Renja KL Ditjen BPK 2008

(1)

DEPARTEMEN KEHUTANAN

DI REKTORAT JENDERAL BI NA PRODUKSI KEHUTANAN

RENCANA KERJA

KEMENTERI AN NEGARA/ LEMBAGA

( RENJA- KL)

DI REKTORAT JENDERAL

BI NA PRODUKSI KEHUTANAN

TAHUN 2008


(2)

ii

KATA PENGANTAR

Memenuhi amanat Undang-Undang Nomor : 25 Tahun 2004 Tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor : 20 Tahun

2004 Tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP) serta Rencana Strategis Kementerian

Negara/ Lembaga (RENSTRA-KL) Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan Tahun

2005–2009 (Penyempurnaan), maka disusun Rencana Kerja Kementerian

Negara/ Lembaga (RENJA-KL) Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan Tahun

2008.

RENJA-KL Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan Tahun 2008 ini merupakan

bagian integral dari Rencana Strategis Departemen Kehutanan Tahun 2005-2009

maupun Rencana Kerja Departemen Kehutanan Tahun 2008.

Sesuai peraturan perundangan yang berlaku, RENJA-KL ini merupakan perencanaan

mikro yang bersifat tahunan yang memuat visi, misi, kebijakan prioritas, serta

program, fokus dan kegiatan pokok pembangunan Kehutanan bidang Pembinaan

Produksi Kehutanan untuk jangka waktu tahun 2008.

RENJA-KL Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan Tahun 2008 ini disusun

sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan pembangunan Kehutanan bidang Pembinaan

Produksi Kehutanan Tahun 2008 oleh semua unit kerja lingkup Direktorat Jenderal

Bina Produksi Kehutanan Pusat, UPT maupun Dinas Kehutanan Provinsi (tugas

Dekonsentrasi).

Melalui RENJA-KL Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan, diharapkan

pemanfaatan hutan produksi dilaksanakan sesuai kaidah-kaidah pengelolaan hutan

lestari (PHL) agar pengelolaan hutan produksi lestari (PHPL) dapat diwujudkan yang

pada gilirannya memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi, pengurangan

pengangguran dan pengentasan kemiskinan.

Jakarta, Desember 2007

DI REKTUR JENDERAL

BI NA PRODUKSI KEHUTANAN,

Ttd.

DR. I r. HADI S. PASARI BU, MSc.

NI P. 080044005


(3)

DAFTAR I SI

Halaman

KATA PENGANTAR - - -

i

DAFTAR I SI - - -

ii

I PENDAHULUAN

---

1

A. Latar

Belakang ---

1

B.

Tugas dan Fungsi ---

2

C.

Organisasi dan Tata Kerja Ditjen BPK ---

3

I I

VI SI MI SI , TUJUAN DAN SASARAN STRATEGI S

---

4

A. Visi

---

4

B. Misi

---

4

C. Tujuan

---

5

D. Sasaran

Strategis---

6

I I I KEGI ATAN PEMBANGUNAN DI REKTORAT JENDERAL

BI NA PRODUKSI KEHUTANAN SAMPAI DENGAN

TAHUN 2006 DAN RENCANA PELAKSANAAN TAHUN

2007 - - - -

6

I V KEBI JAKAN, PROGRAM DAN FOKUS KEGI ATAN

TAHUN 2008

---

15

A.

Kebijakan Pembangunan Ditjen BPK ---

15

B. Program

dan

Fokus Kegiatan ---

18

V PENUTUP- - - -

23

LAMPI RAN MATRI KS RENJA- KL DI REKTORAT JENDERAL

BI NA PRODUKSI KEHUTANAN TAHUN 2008


(4)

KEPUTUSAN DI REKTUR JENDERAL BI NA PRODUKSI KEHUTANAN

Nomor :

TENTANG

RENCANA KERJA KEMENTERI AN NEGARA/ LEMBAGA ( RENJA- KL)

DI REKTORAT JENDERAL BI NA PRODUKSI KEHUTANAN

TAHUN 2008

DI REKTUR JENDERAL BI NA PRODUKSI KEHUTANAN

Menimbang

: a. bahwa Rencana Strategis Kementerian Negara/ Lembaga

(RENSTRA-KL) Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan Tahun 2005-2009

telah disempurnakan sebagaimana telah ditetapkan dengan

Keputusan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan No.SK.345/

VI -SET/ 2006 tanggal 29 Desember 2006;

b.

bahwa RENSTRA-KL Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan

Tahun 2005-2009 (Penyempurnaan) tersebut, perlu dijabarkan

dalam rencana tahunan yaitu Rencana Kerja Kementerian

Negara/ Lembaga (RENJA-KL) Direktorat Jenderal Bina Produksi

Kehutanan Tahun 2008;

c.

bahwa sehubungan dengan hal-hal di atas, maka RENJA-KL

Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan Tahun 2008, perlu

ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Bina Produksi

Kehutanan.

Mengingat :

1.

Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2007 tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup;

2.

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan jo.

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004;

3.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional;

4.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah;

5.

Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2002 tentang Dana

Reboisasi jo. Nomor 58 Tahun 2007;

6.

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja

Pemerintah;

7.

Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan

Kehutanan;

8.

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan

Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan;


(5)

9.

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah

Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota;

10.

Keputusan Presiden RI Nomor 187/ M Tahun 2004 tentang

Pembentukan Kabinet I ndonesia Bersatu sebagaimana telah

beberapa kali diubah terakhir dengan Nomor 31/ P Tahun 2007;

11.

Peraturan Presiden RI Nomor 7/ M Tahun 2005 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009;

12.

Peraturan Presiden RI Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan,

Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Negara Republik I ndonesia, sebagaimana telah beberapa kali diubah

terakhir dengan Nomor 90 Tahun 2006;

13.

Peraturan Presiden RI Nomor 10 Tahun 2005 tentang Organisasi

dan Tugas Eselon I Kementerian Negara I ndonesia, sebagaimana

telah beberapa kali diubah terakhir dengan Nomor 17 Tahun 2007;

14.

I nstruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas

Kinerja I nstansi Pemerintah;

15.

Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.456/ Menhut-VI I / 2004

tentang Lima Kebijakan Prioritas Bidang Kehutanan Dalam Program

Pembangunan Nasional kabinet I ndonesia Bersatu;

16.

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.13/ Menhut-I I / 2005 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kehutanan, sebagaimana

telah beberapa kali diubah terakhir dengan Nomor P.17/ Menhut-I I /

2007;

17.

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.27/ Menhut-I I / 2006 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kehutanan Tahun

2006-2025;

18.

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.28/ Menhut-I I / 2006 tentang

Sistem Perencanaan Kehutanan;

19.

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.58/ Menhut-I I / 2006 tentang

Rencana Strategis Kementerian Negara/ Lembaga (RENSTRA-KL)

Departemen Kehutanan;

20.

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.59/ Menhut-I I / 2006 tentang

Rencana Kerja Kementerian Negara/ Lembaga (RENJA-KL)

Departemen Kehutanan Tahun 2007;

21.

Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor

239/ I X/ 8/ 2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan

Akuntabilitas Kinerja I nstansi Kehutanan.

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

PERTAMA

: Rencana Kerja Kementerian Negara/ Lembaga Direktorat Jenderal Bina

Produksi Kehutanan Tahun 2008, selanjutnya disebut dengan RENJA-KL


(6)

KEDUA

: Rencana Kerja Kementerian Negara/ Lembaga Direktorat Jenderal Bina

Produksi Kehutanan Tahun 2008 disusun sebagai acuan bagi :

a.

Penyusunan RENJA-KL Unit Eselon I I dan Unit Pelaksana Teknis

lingkup Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan maupun Dinas

Kehutanan Otonomi Daerah yang menangani kehutanan untuk

periode tahun 2008;

b.

Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA-KL)/ Program

Pembangunan Bidang Pembinaan Produksi Kehutanan untuk periode

tahun 2008;

c.

Pengendalian kegiatan pembangunan lingkup Direktorat Jenderal

Bina Produksi Kehutanan untuk periode tahun 2008.

KETI GA

: Rencana Kerja Kementerian/ Lembaga (RENJA-KL) Direktorat Jenderal

Bina Produksi Kehutanan Tahun 2008 terdiri dari : Pendahuluan, Visi

Misi, Tujuan Dan Sasaran Strategis, Kegiatan Pembangunan Direktorat

Jenderal Bina Produksi Kehutanan sampai dengan Tahun 2006 Dan

Rencana Pelaksanaan Tahun 2007, Kebijakan, Program Dan Fokus

Kegiatan Tahun 2008 dan Penutup.

KEEMPAT

: Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan sampai dengan

31 Desember 2008.

Ditetapkan

di

:

Jakarta

Pada

tanggal

:

DI REKTUR JENDERAL,

Dr. I r. HADI S PASARI BU, M.Sc.

NI P.

080044005

Salinan,

Keputusan ini disampaikan kepada :

1. Menteri Kehutanan;

2. Pejabat Eselon I Lingkup Departemen Kehutanan;

3. Pejabat Eselon I I Lingkup Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan;

4. Kepala Dinas Provinsi yang membidangi Kehutanan di seluruh I ndonesia;

5. Kepala Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi Wilayah I s.d. XVI I I .


(7)

Lampiran

: Keputusan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan

Nomor :

Tanggal :

TENTANG

RENCANA KERJA KEMENTERI AN NEGARA/ LEMBAGA ( RENJA- KL)

DI REKTORAT JENDERAL BI NA PRODUKSI KEHUTANAN


(8)

1

I . PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Luas hutan produksi di I ndonesia saat ini diperkirakan lebih kurang 57,7 juta hektar,

kondisinya bervariasi dan relatif baik sampai rusak, sebagian dibebani izin dan sebagian

tidak dibebani izin. Luas hutan yang dibebani izin seluas lebih kurang 37,6 juta ha baik

berupa I UPHHK-HT atau Hutan Tanaman I ndustri yaitu seluas 9,3 juta ha maupun

I UPHHK-HA atau HPH seluas 28,3 juta ha.

Kawasan hutan produksi yang tidak dibebani izin seluas 20,1 juta ha, baik berupa hutan

bekas tebangan/ logged over area (LOA) maupun tanah kosong, belukar dan padang

ilalang. Kondisi hutan yang tidak dibebani izin menjadi sumber kegiatan pencurian kayu

dan perambahan hutan dan hilangnya potensi PNBP bagi Pemerintah.

Sektor Kehutanan sebagai salah satu bagian dari bidang ekonomi, diharapkan dapat

kembali memberikan kontribusi bagi pembangunan Nasional antara lain melalui

pembangunan hutan tanaman untuk pemenuhan bahan baku industri perkayuan,

penyerapan tenaga kerja dan penanggulangan kemiskinan.

Menyadari kondisi sumberdaya tersebut serta harapan agar peran sektor kehutanan

dapat diwujudkan kembali, Departemen Kehutanan telah menyusun 5 (lima) Kebijakan

Prioritas Bidang Kehutanan sesuai Surat Keputusan Menteri kehutanan Nomor :

SK.456/ Menhut-VI I / 2004, yaitu :

(1) Pemberantasan pencurian kayu di hutan Negara dan perdagangan kayu illegal;

(2) Revitalisasi

sektor

kehutanan, khususnya industri kehutanan;

(3) Rehabilitasi dan konservasi sumberdaya hutan;

(4) Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat di Dalam dan Sekitar Hutan; dan

(5) Pemantapan

kawasan

hutan.

Berdasarkan Kebijakan Prioritas Bidang kehutanan tersebut, pemberantasan pencurian

kayu di hutan negara dan perdagangan kayu illegal, dan revitalisasi sektor kehutanan

terkait RPPK sangat penting untuk diwujudkan melalui langkah-langkah operasional yang

dituangkan dalam RENJA-KL Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan, dengan fokus

kegiatan :


(9)

(1) Penertiban Peredaran hasil Hutan

(2) Pengelolaan Kawasan yang Tidak Dibebani Hak

(3) Pengelolaan Pemanfaatan Hutan Produksi Alam

(4) Pengelolaan Pemanfaatan Hutan Tanaman

(5) Restrukturisasi I ndustri Primer Kehutanan.

B. Tugas dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.13/ Menhut-I I / 2005 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Departemen Kehutanan yang telah beberapa kali diubah terakhir

No. P.17/ Menhut-I I / 2007, Direktorat Jenderal Bina Poduksi Kehutanan mempunyai tugas

merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang pembinaan

produksi kehutanan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Jenderal Bina

Produksi Kehutanan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

1. Penyiapan perumusan kebijakan Departemen di bidang pembinaan rencana

pemanfaatan hutan produksi, pembinaan pengembangan hutan alam, pembinaan

pengembangan hutan tanaman, pembinaan pengolahan dan pemasaran hasil hutan,

dan pembinaan iuran kehutanan dan peredaran hasil hutan;

2.

Pelaksanaan kebijakan di bidang pemanfaatan hutan produksi dan industri primer

hasil hutan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;

3.

Perumusan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di bidang pembinaan

rencana pemanfaatan hutan produksi, pembinaan pengembangan hutan alam,

pembinaan pengembangan hutan tanaman, pembinaan pengolahan dan pemasaran

hasil hutan, dan pembinaan iuran kehutanan dan peredaran hasil hutan;

4.

Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan standar, norma, pedoman,

kriteria dan prosedur di bidang pembinaan rencana pemanfaatan hutan produksi,

pembinaan pengembangan hutan alam, pembinaan pengembangan hutan tanaman,

pembinaan pengolahan dan pemasaran hasil hutan, dan pembinaan iuran

kehutanan dan peredaran hasil hutan;


(10)

3

C. Organisasi dan tata Kerja Ditjen BPK

Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut di atas, Direktorat Jenderal Bina Produksi

Kehutanan mempunyai susunan organisasi dan tata kerja, terdiri dari Eselon I I sebagai

berikut :

1.

Sekretariat Direktorat Jenderal

2. Direktorat

Bina

Rencana

Pemanfaatan Hutan Produksi

3.

Direktorat Bina Pengembangan Hutan Alam

4.

Direktorat Bina Pengembangan Hutan Tanaman

5.

Direktorat Bina I uran Kehutanan dan peredaran Hasil Hutan

6. Direktorat

Bina

Pengolahan dan pemasaran Hasil Hutan

Disamping 6 (enam) Eselon I I di atas, sesuai Keputusan Menteri Kehutanan Nomor :

P.557/ Menhut-I I / 2006 tentang Organisasi dan Tata kerja Balai Pemantapan Pemanfaatan

Hutan Produksi yang telah diubah dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor :

P.24/ Menhut-I I / 2007 untuk menunjang pelaksanaan teknis bidang bina produksi hasil

hutan di daerah, Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan mempunyai Unit Pelaksana

Teknis (UPT) Eselon I I I yaitu : Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi (BP2HP)

Wilayah I Banda Aceh sampai dengan Wilayah XVI I I Manokwari. Dalam rangka

pelaksanaan pembangunan Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan telah

memberikan tugas dekonsentrasi kepada Dinas Kehutanan (atau yang menangani

kehutanan) Provinsi di seluruh I ndonesia.

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi tersebut, maka perlu disusun Rencana Kerja

Kementerian/ Lembaga (RENJA-KL) TAHUN 2008 DI REKTORAT JENDERAL BI NA

PRODUKSI KEHUTANAN yang bersifat jangka pendek (tahunan) sebagai arahan dan

acuan pelaksanaan kegiatan operasional tahun 2008, sehingga sasaran-sasaran kegiatan

pembangunan bidang Bina Produksi Kehutanan yang telah ditetapkan dapat tercapai

secara optimal, efektif dan efisien.

Dalam menyusun RENJA-KL TAHUN 2008 Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan,

mengacu kepada rencana-rencana makro yang telah ada antara lain Rencana Strategis

Departemen Kehutanan 2005-2009 (Penyempurnaan), 5 (lima) Kebijakan Prioritas

Departemen Kehutanan dan RENJA-KL Departemen Kehutanan Tahun 2008 dan Rencana

Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2008.


(11)

Selain itu, RENJA-KL Tahun 2008 Ditjen BPK dalam penyusunannya telah pula dilakukan

penyempurnaan-penyempurnaan sesuai perkembangan baik kebijakan teknis maupun

organisasi.

I I . VI SI , MI SI , TUJUAN DAN SASARAN STRATEGI S

Seperti telah diuraikan pada bab terdahulu bahwa Direktorat Jenderal Bina Produksi

Kehutanan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

standarisasi teknis di bidang pembinaan produksi kehutanan. Untuk menjalankan tugas

tersebut, maka ditetapkan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis Direktorat Jenderal

Bina Produksi Kehutanan dalam pembangunan kehutanan, sebagai berikut :

A. Visi

“Terkelolanya Hutan Produksi Menuju Terwujudnya Pengelolaan Hutan Produksi Lestari

(PHPL)”

B. Misi

Berdasarkan tugas dan visi tersebut, Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan

menetapkan 7 (tujuh)

misi

dalam pembangunan kehutanan yang diemban, yaitu :

1. Mempercepat penataan pemanfaatan hutan produksi yang tidak dibebani izin;

2. Mendorong percepatan pembangunan hutan tanaman (HTI / HTR) dan hutan tanaman

meranti di hutan alam;

3. Membina, memfasilitasi penguatan kelembagaan dan kapasitas BUMN/ D/ S dan

masyarakat dalam memanfaatkan hutan produksi;

4.

Memfasilitasi peningkatan efisiensi, daya saing, diversifikasi produk I ndustri Primer

Hasil Hutan, serta eksport produk industri hasil hutan;

5. Mempercepat pemberdayaan ekonomi masyarakat setempat;

6. Memantapkan sistem peredaran hasil hutan dalam rangka PHPL dan peningkatan

penerimaan Negara;

7. Meningkatkan kapasitas kelembagaan Ditjen BPK yang professional dan akuntable.


(12)

5

C. Tujuan

Tujuan pembangunan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan

berdasarkan misi yang telah diemban, sebagai berikut :

1.

Tujuan dari misi 1

: “Mempercepat penataan pemanfaatan hutan produksi yang tidak

dibebani izin”, adalah untuk : a) Menyiapkan kebijakan rencana pemanfaatan

kawasan hutan prduksi; b) Menyelesaikan perijinan bagi areal yang belum dibebani

izin melalui pelelangan (seleksi/ permohonan pada hutan alam; c) Menyelesaikan

pembaruan izin (izin Bupati, izin sementara, I PP, perpanjangan dan izin lainnya); dan

d) Terwujudnya RKU, RKL I UPHHK-HA/ HT, I UPJL, HTR dan I UPK di HP.

2.

Tujuan dari misi 2

: “Mendorong percepatan pembangunan hutan tanaman

(HTI / HTR) dan hutan tanaman meranti di hutan alam” adalah untuk : penyediaan

bahan baku bagi industri perkayuan nasional yang berdaya saing tinggi.

3.

Tujuan dari misi 3

: “Membina, memfasilitasi penguatan kelembagaan dan kapasitas

BUMN/ D/ S dan masyarakat dalam memanfaatkan hutan produksi, adalah untuk :

a) meningkatkan kemampuan professional dalam pengelolaan hutan produksi;

b) Meningkatkan produktivitas hasil hutan dari hutan produksi baik hutan tanaman

maupun hutan alam;

4.

Tujuan dari misi 4

: “Memfasilitasi peningkatan efisiensi, daya saing, dan diversifikasi

produk I ndustri Primer hasil Hutan” adalah untuk : a) Mewujudkan struktur industri

yang berbasis bahan baku hutan lestari; b) Mewujudkan industri efisien dan berdaya

saing tinggi; c) Meningkatkan eksport produk industri hasil hutan.

5.

Tujuan dari misi 5

: “Mempercepat pemberdayaan ekonomi masyarakat setempat”,

adalah untuk : Memperluas akses masyarakat setempat ke pemanfaatan hutan

produksi.

6.

Tujuan dari misi 6

: “Memantapkan sistem peredaran hasil hutan dalam rangka

Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) dan peningkatan penerimaan Negara”,

adalah untuk : Terbangunnya sistem penatausahaan hasil hutan (PUHH) dalam

rangka PHPL dan penerimaan Negara.

7.

Tujuan dari misi 7

: “Meningkatkan kapasitas kelembagaan Ditjen BPK yang

profesional dan akuntabel”, adalah untuk : Mewujudkan struktur Ditjen BPK dalam

rangka mendukung penyelenggaraan PHPL.


(13)

D. Sasaran Strategis

Sasaran Strategis yang harus dicapai oleh Direktorat Jenderal Bina produksi Kehutanan

Jangka Menengah (2005-2009), adalah :

1.

Tidak ada lagi industri primer perkayuan tanpa izin dan atau menggunakan bahan

baku secara illegal;

2.

Tidak ada lagi pelanggaran tata usaha hasil hutan;

3.

Teralokasikannya 50% areal eks.HPH/ HPHTI dalam izin pemanfaatan hasil hutan

(I UPHHK) hutan alam, hutan tanaman industri maupun hutan tanaman rakyat;

4.

Terwujudnya hutan tanaman dari 2,5 juta ha menjadi 5 juta ha (termasuk 500.000 ha

hutan tanaman rakyat);

5.

Tercapainya 59 I UPHHK hutan alam dan hutan tanaman menuju PHL mandatory;

6.

Terwujudnya peningkatan efisiensi di 50% I ndustri Primer Hasil Hutan yang aktif;

7.

Berkembangnya kemitraan masyarakat setempat dengan pemegang izin atau

berkembangnya pemanfaatan hutan produksi oleh masyarakat setempat pada areal

eks. HPH/ HPHTI .

I I I . KEGI ATAN PEMBANGUNAN DI REKTORAT JENDERAL BPK SAMPAI DENGAN

TAHUN 2006 DAN RENCANA PELAKSANAAN TAHUN 2007

Pada tahun 2006, kegiatan Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan terdiri dari

2 Program, yaitu : 1) Program Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan dan Kepemerintahan;

dan 2) Program Pemantapan pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan. Realisasi

pelaksanaan kegiatan Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan s/ d tahun 2006

merupakan realisasi pencapaian sasaran strategis tahun kedua dan implementasi dari

5 (lima) kebijakan prioritas Departemen kehutanan, seperti diuraikan sebagai berikut :

A. Pemberantasan Pencurian Kayu di Hutan Negara dan perdagangan kayu

I llegal

1.

Pengendalian peredaran hasil hutan, berupa : penyempurnaan kebijakan kebijakan

Tata Usaha melalui Penerbitan Permenhut P.51/ Menhut-I I / 2006 tentang Surat

Keterangan Asal Usul Hasil Hutan dari Hutan Hak/ Hutan Rakyat dan P.55/

Menhut-I Menhut-I / 2006 tentang PUHH; Pembangunan On-line system PUHH-PSDH-DR di Kaltim,

Kalsel dan Kalteng; Kerjasama Bar-Code system dengan JI CA; Pelatihan Penguji Hasil

Hutan sebanyak 5.412 orang; Pelatihan Pengawas Penguji Hasil Hutan sebanyak


(14)

7

1.595 orang, Pelatihan Lurah/ Kepala Desa Penerbit SKAU sebanyak 1.020 orang;

Pengumpulan data produksi hasil hutan non kayu dan penerbitan/ pemantauan

peredaran hasil hutan illegal di 21 provinsi;

2.

Optimalisasi Penerimaan Begara Bukan Pajak (PNBP), berupa : Penyegaran Petugas

Penagih iuran kehutanan dan Optimalisasi PNBP, penerimaan PSDH, DR dan I UPHHK.

Tunggakan PSDH dan DR pada 2006 sebesar Rp. 75.497.869.317,87 (untuk PSDH)

dan DR Rp.18.525.609.991,80 dan US$ 26,018,532.96 dengan total

Rp.335.995.835.837,67 (kurs APBN US$ 1 = Rp 9.300,-). Khusus untuk PSDH bila

dibandingkan tahun 2005 sebesar Rp.95.122.863.645,79 telah terjadi penurunan

tunggakan sebesar Rp19.624.994.327,92 atau secara total telah terjadi penurunan

tunggakan pada 2005 sebesar Rp.415,162,711.131,06 menjadi

Rp.335.995.835.837,67 = Rp.79.166.875.293,39. Artinya dengan harga kayu yang

membaik akibat berjalannya pemberantasan illegal logging, ada beberapa perusahaan

mulai aktif bekerja dan beberapa perusahaan mulai mampu membayar kewajibannya

secara bertahap. Adapun tunggakan PSDH dan DR tahun 2006 sebagian telah

diajukan kepada Menteri Keuangan untuk mendapat dispensasi angsuran

pembayaran, yaitu sebanyak 40 (empat puluh) perusahaan dengan jumlah

tunggakan: a) PSDH Rp 41.151.965.497,35 dan b) DR : Rp.1.233.127.891,72 dan

US$ 14,605,690.24

Upaya peringatan untuk penunggak I HPH/ I uran I UPHHK/ PSDH dan DR adalah

sebagai berikut :

a. Sebanyak 2 (dua) perusahaan HPH/ I UPHHK penunggak kewajiban I HPH/ I I UPHHK,

sejumlah Rp.8.748.375,- dan segera dibatalkan izin I UPHHK-nya.

b. Sebanyak 9 (sembilan) perusahaan penunggak PSDH dan DR sebesar

Rp.31.343.842.539,26 (PSDH) dan DR sebesar Rp.9.444.880.214,92 dan

US$ 13,487,477.64 dan segera dibatalkan izinnya.

B. Revitalisasi sektor kehutanan, khususnya industri kehutanan :

1.

Penyiapan prakondisi dan pembentukan unit pengelolaan, berupa : redesign/

penataan hutan produksi seluas 16,9 juta hektar di Provinsi Riau, maluku Utara dan

I rian jaya Barat dan penyediaan 21 unit I UPHHK-HT dan 8 unit I UPHHK-HA untuk

dilelang, sedangkan yang telah dilaksanakan pelelangan sebanyak 8 unit I UPHHK;

penertiban pemberian izin pertambangan, perkebunan di hutan produksi; penyusunan

rencana makro pemanfaatan hutan produksi; promosi investasi; penyempurnaan

penyusunan penilaian pengesahan RKUPH-HA dan HT melalui penerbitan Permenhut


(15)

No.P.6/ Menhut-I I / 2007 dan P.9/ Menhut-I I / 2007; penyempurnaan permohonan

I UPHHK-HA/ HT melalui Permenhut No.P.19/ I I / 2007 dan No.P.20/

Menhut-I Menhut-I / 2007.

2.

Pengembangan hutan tanaman meranti di hutan alam (Pembangunan Model Unit

Manajemen Hutan Meranti), berupa : penyusunan manual teknologi manipulasi

lingkungan di 4 lokasi/ Provinsi Sumbar, Kalbar, Kalsel dan Kaltim; penyediaan bibit

koffco sebanyak 120.000 batang; pengkayaan tegakan seluas 7.000 ha dan

penyusunan rancangan kelembagaan unit manajemen di 4 lokasi Provinsi Sumbar

(PT. I nhutani I V), Kalsel (PT. I nhutani I I ), Kalbar (PT. I nhutani I I ) dan Kaltim (PT.

I TCI ).

3.

Pembangunan HTI : Renstra 2005-2009 seluas 5 juta ha dimana tanaman pokok

direncanakan sebesar 70% atau seluas 3,5 juta ha, dan terealisasi 2005-2006 seluas

426.221,81 ha. Namun bila diperhitungkan kumulatif realisasi tanaman Sejas

1990-2006 seluas 3,57 juta ha. Lambatnya pembangunan hutan tanaman Sejas tahun

1999-2000 antara lain disebabkan berhentinya pendanaan pembangunan HTI dari

Dana Reboisasi, akses otonomi daerah. Pembangunan HT di I ndonesia memberikan

kontribusi positif terhadap pembangunan sektor kehutanan. I nvestasi di HT saat ini

diperkirakan lebih dari 50% dari keseluruhan investasi di bidang kehutanan. Pada

periode 1996-2003, 73% dari pertumbuhan kapasitas industri pulp dunia merupakan

kontribusi dari tiga negara saja, yaitu Brazil, I ndonesia dan China, meskipun kapasitas

industri pulp dari ketiga negara tersebut bersama-sama hanya 10% dari total

kapasitas industri pulp dunia. Untuk I UPHHK hutan tanaman sebanyak 106 unit wajib

melakukan program percepatan pembangunan hutan tanaman melalui deliniasi makro

dan mikro, dengan melakukan :

a. Proses deliniasi makro dan mikro sebanyak 51 unit pemegang I UPHHK-HT,

dengan luas areal konsesi yang masih berupa hutan alam (logged over area)

seluas 0,75 juta ha.

b. Belum mengajukan proses deliniasi makro dan mikro sebanyak 55 unit pemegang

I UPHHK-HT, dengan luas areal konsesi yang masih berupa hutan alam (logged

over area) seluas 1,06 juta ha.

Target Sejak 1990 sampai dengan tahun 2009 seluas 9 juta ha dimana tanaman pokok seluas 70% atau 6,3 juta ha, sisanya 30% terdiri dari sarpras 5% (450.000 ha), tanaman unggulan 5% (450.000 ha), tanaman kehidupan 10% (900.000 ha), areal konservasi 10% (900.000 ha). Dalam Renstra-KL 2005-2009 ditargetkan 5 juta ha (bagian dari 9 juta ha 1990-2009). Adapun realisasi tanaman pokok HTI sampai dengan 2006 seluas 3,1 juta ha. Selain tanaman pokok terealisasi tanaman campuran seluas 470.000 ha. Dengan demikian tanaman yang belum terealisasi sampai dengan tahun 2009 selaus 4 juta ha diluar HTR 5,4 juta ha.


(16)

9

Dari areal seluas 1,81 juta ha hutan alam tersebut, dharapkan seluas 0,78 juta ha

atau 43% akan dikembangkan untuk pembangunan hutan tanaman, dan sisanya

seluas 1,03 juta ha atau 57% dipertahankan sebagai kawasan konservasi dalam

penataan ruang unit HTI .

Pada 2007 untuk program pembangunan HTR telah diterbitkan Permenhut

P.23/ Menhut-I I / 2007 dan pembentukan Lembaga Keuangan BLU/ Pusat Pembiayaan

Pembangunan Hutan) dengan Peraturan Menteri Kehutanan No.P.31/ Menhut-I I / 2007.

4.

Pembinaan kelembagaan usaha pemanfaatan hutan, berupa : penilaian kinerja

(sertifikasi mandatory) terhadap I UPHHK-HA sebanyak 103 unit (berkinerja baik dan

sedang 55 unit) dengan luas 5.692.879 ha dan I UPHHK-HT sebanyak 24 unit

(berkinerja baik 12 unit, sedang 9 unit, buruk 3 unit). Adapun sertifikasi voluntary

sebanyak 6 unit I UPHHK-HA dan 1 unit I UPHHK-HT; penerapan sistem perencanaan

silvikultur intensif (SI LI N) pada 25 unit manajemen I UPHHK.

5.

Pengembangan industri dan pemasaran hasil hutan serta; pembinaan dan penertiban

industri hasil hutan, berupa : Pembaharuan I zin Usaha I ndustri Primer Hasil Hutan

Kayu (I UI PHHK) kapasitas di atas 6.000 m3/ tahun pada

tahun 2007 = 14 unit

atau

total I UI PHHK sampai dengan

2007

yang telah diperbaharui dengan kapasitas di atas

6.000 m3 sebanyak 141 unit, dengan tenaga kerja yang diserap sebanyak

175.351

orang, I zin Usaha I PHHK baru sebanyak 4 unit (plywood 1 unit, veneer 2 unit, wood

chip 1 unit) dengan investasi Rp.489,670 milyar dengan menyerap tenaga kerja

sebanyak 4.715 orang; Persetujuan prinsip dalam rangka I UI PHHK baru sebanyak

8 unit dengan investasi Rp.371,29 milyar dengan menyerap tenaga kerja sebanyak

6.045 orang. Adapun yang dalam proses persetujuan prinsip sebanyak 12 unit

dengan investasi Rp.514,79 milyar dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 2.968

orang; Dalam proses izin perluasan I PHHK sebanyak 13 unit dengan tambahan

investasi sebesar Rp.237,643 milyar dengan tambahan tenaga kerja sebanyak 5.449

orang. Dengan demikian untuk proses izin baru dan perluasan diarahkan pada kayu

hutan rakyat, HTI dan peremajaan perkebunan; Dengan demikian total investasi dan

penyerapan tenaga kerja di sub sektor industri primer hasil hutan kayu sebesar

Rp.1,75 trilyun dan sebanyak 21.343 orang; RPBBI yang telah disahkan/ disetujui

pada tahun 2006 sebanyak 153 unit dari jumlah usulan 172 perusahaan I PHHK

sebesar 40.059.719,21 m3; Penilaian kinerja untuk tahun 2006 belum dilaksanakan

mengingat dalam proses akreditasi assesor oleh Dephut bekerja sama dengan LEI .

Adapun jumlah yang sudah dinilai oleh LPI periode 2004 s/ d 2005 berjumlah

84 perusahaan dengan nilai sangat baik 3 perusahaan, baik 27 perusahaan, cukup


(17)

17 perusahaan, buruk 37 perusahaan; Jumlah ekspor sampai dengan September

2006 untuk panel kayu volume 2,23 m3 dengan nilai devisa US$ 941,99 juta dan

untuk kayu olahan (wood working) sejumlah 1,43 juta m3 dengan nilai devisa

US$ 779,83 juta; Pada periode ekspor tahun 2006 nilai panel kayu mengalami

peningkatan US$ 422/ m3 dari US$ 366/ m3 pada tahun 2005. Sedangkan wood

working mengalami peningkatan dari US$ 533/ m3 tahun 2005 menjadi US$ 453/ m3.

Untuk mendorong peningkatan ekspor produk hasil hutan, telah dilakukan evaluasi

terhadap Peraturan Menteri Perdagangan No.09/ M-DAG/ PER/ 2/ 2007 tentang

Ketentuan Eskpor Produk I ndustri Kehutanan, untuk selanjutnya diubah dengan

Peraturan Menteri yang lebih fleksibel yang sudah dalam tahap konsultasi publik.

C. Pemberdayaan masyarakat di dalam dan Sekitar Hutan

Pengembangan hasil hutan non kayu, berupa : fasilitasi kelembagaan usaha kegiatan

PUMSHP di 29 provinsi/ lokasi; pembuatan model usaha hasil hutan non kayu di 29

provinsi; pembinaan Kelembagaan kelompok tani di 31 provinsi; serta penyusunan

rencana pengembangan aneka usaha hasil hutan bukan kayu sebanyak 1 judul dan

fasilitasi pembangunan model PHBM di 4 provinsi. Pengembangan hasil hutan non kayu,

berupa : pengembangan unit-unit usaha ekonomi masyarakat sekitar hutan di 30 provinsi

dan pembangunan model pengelolaan hutan produksi bersama masyarakat di 5 provinsi.

D. Pendukung Fokus Kegiatan

1.

Menyelenggarakan pelayanan umum dalam rangka mendukung tugas dan fungsi

lingkup Ditjen BPK; melaksanakan pengadaan peralatan kerja, rumah tangga dan

kendaraan operasional.

2.

Penyelesaian sertifikat dan pengamanan tanah areal Wood Centre Jenu, Tuban, Jawa

Timur.

3.

Melaksanakan penyusunan program, rencana kerja dan anggaran lingkup Ditjen BPK

sebanyak 57 (lima puluh tujuh) satker.

4.

Pengembangan koordinasi dan sinkronisasi perencanaan pembangunan kehutanan

bidang bina produksi kehutanan antara Pusat, UPT BPPHP maupun Dinas Kehutanan

Provinsi dalam bentuk rapat koordinasi teknis.

5.

Pembinaan Hukum Perundangundangan Kehutanan Bidang Bina Produksi Kehutanan

(revisi PP 34/ 2002 menjadi PP 6/ 2007, Permenhut No P.19/ Menhut-I I / 2007,

P.20/ Menhut-I I / 2007 dan P.23/ Menhut-I I / 2007).


(18)

11

6.

Pengembangan SDM, penyelenggaraan kepegawaian dan penyempurnaan

kelembagaan baik Pusat maupun UPT.

7.

Penyelenggaraan kerjasama bidang Bina Produksi Kehutanan baik dalam negeri

maupun dengan negara/ lembaga donor (I TTO, Flegt, GTZ), LSM (Capable) dll.

8.

Evaluasi pelaksanaan kegiatan Ditjen BPK.

9.

Sosialisasi berbagai kebijakan pembangunan bidang Bina Produksi Kehutanan.

10.

Penyempurnaan dan pengembangan organisasi Ditjen BPK melalui Permenhut

No.P.17/ Menhut-I I / 2007 dan Permenhut No.P.24/ Menhut-I I / 2007 tanggal 2 Juli 2007

Tentang Perubahan Organisasi dan Tata Kerja Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan

Produksi.

Pada Tahun 2007, kegiatan Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan terdiri dari

1 Program Pembangunan, yaitu Program Pemantapan Pemanfaatan Potensi Sumber Daya

Hutan. Rencana Kegiatan Ditjen BPK Tahun 2007 yang telah dianggarkan dalam dokumen

DI PA Tahun 2007, dengan uraian sebagai berikut :

1.

Rencana Kerja dan Anggaran Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan Tahun 2007

adalah seluruhnya sebesar Rp 331.793.074.000,- terdiri dari Rupiah Murni (RM) Mengikat

sebesar Rp.42.967.374.000,- RM Tidak Mengikat sebesar Rp.135.802.000.000,- dan

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNP) sebesar Rp.153.023.700.000,- Ruang lingkup

Rencana Kerja dan Anggaran (RKA-KL) Ditjen BPK Tahun 2007 meliputi seluruh kegiatan

operasional yang akan dilaksanakan oleh semua unit kerja lingkup Ditjen BPK di Pusat

(6 Satker), daerah (UPT BP2HP = 17 Satker) dan Dinas Otonomi (Dinashut Provinsi =

33 Satker) sebagai kegiatan dekonsentrasi selama 1 (satu) tahun anggaran.

2.

Sebagai implementasi fokus-fokus kegiatan, penggunaan anggaran APBN Tahun 2007

Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan sebesar tersebut, dirancang dalam Rencana

Kerja dan Anggaran (RKA-KL) Tahun 2007 Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan

dalam Program dan Kegiatan sebagai berikut :


(19)

A. Program Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan dan Kepemerintahan

Kegiatan Perencanaan dan Pembinaan Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (bersifat

rutin), dengan dana sebesar Rp.42.967.374.000,-

Sasaran fisik (Satker Pusat & UPT PSPHH, 23 Satker), meliputi : Belanja Gaji Pegawai;

Pemeliharaan barang/ aset negara; Operasional kantor/ untuk pelaksanaan tupoksi;

Perjalanan rutin dan Administrasi Umum.

B. Program Pemantapan Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan

1.

Kegiatan Pengendalian Peredaran Hasil Hutan dan Optimalisasi PNBP (Direktorat

BI K dan BPP, BPPHP dan Dinashut Provinsi), dengan dana sebesar

Rp. 102.910.157.000,- Sasaran fisik meliputi :

a.

Pengendalian Penatausahaan Hasil Hutan dan I mplementasi SI M PUHH/

PSDH-DR (on-line) di 9 Provinsi 108 Kabupaten.

b.

Pengendalian peredaran dan operasi penertiban hasil hutan illegal, 30 provinsi.

c.

Pengembangan Sertifikasi dan Pengujian Hasil Hutan di 17 Wilayah melalui :

Diklat Tenaga PPHH/ PHH sebanyak 600 Orang; Pelatihan Kepala Desa/ Lurah

sebagai Pejabat Penerbit SKAU sebanyak 1.200 Orang; Penyegaran Petugas

P2LHP/ P2SKSHH/ P3KB; Desiminasi dan Sosialisasi sistem PUHH dan

Optimalisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PSDH/ DR), 16 Provinsi.

2.

Perencanaan dan penyiapan Unit Kelola Pemanfaatan Hutan Produksi (Direktorat

BRPHP) dan Dinashut Provinsi), dengan dana sebesar Rp. 20.204.808.000,-

Sasaran fisik meliputi :

a.

Regulasi I nsentif dan Disentif alokasi lahan untuk pemanfaatan I UPHHK Hutan

Alam/ Tanaman maupun Non Kehutanan, 2 paket.

b.

I dentifikasi dan Pemetaan kawasan Hutan Produksi yang tidak dibebani hak)

eks areal HPH/ HPHTI ) untuk pemanfaatan HTR, di 5 Provinsi (Sumut, Riau,

Jambi, Jalbar, dan Kaltim).

c.

Penyiapan areal dan pelelangan unit kelola pemanfaatan HP (I UPHHK Hutan

Alam dan Hutan Tanaman) calon lokasi pemanfaatan I UPHHK, 20 unit.


(20)

13

e.

Pembinaan kelembagaan dan I nvestasi Unit Kelola di 289 I UPHHK

(20 Provinsi).

f.

Pengawasan dan Pengamanan Areal Eks HPH/ HPHTI di 12 Provinsi.

3.

Pengembangan Pengelolaan Pemanfaatan hutan Alam (Direktorat BPHA dan

Dinashuta Provinsi), dengan dana sebesar Rp. 77.362.858.000,- Sasaran fisik

meliputi :

a.

Pembinaan dan Pengendalian produksi, lingkungan dan sosial/ kemitraan

pemanfaatan hutan alam pada 289 unit manajemen I UPHHK.

b.

Fasilitasi POKJA Restrukturisasi Pengelolaan Hutan Produksi Alam, 1 Paket.

c.

Penilaian Kinerja PHPL pada unit manajemen I UPHHK Hutan Alam, 25 unit.

d.

Pembangunan Model Unit Manajemen Hutan Meranti di 4 lokasi (Sumbar,

kalbar, Kalsel dan Kaltim) setara pengkayaan tanaman seluas 2.800 ha.

e.

Pendampingan Model Sistem Silvikultur I ntensif di 6 Model I UPHHK Hutan

Alam dan Pengembangan di 24 I UPHHK.

f.

Peningkatan Usaha Masyarakat Sekitar Hutan Produksi (model usaha hasil

hutan non kayu), di 29 Provinsi.

4.

Pengembangan Pengelolaan Pemanfaatan Hutan Tanaman (Direktorat BPHT dan

Dinashut Provinsi), dengan daan sebesar Rp. 33.807.201.000,- Sasaran fisik

meliputi :

a.

Pembinaan dan pengendalian produksi, lingkungan dan sosial/ kemitraan

pemanfaatan Hutan Tanaman, di 114 I UPHHK HT (18 Provinsi).

b.

Pemetaan dan promosi I nvestasi Pembangunan Hutan Tanaman PHT, 1 Paket.

c.

Fasilitasi Restrukturisasi PHT untuk mendorong percepatan pembangunan HT

(paket regulasi insentif dan disentif), 2 Paket.

d.

Fasilitasi Pengembangan HTR di 6 lokasi Prioritas (Sumut, Sumbar, Riau,

Sumsel, Kalbar, Kalsel, Kaltim dan Kalteng).


(21)

5.

Pengembangan I ndustri dan pemasaran Hasil Hutan, (Direktorat BPPHH, BP2HP

dan Dinashut Provinsi), dengan dana sebesar Rp. 36.643.053.000,- Sasaran fisik

meliputi :

a.

Pembuatan paket deregulasi perijinan dan penggunaan bahan baku I PHHK,

2 Paket.

b.

Pembinaan dan diversifikasi bahan baku dan produk Hasil Hutan, 30 provinsi.

c.

Pengkajian dan fasilitasi pemolaan restrukturisasi I ndustri Primer Hasil Hutan,

30 Provinsi.

d.

I nventarisasi dan Daftar Ulang I zin I UPHHK kapasitas > 6.000 m3/ tahun dan

kapasitas < 6.000 m3/ tahun, 25 Provinsi.

e.

Pembinaan dan penilaian kinerja I PHHK kapasitas > 6.000 m3/ tahun, 10 Unit.

f.

Revitalisasi I ndustri Kehutanan (bantuan alat pengolahan hasil hutan) bagi I KM

dan Kelompok Tani, 2 Paket.

g.

Pengembangan pemasaran produk hasil hutan, 7 kegiatan (30 Provinsi).

6.

Perencanaan, Pembinaan dan Pengendalian Pengelolaan Hutan Produksi

Lestari/ Pendukung (Sekretariat Ditjen BPK dan UPT BPPHP), dengan dana sebesar

Rp. 17.897.626.000,- Sasaran fisik, meliputi :

a.

Penyiapan Program dan Kegiatan Pengelolaan Pemanfaatan Hutan Produksi

di 33 Provinsi (56 satuan Kerja).

b.

Fasilitasi untuk penyempurnaan Sistem Perencanaan Hutan, 1 Paket.

c.

Fasilitasi perencanaan HTR dan pembentukan Badan Layanan Umum (BLU) /

Lembaga Keuangan Alternatif (LKA) Pembangunan Hutan di 6 Provinsi Model,

1 Paket.

d.

Penguatan kelembagaan Ditjen BPK (Hukum, Organisasi dan SDM, serta

kelembagaan), 23 Satuan Kerja.

e.

Pembinaan, pengendalian dan evaluasi kegiatan pembangunan Ditjen BPK,

33 Provinsi.

f.

Pengadaan sarana-prasarana operacional dan peralatan kerja/ cantor Pusat dan

UPT, 2 Paket.


(22)

15

I V. KEBI JAKAN, PPROGRAM DAN FOKUS KEGI ATAN TAHUN 2008

A. Kebijakan Pembangunan Ditjen BPK

Untuk mewujudkan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran yang ingin dicapai oleh Direktorat

Jenderal Bina Produksi Kehutanan, ditetapkan kebijakan-kebijakan sebagai berikut :

1)

Mempercepat per-UU-an pemanfaatan hutan produksi;

2)

Penyelesaian pelayanan perijinan satu pintu;

3)

Peningkatan kemampuan SDM Dephut dan Mitra oleh Tim Pakar Perencanaan

Hutan;

4)

Peningkatan investasi sektor kehutanan;

5)

Mendorong berkembangnya hutan tanaman;

6)

Meningkatkan pembinaan pengelolaan hutan lestari;

7)

Mendorong terlaksananya pembinaan hutan dalam rangka meningkatkan

produktifitas hutan alam dan mendorong berkembangnya hutan tanaman dengan

komoditas unggulan dan bernilai ekonomis tinggi;

8)

Mendorong investasi dan bergeraknya sektor riil industri kehutanan;

9)

Mendorong berkembangnya produk industri hasil hutan yang kompetitif;

10)

Pengentasan kemiskinan masyarakat setempat melalui kemitraan dengan I UPHHK;

11)

Penerapan PUHH berbasis TI (on line system);

12)

Mendorong berkembangnya kemampuan kelembagaan dan kualitas pengelolaan

hutan secara lestari.

Khusus kebijakan yang berkaitan dengan upaya mendorong investasi dan bergeraknya

sektor riil untuk mendukung peningkatan perekonomian nasional, pengentasan

kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja, maka ditempuh pendekatan sebagai berikut :

a.

Mendorong investasi baru di areal tidak dibebani izin (“open access”) seluas + 13,6

juta ha, dengan arahan kebijakan sebagai berikut :

1)

Bila di areal Hutan Produksi masih ada sisa virgin forest dan LOA dalam keadaan

baik, maka pemanfaatannya melalui I UPHHK-HA/ HPH dengan didorong

menggunakan sistem ”Silvikultur I ntensif”

2)

Bila areal Hutan Produksi keadaan LOA telah rusak, tidak cukup memiliki anakan

jenis-jenis asli setempat dan bila diusahakan dengan sistem TPTI tidak layak

secara finansial, maka pemanfaatannya melalui I UPHHK-HT/ HPHTI / HTR dengan


(23)

sistem silvikultur yang paling tepat untuk kondisi setempat dalam rangka

meningkatkan produktivitas hutan produksi

b.

Mendorong tumbuhnya industri hilir berdaya saing tinggi yang berorientasi

buyer’s

market

melalui

outsourcing

bahan baku dalam proses input dalam rangka

transformasi

massa producion

ke proses

tailored

made

dalam pengolahan dan

diversifikasi produk pada proses output industri perkayuan. Kebijakan outproses

diarahkan pada penggunaan bahan baku log berdiameter kecil dari Hutan Tanaman

(Hutan Tanaman I ndustri/ HTI ), Hutan Tanaman Rakyat/ HTR, dan Hutan

Rakyat/ HR, peremajaan kebun karet dengan tujuan menggerakkan ekonomi rakyat

di pedesaan dan memberikan lapangan kerja.

c.

Perluasan akses masyarakat setempat ke Sumber Daya Hutan (SDH) melalui

pembangunan HTR dan ke Lembaga Keuangan serta melalui Badan Layanan

Umum - Pusat Pembiayaan Pembangunan Hutan (BLU-P3H) sesuai PP 6 tahun

2007.

d.

Untuk mempercepat investasi Pembangunan HTI / HTR, Dephut memberikan

kebijakan intensif, yaitu :

1)

Pembangunan HTI , sesuai Permenhut Nomor P.19/ Menhut-I I / 2007 Tentang Tata

Cara Pemberian I jin dan perluasan Areal kerja UPHHK pada HTI Dalam Hutan

pada Hutan Produksi seluas 3,6 juta ha.

2)

Pembangunan HTR, sesuai Permenhut Nomor P.23/ Menhut-I I / 2007 Tentang

Hutan Tanaman Rakyat diproyeksikan seluas 5,4 juta ha selama tahun

2007-2016, dan dapat dibiayai melalui Badan Layanan Umum - Pusat Pembiayaan

Pembangunan Hutan (BLU-P3H) atau Pola Mandiri atau Pola Kemitraan dengan

BUMN/ BUMS.

3)

Pembentukan Badan Layanan Umum - Pusat Pembiayaan Pembangunan Hutan

(BLU-P3H) sesuai SKB Menhut dan Menkeu Nomor : 06.1/ PMK.1/ 2007 dan

Nomor : 02/ Menhut-I I / 2007 Tentang Pengelolaan Dana Reboisasi dalam

Rekening Pembangunan Hutan; dan persetujuan Menkeu Nomor :

137/ KMK.05/ 2007 Tentang Penetapan Badan Pembiayaan Pembangunan Hutan

pada Departemen Kehutanan sebagai I nvestasi Pemerintah yang menerapkan

Pola Pengelolaan keuangan Keuangan Badan Layanan Umum; serta Permenhut

Nomor : P.31/ Menhut-I I / 2007 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat

Pembiayaan Pembangunan Hutan.


(24)

17

e.

I nvestasi melalui Restorasi Ekosistem Hutan Produksi Areal Eks HPH/ HT :

Mendorong investasi dalam Restorasi Ekosistem Hutan Produksi sesuai PP 6 Tahun

2007 perihal Tata Usaha dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta

Pemanfaatan Hutan; dan Permenhut Nomor : P.20/ menhut-I I / 2007 Tentang Tata

Cara Pemberian I UPHHK dalam Hutan Alam Pada Hutan Produksi Melalui

Permohonan.

f.

I nvestasi melalui Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) :

Mendorong pengembangan HHBK melalui izin usaha pemanfaatan hasil hutan

produksi untuk budidaya tanaman obat, budidaya tanaman hias, budidaya jamur,

budidaya lebah, penangkaran satwa, budidaya sarang burung walet (PP 6 Tahun

2007).

g.

Pemberdayaan Masyarakat di dalam/ sekitar HPH/ I UPHHK

Melaksanakan kegiatan Peningkatan Usaha Masyarakat di Sekitar Hutan Produksi

(PUMSHP), Bina Desa Hutan (BDH), Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat

(PHBM) dan Hutan Rakyat Pola Kemitraan (HRPK).

h.

Mencegah percepatan degradasi hutan dan deforestasi : melalui pengetatan

pemberian I PK untuk tambang (degradasi hutan) dan kebun (deforestasi), antara

lain I PK diubah sesuai dengan kemajuan pembukaan areal tambang dan kemajuan

riil tanaman kebun.

i.

Pengetatan penggunaan peralatan eksploitasi di kawasan hutan produksi dengan

tujuan mengurangi laju deforestasi dan degradasi hutan melalui revisi Kepmenhut

No. 428/ Kpts-I I / 2003 tanggal 18 Desember 2003.

j.

Deregulasi Tata Usaha Kayu / Penata Usahaan hasil Hutan (TUK/ PUHH) dari Hutan

Negara (melalui Permenhut Nomor : P.55/ Menhut-I I / 2006) dan dari Hutan

Tanaman Rakyat (melalui Permenhut Nomor : P.51/ Menhut-I I / 2006).


(25)

B. Program, Fokus dan Kegiatan Pokok

Dalam Rencana Pembangunan jangka Menengah (RPJM) 2004-2009 dan Rencana Kerja

Pemerintah Tahun 2008 telah ditetapkan Program Pembangunan dan yang terkait

langsung dengan pembangunan pembinaan produksi kehutanan dalam Tahun 2008,

yaitu : Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan dan Program Penerapan

Kepemerintahan yang Baik (bersifat rutin).

Untuk mencapai sasaran strategis dan kebijakan yang telah ditetapkan Fokus dan

kegiatan Pokok sebagai arahan dan acuan pelaksanaan tugas-tugas Direktorat Jenderal

Bina Produksi Kehutanan dalam kegiatan operasional tahun 2008, sebagai berikut :

1. PROGRAM PEMANFAATAN POTENSI SUMBER DAYA HUTAN

a.

Fokus Kegiatan Penertiban Peredaran Hasil Hutan

Fokus kegiatan penertiban peredaran hasil hutan dimaksudkan untuk tertibnya

penatausahaan hasil hutan dengan menggunakan teknologi sistem informasi

dalam rangka mendukung kesamaan tindakan operasional dari seluruh pelaku

usaha (produsen dan konsumen), aparat pemerintah serta penegak hukum,

dengan sasaran tertibnya peredaran HH domestik dan internasional, tidak ada

kebocoran PNBP kehutanan dan PNBP kayu meningkat sebesar 2% ; Penguatan

kapasitas kelembagaan pengujian hasil hutan; dan pengembangan sistem

informasi peredaran dan pemantauan produksi hasil hutan secara on-line

beroperasi di seluruh provinsi.

Kegiatan pokok Direktorat Jenderal BPK yang tercakup dalam fokus kegiatan

penertiban peredaran hasil hutan, antara lain :

1)

Pengendalian Peredaran Hasil Hutan dan Penertiban Hasil Hutan I llegal

2)

Pengembangan sertifikasi dan pengujian hasil hutan


(26)

19

4)

Pengembangan dan Pengendalian Sistem Penatausahaan hasil Hutan

(I mplementasi SI -PUHH dan PU PSDH/ DR berbasis teknologi informasi

”on-line”)

b.

Pengelolaan Kawasan yang Tidak Dibebani Hak/ I jin

Fokus kegiatan Pengelolaan Kawasan yang Tidak Dibebani Hak dimaksudkan

untuk menciptakan kondisi hutan produksi yang open akses seluas 20,12 juta ha

(termasuk areal eks. HPH/ HPHTI ), untuk siap dikelola dalam bentuk I UPHHK

Hutan Alam/ Tanaman oleh BUMN/ BUMD/ BUMS dalam rangka mencegah

kerusakan akibat penjarahan/ okupasi dan pemborosan sumber daya hutan dan

kehilangan potensi PNBP, dengan sasaran : 10% kawasan HP yang tidak dibebani

hak dapat terkelola kembali : seluas 2 juta ha di 5 Provinsi.

Kegiatan pokok Direktorat Jenderal BPK yang tercakup dalam fokus kegiatan

Pengelolaan kawasan yang tidak dibebani hak/ ijin, antara lain :

1)

Pengawasan dan Pengamanan areal HP yang tidak dibebani hak/ ijin (areal

eks. HPH/ HPHTI ), antara lain dengan pembangunan pos-pos pengamanan.

2)

I dentifikasi dan pemetaan kawasan HP yang tidak dibebani hak/ ijin.

3)

Sosialisasi dan promosi percepatan investasi di kawasan HP.

4)

Survey potensi/ observasi lapangan areal HP yang dimohon untuk I

UPHHK-HA/ HT.

5)

Mendorong terwujudnya KPHP, terutama pada areal yang tidak dibebani

hak/ ijin.

6)

Pengembangan sistem informasi sumber daya hutan produksi.

c.

Pengelolaan Pemanfaatan Hutan Produksi Alam

Fokus kegiatan ini dimaksudkan membina 28,27 juta ha hutan produksi alam yang

dikelola oleh 289 I UPHHK dalam rangka terwujudnya peningkatan kinerja

pemegang I UPHHK-HA (HPH) menuju sistem pengelolaan hutan produksi lestari

yang berorientasi pada keseimbangan produksi, lingkungan dan sosial.

Kegiatan yang tercakup dalam fokus kegiatan pengelolaan pemanfaatan hutan

produksi alam, antara lain :


(27)

1)

Penilaian kinerja I UPHHK-HA/ HT oleh LPI .

2)

Penyiapan pemanfaatan hutan produksi.

3)

Fasilitasi/ pemdampingan pelaksanaan sistem silvikultur intensif di 60 UM

I UPHHK Hutan Alam.

4)

Pembangunan model unit manajemen hutan meranti di 4 Provinsi (Sumbar,

Kalbar, Kalsel dan Kaltim).

5)

Penilaian dan pembinaan rencana kerja I UPHHK.

6)

Monev dan verifikasi ijin-ijin daerah

7)

Fasilitasi proses seleksi permohonan I UPHHK dan penerbitan SK I UPHHK Hutan

Alam.

d.

Pengembangan Hutan Tanaman (termasuk HTR)

Fokus kegiatan ini ditujukan membina 9,31 juta ha hutan produksi yang dikelola

oleh 214 I UPHHK Hutan Tanaman, dalam rangka terwujudnya peningkatan kinerja

pemegang I UPHHK-HT menuju sistem pengelolaan hutan produksi lestari yang

berorientasi pada keseimbangan produksi, lingkungan dan sosial, serta

mendorong terlaksananya pembangunan hutan tanaman seluas 500.000 ha yang

terdiri dari HTI seluas 300.000 ha dan HTR seluas 200.000 ha.

Kegiatan Ditjen BPK yang tercakup dalam fokus kegiatan Pengembangan hutan

tanaman, antara lain :

1)

Regulasi Peraturan perundangan/ pedoman di bidang pembangunan HT.

2)

Fasilitasi perijinan pembangunan HT.

3)

Perencanaan HT.

4)

Fasilitasi pemberian perijinan peralatan.

5)

Fasilitasi restrukturisasi HTI .

6)

Pengembangan pembangunan HT kerjasama dengan I TTO.

7)

Pembinaan, pengendalian, pengawasan, monitoring dan evaluasi HT.

8)

Penilaian kinerja unit manajemen HT.

9)

Sosialisasi pembangunan HTR.

10)

Pembinaan/ pendampingan pembangunan HTR.

11)

Pembangunan kebun benih untuk mendukung HTR.

e.

Restrukturisasi I ndustri Primer Kehutanan


(28)

21

Fokus kegiatan ini ditujukan dalam rangka rasionalisasi industri kehutanan sesuai

bahan baku yang tersedia di wilayah-wilayah tertentu dan mengembangkan

I ndustri Primer Hasil Hutan (I PHH), produk bernilai tinggi dan pemasaran hasil

hutan yang kompetitif, dengan sasaran produksi industri pengolahan hasil hutan

meningkat sebesar 5% , dan mampu bersaing di pasar global. I ndustri primer

dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan bahan baku sebesar 5% .

Kegiatan Ditjen BPK yang tercakup dalam fokus kegiatan restrukturisasi industri

primer kehutanan, antara lain :

1)

Pemolaan I ndustri Primer Hasil Hutan.

2)

I nventarisasi I PHHBK 10 Provinsi (Jabar, Jateng, Jatim, Kalbar, Kaltim, Kalteng,

Kalsel, Sulsel, Sulteng, Lampung).

3)

Fasilitasi perizinan industri primer hasil hutan.

4)

Pembinaan pengendalian bahan baku I PHHK.

5)

Pembinaan dan pengendalian produksi I PHHK.

6)

Penilaian kinerja I PHH.

7)

Pembinaan dan pengembangan pemasaran hasil hutan.

8)

Pemberdayaan industri kecil dan menengah (UKM).

f.

Pendukung Fokus Kegiatan (Perencanaan, Pembinaan dan Pengendalian

Pengelolaan Hutan Produksi Lestari)

Kegiatan Pendukung ditujukan dalam rangka memfasilitasi terlaksananya

fokus-fokus kegiatan, sehingga kinerja Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan

meningkat.

Kegiatan yang tercakup dalam pendukung fokus kegiatan, antara lain :

1)

Penyusunan Program dan Rencana Kerja.

2)

Pemantauan dan Evaluasi Kegiatan.

3)

Penguatan Kelembagaan Ditjen BPK (Pusat dan UPT).

4)

Pembinaan Hukum dan Kehumasan.

5)

Pengadaan/ pemeliharaan sarana-prasarana (peralatan kantor, gedung/ rumah

negara, kendaraan, dll).


(29)

2. PROGRAM PENERAPAN KEPEMERI NTAHAN YANG BAI K

Program Penerapan Kepemerintahan Yang Baik (Rutin), sebagai pendukung

keterlaksanaan tugas pokok dan fungsi unit kerja Ditjen BPK, yaitu :

a.

Pengelolaan Gaji, Honorarium dan Tunjangan Pegawai (Pusat & UPT BPPHH).

b.

Penyelenggaraan Operasional Perkantoran.

c.

Perawatan Sarana-Prasarana Kantor.

d.

Perawatan Kendaraan Roda-4 dan Roda-2.

e.

Administrasi Umum (Operasional kantor).

f.

Layanan Program Anggaran, dan Kerjasama Teknik.

g.

Pembinaan Pegawai Ditjen BPK.

h.

Pembinaan/ koordinasi dan pengawasan pelaksanaan kegiatan.

Dalam rangka formulasi program dan fokus-fokus kegiatan Ditjen BPK yang terintegrasi

dalam rangka mendukung kebijakan prioritas dan mencapai sasaran strategis yang telah

ditetapkan, maka perlu ditetapkan sasaran, indikator tahunan dan penanggungjawab

pelaksanaannya sebagaimana diuraikan dalam bentuk Matriks rencana Kerja Ditjen BPK

Tahun 2008, terlampir.

Dalam operasionalisasi (pelaksanaan) fokus-fokus kegiatan Ditjen BPK, perlu diusahakan

terciptanya sinergitas antara Pusat, UPT dan Daerah (Dinashut Provinsi) sehingga dapat

berjalan secara efektif dan efisien sekaligus dapat meningkatkan kapasitas kelembagaan

kehutanan di daerah.


(30)

23

V. PENUTUP

Rencana Kerja Kementerian/ Lembaga (RENJA-KL) Direktorat Jenderal Bina Produksi

Kehutanan Tahun 2008 berlaku sejak tanggal 1 Januari 2008 hingga 31 Desember 2008.

RENJA-KL Ditjen BPK tahun 2008 ini merupakan arahan dan acuan pelaksanaan tugas

bagi unit-unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan. Setiap

unit kerja agar segera menyusun langkah-langkah persiapan pelaksanaannya agar

RENJA-KL Ditjen BPK Tahun 2008 ini dapat diwujudkan secara optimal.

Keberhasilan pelaksanaan RENJA-KL Ditjen BPK Tahun 2008 akan sangat tergantung

pada kesungguhan jajaran Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan serta peran aktif

masyarakat dalam mengimplementasikan rencana-rencana kegiatan yang telah

ditetapkan sebagaimana tertuang dalam RENSTRA DI TJEN BPK 2005-2009

(PENYEMPURNAAN).

Dengan demikian pada akhirnya hasil pelaksanaan kegiatannya mampu memberikan

hasil pembangunan yang optimal yang dapat dirasakan semua pihak.


(31)

1

MATRI KS RENJA- KL DI REKTORAT JENDERAL BI NA PRODUKSI KEHUTANAN TAHUN 2008

1.

Kebijakan Prioritas : Pemberantasan Pencurian Kayu di Hutan Negara dan Perdagangan Kayu I llegal

RENSTRA DEPHUT

2005-2009 RENJA TAHUN 2008

No.

Sasaran Kegiatan Pokok Sasaran I ndikator Keluaran Ditjen BPK Kegiatan (Outcome) Hasil Kegiatan Rinci Keluaran (output) Pelaksana

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

PROGRAM PEMANTAPAN PEMANFAATAN POTENSI SUMBER DAYA HUTAN

1. Penertiban

Peredaran Hasil Hutan - Menurunnya kegiatan iilegal logging, tertibnya pengukuran dan pengujian serta peredaran hasil hutan di 18 Wilayah BP2HP

1.Pengendalian

PHH dan Penertiban I llegal Logging

- Terbangunnya sistem PUHH dalam rangka PHPL dan peningkatan penerimaan negara bukan pajak

- I mplementasi SI -PUHH dan PU PSDH/ DR berbasis teknologi informasi (online) di Pusat, Daerah dan Unit Manajemen, 14 Prov./ 28 Kab/ 26 I UPHHK/ 19 I PHHK/ 11 BP2HP

- Mengamankan hak-hak negara dan menjamin kayu beredar legal

- Dit. BI KPHH

- BP2HP

- Dinashut

Provinsi/ Kab.

- UM I UPHHK

- Terkendalinya produksi dan termonitornya pungutan PNBP di 18 Wilayah BP2HP

- Pengawasan/ monev

distribusi penggunaan blanko dokumen angkutan Hasil Hutan

- Tertib peredaran hasil hutan

- Dit. BI KPHH

- BP2HP

- Audit peredaran hasil hutan

- Tertib peredaran hasil hutan, kepatuhan teknis dan hukum

- Dit. BI KPHH

- Pengadaan dokumen/ sarana pendukung legalitas peredaran hasil hutan (SKSKB, SKAU, Faktur dll.)

- Tertib peredaran hasil hutan, tersedianya data peredaran hasil hutan.

- Dit. BI KPHH Tidak terjadi

pelanggaran tata usaha hasil hutan I ndikator Strategis : - Data administratif aliran hasil hutan sesuai dengan data fisik/ penerimaan iuran kehutanan. -Tidak ada kebocoran PNBP kehutanan, dan PNBP kayu meningkat sebesar 10%

1.Data administratif

penerimaan aliran hasil hutan sesuai dengan data fisik/ penerimaan iuran kehutanan.

2. Tidak ada kebocoran PNBP kehutanan, dan PNBP sector kehutanan (PSDH/ DR) meningkat

- Penataran/ penyiapan

personil saksi ahli/ tenaga ahli dalam proses yustisi illegal

- Tersedianya tenaga pegawai sebagai saksi ahli


(32)

2

RENSTRA DEPHUT

2005-2009 RENJA TAHUN 2008

No.

Sasaran Kegiatan Pokok Sasaran I ndikator Keluaran Ditjen BPK Kegiatan (Outcome) Hasil Kegiatan Rinci Keluaran (output) Pelaksana

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

- Sosialisasi penertiban

hasil hutan illegal

- Kesamaan persepsi PUHH

- Dit. BI KPHH

- Mengoptimalkan Tugas

Penyidik Kehutanan (PPNS)

- Tugas PPNS berjalan

- Dit. BI KPHH

- Peningkatan

pengawasan pelaksanaan PUHH

- PUHH tertib - BP2HP.VI I

- Dinashut Provinsi

- Pembuatan/

Penyempuirnaan peraturan PUHH

- Tersedianya peraturan PUHH

- Dit. BI KPHH

- Penanganan kasus,

pengukuran dan pengujian HH illegal/ tangkapan

- Data HH illegal akurat

- Dit. BI KPHH

- BP2HP

- Dinashut

Provinsi

- Monev illegal logging

dan monev hasil lelang hasil hutan illegal

- Data dan informasi hasil lelang

- Dit. BI KPHH

- BP2HP

- Dinashut

Provinsi

2. Pengembangan

sertifikasi dan pengujian hasil hutan

- Pengujian Hasil Hutan

dilaksanakan sesuai ketentuan

- Diklat TOT Pengujian

HH

- Tersedianya tenaga PPHH-BK

- Dit. BI KPHH

- BP2HP

- Diklat PPHH-BK - Tersedianya

tenaga I nstruktur Diklat PPHH-BK

- BP2HP

- Penyegaran Tenaga

PPHH yang ada di BP2HP

- Meningkatnya pengetahuan Tenaga PPHH

- BP2HP

- Penilaian kinerja, alat

dan metoda pengujian

- Data dan informasi yang digunakan dalam pengujian HH


(33)

16

RENSTRA DEPHUT

2005-2009 RENJA TAHUN 2008

No.

Sasaran Kegiatan Pokok Sasaran I ndikator Keluaran Ditjen BPK Kegiatan (Outcome) Hasil Kegiatan Rinci Keluaran (output) Pelaksana

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

3. Optimalisasi

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

-Meningkatnya penerimaan negara bukan pajak dari sektor kehutanan (PSDH/ DR)

- Penyelesaian tunggakan PSDH/ DR

- Terlunasinya tunggakan PSDH/ DR

- Dit. BI KPHH

- I ntensifikasi PNBP - Terpungutnya

PNBP secara optimal

- Dit. BI KPHH

- BP2HP

- Dinashut

Provinsi

- Pembayaran PSDH/ DR

oleh WB secara online menggunakan referensi 15 digit

- Diterimanya DBH oleh daerah penghasil tepat waktu

- Dit. BI KPHH

- BP2HP

- Dinashut

Provinsi

- Monev PNBP (I UPHHK,

PSDH/ DR)

- Terkumpulnya

data PNBP yang up date

- Dit. BI KPHH

- BP2HP

- Dinashut

Provinsi

- Sosialisasi peraturan/

ketentuan PSDH/ DR

- Adanya

persamaan persepsi dalam menerapkan ketentuan PNBP

- Dit. BI KPHH

- Survey harga pasar

untuk harga patokan hasil hutan

- Diperolehnya

harga patokan hasil hutan dengan berkeadilan

- Dit. BI KPHH

- Penataran/ Penyegaran

tenaga penagih I UPHHK/ PSDH/ DR

- Tercukupinya

tenaga pejabat penagih yang berkualifikasi


(34)

4

2.

Kebijakan Prioritas : Revitalisasi Sektor Kehutanan, Khususnya I ndustri Kehutanan

RENSTRA DEPHUT

2005-2009 RENJA TAHUN 2008

No.

Sasaran Kegiatan Pokok Sasaran I ndikator Keluaran Kegiatan

Ditjen BPK

Hasil

(Outcome) Kegiatan Rinci

Keluaran

(output) Pelaksana

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

PROGRAM PEMANTAPAN PEMANFAATAN POTENSI SUMBER DAYA HUTAN

2. Pengelolaan kawasan hutan yang tidak dibebani hak/ ijin pemanfaatan 1.Tersedianya peraturan perundangan/ pedoman tentang alokasi lahan untuk PHP dan

Perencanaan Hutan

- Terbitnya keputusan Menteri tentang tata cara penerbitan I UPHHK-HA/ HT/ HTR/ Restorasi Ekosistem sebagai tindak lanjut PP No.6/ 2007 (Revisi), 4 Judul

1.Perencanaan dan Penyiapan Unit Kelola Pemanfaatan HP

- Menurunnya perambahan dan kegiatan illegal logging di kawasan HP serta

meningkatnya produktivitas HP dan penerimaan negara

- Koordinasi dan sinkronisasi peraturan perundang-undangan terkait I UPHHK-HA/ HT/ HTR/ Restorasi Ekosistem sebagai tindak lanjut PP No.6/ 2007 (Revisi)

- Peraturan perundang-undangan mengenai perijinan pemanfaatan hutan produksi

- Dit. BPHA - Dit. BRPHP - Dit. BPHT - PUSDAL - Dinashut

Provinsi

2.Terkelolanya

kawasan hutan produksi dalam bentuk I UPHHK HA/ HT,HTR seluas 4 juta Ha (20 % )

- Terbitnya SK I UPHHK HA/ HT (20 unit) dan HTR 93.000 unit

- Sosialisasi peraturan perundang-undangan terkait I UPHHK-HA/ HT/ HTR/ Restorasi Ekosistem sebagai tindak lanjut PP No.6/ 2007 (Revisi)

- Tersosialisasinya peraturan perundang-undangan terkait terkait I UPHHK-HA/ HT/ HTR/ Restorasi Ekosistem sebagai tindak lanjut PP No.6/ 2007 (Revisi)

- Dit. BRPHP - Setditjen BPK Terkelolanya

kawasan hutan bekas HPH dan HPHTI / HTI I ndikator Strategis : - Deregulasi Pengelolaan Hutan Alam - Sebanyak

50 % dari luas kawasan hutan bekas HPH dan HPHTI yang tidak dibebani hak (21 juta ha) dikelola kembali dalam bentuk I UPHHK HA/ HT/ HTR dan I UPHHBK

- Pemolaan

pemanfaatan hutan produksi

- Tersusunnya pola pemanfaatan HP di 3 propinsi (NTT, Sulbar dan Bengkulu)

- Dit. BRPHP - Dinashut

provinsi

- Survey

potensi/ observasi lapangan areal HP

”open akses”

- Data dan informasi areal untuk usaha pemanfaatan HP

- Dit. BRPHP - Dinashut


(35)

5

RENSTRA DEPHUT

2005-2009 RENJA TAHUN 2008

No.

Sasaran Kegiatan Pokok Sasaran I ndikator Keluaran Kegiatan

Ditjen BPK

Hasil

(Outcome) Kegiatan Rinci

Keluaran

(output) Pelaksana

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2.Pengembangan

Data dan I nformasi SDH Hutan Produksi

Data alokasi pemanfaatan kawsan HP

- Penyiapan informasi

kawasan HP ”open

akses”

- Kawasan HP “open akses” telah ada pemegang izin I UPHHK-HA/ HT/ HTR/ Restorasi Ekosistem

- Dit. BRPHP - Dit. BPHA - Baplan

3.Tersedianya

kepastian hukum atas ijin-ijin daerah, sementara, I PP, perpanjangan dan ijin lainnya

- Terbitnya SK pembaruan ijin daerah, ijin definitif I UPHHK HA/ HT 3.Penataan Pemanfaatan Hutan Produksi Tertatanya kawasan HP sesuai pemanfaatannya.

- I dentifikasi dan pemetaan kawasan HP yang tidak dibebani hak/ ijin pemanfaatan

- Data dan peta calon lokasi (luas & potensi) di 5 propinsi seluas 4 juta ha

- Dit. BRPHP - Dinashut

Provinsi

- Pengawasan dan

pengamanan areal HP yang tidak dibebani hak/ ijin pemanfaatan

- Terjaganya stabilitas areal eks HPH/ I UPHHK

- Dinashut Provinsi

- Penataan areal eks.HPH/ I UPHHK-HA/ HT maupun areal yang baru dalam bentuk KPH

- Tertatanya kawasan-kawasan HP dalam unit-unit manajemen

- Dit. BRPHP - Dinashut

Provinsi

4.Tersedianya RKU,

RKL sebagai dasar operasional UPHHK di 300 unit manajemen

- Terbitnya Permenhut tentang

pengesahan RKU I UPHHK

4.Penyiapan Areal dan Unit Kelola UPHHK HA/ HT

- Terbentuknya unit manajemen I UPHHK HA/ HT

- Monev dan verifikasi ijin-ijin daerah dan non kayu

- Data dan informasi ijin-ijin daerah dan non kayu

- Dit. BRPHP - Dit. BPHA - Dit. BPHT - Dit. BPPHP - Proses seleksi

permohonan I UPHHK-HA/ HT

- Data dan informasi mengenai peminat I UPHHK

- Dit. BRPHP - Dinashut

Provinsi - Fasilitasi penerbitan SK

I UPHHK HTR oleh Pemda

- Dinashut Provinsi - Penilaian dan

pembinaan rencana kerja I UPHHK

- Penyiapan konsep penilaian dan pengesahan

- Dit. BRPHP - Dit. BPHA


(36)

6

RENSTRA DEPHUT

2005-2009 RENJA TAHUN 2008

No.

Sasaran Kegiatan Pokok Sasaran I ndikator Keluaran Kegiatan

Ditjen BPK

Hasil

(Outcome) Kegiatan Rinci

Keluaran

(output) Pelaksana

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

- Pelatihan pelaksanaan PSAK-32 5.Terlaksananya penguatan kapasitas SDM Dephut dan Pemegang I UPHHK di 300 unit manajemen - Tersedianya tenaga dibidang pelayanan investasi, keuangan dan tenaga kerja I UPHHK 5.Pembinaan Kapasitas Kelembagaan dan I nvestasi UPHHK

- Sosialisasi penyiapan pelaksanaan dana jaminan kinerja pemanfaatan hutan produksi

- SDM yang kompeten di bidang pelayanan investasi, keuangan dan tenaga kerja I UPHHK

- Dit. BRPHP

- Sosialisasi kebijakan pemanfaatan hutan

- Persamaan persepsi antar stakeholder

- Dit. BRPHP - Setditjen BPK - Sosialisasi dan promosi

percepatan investasi di kawasan HP

- Munculnya dukungan dari Pemda dan meningkatnya minat investor di sektor kehutanan

- Dit. BRPHP - Dinashut

Provinsi

3. Pengelolaan

Pemanfaatan Hutan Produksi Alam

- Sebanyak 30 unit I UPHHK mendapat sertifikat PHAPL mandatory 1.Pembinaan dan Pengendalian Kelola Sosial/ Kemitraan, Lingkungan dan Produksi Hutan Alam

- Ada

HPH/ I UPHHK-HA/ HT yang mampu melaksanakan PHL

- Penilaian kinerja I UPHHK-HA/ HT oleh LPI

- Dari 30 unit I UPHHK-HA/ HT berkinerja baik ada yang mendapat sertifikat mandatory

- Dit. BPHA - Dit. BPPHP - Dinashut

Provinsi

- Pembinaan dan pengendalian produksi hasil hutan

- Pembinaan dan pengendalian kelola sosial) Tercapainya pengelolaan hutan lestari I ndikator Strategis : Sebanyak 60 pemegang I UPHHK HA dan HT memiliki sertifikat mandatory dan mampu menyelenggara -kan pengelolaan hutan secara lestari

1. Sebanyak 30 unit I UPHHK di 5 Provinsi (Kaltim, Papua Barat, Kalteng, Papua, Maluku Utara) memiliki sertifikat PHAPL mandatory serta berproduksi secara lestari

- Pembinaan dan pengendalian kelola lingkungan

- Data dan informasi pelaksaan pembinaan, pencabutan izin, pengenaan sanksi dan perijinan peralatan


(37)

7

RENSTRA DEPHUT

2005-2009 RENJA TAHUN 2008

No.

Sasaran Kegiatan Pokok Sasaran I ndikator Keluaran Kegiatan

Ditjen BPK

Hasil

(Outcome) Kegiatan Rinci

Keluaran

(output) Pelaksana

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

- Pemantauan

Pemanfaatan Hutan Produksi Alam

- Data dan informasi hasil pemantauan pemanfaatan hutan produksi alam

- BP2HP

- Penyusunan rancangan

teknis PUMSHP

- Rancangan teknis PUMSHP

- Dit. BPHA - Dinashut

Provinsi - Fasilitasi revitalisasi

BUMN

- Dit. BPHA - Pengembangan SI M

PHAPL

- Rekomendasi penerbitan sertifikat PHAPL Mandatory

- Dit. BPHA

- 60 unit manajemen melaksanakan sistem sivikultur intensif (11 Provinsi) 2. Fasilitasi/ pendampingan Silvikultur I ntensif

- Meningkatnya produktivitas dan kelestarian pemanfaatan HP Alam

- Fasilitasi/ Pendampingan pelaksanaan sistem silvikultur intensif di 60 UM

- Ada 60 unit manajemen melaksanakan sistem sivikultur intensif (11 Provinsi)

- BPK - RLPS - Litbang

- Sosialisasi dan desiminasi, workshop

- Ada dukungan Pemda dan para pihak

- BPK - Pusdal - Dinashut 2. Terbangunnya

Model

Rehabilitasi hutan produksi alam sebanyak 64 unit

- 4 unit model unit manajemen meranti di 4 Prov. (Sumbar, Kalbar, Kalsel, Kaltim) 3. Pengembangan Unit Manajemen Hutan Tanaman Meranti

- Meningkatnya produktivitas dan kelestarian pemanfaatan HP Alam

- Pengamanan kawasan Model UMHM

- 4 unit model unit manajemen meranti di 4 Prov. (Sumbar, Kalbar, Kalsel, Kaltim) aman

- Dinashut Provinsi

- Pengkayaan dan

pemeliharaan tegakan

- Data dan

informasi tegakan - BPK - Litbang - Kajian kelembagaan

model

- Bentuk

kelembagaan dan persiapan alih

- BPK - Dinashut


(38)

8

RENSTRA DEPHUT

2005-2009 RENJA TAHUN 2008

No.

Sasaran Kegiatan Pokok Sasaran I ndikator Keluaran Kegiatan

Ditjen BPK

Hasil

(Outcome) Kegiatan Rinci

Keluaran

(output) Pelaksana

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

- Pelatihan tenaga teknis - Penguasaan alih

teknologi bagi tenaga teknis

- Litbang

- Penelitian dan pengembangan tanaman Meranti

- Data dan informasi pertumbuhan meranti

- Litbang

- Sosialisasi, desiminasi dan workshop

- Dukungan Pemda dan para pihak di 4 Provinsi

- BPK - Dinashut

Provinsi - Pusdal

4. Pengembangan Hutan

Tanaman I ndustri dan Hutan Tanaman Rakyat 1.Tersedianya peraturan perundangan/ pedoman di bidang pembangunan HT

- Terbitnya peraturan perundangan yang mendukung pembangunan HT 1. Penyusuan Peraturan perundangan/ pedoman di bidang PHT

- Tersedianya peraturan/ pedoman PHT

- Penyusunan peraturan perundangan/ pedoman dibidang HT

- Peraturan/ pedoman di bidang HT

- Dit. BPHT - Setditjen Terwujudnya hutan tanaman yang produktif I ndikator Strategis : - Deregulasi pembanguna n HT

- Luas hutan

tanaman bertambah menjadi 5 juta dengan potensi 100 m3/ ha - Peningkatan penyerapan tenaga kerja dalam HT sebesar 7 %

2.Terwujudnya hutan tanaman

di 20 Propinsi

- Realisasi tanaman bertambah 500.000 Ha yang terdiri dari HTI seluas 300.000 Ha dan HTR seluas 200.000 Ha

2. Perencanaan Pengembangan Hutan Tanaman

- Meningkatnya produktivitas HP yang tidak produktif, memperluas kesempatan berusaha dan menurunkan kemiskinan masyarakat setempat dan perbaikan kualitas lingkungan - Ditetapkannya pemegang I UPHHK-HT/ HTR

- Terbitnya SK I UPHHK-HTI / HTR

- Ditjen BPK - Dinashut


(1)

Pengelolaan Keuangan

Administrasi Keuangan

admnistrasi keuangan DI PA (Pusat, UPT dan Dinashut Provinsi)

pembinaan

- Penyusunan laporan Keuangan (SAI )

- Laporan SAI - Setditjen BPK

jawaban penggunaan dana sesuai ketentuan perundangan yang berlaku

- Pelatihan Pengelolaan Keuangan, 2 angkatan

- Laporan pelaksanaan pelatihan, 2 angkatan

- Setditjen BPK pengelolaan

keuangan Negara secara tetib

keuangan terlaksana secara tertib dan optimal

- Penyelesaian tindak lanjut LHP

- Laporan penyelesaian tindak lanjut LHP

- Setditjen BPK

4.Pengembangan

Organisasi dan Ketatalaksanaan

1.Pengembangan kelembagaan

- Penyusunan tata hubungan kerja lingkup Ditjen BPK (Pusat dan UPT)

- Buku tata hubungan kerja

- Setditjen BPK - Beban tugas

BPK dalam pelayanan kepada masyarakat lebih efektif dan produktivitas

- Sosialisasi organisasi dan ketatalaksanaan Ditjen BPK

- Kesepahaman antar unit kerja BPK

- Setditjen BPK

- Fasilitasi

pembentukan UPT Baru Ditjen BPK (I rjabar)

- UPT BP2HP Prov. I rjabar

- Setditjen BPK - Setjen - Tersusunnya

Organisasi, Tupoksi dan Tata Hubungan Kerja Ditjen BPK lebih efektif

- Meningkatnya fungsi pelayanan unit kerja kepada masyarakat

- Penyusunan/ penyempurnaan uraian jabatan struktural &fungsional

- Buku harian jabatan

- Setditjen BPK

- Menyusun prosedur kerja dan pelayanan prima (perijinan) satu pintu, 1 paket


(2)

- Melakukan evaluasi kinerja unit kerja Ditjen BPK

- Laporan hasil evaluasi

- Setditjen BPK

- Pembinaan organisasi dan ketatalaksanaan Ditjen BPK

- Laporan hasil pembinaan

- Setditjen BPK

2 1.Pembinaan

Hukum dan Humas BPK

- Kegiatan BPK terlaksana dengan tertib

- Penyusunan

peraturan perundang-undangan bidang BPK (Kepmenhut, Kepdirjen)

- Peraturan/ ketentuan bidang BPK

- Setditjen BPK - Biro Hukum

- Sosialisasi peraturan perundangan bidang BPK, 33 Prov.

- Laporan hasil sosialisasi

- Setditjen BPK

- Penanganan

kasus-kasus/ bantuan hukum bidang BPK

- Laporan penyelesaian kasus

- Setditjen BPK - Tersedianya

peraturan perundangan bidang BPK

- Kegiatan BPK dapat berjalan sesuai peraturan perundangan

- Evaluasi pelaksanaan peraturan/ ketentuan Permenhut/ Dirjen.

- Laporan hasil evaluasi

- Setditjen BPK 1.Pembinaan

Hukum dan Peraturan perundangan

- Penyebarluasan informasi kegiatan BPK, 2 judul

- Buku data dan informasi kegiatan BPK

- Setditjen BPK Tercapainya

penegakan hukum dalam penanggu-langan kejahatan kehutanan secara efektif I ndikator Strategis :

- Produk hukum

bidang kehutanan dapat diimplementas ikan secara efektif

- Penegakan

hukum dan peraturan perundangan bidang kehutanan diterapkan dengan tegas dan adil


(3)

PROGRAM PENERAPAN KEPEMERI NTAHAN YANG BAI K

- Penyusunan dan Pembahasan Program dan

Anggaran Bidang BPK, 57 Satker

- Terbitnmya dokumen Anggaran (DI PA/ RKA-KL, SRAA) untuk Satker Pusat, BPPHP dan Dinashut Provinsi

- Setditjen BPK - BP2HP - Dinashut

Prov. 1. 1.Pengembangan

Rencana dan Penganggaran Pembangunan Kehutanan.

- Terlaksananya kegiatan BPK sesuai yang ditetapkan Pendukung fokus

1.Layanan program Anggaran, dan Kerjasama Teknik

- Kegiatan BPK dapat terlaksana sesuai dokumen anggaran yang sah

- Pengumpulan data rencana kegiatan dan anggaran (pusat, UPT dan Dinashut Prop,) 57 Satker

- Usulan rencana kegaiatan dan anggaran (RKA-KL)

- Setditjen BPK

- Pembahasan

Kerjasama Teknis

- Buku Kerja KT (blue book)

- Setditjen BPK

- Workshop/ Lokakrya/

Seminar hasil KT

- Rencana Aksi KT - Setditjen BPK

- Tersedianya dana, sarana dan prasarana untuk

mendukung pelaksanaan kegiatan BPK di 56 satuan kerja

- Monev Kerjasama Teknis

- Data dan informasi hasil kerjasma teknik

- Setditjen BPK

2.Pemantauan dan

Evaluasi Kegiatan

- Penyusunan LAKI P dan Akuntabiltas kegiatan BPK, 2 judul

- Data dan

informasi kegiatan

- Setditjen BPK

- Penyusunan Statistik

Ditjen BPK

- Data Statistik BPK - Setditjen BPK

Tersedianya dana, sarana, prasarana yang proporsional untuk mendukung pembangunan kehutanan I ndikator Strategis :

- Pendanaan

pembangunan kehutanan sesuai dengan prioritas teralokasikan dengan benar dan sesuai dengan tata waktu

- Pengelolaan

dana kehutanan sesuai prioritas dan alokasi dana berjalan sesuai aturan

- Evaluasi kegiatan Ditjen BPK, 57 Satker

- Laporan pelaksanaan kegiatan


(4)

2.Pengembangan Urusan Umum

- Kegiatan perkantoran dapat berjalan efektif

1.Penyelenggaran Operasional Perkantoran

- Kegiatan perkantoran bejalan efektif dan optimal

- Penyelenggaraan admiistrasi keuangan

- Pelaksanaan pengeolaan keuangan tertib

- Setditjen BPK

- Pembinaan SAI - Data dan

informasi keuangan

- Setditjen BPK

- Pembinaan umum

unit kerja lingkup Ditjen BPK

- Pelayan umum berjalan tertib

- Setditjen BPK -

Terselenggara-nya kegiatan perkantoran pada unit kerja lingkup Ditjen BPK

- Pengujian, verifiikasi dan penerbitan SPM

- Tagihan atas beban keangan Negara tepenuhi

- Setditjen BPK

2.Pengelolaan Gaji - Pembayaran

gaji tepat waktu.

- Pengelolaan Gaji dan Honor

- Dokumen pembayaran gaji

- Setditjen BPK

3.Pengadaan

Perlengkapan Kantor

- Fungsi pelayanan berjalan

- Pengadaan ATK, barang cetakan dan alat-alat rumah tangga.

- Tersedia ATK, cetakan

kebutuhan kantor

- Setditjen BPK

4.Perawatan

sarana prasarana

-

Sarana-prasarana dapat berfungsi dengan baik

- Perbaikan peralatan kantor (komputer, mesin tik, inventaris kantor dll.)

- Barang inventaris kantor berfungsi baik

- Setditjen BPK

- Perawatan Kendaraan Bermotor Roda 4 dan 2

- Barang inventaris kantor berfungsi baik

- Setditjen BPK

- Sarana

prasarna pendukung pembangunan kehutanan tersedia secara proporsional pada setiap instansi kehutanan puasat dan daerah

- Organisasi

dan tatalaksana kehutanan pusat dan daerah berjalan efektif dan responsip sesuai tuntutan pembangunan kehutanan pada setiap tingkatan

- Rehabilitasi Ruang Kerja lingkup Ditjen BPK

- Barang inventaris kantor berfungsi baik


(5)

Pengelolaan Keuangan

keuangan terlaksana secara tertib dan optimal

Administrasi Keuangan

admnistrasi keuangan DI PA (Pusat, UPT dan Dinashut Provinsi)

pengelolaan keuangan tertib pengelolaan

keuangan Negara secara

tetib - Penyusunan laporan

Keuangan (SAI )

- Laporan SAI - Setditjen BPK

jawaban penggunaan dana sesuai ketentuan perundangan yang berlaku

- Pelatihan Pengelolaan Keuangan

- Tersedianya tenaga pengelola keuangan

- Setditjen BPK

- Penyelesaian tindak lanjut LHP

- Penyelesaian temuan-temuan

- Setditjen BPK 2 1.Pembinaan

Hukum dan Peraturan perundangan

- Tersedianya peraturan perundangan bidang BPK

- Kegiatan BPK dapat berjalan sesuai peraturan perundangan

1.Pembinaan Hukum dan Humas BPK

- Kegiatan BPK terlaksana dengan tertib

- Penanganan kasus-kasus/ bantuan hukum bidang BPK

- Penyelesaian kasus-kasus/ bantuan hukum bidang BPK

- Setditjen BPK Tercapainya

penegakan hukum dalam penanggulanga natan

kehutanan secara efektif I ndikator Strategis :

- Produk hukum

bidang kehutanan dapat diimplementas ikan secara efektif - Penegakan

hukum dan peraturan perundangan bidang kehutanan diterapkan dengan tegas dan adil


(6)

3. 1.Pengelolaan SDM Kehutanan

Kesetaraan Gender

- Kinerja Ditjen BPK meningkat

1.Pembinaan

Pegawai Ditjen BPK

- Kualitas dan kuantitas pegawai Ditjen BPK

proporsional

- Pengelolaan Administrasi Kepegawaian

- Adminsitrasi kepegawaian Ditjen BPK tertib

- Setditjen BPK

- Pembinaan

Kepegawaian

- Meningkatnya disiplin Pegawai Ditjen BPK

- Setditjen BPK - Terwujudnya

kapasitas dan kualitas pegawai Ditjen BPK yang professional

- Penilaian Angka Kredit Jabatan Fungsional

- Meningkatnya kinerja tenaga fungsional

- Setditjen BPK

- Penanganan

kasus-kasus pegawai Ditjen BPK

- Laporan

penyelesain kasus-kasus pegawai

- Setditjen BPK

- Pelatihan TOT bagi Pejabat BP2HP

- Tersedia tenaga manajerial

- Setditjen BPK Terwujudnya

SDM yang berkualitas, kompeten, serta proporsional I ndikator Strategis :

- Misi dan

program kehutanan dapat berjalan dengan benar dan tercapay

- Tercapainya

kesetaraan hak dan kewajiban bagi seluruh SDM

kehutanan - Pengembangan SI M

Kepegawaian Ditjen BPK

- Data dan I nformasi Kepegawaian secara elektronik