Gangguan Tidur Pada Lanjut Usia Nancy Sujono, S. Ked 406071030
I. PENDAHULUAN
Tidur bagi manusia adalah hal yang sangat penting, karena tidur mengendalikan irama kehidupan kita sehari-hari. Jika kita kurang tidur atau
mengalami gangguan dalam tidur, maka hari-hari kita akan menjadi lambat dan kurang bergairah. Sebaliknya tidur yang cukup dan berkualitas akan membantu
kita memiliki energi dan gairah dalam menjalani aktifitas sehari-hari. Setiap manusia menghabiskan seperempat sampai sepertiga dari kehidupannya untuk
tidur. Menurut penelitian, hampir setiap manusia pernah mengalami masalah tidur. Satu dari tiga orang dilaporkan mengalami gangguan tidur dan satu dari
sembilan orang memiliki masalah tidur yang cukup serius. Karena beberapa masalah tidur dapat diatasi oleh individu yang bersangkutan dan yang lain
memerlukan bantuan dokter, maka self diagnosis diagnosis diri menjadi sangat penting.
Tidur merupakan fenomena alamiah manusia yang mendasar dan merupakan suatu kebutuhan tubuh untuk sementara waktu mengistirahatkan kerja
organ dan memperbaiki sel-sel jaringan yang rusak. Tidur juga bermanfaat bagi otak untuk memperbaiki keseimbangan metabolisme kalori, mengatur
keseimbangan tubuh, memperbaiki imunitas tubuh dan mengkonsolidasikan kembali fungsi kognitif dan emosi.
Definisi tidur yaitu suatu ketidaksadaran dimana orang dapat dibangunkan dengan rangsang sensoris atau rangsang lain yang tepat.
Ketidaksadaran pada waktu tidur berbeda dengan ketidaksadaran pada waktu anestesi yang dalam, ketidakaktivan total dari system aktivasi retikularis dalam
keadaan sakit koma, dan kegiatan aktivasi retikularis yang berlebihan pada epilepsi umum.
Tidur pada manusia juga dipengaruhi oleh faktor hormonal misalnya kortisol. Hormon ini akan menurun pada sore hari menjelang malam, dimana
dibutuhkan tidur untuk mengembalikan ke kadar semula, yang akan dibutuhkan pada pagi harinya agar seseorang dapat melakukan aktivitas selanjutnya.
Tidur yang baik membutuhkan total waktu tidur yang cukup seperti halnya tidur yang sesuai dengan irama sirkadian irama yang seirama dengan
rotasi bola dunia. Masalah pengaturan pola tidur pada usia lanjut biasanya meliputi; sulit untuk tidur, tidur dalam yang sebentar, bangun terlalu pagi dan
total waktu tidur yang sedikit. Kebiasaan tidur yang buruk seperti waktu bangun yang tidak teratur dan seringnya tertidur pada siang hari pada lanjut usia bisa
menjadi faktor predisposisi untuk terjadinya insomnia. Minuman yang mengandung caffeine dan alkohol bisa mempengaruhi pola tidur.
Faktor usia merupakan faktor terpenting yang berpengaruh terhadap kualitas tidur, dimana keluhan terhadap kualitas tidur berjalan seiring dengan
penambahan usia. Sebagian besar lanjut usia memiliki resiko gangguan tidur yang disebut dyssomnia yang dapat terbagi menjadi bermacam gangguan dengan
penyebabnya dan juga parasomnia.
II. EPIDEMIOLOGI
Wanita memiliki prevalensi yang tinggi terhadap gangguan tidur: Kesulitan tidur 65 tahun .Pria 10 , Wanita 18 .
Gangguan tidur sering terjadi pada pasien-pasien yang berada di rumah sakit
dan penghuni rumah perawatan.
Pola tidur berubah seiring dengan usia, tetapi perubahan dapat ditandai dengan perubahan fisik atau psikologi.
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
115
Gangguan Tidur Pada Lanjut Usia Nancy Sujono, S. Ked 406071030
Lanjut usia yang menerima obat-obatan hipnotik yang tidak proporsional.
Comparison of Sleep Cycles in Young Adults and the Elderly
Gambar 1. Hypnograms memerlihatkan perbedaan karakter tidur pada orang muda dan orang tua. Dibandingkan dengan orang muda, Orang tua cenderung memiliki onset tidur
yang lama, tidur yang terfragmentasi, bangun terlalu dini di pagi hari dan menurunnya tidur tahap 3 dan 4.
III. FISIOLOGI TIDUR
Tidur merupakan fenomena kehidupan yang berlangsung dalam suatu siklus tidur bangun berupa irama sirkardian yang berlangsung dan diatur oleh
pusat sirkardian di Nucleus Supra Kiasmatikus yaitu daerah hipotalamus region anteroventral, yang mempengaruhi siklus endokrin dan pola sikap secara
langsung dan tidak langsung. Pusat pengaturan irama tubuh ini akan menterjemahkan rangsang cahaya yang diterima mata, sehingga timbul irama
terang dan gelap dalam tubuh manusia irama sirkardian . Nucleus Supra Kiasmatikus akan mengirimkan sinyal ke badan pineal yang kemudian
memproduksi hormon Melatonin. Hormon ini hanya dikeluarkan pada saat gelap, dan dikenal sebagai hormon pengatur waktu tubuh yang mengatur waktu tidur
dan bangun manusia.
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
116
Gangguan Tidur Pada Lanjut Usia Nancy Sujono, S. Ked 406071030
Aktivitas otak selama tidur dapat direkam melalui gelombang otak pada Elektroensephalogram EEG, gerakan bola mata Elektrookulogram EOG, dan
tonus otot pada Elektromiogram EMG. Tidur adalah proses yang amat diperlukan oleh manusia untuk terjadinya
pembentukan sel-sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak natural healing mechanism, memberi waktu organ tubuh untuk beristirahat maupun
untuk menjaga keseimbangan metabolisma dan biokimiawi tubuh. Hal penting yang terjadi pada saat kita tidur adalah menurunnya frekuensi gelombang otak.
Jadi dengan memahami proses penurunan frekuensi gelombang otak, kita dapat melihat bahwa tidur memiliki beberapa tahapan, mulai dari kondisi
relaksasi gelombang alpha, tidur dengan mimpi adanya REM – Rapid Eye Movement atau dalam kondisi kreatif yaitu gelombang theta, dan tidur lelap
tanpa mimpi pada frekuensi gelombang delta. Jika kita dapat mengatur frekuensi gelombang otak kita sampai pada taraf gelombang delta, kita tidak memerlukan
waktu tidur yang panjang, tetapi tidur yang berkualitas yaitu lelap tanpa mimpi. Jika kita sering berada dalam kondisi relaksasi, maka kita tidak memerlukan
banyak tidur. Ketegangan dan stress membuat kita membutuhkan banyak tidur, namun justru dalam kondisi tersebut kita menjadi susah tidur.
Sadar : EEG rekaman menunjukan rekaman dengan gelombang yang berfrekuensi 8-13 siklus per detik spd, disebut juga sebagai gelombang alfa.
Adapun fase tidur normal dibagi 2 fase: 1. REM Rapid Eye Movement :
Tidur REM ditandai dengan pergerakan bola mata yang cepat, refleks tendon yang melemah atau menghilang, tekanan darah dan pernapasan meningkat, dan
mimpi biasanya terjadi pada stadium ini. 2. NREM Non Rapid Eye Movement dibagi kedalam 4 tahap :
Tidur tahap 1
: EEG memperlihatkan gelombang bervoltase rendah, berkurang gelombang alfa dan munculnya gelombang yang
berfrekuensi lebih lambat tanpa adanya gelombang tidur sleep spindle .Pada tahap ini tonus otot berkurang, kelopak
mata menutup dan tampak gerakan bola mata ke kanan dan ke kiri.Tahap ini berlangsung 3-5 menit dan stimulus ringan
sudah dapat membangunkannya.
Tidur tahap 2 : Tidur memasuki tahap ke dua bilamana tampak gelombang
tidur sleep spindle pada EEG. Gelombang ini berupa gelombang cepat bervoltase tinggi, frekuensi 14-18 spd
dengan latar belakang gelombang lambat3-6 spd bervoltase rendah. Otot bola mata berhenti bergerak, tetapi tonus otot
tetap terpelihara.
Tidur tahap 3 dan 4 : EEG memperlihatkan gelombang delta yang berfrekuensi 1-2 spd dengan voltase tinggi. Gelombang delta pada tahap
4 lebih banyak dari pada tahap 3. Keempat tahap tidur dilalui dalam 70 - 100 menit pertama setelah
seseorang mulai tidur. Pada tahap REM sebagian besar mimpi dapat diingat kembali bila orang terbangun, sebaliknya pada tahap tidur Non-REM, hanya
sebagian kecil yang dapat diingat kembali. Selama tidur itu, tidur REM dan NREM terjadi bergantian 4-6 kali. Jumlah tidur tahap 3, 4 dan REM makin
berkurang sesuai dengan makin meningkatnya usia. Pada lanjut usia, tidur REM terbagi secara merata sepanjang malam dan tahap 3 dan 4 yang sangat pendek,
bahkan sering tidak ada sama sekali.
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
117
Gangguan Tidur Pada Lanjut Usia Nancy Sujono, S. Ked 406071030
IV. PERUBAHAN TIDUR PADA USIA LANJUT