Maksud dan Tujuan A s a s

b. Peningkatan Kerukunan Intern dan Antar Umat Beragama 1 Peningkatan upaya menjaga keserasian sosial di dalam kelompok- kelompok keagamaan dengan memanfaatkan kearifan lokal dalam rangka memperkuat hubungan sosial masyarakat; 2 Pencegahan kemungkinan berkembangnya potensi konflik di dalam masyarakat yang mengandung sentimen keagamaan dengan mencermati secara responsif dan mengantisipasi secara dini terjadinya konflik; 3 Penyelesaian konflik sosial yang berlatar belakang agama melalui mekanisme resolusi konflik, dengan mengutamakan keadilan dan persamaan hak untuk mendapatkan perdamaian hakiki; dan 4 Pemulihan kondisi sosial dan psikologis masyarakat pasca konflik melalui penyuluhan dan bimbingan keagamaan. 8. Sesuai dengan perkembangan dan tuntutan pelayanan kepada masyarakat, terutama peningkatan kualitas pelayanan aparatur yang bersih dan berwibawa, serta penyusunan anggaran dan kegiatan secara terpadu dan berbasis kinerja, maka perlu disusun sistem perencanaan Departemen Agama.

B. Maksud dan Tujuan

1. Maksud Buku Sistem Perencanaan Siscan Departemen Agama ini disusun dengan maksud untuk menjadi acuan dan pedoman tentang tata cara, proses dan mekanisme perencanaan bagi seluruh pejabat perencanaan pada seluruh satuan kerja Departemen Agama baik di pusat maupun daerah. 2. Tujuan Terlaksananya koordinasi dan sinkronisasi dalam penyusunan perencanaan di lingkungan Departemen Agama.

C. A s a s

Untuk menjamin tersusunnya program-program pembangunan bidang agama dan keagamaan yang tepat serta dapat dilaksanakan secara berdayaguna dan berhasil guna, maka penyusunan rencana dilaksanakan dengan beberapa asas antara lain : 1. Asas sasaran obyektif pencapaian tujuan. Rencana harus disusun mengacu kepada pencapaian tujuan dan misi pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan di bidang agama; - 6 - 2. Asas kesederhanaan, logis dan jelas. Kedayagunaan pelaksanaan rencana akan banyak tergantung oleh kepahaman para pelaksana dan mereka yang terkait. Oleh karena itu perencanaan harus jelas, sederhana dan berdasarkan asumsi dan alasan yang logis memperhatikan logical frame work approach; 3. Asas keterpaduan. Keterpaduan mengandung arti bersifat menyeluruh comprehensive dan terkoordinasikan secara baik horisontal dan vertikal. Demikian juga memperhatikan saling terkait antara tugas umum pemerintahan, tugas pembangunan, antara fungsi agama dengan fungsi lain, antar program, termasuk antara kegiatan-kegiatan yang sumber dananya berbeda; 4. Asas partisipasi, penyusunan rencana, selain menekankan kepada penyusunan langkah – langkah untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan dari atas top down planning, juga harus menampung secara tepat aspirasi dan kebutuhan nyata dari masing-masing daerah yang berbeda bottom up planning sesuai jiwa UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah; 5. Asas prioritas setiap program pembangunan harus ditujukan pada pencapaian nilai manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan nasional dan memperhatikan kepentingan rakyat sesuai dengan sumber daya yang tersedia. Mengingat kemampuan penyediaan sumber daya yang terbatas maka pendayagunaannya haruslah disusun menurut skala prioritas; 6. Asas pembagian kewenangan dan tanggung jawab. Proses perencanaan disusun secara bertingkat dan selanjutnya dibagi secara jelas kewenangan dan tanggung jawab perencana dan pelaksana pada tiap eselon dan antara satker pusat dengan satker daerah, sehingga dapat dicegah tumpang tindih dan kesimpang siuran proses perencanaan harus dilaksanakan melalui hirarki organisasi dan sesuai dengan kewenangan yang ada; 7. Asas aspiratif, perencanaan harus dapat mememenuhi keinginan dan kebutuhan masyarakat; 8. Asas realistis, perencanaan harus melihat kemampuan anggaran yang tersedia dengan tetap mengutamakan skala prioritas.

D. Pengertian-pengertian