konsentrasinya. Semakin besar valensi ion akan semakin besar pengaruhnya terhadap koagulan. Penggumpalan dengan garam Fe dan Al akan banyak
dipengaruhi oleh anion dibandingkan dengan kation. Jadi natrium, kalsium dan magnesium relatif tidak mempengaruhi Anonym, 1990.
2.4. Minuman Berkarbonasi
Minuman ringan berkarbonasi atau di Indonesia dikenal dengan nama softdrink sejak seabad yang lalu telah menjadi minuman ringan paling populer di
Amerika Serikat mengungguli minuman lainnya seperti kopi, teh dan jus. Demikian juga di Indonesia, popularitas minuman yang notabene “made in
America” ini terus meningkat. Banyak merek telah kita kenal salah satunya karena promosinya yang gencar di media massa seperti Coca-Cola, Fanta, Sprite, Pepsi,
7-up dan sebagainya. Mengungguli minuman didalam botol, kopi, atau minuman- minuman tradisional kita seperti wedang jahe, es cendol, bandrek dan sebagainya.
Di Amerika Serikat istilah softdrink digunakan untuk membedakan minuman berkarbonasi dengan minuman beralkohol, sehingga minuman yang tidak
beralkohol disebut softdrink. Kita bisa mengindonesiakan softdrink sebagai minuman ringan, dengan asumsi bahwa benar minuman ini memang “ringan”
status gizinya. Minuman ini, selain kadar gulanya yang tinggi, tidak memiliki zat gizi lain yang berarti. Di Australia yang disebut dengan softdrink adalah minuman
tidak beralkohol baik yang ditambah O
2
berkarbonasi maupun yang tidak, jadi minuman kemasan lain yang siap diminum seperti teh, jus buah, bahkan air
Universitas Sumatera Utara
kemasan termasuk softdrink. Sedangkan di Indonesia istilah softdrink lebih populer untuk minuman berkarbonasi.
Pada abad 16 di Eropa telah ditemukan cara pemasukan CO
2
ke air, tetapi bertujuan untuk terapi kesehatan menggunakan air mineral. Kemudian
berkembang hingga pada tahun 1767an Priestley, seorang ilmuwan dari Amerika Serikat menemukan bahwa CO
2
yang ditambahkan dalam air akan menyebabkan rasa masam. Hinggap pada akhirnya pada tahun 1785 minuman ber- CO
2
mulai diproduksi di Philadelphia, Amerika Serikat yang kemudian dikenal dengan
minuman berkarbonasi. Kemidian pada tahun 1886an seorang ahli farmasi dari Atlanta-Georgia
AS, menemukan formula minuman yang dia sebut sebagai Coca-Cola. Minuman ini diberi flavor ekstrak “kacang” kola. Tidak hanya itu pada tahun 1898 seorang
ahli farmasi dari New Bern-North Carolina AS, membuat formula minuman berkarbonasi sendiri yang dia sebut “Brad’s Drink” yang akhirnya terkenal
sebagai Pepsi-Cola. Sekarang menjadi brand kompetitor terkuat Coca Cola. Terakhir kembali wilayah negara bagian Georgia Amerika Serikat pada
tahun 1905Claud A. Hatcher, seorang lagi-lagi ahli farmasi menemukan formula minuman berkarbonasi yang dia sebut “Chero- Cola”. Sekarang menjadi Royal
Crown RC Cola, produsen ketiga terbesar softdrink dunia inilah macam-macam softdrink di dunia. PT. Coca-Cola Bottling Indonesia, 2000
2.5. Interaksi Zat terhadap Air