90. dan Wu Chang.
4.1.5 Titik pandang Sudut Pandang
Titik pandang adalah tempat sastrawan memandang ceritanya. Dari tempat itulah sastrawan bercerita tentang tokoh, peristiwa, tempat , waktu, dengan
gayanya sendiri. Titik pandang oleh Aminuddin dalam Siswanto, 2005: 152 diartikan sebagai cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang
dipaparkannya. Titik pandang meliputi 1 narrator omniscient, 2 narrator observer, 3 narrator observer omniscient, dan 4 narrator the third person
omniscient. Harry Shaw dalam siswanto, 2005: 152 menyatakan titik pandang terdiri
atas 1 Sudut pandang fisik, yaitu posisi dalam waktu dan digunakan pengarang dalam pendekatan materi cerita, 2 sudut pandang mental, yaitu perasaan dan
sikap pengarang terhadap masalah dalam cerita, dan 3 sudut pandang pribadi, yaitu hubungan yang dipilih pengarang dalam membawa cerita; sebagai orang
pertama, kedua atau ketiga. Sudut pandang pribadi dibagi atas a pengarang menggunakan sudut pandang tokoh, b pengarang menggunakan sudut pandang
tokoh bawahan, dan c pengarang menggunakan sudut pandang yang impersonal: ia sama sekali berdiri diluar cerita.
Sudut pandang yang terdapat dalam novel The Last Emperor ini menggunakan sudut pandang pribadi yakni sudut orang pertama. Hal ini seperti
terlihat dari kutipan di bawah ini. “Aku dilahirkan pada hari ke-14 bulan pertama tahun ke-32 dari
pemerintahan Kuang Hsu. ” The Last Emperor, 2010:9
Universitas Sumatera Utara
…” Aku sangat lelah mengahadiri berbagai upacara tradisional dan mencapai titik di mana aku sangat membenci naik tandu kuning
dengan atap berwarna emas. Kadang-kadang aku menuduh para kasim tidak setia karena hal kecil dan mengirimkan mereka ke biro
administrasi untuk mendapatkan hukuman. Namun, hal yang membuat para pangeran dan para pejabat tinggi tidak nyaman adalah
saat aku akan berencana akan menata ulang struktur di Istana dan melakukan penyelidikan mendalam terhadap kondisi keuangan, dan
pada saat yang lain mengatakan bahwa aku ingin meninggalkan kota Terlarang untuk belajar di luar negeri. Semua orang merasa ketakutan
dan gemetaran sepanjang hari sehingga kuncir mereka memutih
karena gelisahnya.” The Last Emperor, 2010:123
4.1.6 Gaya Bahasa