13 dan efektivitas pelaksanaan teknis
lapangan; b.
Menyusun Petunjuk Teknis Juknis Penanganan
Gangguan Usaha
Perkebunan dengan mengacu kepada Juklak yang dibuat oleh Dinas yang
membidangi perkebunan Provinsi dan Pedum
yang disusun
Direktorat Jenderal Perkebunan. Juknis tersebut
disampaikan ke
Dinas yang
membidangi perkebunan di Provinsi dengan tembusan kepada Direktorat
Jenderal Perkebunan cq. Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha di
Jakarta;
c. Melakukan pembinaan, pengawalan
dan pendampingan
ke lokasi
kegiatan; d.
Menyusun dan menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan
kepada Direktur Jenderal Perkebunan cq.
Direktorat Pascapanen
dan Pembinaan Usaha.
V. MONITORING, EVALUASI
DAN PELAPORAN
Monitoring dilakukan secara berkala setiap 1 satu bulan dan hasilnya
dilaporkan kepada Direktorat Jenderal Perkebunan, Gubernur dan instansi
terkait setiap 3 tiga bulan.
14
VI. PEMBIAYAAN
Pembiayaan pelaksanaan kegiatan Fasilitasi, Inventarisasi, Identifikasi, dan
Penanganan Kasus
Ganguan Usaha
Perkebunan bersumber dari dana APBN Tugas
Pembantuan TP
Direktorat Jenderal Perkebunan yang ditampung
dalam DIPA Tugas Pembantuan Dinas Provinsi yang menangani Perkebunan
Tahun 2013.
Adapun Komponen Biaya dari kegiatan tersebut sebagai berikut:
Belanja Bahan : - Adm, Pengiriman Surat, Foto Copy
dan lain-lain; - ATK dan bahan komputer
- Biaya Pulsa, Telp, Fax, Internet. - Penyusunan
dan Pembahasan
Laporan; - Pencetakan laporan.
Belanja Barang Non Operasional :
- Dalam rangka
pelaksanaan pertemuan;
- Bantuan transport peserta.
Belanja Perjalanan Lainnya :
- Dalam rangka Fasilitasi, inventarisasi, identifikasi dan penanganan gangguan
15 usaha perkebunan petugas provinsi ke
kabupaten; - Dalam rangka Fasilitasi, inventarisasi,
identifikasi dan penanganan gangguan usaha perkebunan petugas kabupaten
ke lokasi;
- Dalam rangka koordinasi ke pusat.
VII. PENUTUP
Pedoman ini merupakan acuan secara umum yang perlu dijabarkan lebih
lanjut dalam
bentuk Petunjuk
Pelaksanaan Juklak dan Petunjuk Teknis Juknis yang lebih operasional.
Diharapkan dengan
pedoman ini
pelaksanaan kegiatan tersebut dapat terlaksana sesuai dengan tujuan dan
sasaran yang direncanakan.
16
PEDOMAN TEKNIS FASILITASI, INVENTARISASI, IDENTIFIKASI,
DAN PENANGANAN KONFLIK USAHA PERKEBUNAN
I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Perkembangan perkebunan besar yang membuka lahan secara besar-
besaran dengan mengkonversi hutan tropika basah dan hutanlahan
pasang surut telah memunculkan kritik internasional yang dikaitkan
dengan kerusakan lingkungan hidup antara lain hilangnya biodiversitas,
menurunnya fungsi hidro-orologis daerah
aliran sungai,
dan menyusutnya habitat satwa liar,
terjadinya kebakaran lahan dan hutan. Di samping itu terjadi pula
konflik antar generasi dan konflik antara manusia dengan satwa dan
fauna serta konflik antara perkebunan
besar dengan
masyarakat dan
konflik antara
perusahaan perkebunan
dengan perusahaan lainnya.
17 Konflik dengan masyarakat danatau
perusahaan ini
menimbulkan berbagai bentuk konflik baik yang
berkaitan lahan maupun non lahan. Konflik berpengaruh pada penurunan
yang terjadi dalam pengusahaan perkebunan bukan hanya merugikan
kelangsungan usaha perkebunan itu sendiri,
melainkan berpengaruh
pada minat investasi, tetapi juga dapat memberikan dampak yang
lebih besar
yaitu dapat
menimbulkan disintegrasi
sosial. Konflik
dalam lingkungan
perkebunan besar memiliki karakter multidimensi
yaitu ekonomi,
politik, hukum, sosial, lingkungan dan juga internasional. Oleh karena
itu, penyelesaian konflik ini menjadi sangat strategis dalam rangka
pemulihan kondisi sebagaimana yang terjadi saat ini.
Untuk meminimalisir
konflik perkebunan, maka perlu dilakukan
fasilitasi, inventarisasi, identifikasi dan
Penanganan Konflik
Perkebunan.
18
b. Sasaran Nasional
Terfasilitasinya Inventarisasi,
Identifikasi, dan Penanganan Kasus Konflik Perkebunan.
c. Tujuan
Tujuan kegiatan
fasilitasi inventarisasi,
identifikasi, dan
penanganan konflik
perkebunan sebagai berikut:
1 Melakukan inventarisasi kondisi
jenis konflik perkebunan yang ada di daerah;
2 Mengupayakan
penyelesaian konflik
perkebunan dan
berkoordinasi dengan
instansi terkait;
3 Melakukan
pembinaan dan
sosialisasi baik
kepada perusahaan, petanipekebun dan
masarakat dalam
rangka pencegahanantisipasi
terhadap munculnya konflik perkebunan.
19
II. PENDEKATAN PELAKSANAAN