viii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.
Kesimpulan .............................................................................................. 79 B.
Saran ......................................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 83 LAMPIRAN
– LAMPIRAN
1
Guruh Rahmat Gumilar, 2013 Kontribusi Pelatihan Kewirausahaan Terhadap Motivasi Berwirausaha Bagi Peserta Pelatihan
Persiapan Purna Bakti Bakti Di Lembega LP2ES Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Bekerja merupakan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan hidup pribadi dan keluarga dengan berbagai pekerjaan. Hampir separuh dari usia digunakan
dalam bekerja namun lambat laun kondisi fisik akan menurun. Aksesibilitas dalam pekerjaan pun akan berkurang pada akhirnya harus mengalami masa purna bakti
atau masa pensiun. Masa pensiun masa yang akan dilalui semua pegawai yang bekerja di instansi atau perusahaan sesuai ketentuan yang ditentukan oleh
pemerintah berdasarkan peraturan pemerintah yang berlaku. Berdasarkan peraturan pemerintah republik indonesia nomor 19 tahun 2013 tentang perubahan
keempat atas peraturan pemerintah nomor 32 tahun 1979 tentang pemberhentian pegawai negeri sipil usia pensiun PNS 56 tahun dan pegawai swasta berdasarkan
undang – undang republik indonesia nomor 13 tahun 2003 tentang tenaga kerja
yaitu 56 tahun. Masa purna bakti adalah dimensi yang sangat rentan terhadap pergeseran
mental, kemunduran fisik, dan berkurangnya produktifitas kerja. Hal inilah yang sering memicu terjadinya krisis interpersonal atau yang dikenal post power
syndrome. Untuk mengatasi krisis interpersonal atau post power syndrome perlu adanya pendidikan yang menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan para
pegawai yang akan memasuki masa pensiun. Setelah memasuki masa purna bhakti kadang para pegawai bingung bagaimana mendapatkan pendapatan
tambahan selain gaji pensiun atau pesangon yang diterima, untuk menjawab masalah krisis interpersonal atau post power syndrome pada masa pensiun yaitu
pendidikan dan pelatihan merupakan solusi yang tepat untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Pendidikan yang diselenggarakan diluar pendidikan formal
yaitu Pendidikan luar sekolah menyelenggarakan program – program pendidikan
Guruh Rahmat Gumilar, 2013 Kontribusi Pelatihan Kewirausahaan Terhadap Motivasi Berwirausaha Bagi Peserta Pelatihan
Persiapan Purna Bakti Bakti Di Lembega LP2ES Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
untuk masyarakat sesuai dengan kebutuhan masyarakat, pendidikan luar sekolah menurut jenisnya terbagi menjadi dua yaitu pendidikan non formal dan
pendidikan informal. Pendidikan non formal dan informal sebagai penambah, pelengkap, dan
pengganti pendidikan formal berdasarkan pada undang-undang sistem pendidikan nasional tahun 2003 pasal 26 yaitu :
“Pendidikan keterampilan, pendidikan kecakapan dan pendidikan keahlian. Pendidikan non formal menyelenggarakan program - program: pelatihan
dan kursus yang dapat menyelenggarakan pendidikan berupa keahlian berdasarkan analisis kebutuhan masyarakat dan kebutuhan lapangan
pekerjaan
”. Penjelasan undang
–undang diatas menjelaskan bahwa pendidikan non formal dan informal terdiri dari: pendidikan keterampilan, pendidikan kecakapan
dan pendidikan keahlian. Program-program yang diselenggarakan pada pendidikan non formal mengenai pengetahuan dan keterampilan misalnya montir,
mengemudi mobil, menjahit, keterampilan berwirausaha, bahasa Inggris dan keterampilan yang dibutuhkan pada saat sekarang.
Menurut Undang –Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 bagian
kelima, pendidikan dan pelatihan secara spesifik terdapat pada pasal 26 ayat 4 tentang satuan pendidikan luar sekolah dan ayat 5 mengenai kursus dan pelatihan
adalah sebagai berikut : “Pasal 26 Ayat 4 Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga
kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat dan majelis taklim, serta satuan
pendidikan yang sejenis”. “Ayat 5 Kursus dan Pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang
memerlukan pembekalan pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan potensi, bekerja, usaha
mandiri, atau melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi
”
.
Berdasarkan Pasal 26 ayat 4 tetang satuan PLS dan ayat 5 mengenai pelatihan merupakan satuan pendidikan non formal yang memberikan pembekalan
pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan potensi, bekerja, usaha mandiri atau melanjutkan ke jenjang
yang lebih tinggi. Pelatihan mempunyai tujuan memberdayakan masyrakat dengan memberikan keterampilan dan pengetahuan. Salah satu pelatihan yang
melatih para pegawai yang akan memasuki masa pensiun yaitu pelatihan kewirausahan masa persiapan pensiun yang di selenggarakan di Lembaga LP2ES
lembaga pendidikan dan pelatihan ekonomi syariah learning center Gegerkalong Bandung menyelenggarakan pelatihan untuk para pegawai negeri atau pegawai
swasta yang akan memasuki masa pensiun untuk diberikan keahlian berwirausaha untuk mengahadapi masa pensiun atau masa purna bakti.
Menurut Budi Permana 2010:1 mengungkapkan “Program pelatihan
kewirausahaan masa persiapan purna bakti menyelengggarakan program yang disusun untuk membekali para peserta program persiapan masa purnabhakti
dengan kesadaran berwirausaha dan motivasi untuk merubah diri dari konsep ketergantungan menuju kemandirian dan membangun pemahaman terhadap etika
berbisnis serta wawasan dan keterampilan berwirausaha”. Alasan rasional dan essensial yang membuat peneliti tertarik yaitu mengenai motivasi berwirausaha
peserta apakah setelah mengikuti pelatihan kewirausahaan masa pensiun peserta pelatihan yang berasal dari kalangan pegawai yang sudah bekerja lama di instansi
pemerintah akan memasuki masa purna bhakti atau masa pensiun, apakah akan bertambah motivasi berwirausaha setelah mengikuti pelatihan masa persiapan
pensiun dilembaga LP2ES Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Ekonomi Syariah. Secara umum pelatihan ini menggunakan pendekatan pembelajaran
Andragogi yaitu pendidikan orang dewasa. Fakta dilapangan bahwa peserta pelatihan masa persiapan pensiun terkadang mengalami krisis interpersonal atau
yang dikenal dengan post power syndrome yaitu: gejala kejiwaan atau emosional yang sifatnya kurang positif.
Pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun yang diselenggarakan oleh lembaga pelatihan LP2ES Learning Center Lembaga Pendidikan dan
Pelatihan Ekonomi Syariah yang bertempat di Jl. Gegerkalong Girang Baru No.4 Bandung yang bertempat dilingkungan Pesantren Daruut Tauhid Gegerkalong
Bandung. Menyelenggarakan pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun
Guruh Rahmat Gumilar, 2013 Kontribusi Pelatihan Kewirausahaan Terhadap Motivasi Berwirausaha Bagi Peserta Pelatihan
Persiapan Purna Bakti Bakti Di Lembega LP2ES Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
program ini disusun untuk membekali para peserta program persiapan masa purnabhakti dengan kesadaran berwirausaha dan motivasi untuk merubah diri dari
konsep ketergantungan menuju kemandirian dan membangun pemahaman terhadap etika bisnis serta wawasan dan keterampilan berwirausaha. Materi yang
disampaikan diantarannya: bimbingan spiritual, menghadapi purnabhakti dengan bening hati, membangun jiwa entrepreneurship, maximizer potential talent, great
bussines with spirituality, succes story, manajemen hidup sehat dimasa lansia dan kunjungan ke sentra usaha.
Menurut Budi Permana 2010:4 bahwa pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiu
n “ program khusus ini dirancang bagi para karyawan atau pegawai dari instansi manapun yang sudah mendekati masa purna bakti agar dapat
mempersiapkan diri setelah memasuki masa purna bakti atau masa pensiun”. Pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun memberikan motivasi kepada
peserta pelatihan untuk merubah diri dari konsep ketergantungan menuju kemandirian. Peneliti ingin mengetahui tingkat motivasi keinginan mengikuti
pembelajaran pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun apakah menurun dan apakah meningkat setelah mengikuti pelatihan di LP2ES.
Gejala – gejala kesenjangan yang terdapat di lapangan pada masa usia
madya penyesuaian pekerjaan dan keluarga menurut Elizabeth B. Hurlock 1980:
364 “Orang usia madya yang telah mempersiapkan dirinya untuk menghadapi masa pensiun dari pekerjaan yang mendatangkan pendapatan, atau
mengakhiri peran dan tanggung jawabnya sebagai orang tua dengan cara mencari bidang kegiatan baru yang menarik kemudian mengikat diri dengan kegiatan baru
tersebut, biasanya dapat menyesuaikan diri lebih baik terhadap hari tuanya dari pada mereka yang tidak melakukan persiapan macam ini”. Berdasarkan
penjelasan diatas dengan mengikuti pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun di Daruut Tauhid peserta akan mendapatkan ilmu, keterampilan dan
wawasan mengenai berwirausaha dengan melihat berbagai sektor usaha diantaranya: pertanian, peternakan, industri, dan perdagangan.
Kenyataan dilapangan masa purna bakti dimensi yang sangat rentan terhadap pergeseran mental, kemunduran fisik, dan berkurangnnya produktifitas
kerja. Hal inilah yang sering memicu terjadinya krisis interpersonal atau yang sering dikenal post power syndrome. Menurut Supardi 2002 dalam blognya
“Krisis interpersonal atau post power syndrome yaitu sekumpulan gejala yang muncul ketika seseorang tidak lagi menduduki suatu posisi sosial, biasanya satu
jabatan dalam institusi tertentu. Kondisi post-power syndrome terjadi bila seseorang mengalami pemutusan hubungan kerja, masa jabatan berakhir, SK-nya
tidak diperpanjang, mengalami pensiun dini oleh berbagai sebab atau usia kalendernya telah mencapai usia dimana orang tersebut harus pensiun”.
pendekatan untuk mengatasi kondisi krisis interpersonal dalam penelitian ini, peneliti mengukur motivasi berwirausaha awal peserta pelatihan kewirausahaan
dan motivasi berwirausaha akhir peserta pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun.
Motivasi berwirausaha dalam pelatihan berkaitan dengan keinginan dan antusias peserta pelatihan untuk mengikuti pelatihan, karena pelatihan merupakan
bagian dari satuan pendidikan luar sekolah yang memberikan keterampilan kepada peserta pelatihan dengan harapan peserta pelatihan mempunyai keterampilan dan
keahlian setelah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan di Lembaga tersebut. Motivasi berwirausaha yang meningkat atau menurun dalam mengikuti pelatihan
akan berdampak pada pelaksanaan pembelajaran, hasil belajar dan pemahaman akan wirausaha. Wirausaha merupakan pendapatan tambahan pada usia pensiun
selain gaji pensiun bagi pegawai negeri dan gaji pesangon bagi pegawai swasta.
B. Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah
Fokus masalah penelitian yaitu kenyataan dilapangan peserta mengikuti pelatihan dengan motivasi yang sungguh
–sungguh mengikuti pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun didasarkan pada hasil wawancara
peneliti kepada peserta pelatihan. Karena peserta mengikuti pelatihan kewirausahaan merupakan rekomendasi dari perusahaan atau instansi
pemerintah untuk mengikuti pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun.
Guruh Rahmat Gumilar, 2013 Kontribusi Pelatihan Kewirausahaan Terhadap Motivasi Berwirausaha Bagi Peserta Pelatihan
Persiapan Purna Bakti Bakti Di Lembega LP2ES Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Peneliti berinisiatif mengukur motivasi berwirausaha awal dan motivasi berwirausaha akhir untuk mengetahui tingkat minat dan keinginan peserta
untuk berwirausaha dengan cara melaksanakan observasi awal mengamati pelaksanaan pelatihan kewirausahaan bahwa peserta selama mengikuti
pelatihan bersemangat mengikuti pelatihan dan bergembira mengikuti pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun.
Program pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun merupakan program yang disusun untuk membekali para peserta program persiapan masa
purnabhakti dengan kesadaran berwirausaha dan motivasi untuk merubah diri dari konsep ketergantungan menuju kemandirian dan membangun pemahaman
terhadap etika bisnis serta wawasan dan keterampilan berwirausaha. Pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun merupakan program yang memiliki
tujuan agar peserta siap dari segi psikologis, mental, fisik, kesehatan dan yang lebih penting lagi ialah finansial, selain itu peserta juga dibekali pengetahuan
tentang dunia usaha, study kelayakan dan perencanaan usaha. Output pelatihan menurut Faozan2013 : 4 yaitu:
1. Peserta memahami arti masa pensiun dan permasalahannya sehingga dapat
siap secara mental spiritual dalam menghadapi dan menjalani masa pensiun dengan tetap sehat dan bugar produktif.
2. Peserta dapat mengetahui berbagai alternatif sektor usaha yang mungkin bisa
dikembangkan dalam mengisi masa pensiun yang produktif. 3.
Peserta dapat memahami bagaimana cara menemukan dan mengembangkan potensi diri.
4. Wawasan, pengetahuan, keterampilan dasar dalam pengelolaan aktivitas masa
pensiun, terutama dalam bidang mental, kesehatan, wirausahan dan bisnis. 5.
Peserta dapat memahami bagaimana memulai dan mengelola usaha yang menguntungkan.
Lembaga pelatihan LP2ES Bandung yang bertempat di Komplek Pondok Pesantren Daarut Tauhiid yang asri dan nyaman sehingga dapat memberikan
inspirasi sentuhan baru dan kesiapan lahir batin dalam menghadapi masa pensiun. Berikut ini hasil identifikasi beberapa permasalahan yang akan menjadi bahan
penelitian yaitu : 1.
Kontribusi penerapan pelatihan kewirausahaan terhadap motivasi berwirausaha bagi peserta pelatihan persiapan purna bakti di Lembaga
LP2ES Bandung. 2.
Motivasi berwirausaha peserta sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun.
Adapun rumusan masalah dari identifikasi masalah diatas yaitu: ”Bagaimana
kontribusi pelatihan kewirausahaan terhadap motivasi berwirausaha bagi peserta pelatihan persiapan purna bakti di lembaga LP2ES Bandung?”.
Berdasarkan pada pertanyaan rumusan masalah diatas, maka peneliti menyusun pertanyaan penelitian sebagai fokus bahasan penelitian, sebagai
berikut: 1.
Bagaimana kontribusi penerapan pelatihan kewirausahaan terhadap motivasi berwirausaha bagi peserta pelatihan persiapan purna bakti di
Lembaga LP2ES Bandung? 2.
Bagaimana pelaksanaan pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun di Lembaga LP2ES ?
3. Bagaimana motivasi berwirausaha peserta sebelum dan sesudah mengikuti
pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun ?
Guruh Rahmat Gumilar, 2013 Kontribusi Pelatihan Kewirausahaan Terhadap Motivasi Berwirausaha Bagi Peserta Pelatihan
Persiapan Purna Bakti Bakti Di Lembega LP2ES Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka peneliti merumuskan tujuan penelitian sebagai berikut :
1. Memperoleh gambaran bagaimana kontribusi penerapan pelatihan
kewirausahaan terhadap motivasi berwirausaha peserta pelatihan persiapan purna bakti di Lembaga LP2ES Bandung.
2. Memperoleh gambaran pelaksanaan pelatihan kewirausahaan masa
persiapan pensiun di Lembaga LP2ES Bandung. 3.
Memperoleh gambaran mengenai motivasi berwirausaha peserta sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun.
D. Metode Penelitian
Metoda merupakan cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan. penelitian ini akan menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif yaitu mengungkapkan pengaruh antar variabel dan dinyatakan dengan angka serta menjelaskannya dengan membandingkan dengan teori
–teori yang telah ada dan menggunakan teknik analis data sesuai dengan variabel dalam
penelitian. Alasan pemilihan metode didasarkan kepada pertimbangan tujuan penelitian itu sendiri, yakni mengetahui kotribusi pelatihan kewirausahaan masa
persiapan pensiun terhadap motivasi berwirausaha peserta di Lembaga pelatihan LP2ES lembaga pendidikan dan pelatihan ekonomi syariah Daruut Tauhiid
Gegerkalong Bandung. Variabel dependen pada penelitian ini yaitu kotribusi pelatihan kewirausahaan dan variabel independen yaitu motivasi berwirausaha
peserta.
Lokasi penelitian di Lembaga Pelatihan LP2ES lembaga Pendidikan dan pelatihan ekonomi syariah Geger kalong Bandung dengan responden 26 orang
peserta pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun. adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner,
wawancara tidak terstruktur, observasi berperan serta, studi dokumentasi dan studi kepustakaan.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan dan masukan kepada semua pihak tentang pelatihan kewirausahaan
masa persiapan pensiun untuk mempersiapkan masa persiapan pensiun untuk para pegawai negeri ataupun swasta yang akan memasuki masa pensiun atau masa
purna bakti. Pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun menumbuhkan semangat berwirausaha yang nantinya dapat menghasilkan pendapatan dengan
berwirausaha. Berikut ini manfaat yang diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa menguji, menambah dan mengembangkan knowledge pengetahuan mengenai
perencanaan, persiapan, pelaksanaan, evaluasi dan hasil pelatihan yang berpengaruh terhadap motivasi belajar peserta pelatihan.
2. Manfaat Praktis Operasional a. Bagi Peneliti
Hasil penelitian di harapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan bagi peneliti, umummnya dibidang pendidikan luar sekolah
khususnya mengenai wawasan, pengetahuan dan keterampilan tentang perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan hasil pelatihan yang berhubungan dengan
motivasi belajar peserta. b.
Bagi Pihak Penyelenggara Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan bahan rujukan dan masukan
saran dalam menyelenggarakan pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun
Guruh Rahmat Gumilar, 2013 Kontribusi Pelatihan Kewirausahaan Terhadap Motivasi Berwirausaha Bagi Peserta Pelatihan
Persiapan Purna Bakti Bakti Di Lembega LP2ES Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
selanjutnya dengan sasaran peserta yang berbeda untuk perbaikan pelaksanaan pelatihan selanjutnya.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan untuk penelitian
– penelitian yang dilakukan bagi para peneliti selanjutnya.
F. Struktur Organisasi Skripsi
Struktur organisasi skripsi untuk memudahkan pembahasan dan penyusunan, maka peneliti mengemukakan sistematika penulisan skripsi ini yaitu
sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan. Merupakan uraian tentang latar belakang penelitian,
identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat Penelitian dan struktur organisasi skripsi secara garis besar.
BAB II Kajian Pustaka. Merupakan landasan teori yang digunakan dalam
analisis temuan dilapangan.
BAB III Metode Penelitian. Pada Bab ini akan diuraikan mengenai subjek
penelitian, pemilihan sampel, definisi operasional dari variabel yang terlibat, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data,
pendekatan yang digunakan, serta prosedur dan tahap – tahap penelitian mulai
dari persiapan sampai penyusunan laporan akhir.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Pada bab ini membahas mengenai
pengolahan atau analisis data serta pembahasan temuan.
BAB V Kesimpulan dan Saran. Bab ini membahas mengenai hasil analisis
temuan. Selain itu, pada bab ini juga dibahas mengenai rekomendasi bagi pihak pihak yang berkaitan dengan penelitian ini.
Guruh Rahmat Gumilar, 2013 Kontribusi Pelatihan Kewirausahaan Terhadap Motivasi Berwirausaha Bagi Peserta Pelatihan
Persiapan Purna Bakti Bakti Di Lembega LP2ES Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
34
BAB III METODE PENELITIAN