Interaksi Zat terhadap Air

kemasan termasuk softdrink. Sedangkan di Indonesia istilah softdrink lebih populer untuk minuman berkarbonasi. Pada abad 16 di Eropa telah ditemukan cara pemasukan CO 2 ke air, tetapi bertujuan untuk terapi kesehatan menggunakan air mineral. Kemudian berkembang hingga pada tahun 1767an Priestley, seorang ilmuwan dari Amerika Serikat menemukan bahwa CO 2 yang ditambahkan dalam air akan menyebabkan rasa masam. Hinggap pada akhirnya pada tahun 1785 minuman ber- CO 2 mulai diproduksi di Philadelphia, Amerika Serikat yang kemudian dikenal dengan minuman berkarbonasi. Kemidian pada tahun 1886an seorang ahli farmasi dari Atlanta-Georgia AS, menemukan formula minuman yang dia sebut sebagai Coca-Cola. Minuman ini diberi flavor ekstrak “kacang” kola. Tidak hanya itu pada tahun 1898 seorang ahli farmasi dari New Bern-North Carolina AS, membuat formula minuman berkarbonasi sendiri yang dia sebut “Brad’s Drink” yang akhirnya terkenal sebagai Pepsi-Cola. Sekarang menjadi brand kompetitor terkuat Coca Cola. Terakhir kembali wilayah negara bagian Georgia Amerika Serikat pada tahun 1905Claud A. Hatcher, seorang lagi-lagi ahli farmasi menemukan formula minuman berkarbonasi yang dia sebut “Chero- Cola”. Sekarang menjadi Royal Crown RC Cola, produsen ketiga terbesar softdrink dunia inilah macam-macam softdrink di dunia. PT. Coca-Cola Bottling Indonesia, 2000

2.5. Interaksi Zat terhadap Air

Universitas Sumatera Utara Kualitas air dipengaruhi oleh interaksi banyak komponen kimiawi. Karbondioksida, pH, alkalinitas dan hardness yang saling berhubungan dan sangat berpengaruh terhadap produktifitas air, ketersediaan oksigen dan toksisitas ammonia, seperti halnya logam-logam tertentu. Kebanyakan gambaran kualitas air tak konstantetap. Konsentrasi karbondioksida dan pH berfluktuasi atau bergeser tiap hari. Alkalinitas dan hardness relative stabil meski berubah juga, biasanya dalam range mingguan hingga bulanan, bergantung pada pH atau kandungan mineral air dan tanah dasar. a. pH dan Karbondiaoksida Ukuran yang mengindikasikan apakah air asam atau basa disebut pH. Lebih tepatnya, pH mengindikasikan konsentrasi ion hydrogen dalam air dan didefinisikan sebagai logaritma negative dari mol konsentrasi ion hydrogen - log [H+]. Air dianggap asam jika pH kurang dari 7 dan basa jika pH diatas 7. Kebanyakan nilai pH berkisar antara 0 dan 14. Range pH yang direkomendasikan untuk dikonsumsi adalah 6,5 – 7,5 Karbondioksida jarang bersifat toksik secara langsung terhadap mikroorganisme. Namun demikian, konsentrasi yang tinggi mengakibatkan pH air drop dan membatasi kapasitas mikroorganisme untuk transport oksigen karena pH menjadi lebih rendah. b. Alkalinitas Jumlah basa yang ada di air didefinisikan apa yang disebut alkalinitas. Basa umum yang ditemukan di air meliputi karbonat, bikarbonat, hidroksida dan Universitas Sumatera Utara pospat. Karbonat dan bikarbonat adalah komponen alkalinitas yang paling umum dan paling penting. Alkalinitas diukur dengan jumlah asam ion hidrogen air yang dapat terabsorp buffer sebelum mencapai pH yang ditunjukkan. Total alkalinitas dinyatakan sebagai mgl atau ppm kalsium karbonat mgl atau ppm CaCO 3 . Kisaran total alkalinitas yang diinginkan antara 75 - 200 mgl CaCO 3 . Alkalinitas karbonat-bikarbonat dan hardness di air permukaan dan air bor dihasilkan terutama dari interaksi CO 2 , air dan batu kapur. Air hujan secara alami bersifat asam karena terekspos terhadap CO 2 atmosfer. Setelah air hujan jatuh ke tanah, tiap tetes air hujan menjadi jenuh dengan CO 2 ; dan pH menjadi lebih rendah. Air bor dipompa dari reservoirsumber air bawah tanah alami yang besar atau kecil, yang membentuk kantong-kantong air bawah tanah groundwater. Tipikalnya, air bawah tanah konsentrasi CO 2 nya tinggi dan pH dan konsentrasi DO rendah. Karbondioksida tinggi di air bawah tanah karena proses bacterial di tanah dan beragam underground, pembentukan partikel mineral melalui gerakan air. Setelah air tanah- atau air hujan mengalir dan menapis tanah dan bentukan bebatuan bawah tanah yang mengandung batu kapur calcitik CaCO 3 atau batu kapur dolomite [CaMgCO 3 ], aciditas yang dihasilkan oleh CO 2 akan melarutkan limestone dan membentuk garam- garaman bikarbonat calsium dan magnesium. • Pengaruh Alkalinaitas dalam tubuh Universitas Sumatera Utara Tubuh manusia memiliki banyak cairan dengan kadar pH yang berbeda-beda dan khusus. Misalnya pH air ludah sebesar 7,1, pH cairan perut sebesar 1,5 sementara pH cairan pankreas sebesar 8,8. Meskipun terdapat berbagai variasi pH dalam tubuh kita, tetapi darah mempunyai tingkat pH tetap yaitu sebesar 7,4. Fluktuasi-fluktuasi pH dalam darah bisa menghasilkan gangguan- gangguan serius. pH darah sebesar 7,7 bisa menghasilkan konvulsi-konvulsi tetanik dan pH darah sebesar 6,95 Fasching mengusulkan level pH sebesar 6,0 bisa menyebabkan ketidaksadaran dan kematian. Kadar pH di atas 7,56 menjadi lahan subur sehingga mempermudah tahap-tahap pertumbuhan tumor Fasching. Berbicara mengenai tubuh yang asambasa tidak lepas dari makanan pembentuk asam dan makanan pembentuk basa. Suatu makanan bisa saja bersifat asam tetapi memberikan pengaruh basa bagi tubuh. Limes sangat asam dengan kadar pH sebesar 1,9, tetapi buah ini meningkatkan alkalinitas dalam tubuh makanan pembentuk basa. Tubuh yang terlalu asam menyebabkan penyakit degeneratif seperti penuaan dini. Selain itu jika tubuh Anda terlalu asam Anda akan merasa lemas, cepat lelah baik secara fisik maupun emosional, dan lapar. Jika pH tidak seimbang, tubuh tak dapat memecah makanan secara tepat sehingga kita tidak mendapatkan nutrien yang kita perlukan, menyebabkan defisiensi yang langsung menyebabkan rasa lapar. Asam juga menghambat pemecahan lemak. Tubuh menciptakan sel-sel lemak untuk mengangkut asam keluar dari organ-organ penting. Jika pH terlalu asam, Universitas Sumatera Utara tubuh akan membakar lemak pelindungnya secara lebih lambat. Tubuh yang terlalu asam juga membuat Anda kehilangan kecantikan dan cahaya kulit. Sebaliknya, tubuh yang basa memiliki beberapa keuntungan, diantaranya adalah: kalem dan fokus, memiliki energi tinggi, tidur nyenyak, lebih kebal dari demam dan flu, sistem kekebalan bekerja lebih baik, serta tubuh bisa mencerna, menyerap, dan melakukan pembuangan dengan baik. Untuk mencapai keseimbangan asam dan basa tubuh, komposisi makanan yang dianjurkan adalah 80 makanan bersifat basa dan 20 bersifat asam Anonyme 2011. • Pengaruh Alkalinitas terhadap Injeksi CO 2 Air yang digunakan untuk proses pembuatan minuman berkarbonasi bukan air minum biasa. Air tersebut telah mengalami proses penjernihan lebih lanjut. Syarat lainnya, air tersebut harus jernih dan steril. Tak cuma itu, air dimaksud harus bebas dari kontaminasi, garam mineral, rasa, bau, dan bahan organik. Juga, semua komponen yang dapat bereaksi dengan komponen minuman ringan harus dinetralisasi atau dihilangkan seluruhnya. Air dengan kandungan alkali yang tinggi harus diberi perlakuan sehingga tidak bereaksi dengan asam yang terdapat dalam minuman. Alkalinitas atau kadar kalsium karbonat CaCO 3 maksimum yang diizinkan adalah 50 mg per liter, karena kesadahan air akan sangat mempengaruhi derajat karbonasi, warna serta kejernihan air itu sendiri. Universitas Sumatera Utara Kandungan mineral pada air seperti mangan Mn dan besi Fe juga harus disingkirkan karena akan mengikat bahan pewarna dan pemberi flavor, sehingga mengganggu penampakan. Kandungan klorin yang biasanya tinggi pada air, juga harus dihilangkan karena akan berpengaruh terhadap flavor. Bahan organik dan partikel asing akibat sanitasi yang buruk, juga harus diperhatikan karena air yang mengandung bahan tersuspensi tidak mudah untuk dikarbonasi dan minuman dari air jenis tersebut menjadi hambar. Tahap penting dalam pembuatan minuman ringan berkarbonasi adalah pada tahap proses karbonasi itu sendiri. Dalam proses karbonasi, mutlak diperlukan tekanan tinggi supaya gas CO 2 dapat mengisi rongga-rongga di dalam struktur cairan. Tekanan tinggi tersebutlah yang menyebabkan timbulnya suara berdesis, ketika minuman berkarbonasi dibuka dari kaleng ataupun botol. Suara desis tersebut berasal dari tekanan pada permukaan air soda yang turun dengan sangat cepat, sehingga gas karbondioksida dalam minuman berusaha lepas. Gas karbondioksida tidak lepas sendiri-sendiri, namun membentuk molekul yang disebut nukleus sehingga mereka mempunyai tenaga untuk melawan cairan, melepaskan diri ke permukaan. Nukleus ini dapat dilihat ketika kita menuangkan minuman ke gelas, maka di bagian pinggir akan terbentuk gelembung-gelembung yang tampak menyatu. Nukleus ini juga yang memberikan sensasi nikmat di lidah. Proses pembentukan nukleus dapat dipercepat dengan cara mengocok minuman berkarbonasi. Jika kita mengocok soda dalam kaleng atau botol yang Universitas Sumatera Utara masih tertutup, akan timbul suara letupan pada saat kaleng dibuka akibat dorongan nukleus yang sangat besar. Selain faktor nukleus, faktor lain yang berpengaruh terhadap proses hilangnya gas karbondioksida dalam air adalah suhu. Proses karbonasi akan lebih efektif pada suhu yang lebih rendah, yaitu 2 – 5 derajat Celcius. Semakin tinggi suhu cairan, semakin sedikit gas yang terlarut. Hal itu memang berlawanan dengan zat padat seperti gula atau garam yang bila dipanaskan akan mudah larut bersama air. Zat gas seperti karbondioksida bila berada dalam keadaan bebas di udara akan memiliki energi kinetik yang sebanding dengan suhu. Untuk membuat karbondioksida larut dalam air, diperlukan upaya agar zat karbondioksida tersebut dapat stabil di dalam air. Salah satunya adalah menurunkan energi kinetiknya dengan cara menurunkan suhu. Bila kita menaikkan suhunya, gas karbondioksida akan cenderung lepas. Itulah sebabnya selain alasan kesegaran, minuman berkarbonasi lebih disarankan untuk dikonsumsi dalam keadaan dingin Astawan, Made 2008.

2.6. Penambahan Zat Kimia Pada Air