Analisis Tokoh Utama Dalam Novel The Last Emperor Karya Henry Pu Yi

(1)

ANALISIS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL

THE LAST EMPEROR

KARYA HENRY PU YI

SKRIPSI

OLEH

NAMA : THERESIA IRENE PASARIBU

NIM : 080710035

PROGRAM STUDI SASTRA CHINA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

ABSTRAK

The research with tittled “Analisis tokoh utama dalam novel The Last Emperor Autobigrafi Henry Pu Yi” Focuses on the analisis of main character Henry Pu Yi which also known with Putra langit. The main purpose of this research is to describe personality of main character which based on issue facing figures namely is complex and development personality faced figures namely of dynamic. Data sourch taken from the novel it selfs. After analysing the personality of main character based on issue facing figures namely is complex and development personality faced figures namely of dynamic and

psikoanalisis by Sigmund Freud, the researcher finds that Henry Pu Yihave so much character and id is dominan on issue facing figuers and superego on


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapakan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kasih karunia dan rahmat-Nya pengajuan proposal skripsi ini dapat diselesaikan.

Adapun judul Proposal skripsi ini yaitu “Analisis Tokoh Utama Dalam Novel The

Last Emperor karya Henry Pu Yi dalam bahasa mandarin《皇帝》小说中主角性格分 析 ( Huang ti xiashuo zhong aaa xing ge fen xi”. Proposal skripsi ini berisikan pemaparan bab satu yaitu Bab Pendahuluan terdiri atas: latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, konsep,novel, tokoh, landasan teori, meetode penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, data dan sumber data, sistematika penulisan dan daftar pustaka

Penyusunan proposal skripsi ini penulis banyak dibantu oleh berbagai phak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Yang terhormat, Dr.Syahron Lubis, M.A, Selaku Dekan Fakultas Ilmu BudayaUniversitas Sumatera Utara.

2. Yang Terhormat, Dr.Thyrhaya Zein, M.A, selaku Ketua Program studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Yang Terhormat, Ibu Dra. Nur Cahaya Bangun, Msi selaku sekretaris Jurusan Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.


(4)

4. Yang Terhormat, Prof.Dr. Ikhwanudin Nasution, M.Si, selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan masukan dan meluangkan waktu bagi pengerjaan proposal skripsi ini.

5. Yang Terhormat,Cao Laoshi, M.A, selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan masukan dan meluangkan waktunya bagi pengerjaan proposal skripsi ini.

Penulis juga menyadari bahwa proposal skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritikan dan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan proposal skripsi ini.

Medan,17 Juli 2012 Penulis,

Theresia Irene Pasaribu Nim. 080710035


(5)

DAFTAR ISI

LEMBARAN JUDUL………..…...i

LEMBAR PENGESAHAN………..…...….ii

KATA PENGANTAR……….…...….iii

DAFTAR ISI………...…...….….v

BAB I PENDAHULUAN………...…...….…...…1

1.1 Latar Belakang ………..…...……….……..1

1.2 Perumusan Masalah………...…10

1.3 Pembatasan Masalah………...……….11

1.4 Tujuan Penelitian……….….………... .11

1.5 Manfaat Penelitian……….……...……12

BAB II Konsep, Kajian Pustaka dan Landasan Teori………...…..14

2.1 Konsep ……….……….………...……14

2.1.1 Novel ………...…...14

2.1.2 Unsur Intrinsik……….……...15

2.1.2.1 Karakter atau Penokohan…………...15

2.1.2.2 Tema ………..……...15

2.1.2..3 Latar………...…...16


(6)

2.1.2.5 Sudut Pandang……….…...……18

2.1.2.6 Amanat………...……19

2..1.2. Tokoh………...…….….………...…20

2.2 Kajian Pustaka………...….…23

2.3 Landasan Teori……….…….…………...………25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………...…29

3.1 Pendekatan Penelitian ………...………...29

3.2 Teknik Pengumpulan Data………...……....29

3.3 Sumber Data………...…...…31

3.4 Teknik Analisis Data………...…...…..31

BAB IV Analisis Tokoh Utama Dalam Novel The Last Emperor Autobiografi Henry Pu Yi Ditinjau Dari Masalah Yang Dihadapi Tokoh Dan Perkembangan Kepribadian Tokoh...33

4.1 AnalisisUnsurYangMembagunNovel………...…………..33

4.1.1 Tema………...………... .34

4.1.2 Plot ………...………… …………...…..35

4.1.3 Setting………...………… ……...……..38

4.1.4 Tokoh, Watak dan Penokohan ………...40

4.1.5 Titik Pandang………...…...…………....45

4.1.6 Gaya Bahasa………...………...……… ...46

4.2 Analisis Tokoh Utama dalam Novel The Last Emperor Ditinjau Dari Masalah Yang Dihadapi Tokoh DanPerkembanganKepribadianTokoh ………50


(7)

The Last Emperor Ditinjau Dari Masalah Yang

DihadapiTokohYangBersifatKompleks ………...51

4.2.2 Analisis Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel The Last Emperor Ditinjau Dari Perkembangan KepribadianTokoh Yang Bersifat Dinamis ………...71

BAB V Kesimpulan Dan Saran ………...…84

5.1 Kesimpulan ………..………...84

5.2 Saran ………...…85


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sastra adalah catatan pemikiran. Sastra sebuah representasi dari berbagai gagasan, kegelisahan, idealisme, atau ideologi pengarangnya yang di dalamnya memiliki sifat imajinatif. Sastra sekadar kemasan, bungkus yang seolah-olah sedemikian rupa dimasukan sebagai alat menyimpan segenap pemikiran. Sebuah lemari besar yang di dalamnya tersimpan bertumpuk-tumpuk catatan pemikiran mengenai berbagai hal. Mengingat catatan pemikiran itu berangkat dari suatu pengalaman yang sudah terjadi, sesungguhnya hakikat sastra tidaklah jauh berbeda dengan sejarah yang juga mencatat segala peristiwa yang sudah terjadi.

Sastra juga dikatakan sebagai salah satu unsur budaya masyarakat. Sastra merupakan sesuatu yang diwariskan secara lisan dan tulisan seperti pantun, nyanyian rakyat dan cerita rakyat. Secara tulisan sastra yang timbul di Indonesia mulai berlangsung setelah bangsa Indonesia berkenalan dengan agama asing, yakni agama Hindu, Islam dan Kristen. Sastra juga dikatakan sebagai hasil kesenian, karena kita dapat memasuki pengalaman bangsa-bangsa, sejarah dan masyarakatnya untuk menyelami apa yang pernah dipikirkan dan dirasakan.


(9)

Sastra lisan dan tulisan yang memberikan keterangan pada masa lampau berupa informasi yang pantas disebut sebagai bahan-bahan dokumenter bagi studi sejarah. Sebagai bahan-bahan dokumenter, sastra memiliki kekhasan, sastra bersifat naratif dan karenanya dapat dikategorikan sebagai accepted history; contohnya adalah babad, hikayat, sejarah dalam arti klasik, tambo dan kalau di barat disebut kronik dan annales.

Berkaitan dengan hal itu, seni sastra dianggap sebagai jejak sejarah dan mengandung informasi tentang apa yang dianggap terjadi dan bermakna dalam skala luas dan sempit. Sastra merupakan sumber yang bersifat naratif. Sumber naratif adalah sumber yang berisi uraian lengkap, kebanyakan sumber tertulis, terutama yang menyangkut masalah sosial, politik, kultural, atau agama. Demikian juga termasuk ke dalam sumber ini adalah historiografi tradisional, biografi, kenang-kenangan (memoar), kronik, annales, inskripsi dan lain-lain.

Sastra menghasilkan sebuah karya yang disebut sebagai karya sastra di

mana yang dimaksud dengan karya sastra adalah produk pengarang yang hidup di lingkungan sosial. Dengan begitu karya sastra merupakan dunia imajinatif pengarang yang selalu terkait dengan kehidupan sosial. Karya sastra berisi catatan, rekaman, rekaan, dan ramalan kehidupan manusia. Pada gilirannya karya sastra sedikit-dikitnya acap kali mengandung fakta-fakta sosial. Lebih dari itu, karya sastra seperti yang diungkapkan Grebstein (dalam Mahayana, 2008: 226), “Karya sastra dapat mencerminkan perkembangan sosiologis atau menunjukkan perubahan-perubahan yang halus dalam watak kultural.”

Karya sastra menjadi semacam dunia alternatif yang dapat berupa rekaman atau catatan. Karya sastra juga merupakan aktualisasi atau realisasi


(10)

tertentu dari kode sastra dan budaya. Mengingat karya sastra tidak terlepas dari kreasi imajinatif pengarangnya, sebagai sumber sejarah, karya sastra termasuk sumber yang sulit dipertanggungjawabkan secara faktual. Akan tetapi, ada dua hal penting yang dapat disumbangkan oleh sastra yaitu:

1. Sastra dapat memberikan pantulan-pantulan tertentu tentang

perkembangan pikiran, perasaan dan orientasi.

2. Sastra dapat pula memperlihatkan bagaimana bekerjanya suatu bentuk struktural dari situasi historis tertentu dari lingkungan penciptanya.

Adapun aspek-aspek pembentuk struktur karya sastra, seperti latar, sudut pandang, penokohan, bentuk (tetap, bebas), alur dan sarana bahasa untuk cerpen dan novel; aspek penjenisan (lirik, naratif, dramatik), citraan, acuan, tipografi dan lain-lain untuk puisi; dan pokok bahasan, unsur subjektif, gagasan, istilah, penyebutan nama-nama tokoh, dan lain-lain untuk esai.

Kaitannya dalam hal tersebut adalah novel sebagian besar paling mendekati gambaran kehidupan sosial dibandingkan puisi atau drama. Konflik yang dapat ditangkap dalam novel adalah gambaran ketegangan antara individu dengan individu, lingkungan sosial, alam, Tuhan, atau ketegangan individu dengan dirinya sendiri.

Novel sebagai hasil cipta sastra, dari satu sisi dapat berfungsi sebagai cermin dari masyarakatnya. Novel dapat dianggap sebagai alat perekam kehidupan masyarakat dalam suatu waktu, pada suatu tempat. Anggapan ini dapat dibenarkan karena sebagai karya sastra, sesungguhnya novel tidak hanya berlandaskan kepada imajinasi pengarang belaka. Imajinasi pengarang tidak mungkin berkembang jika pengarang tidak mempunyai pengetahuan yang baik


(11)

tentang realitas objektif . Dengan demikian, karya sastra novel tidaklah sekadar hasil ekspresi pikiran dan perasaan pengarang belaka.

Dalam menganalisis hasil sebuah karya sastra terdapat sebuah pendekatan. Secara garis besar Tanaka (dalam Endraswara, 2009: 9) mengenalkan dua pendekatan yaitu: (1) mikro sastra dan (2) makro sastra. Mikro sastra artinya kajian yang memahami bahwa karya sastra dapat berdiri sendiri tanpa bantuan

aspek lain di sekitarnya. Sebaliknya, makro sastra adalah pemahaman sastra

dengan bantuan unsur lain di luar satra. Dua tawaran pendekatan tersebut sebenarnya sejajar dengan pendekatan Wellek dan Warren (1989), yaitu pendekatan intrinsik dan ekstrinsik. Dari kedua unsur utama yang membangun karya sastra tersebut, unsur intrinsiklah yang akan dipakai penulis dengan menganalisis tokoh utama di dalam novel yang diteliti.

Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa cerita rekaan sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita, sedangkan cara sastrawan menampilkan tokoh disebut penokohan (Aminuddin dalam Siswanto, 2005: 142). Tokoh dalam karya rekaan selalu mempunyai sifat, sikap, tingkah laku atau watak-watak tertentu. Pemberian watak pada tokoh suatu karya oleh sastrawan disebut perwatakan. Tokoh adalah satu unsur penting dalam penulisan dalam karya sastra. Kejadian atau peristiwa yang terdapat di dalam karya sastra dihidupkan oleh tokoh-tokoh sebagai pemegang peran atau pelaku alur. Ditinjau dari peranan dan keterlibatan dalam cerita, tokoh dapat dibedakan atas (a) tokoh primer (utama), (b) tokoh sekunder (tokoh bawahan), (c) tokoh komplementer (tambahan) (Sudjiman, Sukada, Aminuddin dalam Siswanto, 2005: 143). Dilihat dari perkembangan kepribadian tokoh, tokoh dapat dibedakan atas tokoh dinamis dan tokoh statis.


(12)

Bila dilihat dari masalah yang dihadapi tokoh dapat dibedakan atas tokoh yang mempunyai karakter sederhana dan kompleks (Aminuddin dalam Siswanto, 2005: 143). Tokoh dinamis adalah tokoh yang kepribadiannya selalu berkembang. Sebagai contoh tokoh Henry Pu Yi yang semula rendah hati tetapi karena terpengaruh akan kekuasaan di dalam kerajaan yang akhirnya membuatnya menjadi seorang yang angkuh tetapi tokoh Henry Pu Yi menjadi rendah hati kembali setelah menyadari bahwa dengan keangkuhannya dia tidak akan bisa hidup dengan kondisi kehidupannya yang sudah tidak menjadi kaisar. Tokoh statis adalah tokoh yang mempunyai kepribadian tetap. Contoh tokoh Henry Pu Yi yang semula memiliki watak curiga sampai diakhir cerita pun akan tetap seorang yang berwatak curiga. Tokoh yang mempunyai karakter sederhana adalah tokoh yang mempunyai karakter seragam atau tunggal. Tokoh yang mempunyai watak yang kompleks adalah tokoh yang mempunyai kepribadian yang kompleks, misalnya tokoh Henry Pu Yi yang di mata masyarakat dikenal sebagai orang yang penuh curiga, ambisius, dan egois. Ternyata ia juga menjadi seorang yang sangat mencintai leluhurnya dan sangat ingin mempertahankan pemerintahan tetap dalam bentuk monarki sehingga menjadikannya seorang yang ambisius, egois dan penuh curiga. Henry Pu Yi semata-mata memiliki karakter demikian membuktikan betapa ia sangat mencintai kerajaan dan menghormati leluhurnya. Sukada (dalam Siswanto, 2005 : 143) merangkum keempat pembagian di atas menjadi tokoh datar (flat chararter) yang sederhana dan bersifat statis dan tokoh bulat (round

character) yang memiliki kekompleksan watak dan bersifat dinamis. Dalam

menganalisis tokoh utama Henry Pu Yi dalam novel The Last Emperor penulis menganalisis berdasarkan masalah yang dihadapi oleh tokoh yaitu tokoh yang


(13)

memiliki watak yang kompleks dan berdasarkan perkembangan kepribadian tokoh yaitu tokoh yang bersifat dinamis. Tokoh yang dianalisis berdasarkan perkembangan kepribadian tokoh utama yakni yang bersifat dinamis dianalisis juga dengan psikoanalisis oleh Sigmund Freud yang mana Sigmund Freud membaginya dalam struktur kepribadian manusia yakni id, ego dan superego. Tokoh dalam karya sastra adalah sarana pengarang menggambarkan cerita, pesan dan kesan yang ingin disampaikan melalui tema yang diangkat pengarang. Melalui perilaku tokoh-tokoh inilah seorang pengarang melukiskan kehidupan manusia dengan konflik-konflik yang dihadapinya, baik konflik dengan orang maupun anggota kelompok. Karena dalam setiap novel memiliki setiap tokoh yang unik untuk dibahas. Dalam novel The Last Emperor terdapat satu tokoh utama yaitu Henry Pu Yi yang merupakan kaisar terakhir di Cina sebelum

akhirnya Cina berevolusi menjadi negara republik. Novel The Last Emperor

menceritakan kehidupan seorang Kaisar Henry Pu Yi yang merupakan Kaisar terakhir di Cina. Kaisar Henry Pu Yi memiliki banyak kebiasan, watak dan sikap yang bervariasi. Dalam hal kebiasaan makan Kaisar Henry Pu Yi terbiasa disajikan makanan sebanyak 25 jenis dan beberapa diantaranya ada yang tidak pernah disentuh sama sekali. Watak Kaisar Henry Pu Yi juga banyak, mulai dari sifat curigaan, ambisius, pemarah, rendah hati, mau mendengarkan nasihat serta saran orang lain dan tegas. Watak inilah yang selalu mewarnai perjalan hidup Kaisar Henry Pu Yi. Masalah yang diteliti oleh penulis berfokus kepada watak Henry Pu Yi yang kompleks dan watak Henry Pu Yi yang bersifat dinamis.

Novel The Last Emperor yang diterbitkan tahun 2010 ini adalah novel yang berlatar belakang kerajaan pada era Dinasti Qing yang saat itu berada di


(14)

bawah kepemimpinan bangsa Manchu. Novel ini menceritakan tentang seorang kaisar yang bernama Henry Pu Yi yang dinobatkan menjadi kaisar pada usia dua tahun yang merupakan kaisar terakhir di Cina dan kaisar yang memiliki kisah tragis.

Novel ini juga menceritakan tentang para penghianat di dalam kerajaan, koruptor dan sifat-sifat ingin bertahta. Novel ini juga menceritakan seluk beluk hidup seorang kaisar yang ada di dalam kota terlarang dan kekayaan budaya Cina, mulai dari budaya makan, cara menghadiri pertemuan, tata cara saat bertemu dengan orang-orang penting yang ada di istana, kowto, menulis dan lain-lain.

Novel ini mengandung cerita yang unik, memikat dan penting tentang sejarah Cina yang paling kacau dan dramatis dan tentang seorang manusia yang menjadi saksi atas semuanya. Novel ini diselimuti oleh intrik politik, korupsi, kekuasaan, perebutan kekusaan, persekongkolan dan penghianatan perang.

Novel ini juga menarik karena temanya yang klasik yang berlatar kerajaan

pada masa Dinasti Qing. Novel The Last Emperor merupakan gambaran sejarah

pada masyarakat Cina yang juga termasuk dalam Sejarah Dunia yang mana ceritanya merupakan apresiasi kejadian yang terjadi di masa lampau dan dapat diceritakan pada saat ini yang menjadi sumber sejarah yang sangat berharga bagi pembaca dan masyarakat saat ini khususnya para pelajar.

Novel The Last Emperor ditulis oleh Henry Pu Yi sendiri, pertama kali dirilis pada Februari 2010 dan kemudian direvisi oleh Paul Kramer dan selanjutnya diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Fahmi Yamani


(15)

mendapatkan apresiasi sebagai best seller di New York Times dan media lain seperti The Wangshinton Post. Autobiografi Henry Pu Yi ini juga mengilhami peraih film 9 piala Oscar. Dari segi cerita novel ini memiliki cerita yang cukup menarik di mana menceritakan kehidupan seorang kaisar yang kehidupannya serba mewah, banyak prajurit, dan banyak pesuruh harus berakhir tragis dan jauh dari bayangan kehidupan seorang kaisar. Nasib tragis yang dialami Kaisar Henry Pu Yi ditahan sebagai tawanan perang selama sepuluh tahun, terpisah dari keluarganya, sampai akhirnya saat berada dalam sel tahanan Henry Pu Yi harus mencuci pakaian sendiri yang dulu sama sekali tidak pernah dia lakukan. Penderitaan Henry Pu Yi juga tidak hanya sampai tahap itu bahkan setelah keluar dari dalam sel penjara Henry Pu Yi menjadi seorang tukang kebun demi bisa menghidupi diri dan keluarganya, Namun nasib tragis yang dialami Henry Pu Yi ini justru memperlihatkan sifat dan sikap yang rendah hati dari seorang Kaisar Henry Pu Yi yang mana, Kaisar Henry Pu Yi mau belajar untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik. Dengan perjuangan yang begitu keras akhirnya Henry Pu Yi lahir kembali menjadi sosok yang rendah hati dan mandiri.

Pemerintahan kaisar Henry Pu Yi tersebut dapat dikatakan gagal karena terjadi banyak kekacauan dan keributan di sana sini, Kaisar Henry Pu Yi juga gagal mempertahankan negara dalam bentuk monarki hingga akhirnya berubah bentuk menjadi republik. Henry Pu Yi sendiri menuliskan kisah-kisah tragis yang dialaminya sendiri sejak 07 Februari 1906 – 17 Oktober 1967. Henry Pu Yi merupakan kaisar ke dua belas dari Dinasti Qing dan merupakan kaisar terakhir di Cina. Henry Pu Yi sendiri memerintah dari tahun 1908-1924. Pertumbuhan psikologisnya sangat menyedihkan. Henry Pu Yi tidak pernah diajari mana yang


(16)

benar dan salah, yang perlu dihormati hanyalah orang-orang tertentu saja seperti para permaisuri dan pangeran. Penderitaan Henry Pu Yi berakhir pada 4 Desember 1959 saat menerima grasi khusus yang membebaskan Henry Pu Yi dari tahanan sel yang telah dipertimbangkan berdasarkan kelakuan para tawanan perang saat itu. Semakin tawanan bersikap baik, jujur, sopan dan yang pasti telah mengalami reformasi diri maka akan semakin cepat pula proses keluarnya dari tahanan sel. Tanggal 9 Desember 1959 Henry Pu Yi sudah tiba kembali di Bejing, kampung halaman yang selama 35 tahun lebih ditinggalkannya. Henry Pu Yi menikmati kehidupan barunya dengan berjalan-jalan mengelilingi kota, terheran-heran melihat berbagai perubahan yang terjadi, Termasuk saat adiknya

memanggilnya dengan sebutan kakak tertua yang dahulu tidak akan pernah

mereka gunakan.

Pada 26 November 1960, Henry Pu Yi menerima sertifikat pemilihan umum sebagai pemilih dengan nama Aisin-Gioro Pu Yi. Saat itu merupakan saat yang paling membahagiakan bagi dirinya. Saat memberikan suara, Henry Pu Yi merasa menjadi orang yang paling kaya di dunia, Apalagi saat Henry Pu Yi berhasil membeli sebuah rumah untuk tinggal bersama istri barunya Li Shu-Hsien. Henry Pu Yi tidak akan pernah melupakan perjuangan mendapatkan itu semua.

Henry Pu Yi menceritakan perjalanan hidupnya yang luar biasa mulai dari penobatannya menjadi kaisar saat berusia dua tahun, hubungannya dengan orang-orang di sekitarnya, korupsi yang menggerogoti kerajaan, menjadi boneka penguasa Jepang, menjadi tawanan dan menjadi seorang Kaisar. Dengan menyimak kehidupan Henry Pu Yi berarti menyelami periode penting dalam sebuah bangsa yang besar.


(17)

Foto-foto yang disajikan di halaman belakang novel ini juga kian menambah nilai novel ini. Terlihat wajah Henry Pu Yi yang berusia 2 tahun dan harus duduk dengan tenang di singgsana saat dinobatkan menjadi kaisar, Henry Pu Yi harus duduk manis dan Henry Pu Yi harus mengenakan baju kebesaran. Penulis kian merasa kasihan sekaligus kagum padanya. Kelebihan yang dimiliki pengarang juga menjadi salah satu faktor yang membuat novel ini pantas untuk diteliti, penulis dapat menuliskan setiap peristiwa dengan sangat detail dan lengkap disetiap kejadian yang penting dan yang dianggap berpengaruh dari segi alur dan penggunaan bahasa yang sederhana yang dapat memudahkan pembaca untuk mengerti isi novel tersebut.

Banyak hal yang menarik juga bisa ditemui dalam novel ini. Misalnya pengetahuan Henry Pu Yi serta kaisar terdahulu terhadap dunia luar justru

diperoleh dari Buku Alice in Wonderland. Lalu kehidupan sebuah kekaisaran

berikut intrik-intriknya. Kita juga diajak untuk mengetahui berbagai hal mulai dari kebudayaan, peristiwa sejarah dari sisi mata seorang kaisar yang diturunkan dengan paksa, serta ilmu pengetahuan ala Cina.

Dengan sangat terbuka dan dengan informasi yang gamblang Henry Pu Yi menuliskan kisah ini ditempat penahanannya. Maka tidak diragukan lagi novel ini adalah catatan yang unik, memikat dan penting tentang sejarah Cina yang paling kacau dan dramatis dan tentang seorang manusia yang menjadi saksi atas segalanya. Hal ini membuat novel ini pantas untuk diteliti.

Alasan-alasan inilah yang melatarbelakangi penulis untuk meneliti Novel tersebut dengan judul penelitian “Analisis Tokoh Utama dalam Novel The Last Emperor Autobiografi Henry Pu Yi.”


(18)

1.1 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat dikemukakan perumusan masalah yaitu:

1. Bagaimanakah perwatakan tokoh utama Henry Pu Yi dalam novel The last

emperor ditinjau dari masalah yang dihadapi tokoh?

2. Bagaimanakah perwatakan tokoh utama Henry Pu Yi dalam Novel The

Last Emperor ditinjau dari perkembangan kepribadian tokoh ? 1.2 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian dan agar tetap fokus maka peneliti membatasi masalah yang diteliti. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti.

. Bagaimana gambaran perwatakan tokoh utama Henry Pu Yi dalam novel

The last emperor ditinjau dari masalah yang dihadapi tokoh yang bersifat

kompleks yaitu cengeng, pemberontak, boros, kaku dan dingin, egois, pemarah, penuh curiga, benci, ambisius, penakut yang penuh dengan rasa khawatir, usil, jail, nakal, angkuh, sensitif, rendah hati, bertanggungjawab, mau belajar, dermawan, tegas, penuh syukur, pekerja keras, pantang menyerah, penyesalan, berpendirian teguh, mau mendengarkan nasihat dan saran dari orang lain dan patuh.

. Bagaimana gambaran perwatakan tokoh utama Henry Pu Yi dalam novel The Last Emperor ditinjau dari perkembangan kepribadian tokoh yang bersifat dinamis yaitu seorang yang berwatak boros menjadi lebih hemat, seorang yang ambisius menjadi seorang yang penurut, mau belajar menjadi lebih baik dan seorang yang berwatak angkuh menjadi rendah hati dan mau belajar.


(19)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan adalah sesuatau yang ingin dicapai peneliti. Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan perwatakan tokoh utama Henry Pu Yi dalam novel The

last emperor ditinjau dari masalah yang dihadapi tokoh

2. Mendeskripsikan perwatakan tokoh utama Henry Pu Yi dalam novel The

Last Emperor ditinau dari perkembangan kepribadian tokoh. 1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian yang baik haruslah memberikan manfaat. Manfaat penelitian baiknya dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat pula diterapkan dalam kehidupan sehari-sehari. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1.4.1 Manfaat Akademis

Secara akademis, penelitian ini dapat memperluas dan memperkaya referensi, bahan penelitian serta sumber bacaan di lingkungan Ilmu budaya khususnya Sastra Cina USU.

2.4.1 Manfaat Teoretis

Secara teoretis, penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan mahasiswa terhadap penganalisisan penokohan dalam sebuah novel, terutama bagi yang ada di lingkungan perkuliahan. Dengan menganalisis tokoh utama di dalam

novel The Last Emperor tersebut pembaca akan mengetahui bagaimana sejarah

perubahan bentuk pemerintahan monarki ke bentuk pemerintahan republik dalam masyarakat Cina.


(20)

2.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbang pikiran terhadap pihak-pihak yang berkepentingan, seperti masyarakat luas dan pembaca skripsi ini.


(21)

BAB II

KONSEP, KAJIAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI

2.1 Konsep

Dalam penelitian ini menggunakan beberapa konsep, yaitu: a. Novel b. Unsur intrinsik sastra c. Tokoh.

2.1.1 Novel

Kata Novel berasal dari bahasa Italia novella yang berarti “Sebuah kisah, sepotong berita”. Novel menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah Suatu karangan prosa yang panjang yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan sifat dan watak setiap pelaku. Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan lebih kompleks dari cerpen, dan tidak dibatasi keterbatasan struktural dan metrikal. Biasanya novel menceritakan peristiwa pada masa tertentu. Bahasa yang digunakan lebih mirip bahasa sehari-hari. Meskipun demikian penggarapan unsur-unsur intrinsiknya masih lengkap, seperti tema, plot, gaya bahasa, nilai, tokoh dan penokohan. Dengan catatan, ditekankan aspek tertentu dari unsur intrinsik tersebut.

Novelet atau novela merupakan bentuk antara novel dan cerpen. Bentuk antara ini bisa ditinjau baik dari panjang tulisan, kekompleksan masalah, penggarapan unsur-unsur intrinsiknya, maupun peristiwa yang diceritakan. Dalam Kamus Bahasa Indonesia (1996:694), novela diartikan sebagai kisahan prosa


(22)

rekaan yang lebih panjang dan lebih kompleks dari pada cerita pendek, tetapi tidak sepanjang novel, jangkauannya biasanya terbatas pada satu peristiwa, satu keadaan, dan satu titik tikaian.

Novel sebagai hasil cipta sastra, dari satu sisi dapat berfungsi sebagai cermin dari masyarakatnya. Novel dapat disebut sebagai alat perekam kehidupan masyarakat pada suatu waktu, pada suatu tempat. Novel juga merupakan salah satu produk sastra yang memegang peranan penting di dalam memberikan berbagai kemungkinan dalam menyikapi kehidupan.

Novel juga merupakan sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan bersifat naratif ; biasanya dalam bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis.

2.1.2 Unsur Intrinsik Sastra

Unsur intrinsik adalah unsur yang dikuasai oleh sistem dirinya sendiri yang sekaligus merupakan strukturnya, sehingga unsur intrinsik sastra merupakan suatu kesatuan yang padat. Setiap unsur di dalamnya terikat dengan unsur-unsur lain untuk membentuk suatu jaringan struktur yang padat. Ini tentu saja hanya terlihat pada karya-karya yang berhasil. Adapun Unsur-unsur yang termasuk di dalam unsur intrinsik ini adalah: karakter atau penokohan, tema, latar, alur, sudut pandang dan amanat

2.1.2.1 Karakter atau Penokohan

Penokohan merupakan suatu bagian penting dalam membangun sebuah cerita. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk menyampaikan ide, motif, plot, dan tema. Semakin


(23)

berkembangnya ilmu jiwa, terutama psiko-analisa merupakan pula suatu alasan pentingnya peranan tokoh cerita sebagai bagian yang ditonjolkan oleh pengarang. (Jakob Sumardjo dalam Fananie, 2000: 87) .

Konflik-konflik yang terdapat dalam suatu cerita yang mendasari terjalinnya suatu plot, pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari tokoh-tokohnya, baik yang bersifat protagonis maupun antagonis.

2.1.2.2 Tema

Tema adalah ide sebuah cerita yang ingin disampaikan kepada pembaca, pokok permasalahan yang ditampilkan dalam suatu karya sastra atau permasalahan yang merupakan titik tolak pengarang dalam menyusun karya sastra. Tema novel bisanya bersumber dari konflik kehidupan manusia seharí-hari, antara lain kisah cinta, kepahlawanan, peperangan, dan persahabatan.

Menurut Tasrif (dalam Barried, 1985 : 62), “Cerita harus mempunyai tema atau dasar.” Dasar inilah yang paling penting dari seluruh cerita karena suatu cerita yang tidak mempunyai dasar tidak ada artinya sama sekali. Dasar ini adalah tujuan cerita. Novel mempunyai tema yang bekerja sama dengan unsur-unsur lain dalam penyampaian amanat.

2.1.2.3 Latar

Latar atau Setting adalah latar belakang fisik, tempat dan waktu dalam suatu cerita. Latar atau setting terbagi atas tiga bagian, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar suasana. Latar tempat menjelaskan tempat terjadinya peristiwa


(24)

dalam novel, latar waktu mendeskripsikan kapan peristiwa terjadi, dan latar suasana menjelaskan suasana yang melatarbelakangi peristiwa.

Menurut Wellek (dalam Baried, 1985: 210) “Latar adalah lingkungan.” Memahami latar dalam sebuah novel tidak lepas dari lingkungan pengarang pada waktu itu.

2.1.2.4 Alur

Pengertian alur dalam novel adalah rangkain cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan rangkaian peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita. Montage dan Henshaw ( dalam Aminuddin, 2005:84) menjelaskan bahwa tahapan peristiwa dalam alur suatu cerita dapat tersususun dalam beberapa tahapan yaitu:

1. Dalam tahapan exposition, yakni tahap awal yang berisi penjelasan tentang tempat tejadi peristiwa serta perkenalan dari setiap pelaku yang yang mendukung cerita

2. Dalam tahapan inciting force, yakni tahap ketika timbul kekuatan,

kehendak maupun perilaku yang bertentangan dari pelaku

3. Dalam tahapan rising action, yakni situasi panas karena pelaku-pelaku dalam cerita mulai berkonflik

4. Dalam tahapan crisis, yakni situasi sudah semakin panas dan para pelaku sudah diberi gambaran oleh pengarangnya


(25)

5. Dalam tahapan climax, yakni situasi puncak ketika konflik berada pada kadar yang paling tinggi hingga para pelaku itu mendapatkan kadar nasibnya sendiri-sendiri

6. Dalam tahapan falling action, yakni kadar konflik sudah menurun

sehingga ketegangan dalam cerita sudah mulai mereda sampai menuju conclusion atau penyelesaian cerita

2.1.2.5 Sudut Pandang

Sudut pandang adalah Bagaimana cara novel tersebut diceritakan. Saleh Saad (dalam Barried, 1985 : 82 ) ada lima macam pencerita dalam novel yaitu:

a. Orang Pertama Tunggal

Sudut Pandang orang pertama tunggal yaitu menceritakan dengan

melibatkan diri sendiri ini biasanya ditandai dengan kata “Aku”. Dalam sudut

pandang teknik ini, si ”aku” mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik yang bersifat batiniah, dalam diri sendiri, maupun fisik, hubungannya dengan sesuatu yang di luar dirinya. Si ”aku”menjadi fokus pusat kesadaran, pusat cerita. Segala sesuatu yang di luar diri si ”aku”, peristiwa, tindakan, dan orang, diceritakan hanya jika berhubungan dengan dirinya, di samping memiliki kebebasan untuk memilih masalah-masalah yang akan diceritakan. Dalam cerita yang demikian, si ”aku” menjadi tokoh utama (first person central).


(26)

Sudut pandang orang ke dua tunggal yaitu dengan menceritakan tanpa melibatakan diri sendiri diluar dari cerita biasanya ditandai dengan menggunakan kata “ Dia”.

Sudut pandang orang ketiga tunggal yaitu menceritakan dengan melibatakan diri sendiri dan orang lain biasanya ditandai dengan pemakaian kata “ Kami”

b. Sudut pandang orang ketiga tunggal

Menuturkan cerita tidak hanya sebagai seorang pengamat, tetapi berusaha juga menyelam ke dalam cerita

c. Pencampuran antara 1dan 4

Suatu cara yang melaksanakan cakapan batin

2.1.2.6 Amanat

Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh penulis melalui novelnya. Sebagaimana tema, amanat dapat disampaikan secara implisit yaitu dengan cara memberikan ajaran moral atau pesan dalam tingkah laku atau peristiwa yang terjadi pada tokoh menjelang cerita berakhir, dan dapat pula disampaikan secara eksplisit yaitu dengan penyampaian seruan, saran, peringatan, nasehat, anjuran, atau larangan yang berhubungan dengan gagasan utama cerita.


(27)

Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita, sedangkan cara sastrawan menampilkan tokoh disebut penokohan ( Aminuddin dalam Siswanto, 2005: 142). Tokoh dalam karya rekaan selalu mempunyai sifat, sikap atau tingkah laku atau watak-watak tertentu. Pemberian watak pada tokoh suatu karya oleh sastrawan disebut perwatakan.

Ditinjau dari peranan dan keterlibatan dalam cerita, tokoh dapat dibedakan atas

a. Tokoh primer yakni tokoh utama

b. Tokoh sekunder yakni tokoh yang merupakan tokoh bawahan

c. Tokoh komplementer yakni tokoh tambahan (Sudjiman dalam

Siswanto, 2005:143).

Dilihat dari perkembangan kepribadian tokoh, tokoh dapat dibedakan atas tokoh dinamis dan statis. Bila dilihat dari masalah yang dihadapi tokoh, dapat dibedakan atas tokoh yang mempunyai karakter sederhana dan kompleks (Aminuddin dalam Siswanto, 2005: 143). Tokoh dinamis adalah tokoh yang kepribadiaanya selalu berkembang. Sebagai contoh tokoh Henry Pu Yi yang semula rendah hati tetapi karena terpengaruh akan kekuasaan di dalam kerajaan yang akhirnya membuatnya menjadi seorang yang angkuh tetapi tokoh Henry Pu Yi menjadi rendah hati kembali setelah menyadari bahwa dengan keangkuhannya dia tidak akan bisa hidup dengan kondisi kehidupannya yang sudah tidak menjadi kaisar. Tokoh statis adalah tokoh yang mempunyai kepribadian tetap. Contoh tokoh Henry Pu Yi yang semula memiliki watak curiga sampai diakhir cerita pun


(28)

akan tetap seorang yang berwatak curiga. Tokoh yang mempunyai karakter sederhana adalah tokoh yang mempunyai karakter seragam atau tunggal. Tokoh yang mempunyai watak yang kompleks adalah tokoh yang mempunyai kepribadian yang kompleks, misalnya tokoh Henry Pu Yi yang di mata masyarakat dikenal sebagai orang yang penuh curiga, ambisius, dan egois. Ternyata ia juga menjadi seorang yang sangat mencintai leluhurnya dan sangat ingin mempertahankan pemerintahan tetap dalam bentuk monarki sehingga menjadikannya seorang yang ambisius, egois dan penuh curiga. Henry Pu Yi semata-mata memiliki karakter demikian membuktikan betapa ia sangat mencintai kerajaan dan menghormati leluhurnya. Sukada (dalam Siswanto, 2005: 143)

merangkum keempat pembagian di atas menjadi tokoh datar (flat character),

yakni tokoh yang sederhana dan bersifat statis, dan tokoh bulat (round character), yakni tokoh yang memiliki kekompleksan watak dan bersifat dinamis.

Dilihat dari watak yang dimiliki tokoh, dapat dibedakan atas tokoh protagonis dan tokoh antagonis (Aminuddin dalam Siswanto, 2005:143). Tokoh protagonis adalah tokoh yang wataknya disukai pembacanya. Biasanya, watak tokoh semacam ini adalah tokoh yang baik dan positif, seperti dermawan, jujur, rendah hati, pembela, cerdik, pandai, mandiri dan setia kawan. Dalam kehidupan sehari-hari, jarang ada orang yang mempunyai watak yang seluruhnya baik. Selain kebaikan orang mempunyai kelemahan. Oleh karena itu, ada juga watak protagonis yang menggambarkan dua sisi kepribadian yang berbeda. Sebagai contoh, tokoh Henry Pu Yi dikenal dengan watak yang ambisius. Henry Pu Yi memang ambisius namun dia memiliki watak ambisius karena dia sangat mencintai warisan leluhurnya sehingga bersikeras untuk mempertahankannya.


(29)

Contoh lainnya watak Henry Pu Yi yang penuh dengan kecurigaan. Henry Pu Yi menjadi sangant pencuriga dikarenakan intrik politik dan banyaknya kecurangan yang ada di Istana kerajaan. Tokoh antagonis adalah tokoh yang wataknya dibenci pembacanya. Tokoh ini biasanya digambarkan sebagai tokoh yang buruk dan negatif, seperti pembenci, pencuriga, pemarah, angkuh, jahil dan nakal.

Boulton (Aminuddin dalam Siswanto, 2005: 144) mengungkapakan bahwa:

“Cara pengarang menggambarkan atau memunculkan tokohnya itu dapat berbagai macam, menampilkan tokoh yang hanya hidup di alam mimpi, tokoh yang memiliki semangat perjuangan dalam hidupnya, tokoh yang memiliki cara hidup yang sesuai dengan kehidupan manusia yang sebenarnya, maupun pelaku yang egois, kacau dan mementingkan diri sendiri.”

Ada beberapa cara memahami watak tokoh. Cara itu adalah melalui (1) tuturan pengarang terhadap karakteristik pelakunya (2) gambaran yang diberikan pengarang lewat gambaran lingkungan kehidupannya maupun caranya berpakaian (3) menunjukkan bagaimana perilakunya (4) melihat bagaimana tokoh itu berbicara tentang dirinya sendiri (5) memahami bagaiman jalan pikirannya (6) melihat bagaimana tokoh lain berbicara tentangnya (7) melihat tokoh lain berbincang dengannya (8) melihat bagaimanakah tokoh-tokoh lain itu memberi reaksi terhadapnya (9) dan melihat bagaimana tokoh itu mereaksi tokoh yang lain (Aminuddin dalam Siswanto, 2005:80-81).

Saleh Saad (dalam Baried, 1985:74) mengatakan, “ Bahwa soal tokoh erat sekali hubungannya dengan peristiwa-peristiwa”. Penggambaran kronologis tokoh oleh Lubis (dalam Baried,1985:75) Secara kronolis mula-mula tokoh utama mulai titik peristiwa A. Kemudian melalui berbagai perkembangan dia bergerak ke titik


(30)

peristiwa B, C, dan akhirnya sampai di titik peristiwa Z. Penampilan tokoh utama itu ada yang didahului dengan penceritaan tentang orang-orang yang menurunkannya. Maksudnya adalah untuk mengutarakan bahwa leluhurnya atau orang-orang yang menurunkannya pun juga termasuk hebat. Dengan demikian, Pembaca diajak untuk meyakini bahwa tokoh utama memang sudah pada tempatnya apabila memiliki sifat-sifat kebaikan dan kesaktian.

Tokoh, watak, dan penokohan tidak bisa berdiri sendiri dalam cerita rekaan. Ia selalu berhubungan dengan unsur-unsur pembangun cerita, seperti gaya bahasa, sudut pandang, suasana, latar, nilai, amanat, dan tema cerita.

2.2 Kajian Pustaka

Novel The Last Emperor yang merupakan autobiografi Henry Pu Yi ini

difokuskan pada seorang tokoh utama yaitu Henry Pu Yi. Setelah diterbitkan pada bulan Maret 2010 Paul Kramer menganalisis sifat dan karakter serta perjalanan hidup Henry Pu Yi, sejak Henry Pu Yi dinobatkan menjadi seorang kaisar pada tanggal 13 november 1908 malam, saat itu usia Henry Pu Yi masih 2 tahun.

Sepengetahuan penulis belum ada yang meneliti novel ini sebelumnya hanya ada beberapa yang meneliti tokoh utamanya lewat filmnya yang lebih dulu terbit pada tahun 2009. Ada beberapa penelitian yang juga meneliti novel dengan penelitianan yang difokuskan pada penokohannya tetapi diteliti dengan pendekatan yang berbeda dan dengan novel yang berbeda pula yakni:


(31)

Cui Xiandong yang meneliti tokoh utama kaisar Henry Pu Yi lewat film “The Last Emperor” pada tahun 2009

[2] 贾力娜.电影《末代皇帝》配乐赏析[J].兰州大学艺术学院,2009.

Jia Lina Lanzhou University College of The Arts. Penelitian ini menganalisis dari segi musikalnya lewat film “The Last Emperor” pada tahun 2009.

[3] 朱守云.[J].绝命于鸦片的末代皇后婉容.文史精华, 2009.

Shouyun Zhu meneliti tentang “Maharani Terakhir” Ibu suri Tzu Shi yang mengangkat Henry Pu Yi menjadi kaisar di Cina yang pada tahun 2009 meninggal karena bunuh diri berdasarkan sejarah.

Ada juga beberapa penelitian yang meneliti dari sudut penokohan dalam novel lain seperti:

[4] Umi Fauziah Mahasiswa Jurusan Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dengan judul penelitian “An Analysis of Main

Characters In Stephenie Meyer’s Novel: New Moon”. Fokus penelitian pada

Karakter tokoh utama di dalam novel tersebut. Novel tersebut menceritakan tentang tokoh-tokoh yang mempunyai ciri-ciri dan sifat yang berbeda-beda. Metode yang digunakan peneliti dalam menganalisis tokoh utama di dalam novel tersebut adalah metode penelitian kepustakaan yaitu dengan membaca beberapa buku tatan bahasa inggris sebagai bahan referensi atau sebagai sebagai rujukan yang mendukung untuk judul tersebut.


(32)

[5] Verawati Ratu Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dengan judul penelitiannya “Perilaku

Menyimpang Tokoh Utama dalam Novel Gerhana Kembar Karya Clara NG”:

Tinjauan Psikosastra.

Penelitian yang dilakukan penulis berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Penulis meneliti dari segi

penokohannya dalam novel The Last Emperor sedangkan peneliti sebelumnya

meneliti tokoh utama dalam film The Last Emperor dan meneliti tokoh utama

dalam novel yang berbeda.

2.3 Landasan Teori

Landasan teori yang dipergunakan penulis dalam menganalisis tokoh utama dalm novel The Last Emperor adalah teori strukturalis medan psikoanalisis oleh Sigmund Freud. Kehadiran teori sutrukturalisme dalam penelitian sastra, sering dipandang sebagai teori atau pendekatan. Hal ini pun tidak salah, karena baik pendekatan maupun teori saling melengkapi dalam penelitian sastra. Pendekatan strukturalisme akan menjadi sisi pandang apa yang akan diungkap melalui karya sastra sedangkan teori adalah pisau analisisnya.

Strukturalis pada dasarnya merupakan cara berpikir tentang dunia yang terutama berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi struktur-struktur. Dalam pandangan ini karya sastra diasumsikan sebagai fenomena yang saling terkait satu sama lain. Kodrat struktur itu akan bermakna apabila dihubungkan dengan struktur lain. Struktur tersebut memiliki bagian yang kompleks, sehingga


(33)

pemaknaan harus diarahkan ke dalam hubungan antar unsur secara keseluruhan. Keseluruhan akan lebih berarti dibanding bagian atau fragmen struktur.

Penelitian struktural lebih objektif karena hanya berdasarkan sastra itu sendiri. Dengan tanpa campur tangan unsur lain, karya sastra tersebut akan dilihat sebagaimana cipta estetis. Dalam penelitian struktural, penekanan pada relasi antar unsur pembangun teks sastra. Penekanan strukturalis adalah memandang karya sastra sebagai teks mandiri. Penelitian dilakukan secara obyektif yaitu menekankan aspek intrinsik karya sastra. Keindahan teks sastra bergantung penggunaan bahasa yang khas dan relasi antar unsur yang mapan. Unsur-unsur itu tidak jauh berbeda dengan sebuah“artefak” (benda seni) yang bermakna. Artefak

tersebut terdiri dari unsur dalam teks seperti ide, tema, plot, latar, watak, tokoh, gaya bahasa, dan sebagainya yang jalin menjalin rapi. Jalinan antar unsur tersebut akan membentuk makna yang utuh pada sebuah teks. Itulah sebabnya (Aminuddin dalam Endraswara Suwari, 2008: 52) mengungkapkan penelitian struktur internal karya sastra merupakan the ontological structure of the work of art. Dari sini tampak bahwa karya sastra merupakan: organized whole has various

constituente, unsur-unsur pemadu dalam totalitas itu memiliki stratifikasi

hubungan tertentu. Analisis strukturalisme biasanya mengandalkan paham posivistik yaitu berdasarkan tekstual. Peneliti membangun yang handal, kemudian diterapkan untuk menganalisis teks. Metode positivistik ini biasanya juga sering digunakan oleh kaum formalis, yang mempercayai teks sebagai studi utama.

Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia tiga penerapan: 1) suatu


(34)

metoda penelitian dari pikiran; 2) suatu ilmu pengetahuan sistematis mengenai perilaku manusia, dan 3) suatu metoda perlakuan terhadap penyakit pskologis atau emosional. Dalam bukunya The Ego and The Id (1923), Sigmund Freud (dalam Susanto Dwi, 2012: 61) membagi struktur kepribadian manusia itu secara kronologis adalah id, ego, dan superego. Struktur ini dalam kelompok topografi dapat disejajarkan dengan ketidaksadaran untuk id sedangkan untuk ego dan superego merupakan tingkat kesadaran manusia. Id dianggap sebagai struktur kepribadian manusia yang tertua yang ada sejak manusia dilahirkan. Id ini diturunkan secara genetik dan berkaitan dengan dorongan-dorongan yang bersifat biologis. Id menjadi satu sumber energi pada manusia. Id sendiri bersifat kacau, artinya bahwa mekanisme dari Id ini tanpa aturan, tidak mengenal nilai-nilai moralitas dan tidak bisa membedakan antara benar dan salah. Ia bekerja atas keinginan kesenangan dan tidak senang. Id sendiri bekerja dengan dua cara yakni secara refleksi dan melalui proses primer. Sebagai contoh bila seseorang lapr atau bayi lapar, dia akan mencari air susu ibunya ataupun ketika menginjak api, maka orang langsung menghindar. Kerja semacam ini disebut dengan kerja refleks. Namun, refleks ini tidak selalu mampu menahan ketegangan sehingga manusia memerlukan satu citra yang ideal dari objek yang ingin diraihnya atau objek pemuasan bayangan dan dianggap sebagai primer yang di irikan tidak masuk akal atau tidak logis, tidak dapat membedakan yang khayal dan realitas. Manusia dalam proses hidupmemerlukan kebutuhan untuk mampu membedakan antara yang khayal dan yang bukan khayal sehingga terbentuklah kepribadian yang selanjutnya, yakni ego.


(35)

Ego merupakan bagian dari kepribadian yang harus patuh terhadap id dalam mencari realitas yang id butuhkan sebagai peredam dari ketegangan – ketegangan. Atas asumsi ini dapat dikatakan bahwa ego telah dapat membedakan yang khayal dan yang bukan khayal. Dia mampu meredam ketegangan dengan batas tertentu karena ego itu bekerja pada prinsip realitas. Dengan mempertahankan prinsip realita itu ego dapat meredam pemuasan kebutuhan dengan cara diubah pemuasannya atau menunda pemuasan diri dengan cara mencari pemusan yang lain sesuai dengan prinsip-prinsip sosial, lingkungan, dan hati nurani. Ego juga menggunakan pikiran secara rasional dalm menentukan kebutuhan-kebutuhan tersebut.

Superego secara sederhana dapat diartikan sebagai representasi dari berbagai nilai dan hukum- hukum satu masyarakat dalam mana individu tersebut berada disitu. Superego diperoleh seseorang ketika masih kecil melalui proses pendidikan, sosialisasi, perintah, dan laranganataupun hukuman. Bila tahap oidipal dilakukan dengan baik, maka superego seseorang itu dapat terbentuk dengan baik pula. Sigmund Freud membagi superego ini menjadi dua bentuk yakni ego ideal dan hati nurani. Hukuman dan larangan yang diberikan pada waktu kecil mampu membentuk hati nurani seseorang. Ego ideal merupakan wujud dari sosialisasi waktu kecil; melalui pujian dan berbagai hadiah yang diberikan atas berbagai tindakan yang dianggap baik oleh lingkungan, terutama keluarga. Superego ini menjadi satu landasan seseorang dalam melakukan pengendalian diri.


(36)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang berusaha menggambarkan objek sesuai apa adanya. Yang bertujuan mengangkat fakta, keadaan dan variabel yang terjadi saat penelitian berlangsung.

3.1 Pendekatan Penelitian

Dalam sebuah karya sastra ada dua pendekatan yang digunakan dalam menganalisis sebuah karya sastra. Secara garis besar, Tanaka (dalam Endraswara, 2009: 9) mengenalkan dua pendekatan yaitu mikro sastra dan makro sastra. Dua tawaran pendekatan tersebut sebenarnya sejajar dengan pendekatan Wellek dan Warren (1989), yaitu pendekatan intrinsik dan ekstrinsik. Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan pendekatan intrinsik sastra yang memfokuskan pada hubungan sastra dan unsur intrinsik sastra, yaitu analisis karakter dan tema yang mempengaruhi perilaku tokoh utama berdasarkan unsur intrinsik sastra.


(37)

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian skripsi ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data berupa teknik pustaka yaitu; teknik yang mengumpulkan semua hal yang berkaitan dengan objek yang diteliti melalui sumber-sumber tertulis seperti buku dan media internet untuk memperoleh data dengan pendekatan objektif dan unsur intrinsik sastra. Dalam novel ini peneliti mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan unsur intrinsik sastra. Menurut Endraswara, 2009: 9 adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah:

1. Membangun teori struktur sastra sesuai dengan genre yang diteliti. Sruktur yang dibangun harus mampu menggambarkan teori struktur yang handal, sehingga mudah diikuti oleh peneliti sendiri. Peneliti perlu memahami hakikat setiap unsur pembangun karya sastra.

2. Peneliti melakukan pembacaan secara cermat, mencatat unsur-unsur yang

terkandung dalam bacaan itu. Setiap unsur dimasukkan ke dalam kartu data, sehingga memudahkan analisis. Kartu data sebaiknya disususn alpabetis, agar mudah dilacak setiap unsur.

3. Unsur tema, sebaiknya dilakukan terlebih dahulu sebelum membahas

unsur lain, karena tema akan selalu terkait langsung secara komprehensif dengan unsur lain.

4. Setelah analisis tema, baru analisis alur, konflik, sudut pandang, gaya, dan setting.


(38)

5. Semua penafsiran unsur-unsur harus dihubungkan dengan unsur lain, sehingga mewujudkan kepaduan makna struktur.

6. Penafsiran harus dilakukan dalam kesadaran penuh akan pentingnya

keterkaitan antar unsur. Analisis yang meninggalkan kepaduan srtuktur, akan bisa menghasilkan makna yang mentah.

3.3 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah hal-hal yang berkaitan dengan

perilaku tokoh utama dalam novel The Last Emperor autobiografi Henry Puyi

dengan ketebalan 468 halaman yang terdiri dari 34 bab, penerbit Serambi Ilmu Semesta tahun 2010 dan diterjemahkan dengan judul yang sama oleh penerbit Skyhorse Publishing. Inc, USA.

. Judul Novel : The Last Emperor

. Karya : Henry Puyi

. Penerbit : Serambi Ilmu Semesta

. Tahun : 2010

. Diterjemahkan oleh : Fahmi Yamahi


(39)

3.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan penulis dalam penulisan skripsi ini adalah teknik kualitatif dengan metode deskriptif yang penerapannya bersifat menuturkan, menganalisis dan menafsirkan. Langkah yang dilakukan dalam menganalisis data

dalam penelitian novel The Last Emperor menurut Aminuddin (dalam Siswanto,

2010: 145) adalah:

1. Menganalisisis melalui tuturan pengarang terhadap karakteristik pelakunya

2. Menganalisis dari gambaran yang diberikan pengarang lewat

gambaran lingkungan kehidupannya maupun caranya berpakaian.

3. Menganalisis melalui perilaku tokoh

4. Menganalisis dari bagaimana tokoh itu berbicara tentang dirinya sendiri

5. Menganalisis dari jalan pikiran tokoh

6. Menganalisis dari bagaimana tokoh lain berbicara tentangnya

7. Menganalisis dari tokoh lain berbincang dengannya

8. Menganalisis dari bagaimana tokoh-tokoh yang lain memberi

reaksi terhadapnya

9. Menganalisis dari bagaimana tokoh itu dalam mereaksi tokoh yang lain.


(40)

BAB IV

ANALISIS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL THE LAST EMPEROR

AUTOBIOGRAFI HENRY PU YI DITINJAU DARI MASALAH YANG DIHADAPI TOKOH DAN PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN TOKOH

Pada bab empat dipaparkan mengenai analisis watak tokoh utama Henry Pu Yi di dalam novel The Last Emperor yang merupakan autobiografi Henry Pu Yi sendiri yang ditinjau dari masalah yang dihadapi tokoh dan perkembangan kepribadian tokoh .

4.1 Analisis Unsur Yang Membangun Novel

Dalam penelitian ini, penulis menganalisis tokoh utama dalam novel The

Last Emperor, yang diterbitkan pada tahun 2010 yang merupakan autobigrafi

Henry Pu Yi. Tokoh Henry Pu Yi adalah seorang Kaisar yang dinobatkan menjadi Kaisar pada usia yang masih sangat dini yakni pada usia dua tahun. Kaisar Henry Pu Yi diangkat langsung oleh janda permaisuri Tzu Hsi yang sebelumnya berkuasa dan memerintah pada masa Dinasti Qing. Kaisar Henry Pu


(41)

Yi memerintah pada masa dinasti Qing yang juga merupakan Kaisar terakhir sekaligus bernasib tragis di Cina. Henry Pu Yi adalah Kaisar yang terakhir di Cina sebelum akhirnya Cina berevolusi dari bentuk pemerintahan monarki ke bentuk pemerintahan Republik. Dalam menganalis tokoh utama Henry Pu Yi tersebut, penulis bekerja pada teori strukturalisme genetik yang menganalisis tokoh berdasarkan unsur-unsur intrinsik sastra. Untuk mendukung analisis tokoh utama dalam novel The Last Emperor yang diterbitkan pada tahun 2010 yang merupakan autobiografi Henry Pu Yi itu sendiri, maka penulis juga menganalisis secara singkat mengenai tema, plot, karakter, setting dan sudut pandang.

Sebagai pokok pendukung analisis tokoh utama Henry Pu Yi, maka penulis juga memaparkan secara singkat analisis tema, plot, karakter, setting dan sudut pandang.

4.1.1 Tema

Novel The Last Emperor, 2010 autobiografi Henry Pu Yi adalah novel

yang bertemakan sejarah perjalanan kehidupan seorang Kaisar yang memiliki nasib tragis dan juga merupakan kaisar terakhir di Cina, terjadi pada masa Dinasti Qing. Tokoh Henry Pu Yi adalah seorang Kaisar yang dinobatkan menjadi Kaisar pada usia yang masih sangat dini yakni pada usia dua tahun. Kaisar Henry Pu Yi diangkat langsung oleh janda permaisuri Tzu Hsi yang sebelumnya berkuasa dan memerintah pada masa Dinasti Qing. Kaisar Henry Pu Yi memerintah pada masa dinasti Qing yang juga merupakan Kaisar terakhir sekaligus bernasib tragis di Cina. Henry Pu Yi adalah Kaisar yang terakhir di Cina sebelum akhirnya Cina berevolusi dari bentuk pemerintahan monarki ke bentuk pemerintahan Republik.


(42)

Novel The Last Emperor yang bertemakan perjalanan hidup seorang Kaisar dapat juga kita lihat dari kutipan di bawah ini.

...” Dua hari setelahnya, dia meninggal (Janda permaisuri Tzu Hsi), dan tak lama setelah itu keponakannya yaitu sang Kaisar, Kuang Hsu, juga meninggal. Pada hari ke-9 di bulan ke-11 dari kalender matahari, atau tanggal 2 Desember 1908, upacara penobatanku ke Singgasana Naga Kekaisaran diselenggarakan. Ini Upacara yang dilakukan di Aula Kedamaian Abadi di dalam Kota terlarang yang bisa menampung ribuan orang istana. Namun, menurut kebiasaan, sebelum dimulai aku harus menerima pimpinan tentara istana dan para menteri istana di Aula Kedamaian Abadi dimana mereka akan melakukan kowtow. Baru setelahnya, aku akan diantarkan ke Aula Kedamaian Abadi untuk menerima para pejabat sipil dan militer, raja kecil dan gubernur.” ( The Last Emperor, 2010: 11)

4.1.2 Plot

Novel The Last Emperor yang terbit pada tahun 2010 ini memiliki Plot atau alur mundur, dimana novel ini merupakan hasil Autobiografi sang Kaisar Henry Pu Yi yang kemudian dikemas menjadi sebuah Novel yang memliki plot atau alur mundur, dimana semua cerita yang digambarkan pada Novel ini merupakan hasil Autobiografi yang dituliskan sang Kaisar Henry Pu Yi pada saat berada di tahanan di Unisoviet, disanalah Henry Pu Yi menuliskan semua catatan-catatan tentang kehidupannya sampai akhirnya menjadi sebuah Autobiografi. Seperti yang tertulis pada kutipan berikut.

...” Aku merasa sangat puas dengan kesetiaan Li Besar dan merasa aman. Sementara itu, aku mengingatkan keponakanku kembali kalau aku akan terus menuliskan autobiografi ku. Aku menuliskan silsilahku, bagaimana Tzu Hsi menunjuk diriku sebagai seorang Kaisar, bagaimana aku menghabiskan masa kecilku di Kota Terlarang, bagaimana aku mencari perlindungan ke Kedutaan Jepang, bagaimana aku menjelajahi kehidupanku di Tientsin. Kemudian aku menuliskan kisah “Penculikanku” dan tahun-tahun


(43)

yang menyengsarakan di Changchun”. (The Last Emperor, 2010:351)

Selain dari prakata di atas, yang menjelaskan hal yang serupa adalah pada kutipan berikut.

...” Oleh karenanya, setelah menyelesaikan autobiografiku, aku memutuskan untuk mencobanya sekali lagi. Aku merasa setidaknya mencoba mencuci bajuku sendiri walaupun hal itu sangat sulit. Bila tidak, pusat pengendalian tidak akan memercayai reformasi yang telah kulakukan.” ( The Last Emperor, 2010 Prakata: 353)

Berikut ini adalah analisis plot yang menggunakan pendekatan intrinsik. Secara umum pola atau alur cerita atau plot adalah sebagai berikut:

(a) Pengenalan masalah

(b) Timbulnya konflik

(c) Konflik memuncak

(d) Klimaks

(e) Pemecahan masalah

1. Pengenalan masalah

Pengenalan masalah diawali dari situasi kehidupan Kaisar Henry Pu Yi ketika ditunjuk dan diangkat menjadi Kaisar oleh janda Permaisuri Tzu Hsi pada 13 November 1908 malam. Masalah yang timbul sudah terlihat saat Henry Pu Yi dinobatkan menjadi Kaisar. Seperti yang tergambar pada kutipan di bawah ini.


(44)

...“ Pada 13 November 1908 malam, atau hari 20 dari bulan ke-10 tahun ke-34 pemerintahan Kuang Hsu, istana adik Kaisar, yang aku diami, dilanda kekacauan. Nenekku pingsan, sementara para kasim dan pelayan kerajaan mencoba menyadarkannya, semua anak dan orang dewasa menangis. Hal itu disebabkan aku sebagai pewaris Kaisar , dari Dinasti Qing, telah menolak panggilan dari

Kota Terlarang yang diantarkan oleh Dewan Besar.” ( The Last

Emperor, 2010: 9)

Selain darikutipan prakata diatas, hal serupa yang menjelaskan adalah pada kutipan berikut.

...“ PERJANJIAN PERLAKUAN yang paling baik, “ yang ditandatangani Pemerintahan Republik dan Istana Manchu, menegaskan bahwa aku boleh melanjutkan kehidupan di kota Terlarang dan mempertahankan tradisi kerajaan. Di dalam perjanjian ini tidak ditetapkan jangka waktu yang tegas mengenai seberapa lama aku bisa hidup dalam keadaan seperti ini. Kecuali untuk tiga bangunan yang telah diambilalih oleh Pemerintahan Republik, semua daerah

kota Terlarang lainnya tetap menjadi dunia kecilku”. (The Last

Emperor)

2. Timbulnya konflik

Pengungkapan peristiwa terjadi ketika Kaisar Henry Pu Yi memiliki surat perjanjian perlakuan yang paling baik yang ditandatangani pemerintah Republik dan Istana Manchu.

Hal ini tergambar dari kutipan berikut.

” PERJANJIAN PERLAKUAN yang paling baik” yang ditandatangani Pemerintah Republik dan Istana Manchu, menegaskan bahwa aku boleh melanjutkan kehidupan di Kota Terlarang dan mempertahankan tradisi kerajaan. Di dalam perjanjian ini tidak ditetapkan jangka waktu yang tegas mengenai seberapa lama aku bisa hidup dalam keadaan seperti ini. Kecuali untuk tiga bangunan yang telah diambil alih oleh Pemerintah Republik, semua daerah kota terlarang lainnya tetap menjadi dunia kecilku.” ( The Last Emperor, 2010:22)


(45)

Selain adanya perjanjian perlakuan yang paling baik yang menimbulkan konflik ada juga faktor lain yang menimbulkannya yaitu saat Henry Pu Yi tertarik untuk keluar negeri dan berencana untuk meninggalkan kota Terlarang, adapun kutipan yang menggambarkan peristiwa tersebut adalah sebagai berikut.

...” Aku sangat lelah mengahadiri berbagai upacara tradisional dan mencapai titik di mana aku sangat membenci naik tandu kuning dengan atap berwarna emas. Kadang-kadang aku menuduh para kasim tidak setia karena hal kecil dan mengirimkan mereka ke biro administrasi untuk mendapatkan hukuman. Namun, hal yang membuat para pangeran dan para pejabat tinggi tidak nyaman adalah saat aku akan berencana akan menata ulang struktur di Istana dan melakukan penyelidikan mendalam terhadap kondisi keuangan, dan pada saat yang lain mengatakan bahwa aku ingin meninggalkan kota Terlarang untuk belajar di lar negeri. Semua orang merasa ketakutan dan gemetaran sepanjang hari sehingga kuncir mereka memutih karena gelisahnya.” ( The Last Emperor, 2010:123)

Selian kutipan di atas ada juga kutipan lain yang menggambarkan peristiwa terjadinya konflik seperti pada kutipan berikut.

...” Beberapa pangeran dan pejabat tinggi bahkan pernah mempertimbangkan permintaanku untuk pergi ke luar negeri sebelum aku memintanya dan inilah sebabnya mengapa Jhonson dipekerjakan untuk mengajariku bahasa inggris. Setelah pernikahanku, aku menerima banyak memo dari pensiunan pejabat Qing yang menyarankanku untuk pergi ke luar negeri. Namun, saat aku mulai mengajukan pertanyaan itu, hampir semua orang menentangnya dan alasan yang diberikan sering kali seperti berikut: “ Kalau yang Mulia, Sang Kaisar, meninggalkan kota Terlarang maka itu berarti anda telah melanggar perjanjian perlakuan baik. Karena Republik belum menarik kembali

Perjanjian itu, kenapa anda harus mengakhirinya?.” ( The Last

Emperor, 2010:124)

3. Konflik Memuncak

Dalam novel The Last Emperor 2010 Autobiografi Henry Pu Yi ini,

konflik mulai terjadi saat tentara Jenderal Feng Yu Hsiang mengusir Henry Pu Yi keluar dari kota terlarang diamana kehidupan yang relatif damai itu berlangsung


(46)

sampai 5 November 1924, saat peperangan di sekeliling Beijing mencapai puncaknya. Peristiwa ini ditandai dari kutipan berikut ini.

…” Namun, hal yang tidak bisa dihindarkan itu akhirnya terjadi juga. Pada pukul Sembilan di pagi hari pada 5 November, aku sedang makan buah-buahan di Istana akumulasi Keanggunan dan sedang berbicara dengan istriku, Wan Jung, saat pejabat tinggi dari Departemen Rumah Tangga masuk dengan paniknya. Shao Ying si kepala Departemen membawa Dokumen di tangannya.

“Yang Mulia…Yang Mulia,” ujarnya terengah-engah karena kehabisan napas. “Feng Yu-hsiang telah mengirimkan pasukan guna mengawal seorang wakilnya untuk mengatakan kepada kita bahwa Republik akan mengakhiri Perjanjian Perlakuan Baik. Mereka mengirimkan Dokumen dan ingin anda menandatanganinya.”

“ Aku langsung meloncat, menjatuhkan apel yang baru setengahnya ku makan ke lantai, dan meraih dokumen itu dari tangannya. Ternyata berisi “revisi” dari Perjanjian Perlakuan Baik yang akan mengakhiri kedudukanku sebagai Kaisar dan menjadikanku rakyat biasa, mengurangi subsidi tahunan dari 4.000.000.000 dolar setahun menjadi 500.000 , memintaku untuk mengosongkan Kota Terlarang, menyediakan perlindungan atas berbagai kuil dan kompleks pemakaman leluhurku serta berjanji untuk menjaga properti pribadiku.”

“Sesungguhnya , Perjanjian Revisi ini tidak seburuk yang kuduga sebelumnya. Hal yang paling mengecutkan diriku adalah ucapan Shao Ying-“ Mereka mengatakan, dalam waktu tiga jam kita sudah harus keluar dari Kota Terlarang”. (The Last Emperor, 2010: 161,162,163)

4. Puncak konflik

Puncak konflik terjadi ketika Henry Pu Yi di tahan dan dimasukkan ke dalam penjara di Unisoviet selama lima tahun seperti yang tertulis di bawah ini.

…” Saat pesawat terbang tiba di Chitai di Siberia, hari sudah menjelang malam. Bersama dengan diriku dikelompok perang Manchukuo pertama adalah Pu Chieh, kedua iparku, ketiga keponakanku, seorang dokter, dan seorang pelayan. Kami segera diperintahkan masuk ke dalam sebuah sedan Tentara Soviet yang telah

menunggu kami dan meninggalkan lapangan terbang”. (The Last


(47)

Selain dari kuitipan di atas ada juga kutipan lain yang menggambarkan puncak dari konflik tersebut seperti di bawah ini.

…” Selama masa tahanan lima tahun di Rusia Soviet, aku tidak bisa melepaskan hak prerogatifku sebagai darah biru Manchu. Saat kami di pindahkan di pusat tahanan di Khabarovsk dan tidak disediakan pelayan, orang-orang masih setia melayaniku. Anggota keluargaku membereskan tempat tidurku, membersihkan kamarku, membawakan makananku, dan mencucikan paianku. Bahkan walaupun mereka tidak berani memanggilku Kaisar di depan khayalak ramai, mereka masih memanggilku “ Yang Diagungkan”, dan setiap pagi, ssat datang ke

kamarku, mereka selalu memberikan penghormatan kepadaku.” (The

Last Emperor, 2010:310)

5. Pemecahan Masalah

Setelah mengalami perjalanan yang panjang mulai meninggalkan istana sampai akhirnya masuk penjara sebagai tawanan perang, akhirnya Henry Pu Yi mengadakan pencucian otak agar terlepas dari pemikiran-pemikiran yang terdahulu dimana Henry Pu Yi benar-benar terobsesi dengan kedudukan nya yang terdahulu seperti yang tertulis di bawah ini.

…” Walaupun dalam proses pencucian otak, isolasi adalah salah satu langkah yang paling penting, saat itu aku tidak memahaminya. Aku pikir Partai komunis masih menilai aku sebagai musuh besar dan benar-benar terobsesi dengan masa laluku bukan dengan bagaimana proses reformasi pada masa depan. Aku meyakini pemisahan aku dan keluargaku semata-mata hanya untuk mempersiapkan hukuman pamungkas yang akhirnya akan mengahampiriku.” ( The Last Emperor, 2010: 334)

4.1.3 Setting

Dalam novel The Last Emperor ada beberapa setting yang menjadi tempat

terjadinya peristiwa-peristiwa yang digambarkan di dalam novel The Last


(48)

Pelabuhan Arthur, dan Unisoviet. Berikut adalah pemaparan mengenai Kota Terlarang ( Beijing) tersebut.

…” Upacara ini dilakukan di aula Kedamaian Abadi di dalam Kota Terlarang yang bisa menampung ribuan orang istana. Namun, menurut kebiasaan , sebelum dimulai aku harus menerima pimpinan tentara istana dan para menteri istana di Aula Kedamaian Abadi untuk menerima para pejabat sipil dan militer, raja kecil dan gebernur.” ( The Last Emperor, 2010: 11)

Selain kutipan di atas ada juga kutipan yang menggambarkan situasi di Kota Terlarang tersebut seperti berikut.

…” Dahulu Kota Terlarang , pada jam-jam tertentu, tidak seorang pun lelaki diizinkan masuk ke dinding kota, Selain pengawal dan anggota keluarga Kaisar.” ?( The Last Emperor, 2010: 56)

Selain di Kota Terlarang tempat lain yang yang menjadi setting novel The

Last Emperor 2010 selanjutnya adalah Tientsin. Henry Pu Yi meninggalkan

Istana dan pergi ke sebuah kota bernama Tientsin. Seperti terlihat pada kutipan di bawah ini.

…” Saat tiba ke Tientsin aku menemukan bahwa Lo Chen-yu tidak mengungkapkan semuanya kepadaku saat mengatakan bahwa rumahku sudah dipersiapkan dengan baik dan oleh karenanya aku harus tinggal di Hotel Yamato selama sehari semalam. Hari berikutnya Wan Jung dan Wen Hsiu, sebagaimana orang-orang yang menemaniku di Kedutaan Jepang, tiba dan kami pindah ke taman Chang yang sudah dilengkapi dengan perabotan dengan terburu-buru.” ( The Last Emperor, 2010: 178) Setelah tinggal di taman Chang untuk sementara akhirnya Kaisar Henry Pu Yi dan keluarganya meninggalkan taman Chang dan akhirnya bergerak menuju Sungai putih seperti yang tergambar di kutipan berikut.

…” Setelah mobil berhenti di depan restoran itu, pelayanku serta yoshida membuka kursi belakang dan menolongku keluar. Kami bertiga memasuki restoran bersama-sama. Di sini seorang kapten Jepang yang telah menunggu kami selama beberapa saat, memberikan jaket dan topi tentara Jepang, lalu dengan terburu-buru mengenakannya kepadaku.


(49)

Kemudian sang kapten dan aku masuk ke dalam sebuah mobil militer Jepang yang dikirim komandan garnisun konsensi Jepang. Mobil ini sama sekali tidak memiliki kesulitan untuk menembus sejumlah rintangan jalanan dan kami langsung menuju dermaga di tepi sungai putih”. ( The Last Emperor, 2010:215)

Setelah Kaisar Henry Pu Yi dan keluarganya melewati Sungai Putih berikutnya mereka akan menuju pelabuahn Arthur seperti yang terdapat pada kutipan berikut.

…” Saat pertama kali tiba di pelabuhan Arthur, Cheng Hsiao-hsu telah bernegoisasi dengan Honjo mengenai berbagai kondisi yang akan kuterima sebagai seorang kepala Eksekutif dan syarat atas statusnya sendiri sebagai Perdana Menteri” ( The Last Emperor, 2010: 247)

Selain di pelabuhan Arthur Kaisar Henry Pu Yi juga berada di Negara Uni soviet yang merupakan tempat Kaisar Henry Pu Yi di tahan sebagai tahanan dan mengalami banyak kisah tragis dan juga mengalami pencucian otak seperti yang tergambar dalam kutipan di bawah ini.

…” Namun, aku tahu bahwa untuk meraih tujuan ini maka pertama-tama aku harus memastikan kalau aku tinggal di Rusia dan dengan pemikiran inilah selama lima tahun berada di Uni Soviet, aku rajin menulis surat kepada pihak yang berwajib untuk meminta izin agar tetap di sana selamanya.” (The Last Emperor,2010:307)

Selain kutipan di atas yang menggambarkan Negara Unisoviet tersebut ada juga kutipan yang menggambarkan setting yang terjadi di Negara Uni soviet ini seperti yang terlihat dalam kutipan berikut.

…” Selama masa tahanan lima tahun di Rusia Unisoviet, aku tidak pernah bisa melepaskan hak prerogatifku sebagai darah biru Manchu. Saat kami di pindahkan ke pusat tahanan di Khabarovsk dan tidak disediakan pelayan, orang-orang masih setia melayaniku. Anggota keluargaku membereskan tempat tidurku, membersihkan kamarku, membawakan makananku, dan mencucikan pakaianku. Bahkan walaupun mereka tidak memanggilku Kaisar di depan khalayak ramai, mereka masih memanggilku “ Yang Diagungkan” , dan setiap pagi, saat datang ke kamarku, mereka selalu memberikan penghormatan kepadaku.” ( The Last Emperor, 2010: 310)


(50)

4.1.4 Tokoh, watak, penokohan

Terdapat banyak tokoh di dalam novel The Last Emperor. Ditinjau dari peranan dan keterlibatan dalam cerita , tokoh dapat dibedakan atas (a) Tokoh primer yakni tokoh utama, (b) tokoh sekunder yakni tokoh bawahan, (c) tokoh kompelenter yakni tokoh tambahan ( Sujiman, Sukada, Aminuddin dalam siswanto, 2010:143).

Tokoh utama dalam novel The Last Emperor adalah sebagai berikut:

1. Henry Pu Yi yang merupakan Kaisar terakhir yang ada di Cina

Tokoh sekunder atau yang merupakan tokoh bawahan

1. Tzu Hsi yang merupakan janda permaisuri yang mengangkat Henry Pu Yi

sebagai Kaisar

2. Pangeran Wali yang merupakan Ayah dari Kaisar Henry Pu Yi

3. Yuan Shih Kai seorang yang mengajukan penurunan tahta bagi Kaisar

Henry Pu Yi

4. Pu Chieh yang merupakan adik laki-laki Henry Pu Yi

5. Chen Pao Shen yang merupakan Tutor Kaisar Henry Pu Yi

6. Reginald Jhonson yang merupakan tutor Kaisar Henry Pu Yi yang

merupakan tutor Kaisar Henry Pu Yi yang berasal dari Inggris

7. Wan Jung yang merupakan isteri Henry Pu Yi yang merupakan seorang


(51)

Terdapat pula tokoh- tokoh komplementer atau tokoh tambahan di dalam novel The Last Emperor.

8. Kuang Hsu yang merupakan seorang Kaisar yang merupakan keponakan

dari janda permaisuri Tzu Hsi

9. Lung Yu yang juga merupakan seorang janda permaisuri

10. Sun Yat Sen yang pernah menempati posisi sementara sebagai Presiden di Nanking

11. Kaisar Chien Lung yang pernah memerintah dari tahun 1707-1799, Kaisar Tung Chieh yang isterinya menjadi ibu Kaisar Henry Pu Yi Tuan Kang yang merupakan selir tinggi di Istana

12. Wang Chiao yang merupakan Ibu susu Henry Pu Yi

13.Chang Chien Ho yang merupakan kepala kasim dan inspektur Jenderal

para kasim

14. Juan Chin Shou yang merupakan Deputi kasim dan inspektur para kasim

15. Kaisar Chien Lung yang pernah memerintah pada tahun 1707-1798

16. Lili yang merupakan adik ke tiga dari Kiasar Henry Pu Yi

17.Frank J Goog Now yang merupakan seorang mantan Prof Universitas

Columbia dan Penasihat Amerika bagi Presiden Yuan

18. Li Yuan Hung yang sebelumnya menjabat sebagai wakil Presiden


(52)

19.Jenderal Tuan Chi Jui sebagai perdana Menteri

20.Liang Ting Fen yang merupakan seorang tutor baru bagi Kaisar Henry Pu

Yi

21.Chang Hsun yang merupakan mantan Raja muda di Kiangsi

22. Kiangsu dan Arhwei serta Gubernur Kiangsu

23.Kaisar Kang His yang merupakan Kaisar yang sangat muda 1654-1722, Li

Yuan Hung yang merupakan Mantan Presiden

24.Chang Shao Lin yang merupakan orang yang menganuhgerahkan jabatan

Raja muda dan pemimpin tiga provinsi timur Manchuria dan memerintahkannya untuk datang ke sisi Kaisar Henry Pu Yi secepatnya

25. Tuan Chi Jui yang datang untuk menghukum para pemberontak dengan

mengebom Istana

26.Wang Chiu Cheng yang merupakan seorang pedagang yang menyediakan

seragam kepada pasukan chili

27.Chang Ching Hui yang menjadi orang ke dua di tentara fengtian dan kelak menjadi perdana menteri Manchukuo

28.Wu Fei Fu yang merupakan salah satu pemimpin chili

29.Feng Yu Hsiang yang merupakan bawahan Wu Fei Fu

30.Chuang Ho yang merupak selir tinggi yang merupakan Ibu Kaisar Henry


(53)

31. Jung Hui yang merupakan seorang selir

32. Yin Chang yang memegang kepala jabatan ajudan di kantor kepresidenan

33.Hsu Shih Chang yang merupakan Presiden yang jatuh

34. Li Yuan Chang yang merupakan presiden yang mengganti Hsu Shih

Chang

35.Dr. Hu Shih yang merupakan penulis buku “Picnic by The River”

36.W.J Oudenjk yang merupakan perdana menteri Belanda

37. Chia Ching 1760-1820 masa pemerintahan yang mana setiap peti ditutup

dengan segel

38.Chien Kung seorang Kaisar yang memerintah dari tahun 1707-1799

39. Kaisar Yun Chen 1678-1733 Kaisar yang pernah menulis

40. Kang His yang pernah memerintah 1654-1722

41.Yi Ko Tan yang merupakan tutor Manchu

42.Chia Ching yang merupakan Kaisar sebelumnya yang memerintah pada

tahun 1800

43. Shao Ying yang merupakan pengawas di Departemen Rumah Tangga

sebelumnya

44.Cheng Hsiao Hu yang merupakan pengawas departemen berikutnya


(54)

46.Feng Yu Hsiang yang merupakan seorang Jenderal yang mengusir Kaisar Henry Pu Yi keluar dari kota terlarang

47.Jun Yuan yang merupakan Ayah mertua Kaisar Henry Pu Yi

48. Dr. Dipper yang merupakan seorang Dokter di Rumah sakit Jerman

49. Tuan Chi Jui yang merupakan kepala eksekutif dan pemerintahan baru

50.Chin Liang yang merupakan seorang pejabat tingggi di Departemen

Rumah Tangga

51.Lo Chen Yu dan

52.Shi Geru Yoshida yang merupakan seorang konsul Jenderal Jepang di

Tientsin

53.Chang Hsueh Liang merupakan seorang marshal muda yang merupakan

putera dari tutor Chen Shao Lin

54.Kuomintang yang merupakan seorang yang sedang menghabisi

orang-orang komunis

55. Sun Tien Ying yang merupakan seorang yang melakukan perampokan di

kompleks pemakaman timur

56. Chiang Kai Shek yang merupakan pemimpin sejenis gangster

57.Takeo Toyama yang merupakan anggota perkumpulan naga hitam yang

mengenal banyak politisi Jepang yang juga direkomendasikan Pu Chieh untuk mengajarkan Pu Chieh dan Jun Chi bahasa Jepang


(55)

58.Kishida yang merupakan seorang anggota perkumpulan naga hitam

59.Nobuo Tsu Kuda yang merupakan seorang sosok penting di dalam

perkumpulan naga hitam

60. Kotaro Hiraoka yang merupakan pendiri asosiasi lautan hitam

61. Duke Glou Gester yang merupakan putera ke tiga dari Raja GeorgeV dari Inggris melewati Tienstin

62.Hu Sze Yuan seorang yang merupakan mantan tutor Kaisar Henry Pu Yi

63. Mei Lan Fang adalah seorang aktor opera Beijing yang sangat terkenal

64. Tung Chi Hsu yang merupakan salah satu penasihat Kaisar Henry Pu Yi

65. Honjo yang merupakan seorang Jenderal komandan dan tentara Jepang di

Kwantung

66.Hsien Yuan yang merupakan keponakan Henry Pu Yi

67. Hsien Chi yang juga merupakan keponakan Kiasar Henry Pu Yi

68.Chang Hsu Eh Liang yang merupakan salah satu Marshal muda, Cheng

Chui yang merupakan putera Doihara

69. Shang Yen Yin yang merupakan penasihat Kaisar Henry Pu Yi

70. Itagaki yang merupakan colonel Jepang Hu Zhe Yuan

71. Nebuyoshi Muto yang merupakan komandan baru Kwantung kepala


(56)

72.Lord Lytton yang merupakan kepala komisi

73.Tetsusaboru Kudo adalah seorang yang telah menemani perjalanan Kaisar

Henry Pu Yi dari Tientsin sampai ke timur laut yang diberi nama China nya yaitu Chung yang berarti setia

74. Hishikari yang merupakan komandan baru tentara Kwantung

75. Kaisar Jung Hui yang merupakan selir tinggi yang merawat jubah naga

yang sudah dirawat selama 22 tahun

76. Chichibu yang merupakan pangeran dari Kaisar Jepang Hirohito

77. Baron Hayashi yang merupakan seorang penasihat pribadi Kaisar

78. Tsang Shi Yi yang merupakan diusulkan menjadi menteri urusan umum

dan Gubernur provinsi fengtien

79.Chang Ching Hui yang merupakan perdana menteri

80. Ling Sheng yang merupakan putera mantan Gubernur militer Qing di

Mongolia dan telah menjadi penasihat di markas Chang Shao Lin

81. Yashunori Yoshioka yang merupakan colonel Jepang

82.Pangeran Te yang merupakan seorang pangeran dari Mongol yang

ditempatkan pihak Jepang untuk menangani pemerintahan militer otonomi Mongolia


(57)

84.Duko Chow yang merupakan orang yang akan menghentikan makanannya dua kali dan memegang rambutnya tiga kali saat sedang keramas untuk menangani permasalahan Negara

85. Tomoyuki Yamashita yang merupakan tentara Jepang

86. Otozo Yamata yang merupakan komandan terkhir dari tentara Kwantung

87. Rokuzo Takabe yang merupakan direktur kantor urusan umum dan dewan

Negara

88. Hashimoto yang merupakan presiden biro penyembahan

89.Yamata yang merupakan sang komandan tentara Kwantung

90. dan Wu Chang.

4.1.5 Titik pandang/ Sudut Pandang

Titik pandang adalah tempat sastrawan memandang ceritanya. Dari tempat itulah sastrawan bercerita tentang tokoh, peristiwa, tempat , waktu, dengan gayanya sendiri. Titik pandang oleh Aminuddin (dalam Siswanto, 2005: 152) diartikan sebagai cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang

dipaparkannya. Titik pandang meliputi (1) narrator omniscient, (2) narrator

observer, (3) narrator observer omniscient, dan (4) narrator the third person omniscient.

Harry Shaw (dalam siswanto, 2005: 152) menyatakan titik pandang terdiri atas (1) Sudut pandang fisik, yaitu posisi dalam waktu dan digunakan pengarang dalam pendekatan materi cerita, (2) sudut pandang mental, yaitu perasaan dan


(58)

sikap pengarang terhadap masalah dalam cerita, dan (3) sudut pandang pribadi, yaitu hubungan yang dipilih pengarang dalam membawa cerita; sebagai orang pertama, kedua atau ketiga. Sudut pandang pribadi dibagi atas (a) pengarang menggunakan sudut pandang tokoh, (b) pengarang menggunakan sudut pandang tokoh bawahan, dan (c) pengarang menggunakan sudut pandang yang impersonal: ia sama sekali berdiri diluar cerita.

Sudut pandang yang terdapat dalam novel The Last Emperor ini

menggunakan sudut pandang pribadi yakni sudut orang pertama. Hal ini seperti terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Aku dilahirkan pada hari ke-14 bulan pertama tahun ke-32 dari pemerintahan Kuang Hsu.” (The Last Emperor, 2010:9)

…” Aku sangat lelah mengahadiri berbagai upacara tradisional dan mencapai titik di mana aku sangat membenci naik tandu kuning dengan atap berwarna emas. Kadang-kadang aku menuduh para kasim tidak setia karena hal kecil dan mengirimkan mereka ke biro administrasi untuk mendapatkan hukuman. Namun, hal yang membuat para pangeran dan para pejabat tinggi tidak nyaman adalah saat aku akan berencana akan menata ulang struktur di Istana dan melakukan penyelidikan mendalam terhadap kondisi keuangan, dan pada saat yang lain mengatakan bahwa aku ingin meninggalkan kota Terlarang untuk belajar di luar negeri. Semua orang merasa ketakutan dan gemetaran sepanjang hari sehingga kuncir mereka memutih karena gelisahnya.” ( The Last Emperor, 2010:123)

4.1.6 Gaya Bahasa

Apakah yang dimaksud dengan gaya bahasa dalam cerita rekaan? Gaya adalah cara seorang pengarang menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu menuansakan makna dan


(59)

suasana yang dapat menyenuh daya intelektual dan emosi pembaca (Aminuddin dalam Siswanto, 2005:159)

Ada tiga masalah yang erat hubungannya dengan pembicaraan masalah gaya. Pertama, masalah media berupa kata dan kalimat. Kedua, masalah hubungan gaya dengan makna dan keindahannya. Terakhir seluk-beluk ekspresi pengarangnya sendiriyang akan berhubungan erat dengan masalah individual kepengarangan, maupun konteks sosial masyarakat yang melatarbelakanginya (Aminuddin dalam Siswanto, 2005:159)

Dari segi kata, karya sastra menggunakan pilihan kata yang mengandung makna padat, reflektif, asosiatif, dan bersifat konotatif sedangkan kalimat-kalimatnya menunjukkan adanya variasi dan harmoni sehingga mampu menuansakan keindahan dan bukan nuansa makna tertentu saja. Alat gaya melibatkan masalah kiasan dan majas: majas kata, majas kalimat, majas pikiran, majas bunyi (Aminuddin dalam Siswanto, 2005:159)

Seperti yang terdapat dalam novel The Last Emperor di bawah ini.

…”Sungguh aneh meski pagi buta di kota terlarang kadang-kadang, kita bisa mendengar, bahkan di jantung istana, hiruk pikuknya denyut kota di kejauhan.” (The Last Emperor, 2010:91)

Dari kutipan di atas dapat kita ketahui bahwa pengarang menggunakan majas kata yang terdapat dalam kata Jantung dan Denyut sebab sesungguhnya yang dimaksud oleh penulis adalah Pusat Istana dan aktivitas yang ada di Istana.

4.2. Analisis Karakter Tokoh Utama Kaisar Henry Pu Yi dalam Novel The

Last Emperor ditinjau dari masalah yang dihadapi tokoh dan perkembangan


(60)

Setelah menganalisis unsur-unsur intrinsik di dalam Novel The Last Emperor ini berikut ini adalah analisis terhadap karakter tokoh utama Kaisar

Henry Pu Yi di dalam novel The Last Emperor berdasarkan perkembangan

kepribadian tokoh. Tokoh dapat dibedakan atas tokoh dinamis dan statis. Bila dilihat dari masalah yang dihadapi tokoh, dapat dibedakan atas tokoh yang mempunyai karakter sederhana dan kompleks (Aminuddin dalam Siswanto, 2005:143). Tokoh dinamis adalah tokoh yang kepribadiaanya selalu berkembang. Perkembangan kepribadian tokoh dan masalah yang dihadapi tokoh yang kemudian dirangkum oleh Sukada (dalam Siswanto, 2005:143) menjadi tokoh datar (flat character), yakni tokoh yang sederhana dan bersifat statis, dan tokoh

bulat (round character), yakni tokoh yang memiliki kekompleksan watak dan

bersifat dinamis. Yang mana analisis ini akan difokuskan terhadap perkembangan

kepribadian tokoh utama yang merupakan tokoh bulat (round character) yakni

tokoh yang mempunyai kekompleksan watak dan bersifat dinamis

4.2.1. Analisis karakter tokoh utama Kaisar Henry Pu Yi ditinjau dari masalah yang dihadapi yang bersifat kompleks

Analisis tokoh Henry Pu Yi diawali dengan pemaparan dinobatkannya Henry Pu Yi menjadi seorang Kaisar yang saat itu masih berusia sangat dini yaitu pada usia dua tahun. Penobatan Henry Pu Yi menjadi Kaisar dilakukan dan diangkat langsung oleh janda permaisuri Zhu Hsi.

Henry Pu Yi yang saat itu berusia sangat dini menolak panggilan dari kota terlarang yang akan menobatkannya menjadi seorang Kaisar yang membuat Istana adik Kaisar yang Ia diami dilanda kekacauan. Saat itu Henry Pu Yi hanya


(61)

bisa menangis. Henry Pu Yi tidak memiliki kenangan atau kesan apapun terhadap pandangan keluarganya akan situasi itu. Hal ini terlihat dalam kutipan di bawah ini.

…”Sebuah upacara besar yang belum pernah terjadi sebelumnya di dalam Istana diselenggarakan saat aku diserahkan pengasuhku kepada kasim berkedudukan tinggi yang akan membawaku ke hadapan janda permaisuri Zhu Hsi. Yang bisa kuingat dari pertemuan pertamaku dengan bibi tuaku adalah rasa takut yang mencekam saat menyadari diriku tiba-tiba diletakkan di

tengah-tengah sedemikian banyak orang asing.” (The Last Emperor,

2010:10)

Selain dari kutipan prakata di atas yang menggambarkan suasana saat Henry Pu Yi dinobatkan menjadi seorang Kaisar juga terlihat dari kutipan berikut ini.

…”Aku berdiri di depan sebuah kanopi besar berwarna hitam. Duduk di bawahnya, aku melihat seorang wanita tua berwajah tirus yang sangat jelek dan sangat kurus. Ia adalah Zhu Hsi. Menurut apa yang diberitahukan kepadaku, pertemuan pertamaku dengannya menyebabkan diriku tenggelam dalam tangisan histeris. Aku menjerit, menangis, menendang, dan benar-benar kehilangan kendali.” (The Last Emperor, 2010: 10)

Dari kutipan di atas seperti yang telah diuraikan di atas bahwa, ada watak cengeng, memberontak di dalam diri Henry Pu Yi. Watak Henry Pu Yi tersebut sudah terlihat dari Kaisar Henry Pu Yi kecil. Menurut orang-orang Istana sikap dan watak Kaisar Henry Pu Yi tersebut merupakan pertanda buruk. Hal ini terlihat juga di dalam kutipan di bawah ini.

…” Hus” Ujarnya. “Jangan nangis. Yang sabar ya. Semuanya segera selesai. Semuanya akan usai”.

“Beberapa orang Istana yang berada di dekat singgasana mendengar ucapannya dan setelah upacara mereka berbisik. “Bagaimana seorang


(1)

一个雄心壮志的人。亨利溥仪保持君主政体,虽然很多人反对他,他不要容易放 弃。他用他的权力来握自己思想。

3.2亨利溥仪发育的性格

当皇帝的时候亨利溥仪是奢侈的人,但后来他已经不是皇帝以后他越来

越节俭。

亨利溥仪是骄傲的人,后来他越来越谦虚,可见他愿意承认他的错误, 也愿意对别人道歉,这不是对他不太容易的事情可是他愿意做。

亨利溥仪是以前很雄心的人变成逆来顺受的人,也按照政府的规足来做

事情。这些变化使他变得明智。


(2)

通过阅读本文,读者将了解中国中国民族历史,以及中国最终如何有 一个封建专制统治的国家转变成一个共和政体的国家。这本小说是非常有趣

的,因为它有很高的历史价值。许多读者将阅读本文后,一位读者会想知道

如何一个皇帝亨利·傅仪了解到作为一个皇帝变布衣的印象,读者也将学习

理解中国特殊的政治体制,并最终读者将学会如何在国家的历史上作为一个

皇帝的溥仪,作为一个正常人的傅仪,读者也将看到亨利·溥仪的性格的变

化,从而知道中国特殊的社会环境是如何影响了中国人的性格和命运,加深


(3)

参考文献

[1] 崔向东.东方主义视角下的《末代皇帝》[J].东南传播,2009.

[2] 贾力娜.电影《末代皇帝》配乐赏析[J].兰州大学艺术学院,2009.

[3] 朱守云.绝命于鸦片的末代皇后婉容.[J].文史精华,2009.

[4] Yamani, Fahmih. 2010. The Last Emperor Kisah Tragis Kaisar Terakhir Cina. Serambi Ilmu Semesta: Jakarta.

[5] Sugihastuti. 2005. Teori dan Apresiasi Sastra. Pustaka Pelajar (Anggota IKAPI) Celeban Timur UH III/548 : Yogyakarta.

[6] Trisman, B. dkk, 2003. Antologi Esai Sastra Bandingan dalam Sastra Indonesia Modern. Yayasan Obor Indonesia: Jakarta.


(4)

本文在写作了过程中不知不觉都写完了。一转眼四年学习汉语的时间结束 了,留下美好的回忆。四年学习汉语的时间经过各种各样难忘的事情,从苏 北大学中文系的教师学到各种各样的事,交了很多朋友。我要对他们表示深 深的感谢。

苏北大学文学院的院长,Dr. Syahron Lubis, M.A. , 我的导师

Prof.Dr.Ikhwanuddi Nst, M.Si,陈老师写作时耐心的领着我,她们不但从教学

方面教我,对我来说她们是我的好朋友。谢谢各位老师,不知道没有您们怎 么办。

亲爱的爸爸妈妈,无言可表示我对您们的感谢,因为有您们在我才会有力量 把这篇论文写完。有您们的支柱我才会自信把这个论文写完。爸妈,我爱您 们!

最后谢谢的朋友们,看你们怎么认真写论文让我不气馁,告诉自己要加油, 继续坚持!

奈丽


(5)


(6)