Tinjauan Teoritis TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Puskesmas a. Definisi Konsep puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan terdepan yang merupakan tulang punggung pelayanan kesehatan tingkat dasar, pertama kali dicetuskan pada tahun 1968 ketika dilangsungkan Rapat Kerja Kesehatan Nasional Rakernas I di Jakarta. Lahirnya ide tersebut berdasarkan adanya rasa kurang puas terhadap pelayanan kesehatan tingkat pertama pada waktu itu seperti BKIA, BP, P4M dan sebagainya yang masih timbul gagasan untuk menyatukan semua pelayanan tingkat pertama ke dalam suatu organisasi yang dipercaya dan diberi nama Pusat Kesehatan Masyarakat Puskesmas. Puskesmas merupakan suatu unit pelayanan kesehatan terdepan yang terdapat didalam masyarakat, puskesmas bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat juga dalam menyelenggarakan pelayanan kedokteran. Ada beberapa macam pengertian puskesmas yang dikemukakan oleh para ahli, hal ini disesuaikan dengan adanya perubahan dan tuntutan pelayanan kesehatan. Menurut Depkes RI 1989 puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan yang langsung memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terintegrasi kepada masyarakat di wilayah kerja tertentu dalam usaha-usaha pokok kesehatan. Menurut Depkes RI 1991 puskesmas adalah suatu organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. 5 Menurut Azwar 1996 puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberi pelayanan secara menyeluruh terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disuatu wilayah kerja. Secara nasional standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan. Apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah desa atau kelurahan atau dusun Depkes RI, 2003. b. Visi Puskesmas Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat 2010. Kecamatan sehat mencakup empat indikator utama yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu dan derajat kesehatan penduduk. Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010. Untuk mencapai visi tersebut, puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat Depkes RI, 2003. c. Macam Puskesmas Rakerkesnas I pada tahun 1968 memutuskan adanya 4 macam puskesmas: 1 Puskesmas tingkat desa. 2 Puskesmas tingkat kecamatan. 3 Puskesmas pembina. 4 Puskesmas tingkat ibu kota kabupaten. Tahun 1969 National Health Service in Indonesia kerjasama antara Pemerintah Indonesia dengan UNICEF, dalam dokumen tersebut puskesmas dibagi dalam tiga type yaitu: 1 Puskesmas type A puskesmas pembina. 2 Puskesmas type B puskesmas kecamatan. 3 Puskesmas type C puskesmas desa. Rakerkesnas III pada tahun 1970 membahas bahwa puskesmas dengan beberapa type puskesmas tidak memungkinkan untuk dikembangkan, karena persyaratan tenaga tidak dapat dipenuhi. Oleh karena itu dalam Rakerkesnas III memutuskan bahwa hanya dikenal 1 satu macam puskesmas. d. Fungsi Puskesmas Berdasarkan pedoman kerja puskesmas yang disusun Departemen Kesehatan 1990 memiliki empat fungsi dasar, yaitu: 1 Preventif pencegahan penyakit. 2 Promotif peningkatan kesehatan. 3 Kuratif pengobatan penyakit. 4 Rehabilitatif pemulihan kesehatan. Untuk mewujudkan fungsinya tersebut dilakukan kegiatan dengan cara: 1 Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri. 2 Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien. 3 Memberi bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan. 4 Bekerja dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program kesehatan. 5 Memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat. e. Usaha Pokok Puskesmas Pada awalnya puskesmas hanya memiliki 12 usaha pokok kesehatan, dan sekarang meningkat menjadi 20 usaha kesehatan terdiri dari: 1 Upaya Kesehatan Ibu dan Anak. 2 Upaya Keluarga Berencana. 3 Upaya Peningkatan Gizi. 4 Upaya Kesehatan Lingkungan. 5 Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular. 6 Upaya Pengobatan Termasuk Pelayanan Darurat Karena Kecelakaan. 7 Upaya Penyuluhan Kesehatan. 8 Upaya Kesehatan Sekolah. 9 Upaya Kesehatan Olahraga. 10 Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat. 11 Upaya Kesehatan Kerja. 12 Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut. 13 Upaya Kesehatan Jiwa. 14 Upaya Kesehatan Mata. 15 Upaya Laboratorium Sederhana. 16 Upaya Pencatatan dan Pelaporan Dalam Rangka Sistem Informasi Kesehatan. 17 Upaya Kesehatan Usia Lanjut. 18 Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional. 19 Upaya Kesehatan Remaja. 20 Dana Sehat. f. Azas Puskesmas Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama di Indonesia pengelolaan program kerja puskesmas berpedoman pada empat azas pokok Azwar, 1980 yaitu: 1 Asas pertanggung-jawaban wilayah. Artinya puskesmas harus bertanggung jawab atas semua masalah kesehatan yang terjadi di wilayah kerja. 2 Asas peran serta masyarakat. Artinya berupaya melibatkan masyarakat dalam menyelenggarakan program kerja tersebut. 3 Asas keterpaduan. Artinya berupaya memadukan kegiatan tersebut bukan saja dengan program kesehatan lain lintas program, tetapi juga dengan program dari sektor lain lintas sektoral. 4 Asas rujukan. Artinya jika tidak mampu menangani suatu masalah kesehatan harus merujuknya ke sarana yang lebih mampu. Untuk pelayanan kedokteran jalur rujuknya adalah rumah sakit, sedangkan untuk pelayanan kesehatan masyarakat jalur rujuknya adalah kantor kesehatan. 2. Rawat Jalan Secara sederhana di definisikan, rawat jalan meliputi prosedur terapeutik dan diagnostik serta pengobatan yang diberikan pada pasien dalam sebuah lingkungan yang tidak membutuhkan rawat inap di rumah sakit. Instalasi rawat jalan atau poliklinik merupakan tempat pelayanan pasien berobat rawat jalan sebagai pintu pertama untuk menentukan apakah pasien perlu dirawat inap atau tidak, perlu dirujuk ke tempat pelayanan kesehatan lain atau tidak. Tugas pokok dan fungsi instalasi rawat jalan: a. Berfungsi sebagai pengambil keputusan medis berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukannya. b. Melakukan anamnesa, pemeriksaan, tindakan, dan terapi pasien rawat jalan. c. Mencatat dan merekam semua hasil - hasilnya dan menandatanganinya. d. Membuat Sensus Harian Rawat Jalan SHRJ . e. Membuat ringkasan riwayat penyakit rawat jalan. 3. Rawat Inap Rawat inap adalah pemeliharaan kesehatan rumah sakit dimana penderita tinggal atau mondok sedikitnya satu hari berdasarkan rujukan dari pelaksana pelayanan kesehatan atau rumah sakit pelaksana pelayanan kesehatan lain. Pelayanan kesehatan perorangan rawat inap meliputi observasi, diagnosa, pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medik dengan menginap di ruang rawat inap pada sarana kesehatan rumah sakit pemerintah dan swasta, serta puskesmas perawatan dan rumah bersalin, yang oleh karena penyakitnya penderita harus menginap. 4. Penyelenggaraan Makanan Institusi Penyelenggaraan makanan institusi adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada konsumen. Dalam hal ini termasuk pencatatan, pelaporan, dan evaluasi dalam rangka pencapaian status kesehatan yang optimal melalui pemberian diit yang tepat Depkes RI, 2003. Penyelenggaraan makanan institusi merupakan suatu rangkaian kerja yang melibatkan tenaga manusia, peralatan material, dan serta berbagai masukan lainnya. Selain itu di pengaruhi oleh aspek-aspek tradisi sosial budaya masyarakat, kemajuan teknologi, dan pemenuhan nilai biologis segolongan orang. Makanan merupakan salah satu kebutuhan utama manusia, baik dilingkungan keluarga, maupun diluar lingkungan keluarga, salah satunya adalah penyelenggaraan makanan di institusi.Mukrie, 1983. Penyediaan makanan yang berkualitas termasuk dalam indikator outcome dalam sistem penyelenggaraan makanan institusi. Sesuai pedoman teknis proses penyediaan makanan dalam sistem penyelenggaraan makanan institusi, dibagi dalam beberapa tahap antara lain Depkes RI, 2003: a. Perencanaan Anggaran Belanja Makanan Perencanaan anggaran belanja makanan adalah suatu kegiatan perencanaan anggaran biaya yang diperlukan untuk pengadaan bahan makanan bagi konsumen atau pasien yang di layani. Tujuan: tersedianya tafsiran anggaran belanja makanan yang di perlukan untuk memenuhi kebutuhan macam dan jumlah bahan makanan bagi konsumen atau pasien yang dilayani sesuai dengan standar kecukupan gizi. Prasyarat anggaran belanja makanan adalah: 1 Adanya kebijakan institusi. 2 Tersedianya data peraturan pemberian makanan institusi. 3 Tersedianya data standar makanan untuk pasien. 4 Tersedianya data standar harga bahan makanan. 5 Tersedianya data rata-rata jumlah konsumen atau pasien yang di layani. 6 Tersedianya siklus menu. 7 Tersedianya anggaran makanan yang terpisah dari biaya perawatan. b. Perencanaan Menu Perencanaan menu adalah suatu kegiatan penyusunan menu yang akan diolah untuk memenuhi selera konsumen atau pasien dan kebutuhan zat gizi yang memenuhi prinsip gizi seimbang. Tujuan: tersedianya siklus menu sesuai klasifikasi pelayanan yang ada di institusi misalnya siklus menu 10 hari atau seminggu. Prasyarat perencanaan menu adalah: 1 Peraturan pemberian makanan institusi.. 2 Standar porsi dan standar resep. 3 Standar bumbu. c. Perencanaan Kebutuhan Bahan Makanan Perencanaan kebutuhan bahan makanan adalah kegiatan penyusunan kebutuhan bahan makanan yang diperlukan untuk pengadaan bahan makanan. Tujuan: tercapainya usulan anggaran dan kebutuhan bahan makanan untuk pasien dalam satu tahun anggaran. Prasyarat perencanaan kebutuhan bahan makanan adalah: 1 Adanya kebijakan institusi. 2 Tersedianya data peraturan pemberian makanan institusi. 3 Tersedianya data standar makanan untuk pasien. 4 Tersedianya data standar harga bahan makanan. 5 Tersedianya siklus menu. 6 Tersedianya data jumlah pasien yang dilayani. d. Pemesanan dan Pembelian Bahan Makanan Pemesanan dan pembelian bahan makanan adalah penyusunan permintaan atau order bahan makanan berdasarkan menu atau pedoman menu dan rata-rata jumlah pasien yang dilayani. Tujuan: tersedianya daftar pesanan bahan makanan sesuai standar atau spesifikasi yang ditetapkan. Prasyarat pemesanan dan pembelian bahan makanan adalah: 1 Adaya kebijakan institusi tentang pengadaan bahan makanan. 2 Adanya surat perjanjian dengan bagian logistik rekanan. 3 Adanya spesifikasi bahan makanan. 4 Adanya daftar pesanan bahan makanan. 5 Tersedianya dana. e. Penerimaan Bahan Makanan Penerimaan bahan makanan adalah suatu kegiatan yang meliputi pemeriksaan atau penelitian, pencatatan dan pelaporan tentang macam, kualitas dan kuantitas bahan makanan yang diterima sesuai dengan pesanan serta spesifikasi yang telah ditetapkan. Tujuan: tersedianya bahan makanan yang siap untuk diolah. Prasyarat penerimaan bahan makanan adalah: 1 Tersedianya rincian pesanan bahan makanan harian berupa macam dan jumlah bahan makanan yang akan diterima. 2 Tersedianya spesifikasi bahan makanan yang telah ditetapkan. f. Penyimpanan Bahan Makanan Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata cara menata, menyimpan, memelihara keamanan bahan makanan kering dan basah, baik kualitas maupun kuantitas di gudang bahan makanan kering dan basah serta pencatatan dan pelaporannya. Tujuan: tersedianya bahan makanan siap pakai dengan kualitas dan kuantitas yang tepat sesuai dengan perencanaan. Prasyarat penyimpanan bahan makanan adalah: 1 Adanya sistem penyimpanan barang. 2 Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan sesuai persyaratan. 3 Tersedianya kartu stok atau buku catatan keluar masuknya bahan makanan. g. Persiapan Bahan Makanan Persiapan bahan makanan adalah serangkaian kegiatan dalam penanganan bahan makanan, meliputi berbagai proses antara lain membersihkan, memotong, mengupas, mengocok, dan merendam. Tujuan: mempersiapkan bahan makanan serta bumbu-bumbu sebelum dilakukan kegiatan pemasakan. Prasyarat persiapan bahan makanan adalah: tersedianya bahan makanan yang akan dipersiapkan, peralatan persiapan, protap persiapan, aturan proses-proses persiapan dan pengolahan bahan makanan. h. Pengolahan Bahan Makanan Pengolahan bahan makanan merupakan suatu kegiatan mengubah memasak bahan makanan mentah menjadi makanan yang siap dimakan, berkualitas dan aman untuk dikonsumsi. Tujuan: mengurangi resiko kehilangan zat-zat gizi bahan makanan, meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa, keempukan, dan penampilan makanan dan bebas dari organisme dan zat yang berbahaya untuk tubuh. Prasyarat pengolahan bahan makanan adalah: 1 Tersedianya siklus menu. 2 Tersedianya peraturan penggunaan bahan tambahan pangan. 3 Tersedianya bahan makanan yang akan diolah. 4 Tersedianya peralatan pengolahan bahan makanan. 5 Tersedianya aturan penilaian. 6 Tersedianya prosedur tetap pengolahan. i. Pendistribusian dan Penyajian Makanan Pendistribusian dan penyajian bahan makanan adalah tata cara mendistribusikan dan menyajikan bahan makanan berdasarkan permintaan harian. Tujuan: tersedianya bahan makanan siap pakai dengan kualitas dan kuantitas yang tepat sesuai dengan pesanan. Prasyarat pendistribusian dan penyajian makanan adalah: adanya bon permintaan bahan makanan dan tersedianya kartu stok atau buku catatan keluar masuknya bahan makanan. j. Pencatatan dan Pelaporan Pencatatan dan pelaporan kegiatan penyelenggaraan makanan merupakan bagian yang tidak terpisah dari sistem penyelenggaraan makanan merupakan bagian yang tidak terpisah dari sistem penyelenggaraan makanan. Pencatatan dan pelaporan meliputi: 1 Pemasukan, pemakaian bahan makanan harian. 2 Pencatatan tentang pemasukan dan pemakaian peralatan dapur. 3 Pencatatan kegiatan macam dan jumlah klien setiap hari. 4 Perhitungan harga makanan perorang sehari, rata-rata dalam tiap bulan dan setiap tiga bulan. 5 Laporan tribulan untuk pimpinan Depkes RI, 1991 5. Penyelenggaraan Makanan Sistem Out-Sourcing Sistem out-sourcing yaitu penyelenggaraan makanan dengan memanfaatkan perusahaan jasaboga atau catering. Sistem out-sourcing dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu semi out-sourcing dan full out- sourcing. Pada sistem semi out-sourcing, pengusaha jasaboga selaku penyelenggaraan makanan menggunakan saranan dan prasarana milik rumah sakit, sedangkan pada sistem full out-sourcing pengusaha jasaboga tidak menggunakan sarana dan prasarana milik rumah sakit melainkan milik perusahaannya sendiri. Dalam penyelenggaraan makanan dengan sistem semi out-sourcing maupun full out-sourcing, fungsi ahli gizi rumah sakit adalah sebagai perencanaan menu, penentu standar porsi, dan pemesanan makanan. Selain itu, pada sistem ini ahli gizi berkewajiban untuk mengawasi kualitas dan kuantitas makanan yang dipesan sesuai dengan spesifikasi standar hidangan yang telah ditetapkan dalam kontrak. 6. Metode Penimbangan makanan Prinsip dari metode penimbangan makanan adalah mengukur secara langsung berat dari tiap jenis makanan yang dikonsumsi selanjutnya dihitung presentase sisa makanannya. Metode penimbangan makanan mempunyai ketelitian paling tinggi dibanding metode lainnya, dapat mencatat secara pasti mengenai jumlah dan jenis bahan makanan asupan atau sisa makanan dan mempunyai validitas yang tinggi. Namun kelemahannya membebani responden, tidak praktis, memerlukan tempat dan peralatan khusus, membutuhkan waktu yang lama dan ketrampilan yang baik pada saat menimbang Thomson, 1999 dalam Murwani,2001. 7. Evaluasi sisa makan a. Definisi Evaluasi merupakan salah satu implementasi fungsi manajemen. Evaluasi ini bertujuan menilai pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana dan kebijaksanaan yang disusun sehingga dapat dicapai sasaran yang dikehendaki. Melalui penilaian, pengelola dapat memperbaiki rencana yang lalu bila perlu, ataupun membuat rencana program yang baru. Pada kegiatan evaluasi, tekanan penilaian dilakukan terhadap masukan, proses, luaran, dampak untuk menilai revelansi kecukupan, kesesuaian dan kegunaan. Dalam hal ini diutamakan luaran atau hasil yang dicapai Depkes RI 2003. b. Faktor yang Mempengaruhi Sisa Makan Sisa makanan dipengaruhi oleh selera makan. Selera makan adalah keinginan seseorang untuk makan dan ketertarikan pada suatu makanan karena suatu respon terhadap rangsangan. Rangsangan tersebut yaitu aroma, rasa, tekstur dan penyajian makanan. Faktor-faktor yang mempengaruhi selera makan antara lain: 1 Rasa sua dan enggan, beberapa orang memiliki rasa enggan terhadap makanan baru atau kerinduan pada suatu makanan. 2 Pengaruh lingkungan orang yang lebih suka makan makanan hangat di musim dingin atau sebaliknya. 3 Pengaruh sosial, budaya, agama, menentukan makanan yang dapat diterima oleh seseorang. 4 Pengaruh metabolik, kebutuhan akan energi menimbulkan asupan yang cukup dan syarat serta hormon ikut mengatur pengiriman ketika selera untuk makan. 5 Pengaruh obat-obatan, beberapa obat dapat menekan atau merangsang selera makan. 6 Selera bawaan, rasa haus akan menimbulkan keinginan untuk minum, suka asin akan menimbulkan untuk makan makanan asin. 7 Pengaruh penyakit, beberapa penyakit akan menimbulkan pengaruh selera makan atau sensifitas selera makan. 8 Bentuk makanan, rasa, aroma, dan tekstur makanan dapat menekan atau merangsang selera makan. Selera makan yang kurang pada seseorang dapat menyebabkan gizi kurang. Kurangnya nafsu makan ini dapat terjadi sabagai respon metabolisme terhadap luka kemoterapi, jenis pengobatan gangguan pencernaan fungsi organ lain Rosari, 2002.

B. Kerangka Teori