Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

1 Guruh Rahmat Gumilar, 2013 Kontribusi Pelatihan Kewirausahaan Terhadap Motivasi Berwirausaha Bagi Peserta Pelatihan Persiapan Purna Bakti Bakti Di Lembega LP2ES Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Bekerja merupakan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan hidup pribadi dan keluarga dengan berbagai pekerjaan. Hampir separuh dari usia digunakan dalam bekerja namun lambat laun kondisi fisik akan menurun. Aksesibilitas dalam pekerjaan pun akan berkurang pada akhirnya harus mengalami masa purna bakti atau masa pensiun. Masa pensiun masa yang akan dilalui semua pegawai yang bekerja di instansi atau perusahaan sesuai ketentuan yang ditentukan oleh pemerintah berdasarkan peraturan pemerintah yang berlaku. Berdasarkan peraturan pemerintah republik indonesia nomor 19 tahun 2013 tentang perubahan keempat atas peraturan pemerintah nomor 32 tahun 1979 tentang pemberhentian pegawai negeri sipil usia pensiun PNS 56 tahun dan pegawai swasta berdasarkan undang – undang republik indonesia nomor 13 tahun 2003 tentang tenaga kerja yaitu 56 tahun. Masa purna bakti adalah dimensi yang sangat rentan terhadap pergeseran mental, kemunduran fisik, dan berkurangnya produktifitas kerja. Hal inilah yang sering memicu terjadinya krisis interpersonal atau yang dikenal post power syndrome. Untuk mengatasi krisis interpersonal atau post power syndrome perlu adanya pendidikan yang menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan para pegawai yang akan memasuki masa pensiun. Setelah memasuki masa purna bhakti kadang para pegawai bingung bagaimana mendapatkan pendapatan tambahan selain gaji pensiun atau pesangon yang diterima, untuk menjawab masalah krisis interpersonal atau post power syndrome pada masa pensiun yaitu pendidikan dan pelatihan merupakan solusi yang tepat untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Pendidikan yang diselenggarakan diluar pendidikan formal yaitu Pendidikan luar sekolah menyelenggarakan program – program pendidikan Guruh Rahmat Gumilar, 2013 Kontribusi Pelatihan Kewirausahaan Terhadap Motivasi Berwirausaha Bagi Peserta Pelatihan Persiapan Purna Bakti Bakti Di Lembega LP2ES Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu untuk masyarakat sesuai dengan kebutuhan masyarakat, pendidikan luar sekolah menurut jenisnya terbagi menjadi dua yaitu pendidikan non formal dan pendidikan informal. Pendidikan non formal dan informal sebagai penambah, pelengkap, dan pengganti pendidikan formal berdasarkan pada undang-undang sistem pendidikan nasional tahun 2003 pasal 26 yaitu : “Pendidikan keterampilan, pendidikan kecakapan dan pendidikan keahlian. Pendidikan non formal menyelenggarakan program - program: pelatihan dan kursus yang dapat menyelenggarakan pendidikan berupa keahlian berdasarkan analisis kebutuhan masyarakat dan kebutuhan lapangan pekerjaan ”. Penjelasan undang –undang diatas menjelaskan bahwa pendidikan non formal dan informal terdiri dari: pendidikan keterampilan, pendidikan kecakapan dan pendidikan keahlian. Program-program yang diselenggarakan pada pendidikan non formal mengenai pengetahuan dan keterampilan misalnya montir, mengemudi mobil, menjahit, keterampilan berwirausaha, bahasa Inggris dan keterampilan yang dibutuhkan pada saat sekarang. Menurut Undang –Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 bagian kelima, pendidikan dan pelatihan secara spesifik terdapat pada pasal 26 ayat 4 tentang satuan pendidikan luar sekolah dan ayat 5 mengenai kursus dan pelatihan adalah sebagai berikut : “Pasal 26 Ayat 4 Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis”. “Ayat 5 Kursus dan Pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan pembekalan pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan potensi, bekerja, usaha mandiri, atau melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi ” . Berdasarkan Pasal 26 ayat 4 tetang satuan PLS dan ayat 5 mengenai pelatihan merupakan satuan pendidikan non formal yang memberikan pembekalan pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan potensi, bekerja, usaha mandiri atau melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Pelatihan mempunyai tujuan memberdayakan masyrakat dengan memberikan keterampilan dan pengetahuan. Salah satu pelatihan yang melatih para pegawai yang akan memasuki masa pensiun yaitu pelatihan kewirausahan masa persiapan pensiun yang di selenggarakan di Lembaga LP2ES lembaga pendidikan dan pelatihan ekonomi syariah learning center Gegerkalong Bandung menyelenggarakan pelatihan untuk para pegawai negeri atau pegawai swasta yang akan memasuki masa pensiun untuk diberikan keahlian berwirausaha untuk mengahadapi masa pensiun atau masa purna bakti. Menurut Budi Permana 2010:1 mengungkapkan “Program pelatihan kewirausahaan masa persiapan purna bakti menyelengggarakan program yang disusun untuk membekali para peserta program persiapan masa purnabhakti dengan kesadaran berwirausaha dan motivasi untuk merubah diri dari konsep ketergantungan menuju kemandirian dan membangun pemahaman terhadap etika berbisnis serta wawasan dan keterampilan berwirausaha”. Alasan rasional dan essensial yang membuat peneliti tertarik yaitu mengenai motivasi berwirausaha peserta apakah setelah mengikuti pelatihan kewirausahaan masa pensiun peserta pelatihan yang berasal dari kalangan pegawai yang sudah bekerja lama di instansi pemerintah akan memasuki masa purna bhakti atau masa pensiun, apakah akan bertambah motivasi berwirausaha setelah mengikuti pelatihan masa persiapan pensiun dilembaga LP2ES Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Ekonomi Syariah. Secara umum pelatihan ini menggunakan pendekatan pembelajaran Andragogi yaitu pendidikan orang dewasa. Fakta dilapangan bahwa peserta pelatihan masa persiapan pensiun terkadang mengalami krisis interpersonal atau yang dikenal dengan post power syndrome yaitu: gejala kejiwaan atau emosional yang sifatnya kurang positif. Pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun yang diselenggarakan oleh lembaga pelatihan LP2ES Learning Center Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Ekonomi Syariah yang bertempat di Jl. Gegerkalong Girang Baru No.4 Bandung yang bertempat dilingkungan Pesantren Daruut Tauhid Gegerkalong Bandung. Menyelenggarakan pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun Guruh Rahmat Gumilar, 2013 Kontribusi Pelatihan Kewirausahaan Terhadap Motivasi Berwirausaha Bagi Peserta Pelatihan Persiapan Purna Bakti Bakti Di Lembega LP2ES Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu program ini disusun untuk membekali para peserta program persiapan masa purnabhakti dengan kesadaran berwirausaha dan motivasi untuk merubah diri dari konsep ketergantungan menuju kemandirian dan membangun pemahaman terhadap etika bisnis serta wawasan dan keterampilan berwirausaha. Materi yang disampaikan diantarannya: bimbingan spiritual, menghadapi purnabhakti dengan bening hati, membangun jiwa entrepreneurship, maximizer potential talent, great bussines with spirituality, succes story, manajemen hidup sehat dimasa lansia dan kunjungan ke sentra usaha. Menurut Budi Permana 2010:4 bahwa pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiu n “ program khusus ini dirancang bagi para karyawan atau pegawai dari instansi manapun yang sudah mendekati masa purna bakti agar dapat mempersiapkan diri setelah memasuki masa purna bakti atau masa pensiun”. Pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun memberikan motivasi kepada peserta pelatihan untuk merubah diri dari konsep ketergantungan menuju kemandirian. Peneliti ingin mengetahui tingkat motivasi keinginan mengikuti pembelajaran pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun apakah menurun dan apakah meningkat setelah mengikuti pelatihan di LP2ES. Gejala – gejala kesenjangan yang terdapat di lapangan pada masa usia madya penyesuaian pekerjaan dan keluarga menurut Elizabeth B. Hurlock 1980: 364 “Orang usia madya yang telah mempersiapkan dirinya untuk menghadapi masa pensiun dari pekerjaan yang mendatangkan pendapatan, atau mengakhiri peran dan tanggung jawabnya sebagai orang tua dengan cara mencari bidang kegiatan baru yang menarik kemudian mengikat diri dengan kegiatan baru tersebut, biasanya dapat menyesuaikan diri lebih baik terhadap hari tuanya dari pada mereka yang tidak melakukan persiapan macam ini”. Berdasarkan penjelasan diatas dengan mengikuti pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun di Daruut Tauhid peserta akan mendapatkan ilmu, keterampilan dan wawasan mengenai berwirausaha dengan melihat berbagai sektor usaha diantaranya: pertanian, peternakan, industri, dan perdagangan. Kenyataan dilapangan masa purna bakti dimensi yang sangat rentan terhadap pergeseran mental, kemunduran fisik, dan berkurangnnya produktifitas kerja. Hal inilah yang sering memicu terjadinya krisis interpersonal atau yang sering dikenal post power syndrome. Menurut Supardi 2002 dalam blognya “Krisis interpersonal atau post power syndrome yaitu sekumpulan gejala yang muncul ketika seseorang tidak lagi menduduki suatu posisi sosial, biasanya satu jabatan dalam institusi tertentu. Kondisi post-power syndrome terjadi bila seseorang mengalami pemutusan hubungan kerja, masa jabatan berakhir, SK-nya tidak diperpanjang, mengalami pensiun dini oleh berbagai sebab atau usia kalendernya telah mencapai usia dimana orang tersebut harus pensiun”. pendekatan untuk mengatasi kondisi krisis interpersonal dalam penelitian ini, peneliti mengukur motivasi berwirausaha awal peserta pelatihan kewirausahaan dan motivasi berwirausaha akhir peserta pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun. Motivasi berwirausaha dalam pelatihan berkaitan dengan keinginan dan antusias peserta pelatihan untuk mengikuti pelatihan, karena pelatihan merupakan bagian dari satuan pendidikan luar sekolah yang memberikan keterampilan kepada peserta pelatihan dengan harapan peserta pelatihan mempunyai keterampilan dan keahlian setelah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan di Lembaga tersebut. Motivasi berwirausaha yang meningkat atau menurun dalam mengikuti pelatihan akan berdampak pada pelaksanaan pembelajaran, hasil belajar dan pemahaman akan wirausaha. Wirausaha merupakan pendapatan tambahan pada usia pensiun selain gaji pensiun bagi pegawai negeri dan gaji pesangon bagi pegawai swasta.

B. Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah