36 c.
Membuat Petunjuk Juklak kegiatan pertemuan koordinasi gangguan usaha
dan konflik perkebunan yang ada di daerahnya dengan mengacu Pedoman
Umum yang dibuat Direktorat Jenderal Perkebunan.
Juklak tersebut
disampaikan ke Dinas yang membidangi perkebunan di KabupatenKota dengan
tembusan kepada Direktur Jenderal Perkebunan.
V. MONITORING,
EVALUASI DAN
PELAPORAN
Untuk mengetahui perkembangan hasil pelaksanaan
kegiatan, diperlukan
monitoring dan pelaporan. Laporan hasil pertemuan disampaikan kepada Direktur
Jenderal Perkebunan, dan Gubernur yang bersangkutan.
VI. PEMBIAYAAN
Pembiayaan pelaksanaan kegiatan Pertemuan
Koordinasi Penanganan
Ganguan Usaha dan Konflik Perkebunan bersumber
dari dana
APBN Tugas
Pembantuan Direktorat
Jenderal Perkebunan yang ditampung dalam DIPA
Tugas Pembantuan Dinas Provinsi yang menangani perkebunan Tahun 2013.
37 Adapun Komponen Biaya dari kegiatan
tersebut adalah seperti berikut: Belanja Barang Non Operasional
lainnya - Transport Peserta Pertemuan Provinsi
Belanja Bahan - ATK dan bahan komputer
- Adm, pengiriman surat, foto-Copy dll - Penyusunan dan pembahasan laporan
- Penggandaan laporan - Spanduk
Honor yang terkait dengan outputn kegiatan
- Honor panitia Belanja jasa profesi
- Honor narasumber - Honor moderator
Belanja perjalanan lainnya - Dalam rangka Pelaksanaan Pertemuan
- Perjalanan narasumber pusat
VII. PENUTUP
Pedoman Umum kegiatan Pertemuan Koordinasi Penanganan Gangguan Usaha
dan Konflik Perkebunan ini merupakan acuan
secara umum
yang perlu
dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk Petunjuk
Pelaksanaan Juklak
dan Petunjuk Teknis Juknis yang lebih
38 operasional.
Diharapkan dengan
pedoman umum ini pelaksanaan kegiatan tersebut dapat terlaksana sesuai dengan
tujuan dan sasaran yang direncanakan.
39
PEDOMAN TEKNIS PEMANTAUAN, PENGAWASAN DAN FASILITASI
PENYELESAIAN MASALAH PIR-TRANSKKPA
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan perkebunan dengan Pola PIR-TRANS dimulai pada tahun
anggaran 19861987
yang pelaksanaannya berdasarkan Instruksi
Presiden Nomor I Tahun 1986 dan tata cara pelaksanaannya ditetapkan
melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 333KptsKB-
51061986.
Sedangkan Skim
pembiayaannya diatur dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia
Nomor : 1914KEPDIR.
Penyelenggaraan pembangunan
perkebunan dengan Pola PIR-TRANS diharapkan
dapat mendukung
berbagai sasaran
pembangunan, khususnya pengembangan wilayah,
mendukung program transmigrasi, mendorong
investasi dan
meningkatkan pendapatan
petanipekebun. Salah satu tolok ukur
keberhasilan pembangunan
perkebunan dengan Pola PIR adalah
40 konversi
atau pengalihan
kebun plasma dan sekaligus pengakuan
kredit kepada petani peserta. Pembangunan perkebunan dengan
Pola PIR-TRANS pada tahap awal, setiap unitnya dilaksanakan oleh
perusahaan inti yang mendapatkan izin prinsip dari Menteri Pertanian
serta berdasarkan Surat Persetujuan Rencana Pembiayaan Proyek PIR-
TRANS SPRP3 dari Menteri Keuangan setelah mendapat rekomendasi dari
Bappenas.
Pembangunan kebun Pola PIR-Trans yang sudah disahkan dan dilaksanakan
dengan mengacu kepada standar fisik pembangunan kebun yang ditetapkan
dalam Keputusan Direktur Jenderal Perkebunan
Nomor :
RC.22009bSKDJ.BUN87 tanggal
23 Maret 1987 yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab perusahaan
inti dengan standar biaya yang ditetapkan Bappenas dan Departemen
Keuangan yang diterbitkan setiap tahun. Sedangkan untuk komponen
pembangunan
pemukiman, penempatan petani peserta serta
lahan pekarangan
menjadi tanggungjawab Pemerintah melalui
sumber dana
APBN Departemen
41 Transmigrasi
yang merupakan
komponen non kredit. Pembangunan perkebunan melalui
program PIR-TRANS yang mendapat pengesahan
dari pemerintah
sebanyak 52 unit yang terdiri dari 50 unit untuk komoditi kelapa sawit dan
2 dua unit untuk kelapa hibrida yang tersebar di 10 propinsi NAD,
Sumut, Riau, Sumbar, Sumsel, Jambi, Kalbar, Kalteng, Sulsel dan Sulteng.
Pembangunan perkebunan dengan Pola PIR TRANS KKPA di Kawasan
Timur Indonesia, sesuai dengan Surat Keputusan
Rencana Pelaksanaan
Proyek PIR TRANS SKRP3 dari Menteri Pertanian sebanyak 6 enam
perusahaan inti untuk 8 delapan unit lokasi pengembangan dengan
total pengembangan seluas 119.500 hektar kebun inti 23.800 hektar dan
kebun plasma 95.600 hektar.
Sampai saat ini dari dari 8 delapan unit
lokasi proyek
yang telah
memperoleh SKRP3, hanya 3 tiga unit
yang telah
melaksanakan pembangunan dengan realisasi areal
seluas 14.496,4 hektar untuk 7.248 kepala
keluarga petani
peserta proyek yang tersebar di 2 dua
propinsi Kalbar dan Papua Barat
42 dengan perusahaan PT. Varita jaya
utama, PT. Surya Borneo Indah dan PT. Sawit Desa Kapuas.
B. Sasaran Nasional
Terlaksananya pemantauan,
pengawasan dan
terfasilitasinya penyelesaian
masalah PIR-
TransKKPA.
C. Tujuan
Tujuan kegiatan
pemantauan, pengawasan
dan fasilitasi
penyelesaian masalah PIR-TransKKPA adalah:
1 Melakukan
pemantauan, pengawasan
pelaksanaan PIR-
TransKKPA berikut permasalahan yang dihadapi;
2 Memfasilitasi
dan membantu
penyelesaian masalah
PIR- TransKKPA
dan berkoordinasi
dengan instansi terkait dalam rangka
penyelesaian permasalahannya.
43
II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan
Melakukan koordinasi dengan kepada para petani peserta proyek instansi
terkait baik di tingkat pusat dan daerah
serta sosialisasi
kepada perusahaan inti serta para petani
peserta proyek.
B. Spesifikasi Teknis
- Pengumpulan data dan informasi; - Berkoordinasi dengan instansi
terkait; - Sosialisasi kepada petani peserta
proyek dan tokoh masyarakat; - Menyusun laporan hasil kegiatan
dan menyampaikan laporan kepada instansi terkait.
44
III. PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelaksanaan kegiatan Pemantauan,
Pengawasan dan
Fasilitasi Penyelesaian Masalah PIR- TransKKPA tersebar di 12 Provinsi dan
33 Kabupaten dengan rincian :
No. PIR-TransKKPA
Provinsi Kabupaten
1 Aceh
1 2
Sumatera Utara 3
3 Riau
5 4
Jambi 4
5 Sumatera Selatan
4 6
Sumatera Barat 1
7 Kalimantan Barat
5 8
Kalimantan Timur 2
9 Kalimantan Tengah
1 10
Sulawesi Selatan 1
11 Sulawesi Tenggara
1 12
Papua Barat 1
Jumlah 33
B. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan dilaksanakan oleh Dinas Perkebunan Provinsi sebagai berikut :
- Penyusunan rencana
kerja pelaksanaan
petunjuk pelaksanaan
dan inventarisasi
45 data
permasalahan PIR-
TransKKPA; - Koordinasi dengan Instansi terkait
dalam pemutakhiran data; - Pelaksanaan
pemantauan dan
pengawasan dilakukan
bekerjasama dengan pemerintah kabupaten kota, dan mengunjungi
lokasi PIR-TransKKPA;
- Pertemuan untuk
memfasilitasi penyelesaian
masalah PIR-
TransKKPA dengan
instansi terkait;
- Penyusunan dan
pembahasan laporan hasil rapat;
- Tindak lanjut
penyelesaian masalah PIR-TransKKPA;
- Dinas perkebunan
provinsi melaporkan
hasil kegiatannya
kepada Direktur
Jenderal Perkebunan,
Gubernur, dan
BupatiWalikota kasus per kasus dan menyampaikan laporan akhir
tahun anggaran;
C. Lokasi, Jenis dan Volume
Kegiatan Pemantauan, Pengawasan dan Fasilitasi Penyelesaian Masalah
46 PIR-TransKKPA dilaksanakan di 12
provinsi dan 33 kabupaten.
IV. PEMBINAAN,
PENGENDALIAN, PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN.
Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan Pendampingan dilakukan dengan cara
melakukan kunjungan ke lokasi proyek PIR-TransKKPA
serta melakukan
koordinasi dengan instansi terkait di kabupatenkota dan kecamatan serta
desa. Pembinaan dilakukan oleh dinas yang membidangi perkebunan di provinsi
dan kabupatenkota.
IV. MONITORING,
EVALUASI DAN
PELAPORAN
Monitoring dilakukan secara berkala setiap 1 satu bulan dan hasilnya
dilaporkan kepada Direktur Jenderal Perkebunan,
Gubernur dan
instansi terkait setiap 3 tiga bulan.
V. PEMBIAYAAN