LAMPIRAN KEPUTUSAN
MENTERI AGAMA
NOMOR 85
TAHUN 2008
TENTANG SISTEM
PERENCANAAN DEPARTEMEN
AGAMA BAB
I PENDAHULUAN
A. U m u m
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Bab XI Pasal 29 ayat 1 menegaskan bahwa ”Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang
Maha Esa” dan Pasal 29 ayat 2 menyatakan bahwa ”Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan
untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaan itu”. Hal tersebut juga kembali ditegaskan dalam Bab XA Hak Asasi Manusia Pasal 28E ayat 1 di
antaranya menyatakan bahwa setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya. Ini menunjukkan, negara mengakui agama-agama yang ada
di Indonesia dan mewajibkan setiap warganya menganut agama sesuai dengan keyakinan masing-masing. Selain itu, negara juga menjamin bahwa setiap
individu dapat melaksanakan ibadah sesuai ajaran agama yang diyakininya. Dengan demikian agama memiliki peran strategis dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, khususnya sebagai landasan dan sumber nilai-nilai dalam membangun etika, moral dan perilaku bangsa. Hal ini
dapat terwujud apabila pemerintah berperan aktif sebagai motivator, dinamisator dan fasilitator agar masyarakat dapat dengan mudah dan aman
melaksanakan ajaran agamanya. Pemerintah juga menjadi mediator untuk menjembatani kesenjangan kehidupan sosial baik intern maupun antar umat
beragama sehingga tercipta suasana kehidupan yang harmonis penuh toleransi dan saling menghormati.
2. Pembangunan agama merupakan upaya mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia, maju, mandiri dan sejahtera lahir batin dalam suasana
kehidupan penuh toleransi, selaras, seimbang dan berkesinambungan. Sejalan dengan itu, pembangunan agama menjadi prioritas dan sebagai bagian tidak
terpisahkan dari pembangunan nasional yang bertujuan di antaranya untuk
- 3 -
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kerukunan umat beragama, meningkatkan pelayanan kehidupan
beragama, meningkatkan pendidikan agama dan keagamaan, serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan nasional.
3. Pembangunan keagamaan juga memberikan andil yang cukup besar dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, ditandai dengan peningkatan
kesadaran masyarakat dalam membayar zakat, infak, sodaqoh, hibah, kolekte, dana punia dan dana keagamaan lainnya dalam mendukung upaya
penanggulangan kemiskinan, pembinaan yatim piatu, bantuan bencana alam dan kegiatan kemasyarakatan lainnya. Demikian juga meningkatnya jaminan
produk halal telah memberikan kepastian hukum dan perlindungan terhadap kehalalan produk makanan, minuman, obat, kosmetika dan produk lainnya
yang dampaknya dapat meningkatkan daya saing produk dalam negeri terhadap produk impor.
4. Perkembangan kehidupan beragama selama ini relatif menggembirakan, terutama pada tingkat pelaksanaan ritual keagamaan yang didukung oleh
meningkatnya penyediaan sarana dan fasilitas keagamaan. Kehidupan keagamaan tampak kian semarak yang terefleksikan dalam kegiatan-kegiatan
keagamaan yang tumbuh subur di masjid, surau, gereja, pura, vihara dan tempat ibadah lainnya. Umat beragama terlihat begitu giat dan makin bergairah dalam
menjalankan dan mengamalkan ajaran agama masing-masing. Pengkajian dan pendalaman agama juga intensif dilakukan, untuk meningkatkan keimanan dan
ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Tentu saja perkembangan positif ini patut disyukuri dan harus dipertahankan serta ditingkatkan, agar nilai-nilai
agama benar-benar berakar kuat di dalam masyarakat. 5. Pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama belum menunjukkan
hasil yang memuaskan, karena belum optimalnya pelaksanaan pendidikan agama dan pendidikan keagamaan, di antaranya adalah kurangnya jumlah dan
mutu pendidik dan tenaga kependidikan, kurang tertatanya kurikulum, terbatasnya sarana dan prasarana, dan minimnya fasilitas pendukung lainnya.
Pendidikan agama dan keagamaan merupakan hal yang sangat penting dan strategis untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang
dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya danatau menjadi ahli ilmu agama. Oleh karena itu, pendidikan agama dan
keagamaan di semua jalur, jenis dan jenjang perlu makin dimantapkan dengan cara meningkatkan mutu pendidik dan tenaga kependidikan, menata-ulang
- 4 -
kurikulum, menyediakan sarana dan prasarana, dan menambah fasilitas pendukung yang diperlukan.
6. Lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan keagamaan walaupun secara nyata telah memberikan kontribusi yang amat besar dalam pelayanan
pendidikan bagi masyarakat, namun sebagian besar lembaga-lembaga tersebut belum berhasil memerankan fungsi sebagai agen perubahan sosial dalam
masyarakat dan belum mampu mengurangi dampak negatif ekstrimisme yang dapat memicu terjadinya perselisihan antar kelompok baik dalam satu agama
maupun dengan agama lain. 7. Sesuai dengan agenda pembangunan nasional arah kebijakan peningkatan
kualitas kehidupan beragama mencakup: a. Peningkatan Kualitas Pelayanan dan Pemahaman Agama Serta Kehidupan
Beragama. 1 Peningkatan kualitas pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran
agama; 2 Peningkatan kualitas pendidikan agama dan pendidikan keagamaan pada
semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan; 3 Peningkatan kesadaran masyarakat dalam membayar zakat, wakaf,
infak, shodaqoh, dana punia, dan dana paramita, serta meningkatnya profesionalisme tenaga pengelola;
4 Peningkatan kualitas tenaga penyuluh agama dan pelayanan keagamaan lainnya;
5 Peningkatan kualitas penataan dan pengelola serta pengembangan
fasilitas pada pelaksanaan ibadah, dengan memperhatikan kepentingan seluruh lapisan umat beragama dengan akses yang sama bagi setiap
pemeluk agama; 6 Peningkatan penghematan biaya ongkos naik haji, pencegahan korupsi,
dan peningkatan kualitas pelayanan terhadap jemaah haji; 7 Pembinaan keluarga harmonis sakinahbahagiasukinahhita sukaya
untuk menempatkan keluarga sebagai pilar utama pembentukan moral dan etika;
8 Peningkatan kualitas dan kapasitas lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan keagamaan; dan
9 Peningkatan kualitas penelitian dan pengembangan agama untuk mendukung perumusan kebijakan pembangunan bidang agama.
- 5 -
b. Peningkatan Kerukunan Intern dan Antar Umat Beragama 1 Peningkatan upaya menjaga keserasian sosial di dalam kelompok-
kelompok keagamaan dengan memanfaatkan kearifan lokal dalam rangka memperkuat hubungan sosial masyarakat;
2 Pencegahan kemungkinan berkembangnya potensi konflik di dalam masyarakat yang mengandung sentimen keagamaan dengan mencermati
secara responsif dan mengantisipasi secara dini terjadinya konflik; 3 Penyelesaian konflik sosial yang berlatar belakang agama melalui
mekanisme resolusi konflik, dengan mengutamakan keadilan dan persamaan hak untuk mendapatkan perdamaian hakiki; dan
4 Pemulihan kondisi sosial dan psikologis masyarakat pasca konflik melalui penyuluhan dan bimbingan keagamaan.
8. Sesuai dengan perkembangan dan tuntutan pelayanan kepada masyarakat, terutama peningkatan kualitas pelayanan aparatur yang bersih dan berwibawa,
serta penyusunan anggaran dan kegiatan secara terpadu dan berbasis kinerja, maka perlu disusun sistem perencanaan Departemen Agama.
B. Maksud dan Tujuan