Rp.335.995.835.837,67 kurs APBN US 1 = Rp 9.300,-. Khusus untuk PSDH bila dibandingkan tahun 2005 sebesar Rp.95.122.863.645,79 telah terjadi penurunan tunggakan sebesar Rp19.624.994.327,92 atau secara total telah terjadi penurunan tunggakan pada 2005 sebesar Rp.415,162,711.131,06 menjadi Rp.335.995.835.837,67 = Rp.79.166.875.293,39. Artinya dengan harga kayu yang membaik akibat berjalannya pemberantasan illegal logging, ada beberapa perusahaan mulai aktif bekerja dan beberapa perusahaan mulai mampu membayar kewajibannya secara bertahap. Adapun tunggakan PSDH dan DR tahun 2006 sebagian telah diajukan kepada Menteri Keuangan untuk mendapat dispensasi angsuran pembayaran, yaitu sebanyak 40 empat puluh perusahaan dengan jumlah tunggakan: a PSDH Rp 41.151.965.497,35 dan b DR : Rp.1.233.127.891,72 dan US 14,605,690.24 Upaya peringatan untuk penunggak I HPH I uran I UPHHK PSDH dan DR adalah sebagai berikut : a. Sebanyak 2 dua perusahaan HPH I UPHHK penunggak kewajiban I HPH I I UPHHK, sejumlah Rp.8.748.375,- dan segera dibatalkan izin I UPHHK-nya. b. Sebanyak 9 sembilan perusahaan penunggak PSDH dan DR sebesar Rp.31.343.842.539,26 PSDH dan DR sebesar Rp.9.444.880.214,92 dan US 13,487,477.64 dan segera dibatalkan izinnya.

B. Revitalisasi sektor kehutanan, khususnya industri kehutanan :