PERAN PELATIH PADA PELATIHAN PRA PURNABAKTI DALAM KEMAMPUAN BERWIRAUSAHA : Studi Deskriptif di LP2ES Gegerkalong Girang Baru Bandung.

(1)

PERAN PELATIH PADA PELATIHAN PRA PURNABAKTI DALAM KEMAMPUAN BERWIRAUSAHA

(Studi Deskriptif di LP2ES Gegerkalong Girang Baru Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Luar Sekolah

Nisa Fadilah 0901514

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH 2014


(2)

PERNYATAAN

“Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Peran Pelatih Pada

Pelatihan Pra Purnabakti dalam Kemampuan berwirausaha” ini beserta isinya

adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari

pihak lain terhadap keaslian karya saya ini”.

Bandung, Februari, 2014 Yang membuat pernyataan,

Nisa Fadilah NIM. 0901514


(3)

Peran Pelatih Pada Pelatihan Pra Purnabakti dalam

Kemampuan Berwirausaha

(Studi Deskriptif Gegerkalong Girang Baru Bandung)

Oleh Nisa Fadilah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Nisa Fadilah 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(4)

NISA FADILAH NIM. 0901514

PERAN PELATIH PADA PELATIHAN PRA PURNABAKTI DALAM KEMAMPUAN BERWIRAUSAHA

(Studi Deskriptif LP2ES Gegerkalong Girang Baru Bandung)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH : PEMBIMBING I

Dr. H. Elih Sudiapermana, M.Pd NIP. 19611114 198703 1 001

PEMBIMBING II

Dr. H. Uyu Wahyudin, M.Pd NIP. 19600926 198503 1 003

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Luar Sekolah

Dr. Jajat S. Ardiwinata, M.Pd NIP. 19590826 198603 1 003


(5)

Nisa Fadilah, 2014

ABSTRAK

Nisa Fadilah, 0901514. Peran Pelatih Pada Pelatihan Pra Purnabakti dalam Kemampuan Berwirausaha (Studi Deskriptif di LP2ES Gegerkalong Girang Baru Bandung)

Penelitian ini dilatarbelakangi adanya pegawai yang sudah memasuki dunia pensiun yang tidak memiliki penghasilan yang jelas, maka diadakannya pelatihan pra purnabakti. Peran pelatih dalam pelatihan menentukan keberhasilan pelatihan yang telah diselenggarakan. Oleh karena itu pada pembahasan ini peneliti tertarik untuk meneliti peran trainer pada pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan berwirausaha. Penelitian ini bertujuan untuk 1) memperoleh gambaran tentang peran pelatih sebagai pengelola pembelajaran, fasiltator pembelajaran, konsultan pembelajaran pada pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan berwirausaha,2) memperoleh gambaran tentang faktor yang menghambat peran pelatih pada pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan berwirausaha. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan observasi, wawancara, dokumentasi dan triangulasi. Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Ekonomi Syariah (LP2ES) Bandung.

Hasil penelitian menemukan bahwa; 1) dalam perannya pelatih sebagai pengelola pembelajaran, pelatih lebih menempatkan diri pada perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, sementara pada evaluasi pembelajaran dilakukan oleh pihak lain. 2) peran pelatih sebagai fasilitator memberikan motivasi dan dorongan kepada peserta pelatihan. 3) peran pelatih sebagai konsultan diantaranya adalah memberikan solusi masalah (pemecah masalah) sehingga peserta pelatihan mendapatkan solusi dari masalah yang sedang mereka hadapi. 4) faktor yang menghambat yaitu sulitnya mengumpulkan SDM, sulitnya mencari pelatihan yang sesuai dengan pelatihan, pelaksanaan evaluasi program dilakukan perusahaan bukan lembaga.


(6)

Nisa Fadilah, 2014

ABSTRACT

Nisa Fadilah, 0901514. Trainer’s Role in Pre-Retirement Training of Entrepreneurship Skill (Descriptive study in LP2ES Gegerkalong Girang Baru Bandung)

The background of the study is the existence of employees who come to the retirement world and do not have the obvious income. In order to overcome the issue, Pre-Retirement Training is conducted. Trainer’s role in the training determines the success of the conducted training. Moreover, in this discussion, writer is interested in studying the trainer’s role in trainer’s role in pre-retirement training of entrepreneurship skill. The objective of this study is to 1) acquire the

description of the trainer’s role as learning manager, facilitator, and consultant in

pre-retirement training of entrepreneurship skill, 2) acquire the description of

factors which resist the trainer’s role in pre-retirement training of entrepreneurship skill. The method used in this study is descriptive method with qualitative approach. The data collection methods used in the study is observation, interview, documentation, and triangulation. The study is conducted in Institute of Islamic Economics Education and Training (LP2ES) Bandung.

The result of the study shows that; 1) in the role of learning manager, the trainer situates themselves more on planning and implementation of learning,

meanwhile the learning evaluation is conducted by other parties. 2) Trainer’s role

as facilitator presents the motivation and support to the training participants. 3)

Trainer’s role as consultant provides solution of the problem (problem solver) so that the participants get the solution of the problems they face. 4) The resisted factor are the difficulties in collecting the Human Resources, the difficulties in finding the right trainers for the right training, and program evaluation is conducted by the corporate not by the institution.


(7)

Nisa Fadilah, 2014

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN ... KATA PENGANTAR ... UCAPAN TERIMAKASIH ... ABSTRAK ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR LAMPIRAN ...

Hal

i ii iii vi vii x xii BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Struktur Organisasi ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Kewirausahaan ... 9

1. Pengertian Kewirausahaan ... 9

1. Kemampuan Berwirausaha ... 10

2. Karakteristik Kewirausahaan ... 11

B. Konsep Pelatihan ... 12

1. Pengertian Pelatihan ... 10

2. Tujuan Pelatihan ... 13

3. Prinsip-Prinsip Pelatihan ... 14

4. Manajemen Pelatihan ... 15

5. Komponen Pelatihan ... 18

6. Peranan ... 20

7. Pengertian Pelatih ... 22

8. Peranan Pelatih dalam Pelatihan ... 22

9. Kompetensi Pelatih ... 23

10.Tugas Pelatih dalam Pembelajaran ... 26

11.Pelatihan dalam Pendidikan Luar Sekolah ... 29

12.Tujuan Pendidikan Luar Sekolah ... 31

13.Ciri-Ciri Pendidikan Luar Sekolah ... 32

14.Fungsi Pendidikan Luar Sekolah ... 33

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 35

1. Lokasi Penelitian ... 35

2. Subjek Penelitian ... 35


(8)

viii

Nisa Fadilah, 2014

1. Tahap Pra Lapangan ... 36

2. Tahap Pelaksanaan Lapangan ... 37

3. Tahap Analisis Data ... 37

4. Tahap Penulisan Laporan ... 37

C. Metode Penelitian ... 37

D. Definisi Operasional ... 38

E. Instrumen Penelitian ... 40

F. Teknik Pengumpulan Data ... 40

G. Analisis Data ... 43

1. Reduksi data ... 43

2. Penyajian data ... 43

3. Penarik kesimpulan/Verifikasi ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Sejarah Lembaga Pelatihan Pendidikan Ekonomi Syariah (LP2ES) Bandung ... 46

2. Visi dan Misi Lembaga ... 47

3. Struktur Kepengurusan Lembaga ... 47

B. Gambaran Umum Program Pelatihan Prapurnabakti ... 48

1. Latar Belakang ... 48

2. Tujuan Pelatihan Pra Purnabakti ... 49

3. Waktu Penyelenggaraan ... 49

4. Media Pembelajaran ... 49

5. Data Pengelola Program ... 49

6. Warga Belajar ... 50

7. Pemateri Pelatihan Pra Purnabakti ... 50

8. Identitas informan Penelitian ... 51

C. Deskripsi Hasil Penelitian 53 1. Peran Pelatih Sebagai Pengelola Pembelajaran Pada Pembelajaran Pra Purnabakti dalam Kemampuan Berwirausaha ... 54

2. Peran Pelatih Sebagai Fasilitator Pembelajaran Pada Pembelajaran Pra Purnabakti dalam Kemampuan Berwirausaha ... 59

3. Peran Pelatih Sebagai Konsultan Pembelajaran Pada Pembelajaran Pra Purnabakti dalam Kemampuan Berwirausaha ... 64

4. Faktor Penghambat Peran Pelatih Pada Pelatihan Pra Purnabakti dalam Kemampuan Berwirausaha ... 67

D. Pembahasan Hasil Penelitian 70 1. Peran Pelatih Sebagai Pengelola Pembelajaran Pada Pembelajaran Pra Purnabakti dalam Kemampuan Berwirausaha ... 71 2. Peran Pelatih Sebagai Fasilitator Pembelajaran Pada


(9)

ix

Nisa Fadilah, 2014

Berwirausaha ... 73 3. Peran Pelatih Sebagai Konsultan Pembelajaran Pada

Pembelajaran Pra Purnabakti dalam Kemampuan Berwirausaha ... 74 4. Faktor Penghambat Peran Pelatih Pada Pelatihan Pra

Purnabakti dalam Kemampuan Berwirausaha ... 75

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 77 B. Saran ... 78 DAFTAR PUSTAKA ... 79 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(10)

Nisa Fadilah, 2014

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Sebagai makhluk hidup manusia harus bekerja untuk dapat mempertahankan hidupnya, karena dengan bekerja segala yang berhubungan dengan kebutuhan sandang, pangan, dan papan akan dapat terpenuhi. Bertambahnya usia mengakibatkan seseorang menjadi semakin melemah secara fisik terutama pada mereka yang berada pada usia lanjut. Hal ini berpengaruh terhadap produktifitas seseorang di dalam bekerja, sehingga di sebagian perusahaan diberlakukan yang namanya sistem pensiun. Pensiunan merupakan masa dimana para karyawan telah menginjak masa tidak produktif bagi suatu perusahaan. Suatu perusahaan memiliki sebuah kewenangan kepada para karyawannya, sampai pada usia berapa karyawan perusahaan tersebut masih layak bekerja di perusahaan bersangkutan. Pensiun pada usia 56 tahun telah ditetapkan oleh berbagai perusahaan, misalnya PT Mandiri Persero. Hal ini terjadi karena, pada dasarnya seseorang yang berada pada usia 56 tahun ke atas adalah mereka yang berada/menginjak suatu kondisi yang dinamakan masa pra-lansia, dimana pada masa pra-lansia inilah seseorang akan mengalami suatu proses yang mengubah keadaan yang tadinya sehat menjadi berangsur-angsur melemah dengan berkurangnya cadangan kemampuan sistem fisiologis dan kerentanan terhadap penyakit dan diikuti kematian.

Masa pensiun pada dasarnya dapat diartikan sebagai suatu titik dimana seseorang telah berhenti bekerja yang biasanya disebabkan telah mencapainya batas umur yang ditetapkan, kondisi fisik sudah tak memungkinkan atau karena pilihan pribadi. Sebagian orang memandang bahwa pensiun sebagai saat yang tepat untuk memulai aktivitas baru, mengembangkan bakat, minat serta potensi yang dimiliki, dan memiliki banyak waktu luang untuk dirinya sendiri. Namun disisi lain sebagian orang memiliki pandangan negatif terhadap pensiun, karena menganggap pensiun sebagai kehilangan peran yang sangat signifikan, seperti kehilangan jabatan dan fasilitas bagi yang memiliki jabatan, kehilangan sumber


(11)

2

Nisa Fadilah, 2014

pencaharian atau menurutnya pendapatan, adanya bayangan ketakutan akan tak dihargai lagi setelah pensiun, dan sebagainya.

Masa pensiun sering pula di anggap sebagai suatu kenyataan yang tak menyenangkan, sehingga menjelang masanya tiba sebagian orang merasa cemas membayangkan kehidupan yang akan dijalani selepas pensiun. Salah satu dampak negatif yang sering kali muncul akibat perspektif yang salah mengenai pensiun hidup dalam bayang-bayang kebesaran masa lalunya (kekuasaan, jabatan, penghasilan, fasilitas, persepsi, dsb.) dan tak bisa memandang realita atau menyesuaikan diri dengan kondisi yang dihadapi saat pensiun. Individu yang bekerja, baik pada sektor pemerintahan maupun swasta, pada saatnya nanti pasti akan mengalami suatu klimaks dalam pekerjaannya. Klimaks kerja masing-masing individu dipengaruhi oleh banyak faktor, dan masing-masing-masing-masing faktor mempunyai interaksi yang berbeda-beda antara individu satu dengan yang lain. Meskipun demikian, perubahan kekuatan dan ketahanan kerja, tetap bersifat relatif pada kehidupan masing-masing individu. Berkaitan dengan fenomena ini maka perlu adanya program persiapan masa pensiun atau pra purnabakti yang difasilitasi lembaga untuk menjadi pengingat bahwa pensiun penting untuk mulai disiapkan dalam Syakhrudin 2013.

Berdasarkan pasal 26 Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1979 bahwa PNS yang akan mencapai usia 56 tahun dapat di bebaskan dari jabatannya untuk paling lama 1 (satu) tahun dengan mendapatkan penghasilan berdasarkan peraturan perundanga-undangan yang berlaku. Berkenaan dengan hal tersebut, maka sebelum diberhentikan dengan hormat sebagai pegawai negri sipil dengan hak pensiun kepadanya dapat diberikan tugas masa persiapan pensiun (MPP) untuk paling lama 1 (satu) tahun sejak yang bersangkutan di berhentikan dari jabatannya, dan mendapat penghasilan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku kecuali tunjangan pejabat.

Pendidikan merupakan sebuah proses yang dipergunakan untuk mempersiapkan pegawai untuk memikul tanggung jawab yang berbeda atau lebih tinggi di dalam organisasi. Pendidikan yang dilakukan organisasi berkaitan dengan peningkatan kemampuan intelektual untuk melaksanakan tanggung jawab


(12)

3

Nisa Fadilah, 2014

yang berbeda dan lebih tinggi. Pegawai yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi akan memiliki kematangan secara emosional dan kemampuan intelektual yang lebih baik dibanding pegawai yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah. Pegawai yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi akan bertindak lebih terarah karena memiliki kemampuan koseptual yang lebih baik. Dengan demikian maka pegawai berfikir positif terhadap prestasi kerja. Menurut Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I, pasal 1, ayat 1 menyatakan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan adalah salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pendidikan yang ditempuh dapat berupa pendidikan formal ataupun pendidikan nonformal. Pendidikan nasional, sebagai salah satu sistem dari supra sistem pembangunan nasional memiliki tiga subsistem pendidikan yaitu pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal. Sebagai subsistem pertama disebut pendidikan sekolah sedangkan subsistem pendidikan nonformal dan informal berada dalam cakupan pendidikan luar sekolah serta Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah menetapkan pendidikan luar sekolah sebagai jalur dalam Sistem Pendidikan Nasional dan diselenggarakan di dalam masyarakat, lembaga-lembaga dan keluarga (Djudju Sudjana, 2004).

Satuan pendidikan nonformal, kursus dan pelatihan menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang relatif singkat, dan dengan menggunakan metode yang lebih mengutamakan praktik dari pada teori. menurut instruksi presiden no.15 tahun 1974.

Pelatihan adalah proses pembelajaran untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam rangka meningkatkan sikap dan perilaku individu sebagai anggota masyarakat dalam pekerjaan dan kehidupan sehari-hari. (kamil, 2010:152). Tujuan pelatihan ini untuk mempersiapkan masyarakat


(13)

4

Nisa Fadilah, 2014

agar mempunyai kemampuan profesional dan kompetensi yang bermutu dan relevan.

Pelatihan sebagai wadah untuk memberikan pengetahuan, di dalam pelatihan adanya pelatih yang berkompeten. Pelatih berperan sebagai pengelola pembelajaran yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian kegiatan dan hasil pembelajaran dalam pelatihan. Pelatih secara ideal memiliki kemampuan dasar, akademik, personal dan vokasional. Kemampuan akademik pelatih harus memiliki penguasaan materi pelatihan yang menjadi tanggung jawab pelatih. Kaitan dengan metode dan teknik serta media pembelajaran, materi dengan materi lainnya, dan penilaian hasil pembelajaan dan penilaian program dalam Sudjana (2007:240). Untuk itu perlu adanya peran secara profesional untuk menuntut pelatihan tersebut agar memenuhi standar minimal penyelenggaraan termasuk didalamnya adalah peran pelatih. Karena peran pelatih sangat penting terhadap berhasil atau tidaknya kegiatan pelatihan.

Pada saat pegawai sudah memasuki dunia pensiun dimana tidak adanya penghasilan yang jelas, maka peluang untuk mendapatkan penghasilan dengan berwirausaha. Kewirausahaan bisa disebut dengan enterpteneur dimana dalam kewirausahaan terletak pada kreativitas dan keinovasian, kreatifitas yang berfikir mengenai sesuatu yang baru sedangkan inovasi yaitu bertindak melalukan sesuatu yang baru. Wirausahawan mampu menciptakan sebuah nilai tambahan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen dengan menghadapi resiko dan ketidakpastian melalui proses mengidentifikasi peluang dan sumber daya yang di perlukan. Kamil (2012:118). Di dalam kewirausahaan terdapat kemampuan berwirausaha dimana peserta dibekali kemampuan yang harus dimiliki oleh wirausaha.

Pelatihan yang didasarkan kepada lembaga salah satunya adalah pelatihan yang berada dalam naungan LP2ES. Lembaga LP2ES learning center merupakan lembaga yang di gagas oleh koperasi pondok pesantren (kopontren) Daarut Tauhiid pada bulan oktober 2011 yang bergerak di bidang pendidikan dan pelatihan sumberdaya manusia. Lembaga ini berkonsentrasi dalam kegiatan pelatihan dan pendidikan kewirausahaan atau entrepreneurship serta leadership yang berbasis Manajemen Qolbu (MQ). Program yang dikembangkan adalah


(14)

5

Nisa Fadilah, 2014

program yang berkaitan dengan entrepreneurship, leadership dan ekonomi syariah. Salah satunya LP2ES menyelenggarakan pelatihan pra purnabakti. Pelatihan pra purnabakti yaitu pelatihan yang diselenggarakan oleh lembaga LP2ES yang ditujukan kepada pegawai yang sudah mendekati pensiun atau masa persiapan pensiun, LP2ES mengadakan pelatihan pra purnabakti dimaksudkan memberikan pemahaman peserta akan arti masa pensiun dan permasalahannya, sehingga peserta mampu memahami bagaimana cara memahami dan mengembangkan potensi diri, peserta mendapatkan pemahaman pengetahuan mengenai kemampuan berwirausaha dan bagaimana mengelola usaha yang dimilikinya saat ini, membuka usaha dan untuk mempersiapkan pegawai mewadahi pegawai untuk meminimalisir kesiapan peserta untuk pensiun, dan peserta dapat memahami cara mengelola dana dan keuangan keluarga yang efektif. Manfaat dari pelatihan pra purnabakti yaitu menyadari bahwa sikap pada saat bekerja di perusahaan dengan diluar perusahaan (berwirausaha) berbeda, sehingga ada perubahan motivasi berwirausaha, memahami kemampuan berwirausaha, karakteristik wirausaha, kewirausahaan dan ekonomi syariah yang mengundang barokah, dan memiliki pengetahuan praktis/terapan dalam memulai, menjalankan dan mengelola kegiatan usaha.

Peserta yang mengikuti kegiatan pelatihan ini lebih kepada tugas kantor, keinginan dari dalam diri dan ketentuan dari perusahaan. Perusahaan biasanya langsung memberikan data peserta ke LP2ES. Dalam pelaksanaan pelatihan pra purnabakti selama 7 hari. Pelatihan ini menitikberatkan pada kemampuan berwirausaha untuk mempersiapkan income baru setelah masa pensiun. Tetapi di dalam pelatihan pra purnabakti yang diselenggarakan LP2ES tidak hanya kewirausahaan tetapi persiapan pensiun secara psikologis, sosial, kesehatan atau persiapan secara fisik. Peserta pelatihan pra purnabakti diikuti oleh pasangan suami-istri. Program pelatihan ini tidak hanya dilakukan di dalam kelas tetapi proses pembelajaran dilakukan di luar ruangan atau di luar kelas, sebagai proses pembelajaran dari pengalaman serta mempunyai ciri khas dalam konteks spiritual. Pelatih harus memahami program pelatihan secara menyeluruh. Dimulai dari awal kegaiatan sampai akhir kegiatan pelatihan. Selain itu pelatih juga harus


(15)

6

Nisa Fadilah, 2014

memahami karakteristik peserta pelatihan dan kebutuhannya Kamil (2012:12). Keberhasilan pelatih dalam proses pembelajaran bisa dilihat dari hasil pelatihan. Keberhasilan pelatih dalam pelatihan dari pelatihan pra purnabakti alumni dari pelatihan pra purnabakti seperti peserta dari PT Semen Gresik dari sejumlah peserta 192 orang dengan 6 angkatan dimana para alumni tersebut 70 orang sudah berwirausaha, 16 orang merintis usaha dan 106 merencanakan usaha. Peserta dari PT pembangunan ancol dari sejumlah 123 orang dengan 4 angkatan dimana para alumni tersebut 62 orang sudah berwirausaha, 20 orang merintis dan 16 orang merencanakan wirausaha. Maka dapat disimpulkan bahwa setelah mengikuti pelatihan pra purnabakti alumni sebagian besar merencanakan usaha.

Maka pelatihan pra purnabakti sangat penting untuk membekali pegawai, agar ketika sudah memasuki pensiun, pegawai tidak perlu cemas dalam menghadapi pensiun, agar pensiunan tersebut dapat menikmati masa pensiunnya dengan bahagia.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, peneliti merasa tertarik untuk mengkaji lebih lanjut mengenai “Peran pelatih pada pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan berwirausaha”.

B.Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka berbagai permasalahan yang dapat diidentifikasi oleh peneliti adalah permasalahan hasil identifikasi yang muncul adalah sebagai berikut:

1. Keberhasilan pelatih dapat dilihat dari hasil pelatihan yaitu sebagian besar peserta pelatihan merencanakan usaha.

2. Program belajar yang memiliki ciri khas dalam konteks spiritualnya yang jarang dimiliki oleh lembaga yang lain.

3. Pembelajaran dikemas tidak hanya materi berupa kewirausahaan tetapi materi yang menyangkut persiapan pensiun secara psikologis, sosial, kesehatan atau persiapan secara fisik.

Dari hal-hal yang sudah disebutkan diatas, bahwa permasalahan yang akan diteliti adalah “Bagaimana peran pelatih pada pelatihan pra purnabakti dalam


(16)

7

Nisa Fadilah, 2014

kemampuan berwirausaha” Berdasarkan permasalahan tersebut, dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana peran pelatih sebagai pengelola pembelajaran pada pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan berwirausaha?

2. Bagaimana peran pelatih sebagai fasilitator pembelajaran pada pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan berwirausaha?

3. Bagaimana peran pelatih sebagai konsultan pembelajaran pada pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan berwirausaha?

4. Apa saja faktor yang menghambat peran pelatih pada pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan berwirausaha?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendapatkan jawaban-jawaban terhadap masalah yang telah dirumuskan. Maka penulis merumuskan tujuan penelitain sebagai berikut :

1. Untuk memperoleh gambaran tentang peran pelatih sebagai pengelola pembelajaran pada pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan berwirausaha. 2. Untuk memperoleh gambaran tentang peran pelatih sebagai fasilitator

pembelajaran pada pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan berwirausaha. 3. Untuk memperoleh gambaran tentang peran pelatih sebagai konsultan

pembelajaran pada pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan berwirausaha. 4. Untuk memperoleh gambaran tentang faktor yang menghambat peran pelatih

pada pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan berwirausaha. D.Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mampu memberikan kajian dan informasi tentang Pendidikan Luar Sekolah khususnya mengenai pelatihan pra purnabakti di LP2ES dan dapat memperoleh pengetahuan mengenai kemampuan berwirausaha.

2. Manfaat praktis

Pengalaman praktis bagi peneliti karena dapat mengaplikasikan teori-teori dan konsep-konsep yang dipelajari selama di perkuliahan.


(17)

8

Nisa Fadilah, 2014

E. Struktur Organisasi Skripsi

Pada penyusunan skripsi ini, peneliti memberikan gambaran sistematika dalam penulisan skripsi untuk mempermudah penyusunan dan pembahasannya yang terdiri dari:

BAB I : Pendahuluan yang membahas latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi.

BAB II : Kajian pustaka mengenai konsep kewirausahaan dan pelatihan.

BAB III : Metode penelitian, membahas mengenai lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data.

BAB IV : Hasil penelitian BAB V : Kesimpulan dan saran Daftar Pustaka


(18)

Nisa Fadilah, 2014

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pendidikan Pelatihan Ekonomi Syariah (LP2ES) yang berlokasi di jalan Geger Kalong Girang Baru No. 4 Bandung 40154. Lokasi penelitian ini dipilih karena LP2ES merupakan lembaga yang berkonsentrasi dalam kegiatan pelatihan dan pendidikan kewirausahaan atau entrepreneurship serta

leadership yang berbasis Manajemen Qolbu (MQ).

2. Subjek Penelitian

Menurut Spradley dalam Sugiyono (2013:297) penelitian kualititatif tidak menggunakan populasi, tetapi dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang

terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (pace),aktor (actors),dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial tersebut, dapat dinyatakan sebagai obyek penelitian yang ingin difahami secara lebih mendalam “apa yang terjadi: didalamnya.

Pada penelitian kualitatif Sugiyono (2013:299) peneliti memasuki situasi sosial tertentu, yang dapat berupa lembaga pendidikan tertentu, melakukan observasi dan wawancara kepada orang-orang yang dipandang tahu tentang situasi sosial tersbut. Penentuan sumber data pada orang yang diwawancarai dilakukan secara purposive, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Lebih lanjut Sugiyono (2013:299) Dalam penelitian kualitatif, teknik sampling yang sering digunakan adalah

purporsive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan

pertimbangan tertentu, yang dimaksud pertimbangan disini misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi sosial yang diteliti. Selain itu informan merupakan orang-orang yang berkompetensi dibidangnya masing-masing dan rekomendasi dari lembaga.

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah sebanyak enam orang yang berkaitan dan terlibat langsung dalam pelatihan ini, yaitu dua orang pelatih, satu orang


(19)

36

Nisa Fadilah, 2014

projject office, tiga orang peserta pelatihan. Jumlah tersebut didasarkan pada

pertimbangan bahwa penelitian kulitatif lebih mementingkan banyaknya informasi yang mendalam dibandingkan jumlah informannya.

B.Desain Penelitian

Menurut Moleong (2013:127) menyatakan bahwa desain penelitian yang dimaksud merupakan rancangan peneliti dari awal sampai akhir penelitian yang harus dilakukan oleh peneliti dalam menjawab pertanyaan penelitian, Desain untuk penelitian ini terdapat beberapa tahapan penelitian yang dilakukan. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan oleh peneliti dalam menjawab pertanyaan penelitian, yaitu:

1 Tahap Pra Lapangan

Tahap awal ini yang dilakukan peneliti adalah menyusun proposal penelitian yang diajukan kepada dewan skripsi untuk mendapatkan pembimbung dan persetujuan. Setelah proposal skripsi disetujui kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Selanjutnya mengurus perizinan yang dimulai dari permohonan surat izin dengan lembaga dan pihak-pihak yang bersangkutan. Peneliti melakukan observasi langsung ke lokasi penelitian yang berlokasi di jalan Geger Kalong Girang Baru No. 4 Bandung 40154 agar memperoleh gambaran mengenai permasalahan.

2 Tahap Pelaksanaan Lapangan

Pada Tahap ini, tahap pencarian informasi data secara keseluruhan dengan menimbang dan memilih data yang akan dijadikan masalah penelitian. Disini peneliti menentukan subjek penelitian, menyusun instrumen penelitian dan mengumpulkan data. Kemudian peneliti mengadakan pengamatan terhadap peran pelatih pada pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan berwirausaha. Partisipasi pembelajaran dengan subjek penelitian dengan melakukan wawancara baik dengan peserta pelatihan, pelatih dan penyelenggara. Pada tahap ini merupakan kegiatan peneliti dalam tahap pengumpulan data dan menganalisis data dalam menjawab permasalahan penelitian.

3 Tahap Analisis Data

Pada tahap ini merupakan tahap dimana peneliti mencari jawaban dan menganalisis tentang masalah penelitian. Model yang dipakai peneliti merupakan yang digunakan dalam usaha mencari data, mengumpulkan data, menganalisis dan menyusun


(20)

37

Nisa Fadilah, 2014

yang sudah didapat peneliti dengan lengkap terhadap obyek penelitian. Kemudian analisis data dimulai dengan mengumpulkan data dan informasi dengan cara wawancara, observasi, mengamati, dan dokumentasi, sehingga data yang diperoleh lalu diolah dengan peneliti menggunakan penelitian kualitatif.

4 Tahap Penulisan Laporan

Tahap penulisan laporan ini, peneliti melakukan kegiatan penyusunan data yang didapat secara keseluruhan pada tahap kegiatan selama penelitian lapangan. Tahap penulisan laporan merupakan tahap akhir penyusunan hasil penelitian. Peneliti berkonsultasi dengan pembimbing dan disetujui untuk diujikan.

C.Metode Penelitian

Secara umum metode penelitian dalam Semiawan (2012:5) mendefinisikan metode penelitian sebagai suatu kegiatan ilmiah yang terencana, terstruktur, sistematis dan memiliki tujuan tertentu baik praktis maupun teoritis. Dikatakan sebagai „kegiatan ilmiah‟ karena penelitian dengan aspek ilmu pengetahuan dan teori. „Terencana‟ karena penelitian harus direncanakan dengan memperhatikan waktu, dan dan aksebilitas terhadap tempat dan data.

Metode yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif yaitu menggambarkan atau menerangkan gejala. Sedangkan pendekatan penelitian yang digunakan adalah menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti menggunakan pendekatan kualitiatif merujuk pada apa yang diungkapkan Menurut Sugiyono (2013:15) penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Hasil akhir dari penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2011:31) “harus mampu menghasilkan informasi-informasi yang bermakna, bahkan hipotesis atau ilmu baru


(21)

38

Nisa Fadilah, 2014

yang dapat digunakan untuk membantu mengatasi masalah dan meningkatkan taraf hidup manusia”.

Alasan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena penelitian yang dilakukan pada obyek yang alamiah dan lebih menekankan makna dari pada generelisasi. Peneliti disini ingin memperoleh gambaran mengenai peran pelatih pada pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan berwirausaha yang diadakan LP2ES Bandung.

D.Definisi Operasional

Peneliti memberikan penjelasan mengenai definisi operasional yang berisi judul serta yang menjadi fokus peneliti untuk menghindari terjadinya kesalah pahaman dalam menafsirkan istilah-istilah dalam penulisan, maka penulis mendefinisikan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Peranan

Menurut Soekanto (2007:212) perana (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Peran didasarkan pada preskripsi (ketentuan) dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut. Peran pada penelitian ini adalah peran pelatih dalam pelatihan pra purnabakti.

2. Pelatih

Pelatih/fasilitator/narasumber kegiatan pelatihan adalah orang yang dipilih oleh penyelenggara yang bertugas untuk menyampaikan material atau bahan pelatihan kepada para peserta Kamil (2012:158). Pelatih yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelatih yang memahami bagaimana perannya dalam pelatihan dan memahami bagaimana karakteristik peserta pelatihan dan yang memberikan pelatihan dan bimbingan teknis kepada pekerja lain.

3. Kemampuan Berwirausaha

Kemampuan menurut Mohammad Zain dalam Milman Yusdi (2011:10) mengartikan bahwa kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita


(22)

39

Nisa Fadilah, 2014

berusaha dengan sendirinya.( Diakses tanggal 29/12/2013)[Online] Joseph Schumpeter dalam Josep Schumpeter dalam Alma (2013:24) yang menyatakan bahwa wirausaha adalah “orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru, dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku. Orang tersebut melakukan kegiatannya melalui organisasi bisnis baru ataupun bisa pula dilakukan dalam organisasi yang sudah ada.” Yang dimaksud kemampuan berwirausaha pada pelatihan pra purnabakti yaitu peserta pelatihan memiliki kemampuan dalam hal berwirausaha, agar setelah kegiatan pelatihan selesai, peserta dapat membuka usaha.

4. Pelatihan

Edwin B. Flippo dalam Kamil (2012:3) mengemukakan bahwa: pelatihan adalah tindakan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seorang pegawai untuk melaksanakan pekerjaan tertentu. Pelatihan pada penelitian ini adalah pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan berwirausaha.

5. Pra Purnabakti

Pra Purnabakti merupakan masa persiapan pensiun sebuah konsep pelatihan yang melibatkan peserta yang sudah memasuki masa pensiun. Yang didalamnya melibatkan kegiatan pelatihan dan pendidikan kewirausahaan atau entrepreneurship serta leadership yang berbasis Manajemen Qolbu (MQ) di LP2ES Bandung.

E.Instrumen Penelitian

Penelitian kualitatif, Sugiyono (2008:60) berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas semuanya. Dalam penelitian kualitatif, Nasution (1988) dalam Sugiyono (2008:60) tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai isntrumen penelitian utama, alasannya ialah bahwa segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan


(23)

40

Nisa Fadilah, 2014

yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya penelitian itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.

Berdasarkan paparan diatas maka penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan di kembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan data dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara. Peneliti akan akan terjun ke lapangan sendiri, baik pada ground tour question, tahap focused and selection, melakukan pengumpulan data, analisis dan membuat kesimpulan. Instrumen penelitian yang peneliti susun terdapat tiga macam yaitu pedoman wawancara untuk pengelola pelatihan, pelatih dan peserta pelatihan pra purnabakti.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2008:62). Pengumpulan data dapat dilakukan dalam kondisi alamiah (naturalsetting), berbagai sumber, dan berbagai cara. Maka dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data :

1. Observasi

Nasution dalam Sugiyono (2013:64) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.

Sejalan dengan hal itu Marshall dalam Sugiyono (2008:64) melalui observasi, peneliti belajar tentang prilaku dan makna dari prilaku tersebut.

Sedangkan menurut Sudjana (1992:238) pengamatan atau observasi adalah kegiatan mempelajari suatu gejala dan peristiwa melalui upaya melihat dan mencatat data atau informasi secara sistematis. Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak menggunakan perkataan. Dilihat dari jenisnya, sudjana mengklasifikasikan observasi menjadi observasi berpartisipasi, observasi non-partisipatif. Observasi berpartisipatif yaitu pengamatan atau observasi dengan melibatkan diri dalam suatu


(24)

41

Nisa Fadilah, 2014

kegiatan yang sedang dilakukan atau dialami orang lain, sedangkan orang lain itu mengetahui bahwa dia atau mereka sedang di observasi. Sedangkan dalam observasi non-partisipatif yaitu penilai tidak melibatkan diri pada kegiatan yang dilakukan atau dialami orang lain. Ia tidak berpura-pura sebagai anggota kelompok yang sedang di observasi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi berpartisipasi pasif dimana peneliti hanya datang ke tempat kegiatan pelatihan yang diamati, tetapi tidak ikut dalam kegaitan pelatihan itu.

Tabel 3.1

Pelaksanaan Observasi

No. Aspek Tanggal

Observasi

Lama Observasi

Alat

1. Proses Pelatihan 3-02-2014 ± 120 Menit Alat Tulis,

camera dan alat

perekam 4-02-2014 ± 120 Menit

5-02-2014 ± 120 Menit 9-02-2014 ± 120 Menit

Sumber: Pedoman Observasi 2014

2. Wawancara

Esterberg dalam Sugiyono (2008:72) mendefinisikan wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstrukikan makna dalam suatu topik tertentu. Dalam wawancara ini dilakukan dalam bentuk tanya jawab dan diskusi yang mengarah pada peran pelatih dalam meningkatkan kewirausahaan. Wawancara ini diminta agar responden memberikan informasi sesuai dengan yang dialami, diperbuat atau dirasakan, yang pernah diketahui ataupun dipelajari yang mengarah pada pelatihan pra purnabakti.

Sedangkan menurut Sudjana (1992:234) wawancara adalah proses pengumpulan data atau informasi melalui tatap muka antara pihak penanya (interviewer) dengan pihak yang ditanya penjawab (interviewee). Wawancara dilakukan penanya dengan menggunakan pedoman wawancara (interview guide). Kunci keberhasilan dari wawancara yaitu terletak pada suasana netral, rileks, akrab dan bersahabat yang diciptakan oleh penanya terhadap responden. Penanya perlu menggunakan istilah yang


(25)

42

Nisa Fadilah, 2014

dimengerti oleh responden ia pun memiliki kecermatan dalam mengikuti jawaban dan terampil memotivasi responden, penanya dapat berpartisipasi dalam kegiatan yang dilakukan penjawab.

Agar tidak menyimpang dari fokus penelitian, maka digunakan pedoman wawancara yang diangkat dari fokus penelitian. Fokus dari wawancara adalah yang mengarah pada: 1) pengelolaan pembelajaran 2) fasilitator pembelajaran 3) konsultan pembelajaran 4) faktor yang menghambat. Kegiatan wawancara dilaksanakan secara berkala ketika kegiatan pelatihan berlangsung selama 7 hari mulai dari 3-9 Februari.

Tabel 3.2

Pelaksanaan Wawancara No. Sumber yang

diwawancara

Tanggal Wawancara

Lama Wawancara

Aspek Tempat

1. Pengelola Program

15-01-2014 ± 60 Menit Jadwal pelatihan  Gambaran

pelatihan Profil lembaga 2. Project

Officer

3-02-2014 ± 15 Menit Proses Pelatihan Jadwal pelatihan

LP2ES Gegerkalong Girang Baru Bandung 4-02-2014 ± 70 Menit Proses pelatihan

Faktor pendukung

Aula Marbella Dago 3. Pelatih 4-02-2014 ± 60 Menit Pengelola

pembelajaran Fasilitator

pembelajaran Konsultan

pembelajaran

Aula Marbella Dago


(26)

43

Nisa Fadilah, 2014

Faktor penghambat 5-02-2014 ± 70 Menit Pengelola

pembelajaran Fasilitator

pembelajaran Konsultan

pembelajaran Faktor penghambat

Aula Darul „ilmi

4. Peserta 4-02-2014 ± 20 Menit Pengelola pembelajaran Fasilitator

pembelajaran Konsultan

pembelajaran Faktor penghambat

Aula Darul „ilmi

9-02-2014 ± 20 Menit Pengelola pembelajaran Fasilitator

pembelajaran Konsultan

pembelajaran Faktor penghambat

Aula Darul „ilmi

Sumber: Pedoman Wawancara 2014

3. Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2008:82) dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar hidup, foto, dan lain-lain. Dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Penggunaan teknik dokumentasi ini dengan maksud untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan masalah penelitian yang sedang dikaji


(27)

44

Nisa Fadilah, 2014

agar hasil penelitian akan lebih kredibel/dapat dipercaya melalui berbagai dokumen yang dipertanggungjawabkan selama peneliti berada di lapangan.

F. Triangulasi/Gabungan

Sugiyono (2008:83) dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Terdapat dua jenis triangulasi, yaitu 1) triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama, dan 2) triangulasi

sumber, dimana peneltiti mendapattkan data dari sumber yang berbeda dengan

menggunakan teknik pengumpulan data yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.

Bila peneliti melakukan pengumpulan data triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data peran pelatih pada pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan berwirausaha dengan mengecek kresibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.

G.Analisis Data

Menurut Bodgan dalam Sugiyono (2008:89) Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini yaitu dengan langkah-langkah yang dikemukakan oleh Sugiyono (2008:92-99) sebagai berikut :

1. Reduksi data

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti


(28)

45

Nisa Fadilah, 2014

untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mecarinya bila diperlukan. Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci.

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2008:95) penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam bentuk catatan lapangan, sehingga akan mudah dipahami. Untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi

Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2008:99) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada dilapangan Sugiyono (2008:99). Kesimpulan pada penelitian ini yaitu penarikan kesimpulan secara menyeluruh selama peneliti menemukan data dilapangan. Sumber data yang terlibat dalam penelitian ini adalah pengelola pelatihan, pelatih pelatihan dan peserta pelatihan.


(29)

Nisa Fadilah, 2014

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

1. Sejarah Lembaga Pelatihan Pendidikan Ekonomi Syariah (LP2ES) Bandung

Lembaga Pendidikan Ekonomi Syariah (LP2ES) Bandung merupakan lembaga yang digagas oleh Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) Daarut Tauhiid pada bulan Oktober 2011 yang bergerak dibidang pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia. Pada awalnya bernama lembaga Pendidikan dan Pelatihan Ekonomi Syariah Daarut Tauhiid (LP2ES Daarut Tauhiid), namun seiring berjalannya waktu dan ruang lingkup garapan yang lebih luas maka sekarang lebih dikenal dengan nama LP2ES Learning Center. Tageline yang

diangkat yaitu “awal kesuksesan anda”, ini bermakna bahwa LP2ES menjadi

pijakan awal menuju sukses yang ingi diraih oleh alumni, baik sukses dunia maupun akhirat.

Lembaga ini berkonsentrasi dalam kegiatan pelatihan dan pendidikan kewirausahaan atau entrepreneurship serta leadership yang berbasis Manajemen Qolbu (MQ). Metode pembelajaran yang selalu digunakan dalam semua pelatihan yaitu GEKAS, yang merupakan akronim dari Gembira, Emosional, Larut, Ajarkan dan Semangat. Sedangkan prinsip pembelajaran menggunakan prinsip “Gelas

Kosong”, yang mana selalu siap menerima ilmu dengan menempatkan diri selalu

berada dalam kondisi tidak tahu. Desain kurikulum program yang disiapkan merupakan formula sederhana yang mencakup pemenuhan kebutuhan spiritual, emosional, leadership dan financial dengan harapan mampu melahirkan individu-individu yang berjiwa leadership entrepreneur yang mampu membangun diri dan menjalankan bisnis yang berbasis manajemen qolbu dengan mengedepankan prinsip-prinsip syariah secara profesional.

Program-program yang dikembangkan adalah program yang berkaitan dengan tema utama yaitu, Entrepreneurship, Leadership dan Ekonomi Syariah. Khusus untuk program entreprenenurship, dengan didukung oleh 6 divisi usaha


(30)

47

Nisa Fadilah, 2014

milik Kopontren Daarut Tauhiid dan puluhan rekanan pelatihan yang dikembangkan dan dikelola secara profesional, para peserta pelatihan dapat mengamati secara langsung bahkan terjun langsung dalam praktek lapangan agar materi yang disampaikan selama pelatihan dapat diaplikasikan dan lebih dipahami. LP2ES menyebutnya sebagai experiential learning sistem dengan materi yang applicable dan jenis usaha yang dapat diadopsi di lingkungan masing-masing. Leadership adalah satu program yang sangat di banggakan. Disini akan berikan solusi untuk How To Lead with Learn To Lead. Bukan hanya belajar menjadi atasan, tetapi juga bisa menjadi pemimpin bagi diri sendiri yang lebih pentingnya. Ekonomi syariah adalah program yang akan membawa keberkahan dalam aktivitas. Prinsip ekonomi syariah lebih menjadi solusi dalam perkembangan dunia pada saat ini. program ini merupakan program masa depan yang mencerahkan.

2. Visi dan Misi Lembaga a. Visi

Menuju Indonesia yang Mandiri dan Bermartabat. b. Misi

1) Berperan aktif mensyiarkan wawasan kewirausahaan, kepemimpinan, dan kesyariahan yang bercirikan nilai-nilai daarut tauhiid.

2) Menyelenggarakan pelatihan entrepreunership, leadership, dan ekonomi syariah.

3) Menyelenggarakan pendidikan koperasi dan ekonomi syariah. 3. Struktur Kepengurusan Lembaga

Dalam menjalankan aktivitasnya, LP2ES - Learning Center dikelola oleh 15 orang manajemen. Strukturnya terdiri atas Direktur, para Manajer, dan juga Staf. Selain 15 orang pegawai tersebut, dalam pelaksanaan pelatihan, LP2ES -

Learning Center dibantu oleh Fasilitator-Fasilitator yang tergabung dalam

Fasilitator LP2ES Club (FLC). Adapun struktur lengkapnya sebagai berikut : a. Direktur LP2ES : Abdul Rohim,.S.S


(31)

48

Nisa Fadilah, 2014

1) SPV Operasional : Yunus Al Faris a) Operasional : Andri Permata S,S.E

b) Driver : Asep Suparman

c) Operasional : M.Kholil Wildan c. Manager Marketing : Sulestiono, A.Md

1) SPV. R&D : Faozan Rahman, S.Pd a) Desain Multimedia : Dadang Hermansyah, S.S 2) SPV. Marketing : Marhaban Syaiful Hamid, S.Pt a) Marketing : Zaeni Muslim

b) Telemarketing : Ida Widiawati B. Gambaran Umum Program Pelatihan Prapurnabakti 1. Latar Belakang

Pada dasarnya, pensiun dapat diartikan sebagai suatu titik dimana seseorang telah berhenti bekerja yang biasanya disebabkan telah mencapai batas umur yang sudah ditetapkan, kondisi fisik sudah tak memungkinkan atau karena pihan pribadi. Sebagian orang memandang bahwa pensiun sebagai saat yang tepat untuk memulai aktivitas baru, mengembangkan bakat, minat serta potensi yang dimiliki dan memiliki waktu luang untuk dirinya sendiri. Namun disisi lain sebagian orang yang memiliki pandangan negatif terhadap pensiun, karena menganggap pensiun sebagai kehilangan peran yang sangat signifikan, seperti kehilangan jabatan dan fasilitas bagi yang memiliki jabatan, kehilangan sumber mata pencaharian atau menurunnya pendapatan, adanya bayangan ketakuan akan tak dihargai lagi setelah pensiun, dan sebagainya.

Masa pensiun sering pula dianggap sebagai suatu kenyataan yang tak menyenangkan, sehingga menjelang masanya tiba sebagian orang merasa cemas membayangkan kehidupan yang akan dijalani selepas pensiun. Salah satu dampak negatif yang sering kali muncul akibat perspektif yang salah mengenai pensiun ialah post power syndrome, yaitu gejala yang terjadi dimana seseorang pensiunan hidup dalam bayang-bayang kebesaran masa lalunya (kekuasaan, jabatan, penghasilan, fasilitas, prestasi, dsb.) dan tak bisa memandang realita atau


(32)

49

Nisa Fadilah, 2014

menyesuaikan diri dengan kondisi yang dihadapi saat pensiun. Pelatihan persiapan pensiun merupakan suatu yang penting dilaksanakan di PT. Bank Mandiri untuk membekali pegawai yang akan memasuki masa prapurnabakti untuk meminimalkan berbagai dampak negatif.

2. Tujuan Pelatihan Pra Purnabakti

1. Peserta memahami arti masa pensiun dan permasalahannya sehingga dapat siap secara mental spiritual dalam menghadapi dan menjalalin masa pensiun dengan tetap sehat dan bugar produktif.

2. Peserta memahami bagaimana cara hidup bugar, sehat dan sejahtera (lahir batin) dimasa lansia.

3. Peseta dapat memahami bagaimana cara menemukan dan mengembangkan potensi diri.

4. Peserta dapat memahami cara mengelola dana keuangan keluarga yang efektif.

3. Waktu Penyelenggaraan

Waktu yang digunakan dalam pelatihan pra purnabakti yaitu 7 hari dari tanggal 3-9 februari 2014. Lokasi pelatihan pra purnabakti dilaksanakan di hotel Marbella Dago dan hotel MQ Guest House.

4. Media Pembelajaran

Media yang digunakan dalam pelatihan pra purnabakti yang terdiri atas papan tulis, LCD, layar, laptop, ruangan kelas, dan alat tulis dengan tujuan untuk mempermudah peserta pelatihan memahami pembelajaran.

5. Data Pengelola Program

Susunan pelaksanaan program pelatihan prapurnabakti yang dilakukan LP2ES yaitu:

Tabel 4.1

Pengelola Pelatihan Pra Purnabakti

Nama Jabatan

Abdul Rohim, S.S. (Abro) Program Officer

Nano Taryono Project Officer

Feni Administrasi

Ruslan Class leader


(33)

50

Nisa Fadilah, 2014

Rahmat Hidayat Support pendamping

Andri Support pendamping

Yuli Support pendamping

Debby Support pendamping

Didi Anton Dokumentasi

Sumber: Pedoman wawancara dengan Operasional pelatihan Prapurnabakti LP2ES Bandung

6. Warga Belajar

Warga belajar pelatihan pra purnabakti adalah peserta yang berasal dari PT Mandiri Persero, dimana jabatan peserta beragam. Dalam perekrutan peserta pelatihan pada pelatihan ini yaitu semua karyawan PT Mandiri Persero sebanyak 28 orang dengan berpasangan suami-istri. Dimana ia masih aktif bekerja.

7. Pemateri Pelatihan Pra Purnabakti Tabel 4.2

Pemateri Pelatihan Pra Purnabakti dalam Kemampuan Berwirausaha

No. Nama Materi

1. Drs. Psy. Yono Budhiono, MBA., MSc.

Switch mental & Konsultasi Psikologi

2. Dr. Puti Rita Liswari, M.Sc.,M.Kes. Manajemen Hidup Sehat di Masa Lansia

3. Budi Prayitno Menghadapi Hidup dengan

Bening Hati

4. Iwan Hartawan - Produktifitas Asset dan Keuangan Keluarga

- Inspirasi Usaha Kecil Menengah 5. H. Ujang Karim - Pengantar Cashflow Quadrant

Game

- Kecerdasan Finansial & Bebas Finansial

6. Abdurrahman Yuri -Membangun Jiwa Enterpreneurship

7. Ahmad Badawi - Kisah Sukses Wirausaha Pensiun

8. Tomy Satyagraha, ST., MM. - Group Discussion Praktek Lapangan

- Penjelasan Tallent Result (Minat Wirausaha) 9. Astoto Slamet - Mandiri Purnabakti 10. Mulyadi Al Fadhil - Keluarga Harmonis

11. Ina Wiyandini - Penjelasan Usaha Kue Kering


(34)

51

Nisa Fadilah, 2014

Sumber: Pedoman wawancara dengan Operasional pelatihan Prapurnabakti dalam Kemampuan Berwirausaha LP2ES Bandung.

8. Identitas Informan Penelitian

Subjek penelitian aspek terpenting dalam penelitian sebagai alat pencari data atau pencarian jawaban. Subjek dalam penelitian ini adalah sebanyak enam orang, yang dijadikan sebagai informan penelitian yaitu dua orang pelatih, tiga orang alumni pelatihan dan satu orang pengelola pelatihan pra purnabakti.

Tabel 4.3

Identitas Informan Penelitian

No. Nama Umur Pendidikan

Terakhir

Jabatan Kode Informan

1. Nano Taryono 34 SMK Project

Officer

P

2. Dr. Puti Rita Liswari, M.Sc.M.Kes

47 S2 Pelatih T1

3. Tomy

Satyagraha,ST.,MM.

36 S2 Pelatih T2

4. Endah Purwati 50 S1 Peserta PS1

5. Worowuryandari 51 S1 Peserta PS2

6. Latipah Nasution 51 S1 Peserta PS3

Sumber data: Pedoman Wawancara dengan subjek penelitian, Bandung 2014

Alasan peneliti mengambil subjek penelitian yaitu didasarkan pada tujuan penelitian yang ingin mengetahui peran pelatih sebagai pengelola pembelajaran, fasilitator pembelajaran, konsultan pembelajaran dan faktor penghambat pada pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan berwirausaha. Selain itu mereka orang-orang yang berkompetensi dibidangnya masing-masing dan rekomendasi dari lembaga. Sesuai dengan pendapat Sugiyono (2013:299) purporsive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Yang dimaksud pertimbangan disini misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi sosial yang diteliti.


(35)

52

Nisa Fadilah, 2014

Berdasarkan tabel di atas, gambaran umum tentang akan dipaparkan sebagai berikut:

a. Informan P

Informan P berdasarkan hasil wawancara diperoleh data bahwa beliau berumur 34 tahun dan sudah berkeluarga. Beliau merupakan lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK). Beliau menjabat sebagai project officer di LP2ES Bandung.

b. Informan T1

Informan T1 berdasarkan hasil wawancara diperoleh data bahwa beliau berumur 47 tahun dan sudah berkeluarga. Beliau merupakan lulusan S2 kedokteran. Beliau berperan sebagai Pelatih di LP2ES Bandung pada pelatihan pra purnabakti yang diselenggarakan pada tanggal 3 Februari-9 Februari 2014. c. Informan T2

Informan T2 berdasarkan hasil wawancara diperoleh data bahwa beliau berumur 36 tahun dan sudah berkeluarga. Beliau merupakan lulusan S2. Beliau menjabat sebagai direktur utama LP2ES Bandung, selain itu pada pelatihan pra purnabakti ia berperan seabagi Pelatih.

d. Informan PS1

Informan PS1 berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan diperoleh data bahwa beliau sudah berumur 50 tahun, sudah berkeluarga, PS1 merupakan lulusan S1 beliau merupakan salah satu staf di PT Mandiri Persero. PS1 mengikuti pelatihan pra purnabakti karena tuntutan pekerjaan yang mengharuskan mengikuti pelatihan untuk masa persiapan pensiun.

e. Informan PS2

Informan PS2 berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan diperoleh data bahwa beliau sudah berumur 51 tahun, sudah berkeluarga, PS2 merupakan lulusan S1 beliau merupakan salah satu staf di PT Mandiri Persero. PS1 mengikuti pelatihan pra purnabakti karena tuntutan pekerjaan yang mengharuskan mengikuti pelatihan untuk masa persiapan pensiun.


(36)

53

Nisa Fadilah, 2014

Informan PS3 berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan diperoleh data bahwa beliau sudah berumur 51 tahun, sudah berkeluarga, PS3 merupakan lulusan S1 beliau merupakan salah satu staf di PT Mandiri Persero. PS3 mengikuti pelatihan pra purnabakti karena tuntutan pekerjaan yang mengharuskan mengikuti pelatihan untuk masa persiapan pensiun.

C. Deskripsi Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang mengacu pada pertanyaan penelitian yang merupakan hasil wawancara terhadap informan yang telah ditetapkan dalam penelitian ini. Teknik wawancara dan observasi dalam mendeskripsikan hasil penelitian yang dilakukan terhadap satu orang pengelola, dua orang Pelatih dan tiga orang alumni peserta pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan berwirausaha. Dan nama masing-masing informan diberi kode yaitu (P, T1, T2, PS1, PS2, PS3). Adapun hasil hasil observasi dan wawancara pada pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan berwirausaha sebagai berikut:

Pada pembahasan ini, berdasarkan data yang dihimpun melalui observasi partisipatif dan wawancara mendalam dengan informan maka diperoleh data dari hasil observasi dan wawancara. Dari hasil observasi, data-data sebagai berikut:

Pertama, Tempat Pelatihan. Pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan berwirausaha dilaksanakan di Hotel Marbella Dago tepatnya di aula Marbella Dago dan Area DT tepatnya di Aula Daarul Ilmi Yang terdapat diruangan aula adalah 50 kursi, satu buah layar, white board, sound sistem, LCD, 7 meja, yang diletakan untuk peserta dan untuk narasumber, serta 1 laptop.

Kedua, Pengelola atau Penyelenggara. Pengelola bertugas menyiapkan segala aktivitas dari mulai perencanaan pelatihan, dari mulai pembentukan kepanitiaan, keterlibatan tim marketing, program, dan menyiapkan tim Pelatih yang berasal dari luar LP2ES dan dari LP2ES. Pelaksanaan pelatihan, pengeloa bertugas memonitoring peserta pelatihan dan Pelatih, memberikan kata sambutan kepada peserta pelatihan dan memonitoring Pelatih dan peserta pelatihan dalam hal absensi, kelengkapan ATK dan pembagian honor Pelatih. dan evaluasi


(37)

54

Nisa Fadilah, 2014

pelatihan, menyiapkan evaluasi untuk pemateri dan peserta, dan yang terakhir mengadakan rapat akhir pelatihan, penutupan pelatihan, serta pembuatan laporan hasil pelatihan.

Ketiga, Pelatih. Para Pelatih lebih banyak bertugas dan berperan dalam kegiatan pembelajaran pelatihan, dan Pelatih selalu datang ketempat pelatihan 20 menit sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Dalam setiap penampilannya Pelatih selalu mengadakan kegiatan ice breaking hal tersebut dilakukan karena bertujuan agar peserta tidak bosan dan jenuh di dalam kelas. Dalam penyampaian materi, Pelatih menyampaikan dengan nyaman dan tidak membuat suasana menjadi tegang melainkan suasana dikelas menjadi nyaman. Media yang digunakan Pelatih dalam menyampaikan materi adalah LCD, white board, spidol. Pelatih menggunakan video-video motivasi dan keberhasil Pelatih dalam berwirausaha. Sehingga peserta mampu menyerap materi yang disampaikan Pelatih.

Keempat, Peserta. Pada saat pelaksanaan pelatihan peserta bersemangat dalam pembelajaran.peserta aktif dalam pembelajaran kelompok dan tanya jawab, sehingga pelaksanaan pembelajaran lebih terasa hidup. Dipertengahan materi yang disampaikan Pelatih, peserta sebagaian mengantuk ketika pelatihan berlangsung.

Berdasarkan dari hasil wawancara diperoleh data-data sebagai berikut: 1. Peran Pelatih sebagai Pengelola Pembelajaran pada Pelatihan Pra

Purnabakti dalam Kemampuan Berwirausaha.

Pembahasan peran Pelatih sebagai pengelola pembelajaran pada pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan berwirausaha terdapat indikator perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Wawancara dilaksanakan pada 4 dan 5 februari 2014 di aula Hotel Marbella Dago.

Tabel 4.4

Jawaban Informan untuk Indikator Perencanaan Pembelajaran

No. Pertanyaan Kode Jawaban

1. Siapa saja yang ikut terlibat dalam pembuatan perencanaan pembelajaran?

T1 Pengelola, Pelatih, Peserta T2 Pengelola, Pelatih, Peserta P Pengelola, Pelatih, Peserta PS1 Panitia dan Pelatih.


(38)

55

Nisa Fadilah, 2014

PS3 Panitia dan Pelatih. 2. Desain pembelajaran

seperti apa yang Pelatih buat untuk pelatihan ini?

T1 Desain yang sesuai dengan tema yang diminta, Ice breaking, perkenalan, sharing pengalaman, menampilkan video dan simulasi pengecekan darah. T2 Adanya analisis kebutuhan, membuat

alur, pembuatan isi materi yaitu ice breaking, perkenalan, pemberian materi. P Ice breaking, perkenalan, sharing

pengalaman, menampilkan video, simulasi, praktek, sesuai dengan materi yang disampaikan nantinya.

3. Bagaimana peran Pelatih dalam perencanaan pembelajaran pada pelatihan ini?

T1 Pelatih berasal dari luar, maka peran Pelatih disini hanya membuat konsep, dan hanya diberi tema dari panitia pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan berwirausaha. T2 Pelatih berasal dari LP2ES, peran

Pelatih konten dari team Pelatih P Berperan dalam pembuatan materi

pembelajaran.

Sumber: Pedoman Wawancara dengan informan, 2014

Refleksi:

Dari tabel di atas, peran Pelatih sebagai pengelola pembelajaran dengan indikator perencanaan pembelajaran, yang terlibat dalam pembuatan perencanaan pembelajaran T1, T2 dan P mengungkapkan bahwa yang terlibat yaitu Pengelola, Pelatih, Peserta. PS1, PS2 dan PS3 mengungkapkan Panitia dan Pelatih

Desain yang dibuat oleh Pelatih, T1 mengungkapkan desain yang sesuai dengan tema yang diminta, ice breaking, perkenalan, sharing pengalaman, menampilkan video dan simulasi pengecekan darah, T2 mengungkapkan adanya analisis kebutuhan, membuat alur, pembuatan isi materi yaitu ice breaking, perkenalan, pemberian materi. P mengungkapkan ice breaking, perkenalan, sharing pengalaman, menampilkan video, simulasi, praktek, sesuai dengan materi yang disampaikan nantinya.

Peran Pelatih dalam perencanaan pembelajaran T1 mengungkapkan Pelatih berasal dari luar, maka peran Pelatih disini hanya membuat konsep, dan hanya diberi tema dari panitia pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan


(39)

56

Nisa Fadilah, 2014

berwirausaha. T2 mengungkapkan Pelatih berasal dari LP2ES, peran Pelatih konten dari team Pelatih Dan P mengungkapkan berperan dalam pembuatan materi pembelajaran.

Tabel 4.5

Jawaban Informan untuk indikator Pelaksanaan Pembelajaran

No. Pertanyaan Kode Jawaban

1. Proses pembelajaran seperti apa yang diberikan kepada peserta pelatihan?

T1 Karena saya disini mengenai kesehatan, disini saya pemberian materi, simulasi, periksa darah, periksa nadi.

T2 Menyesuaikan kebutuhan peserta, sehingga adanya analisis penelusuran bakat lalu disampaikan dengan menampilkan video yang membangun, sehingga peserta tidak bosan dengan pembelajaran.

P Sharing pengalaman, menampilkan video yang membangun dan praktek. PS1 Sharing pengalaman, menampilkan

video, adannya simulasi praktek oleh Dr dan pemberian motivasi kepada peserta. PS2 Sharing pengalaman, menampilkan

video, adannya simulasi praktek oleh Dr dan pemberian motivasi kepada peserta. PS3 Sharing pengalaman, menampilkan

video, adannya simulasi praktek oleh Dr. 2. Metode apa saja yang

digunakan dalam pembelajaran pelatihan ini?

T1 Ceramah, tanya jawab, simulasi, dan

game.

T2 Ceramah, game, kunjungan, dan tanya jawab.

P Ceramah, tanya jawab, praktek, kunjungan, game.

PS1 Ceramah, tanya jawab, praktek, kunjungan, game.

PS2 Ceramah, tanya jawab, praktek, kunjungan, game.

PS3 Ceramah, tanya jawab, praktek, kunjungan, game.

3. Apakah adanya interaksi antara peserta dengan Pelatih?

T1 ada hanya beberapa, karena materi yang disampaikan tidak terlalu awam melainkan lebih ke ilmiah sehingga ratingnya cukup bagus.

T2 Ada, peserta antusias dengan materi-materi yang disampaikan.


(40)

57

Nisa Fadilah, 2014

P Ada, sesuaikan dengan materinya, ada yang hanya mendengarkan dan ada yang memang peserta harus aktif. Tetapi pada dasarnya peserta aktif dan selalu ada tanya jawab.

PS1 Ada PS2 Ada PS3 Tentu saja 3. Bagaimana Peran

pelatih dalam pelaksanaan pembelajaran pada pelatihan ini?

T1 Menjadikan peserta peserta fokus terhadap materi yang disampaikan sehingga materi bisa tersampaikan. T2 Konten dan menyampaikan materi.

P Membina keakraban kepada peserta sehingga menjadikan pembelajaran menyenangkan dan pemberi materi. PS1 Menyampaikan materi.

PS2 Menyampaikan materi. PS3 Menyampaikan materi.

Sumber: Pedoman Wawancara dengan informan, 2014

Refleksi:

Dari tabel di atas peran pelatih sebagai pengelola pembelajaran dengan indikator pelaksanaan pembelajaran dengan pertanyaan proses pembelajaran apa yang diberikan kepada pesera pelatihan T1 mengungkapkan bahwa proses pembelajaran memberikan materi yang berkenaan dengan kesehatan dan praktek; periksa darah dan periksa nadi. T2 mengungkapkan bahwa proses pembelajaran menyesuaikan kebutuhan peserta, sehingga adanya analisis penelusuran bakat dan menampilkan video yang membangun. P mengungkapkan bahwa proses pembelajaran yang diberikan sharing pengalaman, menampilkan video yang membangun dan praktek. PS1, PS2 dan PS3 mengungkapkan bahwa proses pembelajaran yang diberikan sharing pengalaman, menampilkan video, adanya simulasi praktek oleh Dr dan pemberian motivasi kepada peserta.

Pada pertanyaan metode yang digunakan dalam pembelajaran pelatihan T1 mengungkapkan metode yang digunakan ceramah, tanya jawab, praktek, dan game. T2 mengungkapkan metode yang digunakan ceramah, game, kunjungan, diskusi kelompok dan tanya jawab. P, PS1, PS2, PS3 mengungkapkan metode yang digunakan Ceramah, tanya jawab, praktek, kunjungan, diskusi kelompok dan game.


(41)

58

Nisa Fadilah, 2014

Interaksi antara peserta dengan pelatih, T1 mengungkapkan adanya interaksi antara peserta dengan pelatih tetapi hanya beberapa saja, karena materi yang disampaikan tidak terlalu awam melainkan lebih ke ilmiah sehingga ratingnya cukup bagus. T2 mengungkapkan ada interaksi antara peserta dengan pelatih karena peserta antusias dengan materi-materi yang disampaikan. P mengungkapkan adanya interaksi antara peserta dengan pelatih tetapi sesuaikan dengan materinya karena ada materi yang diharuskan hanya mendengarkan saja. PS1, PS2 dan PS3 adanya interaksi antara peserta dengan pelatih.

Aspek peran pelatih dalam pelaksanaan pembelajaran pada pelatihan ini, T1 mengungkapkan bahwa memfokuskan peserta pada materi yang disampaikan. T2 mengungkapkan menyampaikan materi dan menjelaskan isi. P mengatakan peran pelatih dalam pelaksanaan pembelajaran membina keakraban dan pemberi materi. PS1, PS2 dan PS3 mengungkapkan peran pelatih dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu menyampaikan materi.

Tabel 4.6

Jawaban Informan untuk Indikator Evaluasi Pembelajaran

No. Pertanyaan Kode Jawaban

1. Siapa yang terlibat dalam pembuatan evaluasi

pembelajaran?

T1 Sudah ada bagiannya yaitu program penyelenggara.

T2 pelatih dan program. P pelatih, peserta dan panitia PS1 Panitia

PS2 Panitia PS3 Panitia 2. Aspek apa saja yang

dievaluasi?

T1 Pembelajaran dan materi yang disampaikan.

T2 Kepuasan, respon peserta terhadap pelatihan, pembelajaran, materi yang disampaikan.

P Evaluasi terhadap pemateri yaitu penyampaian dan penjelasan materi, kesempatan peserta untu berpartisipatif, kemampuan menjawab pertanyaan dan penggunaan waktu yang tersedia secara efektif. Sedangkan evaluasi pelaksanaan yaitu materi, faslitas, pembelajaran dan mafaat pelatihan.


(42)

59

Nisa Fadilah, 2014

terhadap pelaksanaan.

PS2 Penyampaian materi, kepuasan peserta terhadap pelaksanaan.

PS3 Fasilitas, penyampaian materi, kepuasan peserta dalam pelatihan.

3. Bagaimana peran pelatih dalam evaluasi pembelajaran?

T1 Pelatih dievaluasi oleh peserta. T2 pelatih dievaluasi oleh peserta. P pelatih dievaluasi peserta. PS1 pelatih dievaluasi oleh peserta. PS2 pelatih dievaluasi oleh peserta. PS3 pelatih dievaluasi peserta.

Sumber: Pedoman Wawancara dengan informan, 2014

Pada aspek indikator evaluasi pembelajaran dengan aspek keterlibatan dalam pembuatan evaluasi pembelajaran, T1 mengungkapkan program penyelenggara, T2 mengungkapkan pelatih dan program, P mengungkapkan pelatih, peserta dan panitia, PS1, PS2, PS3 mengungkapkan panitia.

Pada aspek yang dievaluasi , T1 mengungkapkan pembelajaran dan materi yang disampaikan, T2 mengungkapkan kepuasan, respon peserta terhadap pelatihan, pembelajaran dan materi yang disampaikan, P mengungkapkan evaluasi terhadap pemateri yaitu penyampaian dan penjelasan materi, kesempatan peserta untuk berpartisipati, kemampuan menjawab pertanyaan dan penggunaan waktu yang tersedia secara efektif. Sedangkan evaluasi pelaksanaan yaitu materi, fasilitas, pembelajaran dan manfaat pelatihan, PS1 dan PS2 menyampaikan penyampaian materi, kepuasan peserta terhadap pelaksanaanm sedangkan PS3 mengunkapkan Fasilitas, penyampaian metri, kepauasan peserta dalam pelatihan.

Pada aspek peran pelatih dalam evaluasi pembelajaran, T1, T2, P, PS1, PS2 dan PS3 mengungkapkan pelatih dievaluasi oleh peserta.

2. Peran Pelatih sebagai Fasilitator Pembelajaran pada Pelatihan Pra Purnabakti dalam Kemampuan Berwirausaha

Pembahasan peran pelatih sebagai fasilitator pembelajaran pada pelatihan pra purnabakti dalam kemampuan berwirausaha terdapat indikator menjembatani dan mengoptimalisasikan perbedaan pendapat antar peserta, mampu menjadi komunikator yang baik dan efektif, memberikan dorongan atau motivasi, pandai


(43)

60

Nisa Fadilah, 2014

mengorganisir pembelajaran. Wawancara dilaksanakan pada hari selasa, 4 dan 5 februari 2014di aula Hotel Marbella Dago dan aula Darul Ilmi.

Tabel 4.7

Jawaban Informan untuk Indikator Menjebatani dan Mengoptimalisasikan Perbedaan Pendapat Antar Peserta

No. Pertanyaan Kode Jawaban

1. Apakah setiap pendapat peserta ditanggapi pelatih?

T1 Ya, tetapi tidak banyak yang berpendapat, bila materi-materi tertentu ada yang berpendapat.

T2 Ya, tergantung materinya. PS1 Ya, tentu saja

PS2 Ya, tentu saja PS3 Ya, tentu saja 2. Bagaimana cara

mengoptimalisasikan perbedaan pendapat antar peserta?

T1 Menengahi peserta dengan jawaban yang dimiliki pelatih.

T2 Menengahi peserta dengan jawaban yang dimiliki pelatih, tetapi jawabannya dikembalikan lagi kepeserta dan peserta yang menyimpulkannya.

PS1 Memberikan jalan tengah, sehingga peserta dapat memahaminya.

PS2 Memberikan jalan tengah, sehingga peserta dapat memahaminya.

PS3 Menengahi, tetapi jawabannya disimpukan oleh peserta.

3. Bagaimana peran pelatih dalam fasilitator pembelajaran?

T1 Komunikator T2 Menjalin keakraban.

PS1 Yang memberikan masukan. PS2 Komunikator.

PS3 Komunikator.

Sumber: Pedoman Wawancara dengan informan, 2014

Refleksi:

Pada aspek menjebatani dan mengoptimalisasikan perbedaan pendapat antar peserta dengan pertanyaan setiap pendapat peserta ditanggapi pelatih, T1 mengungkapkan ya, tetapi tidak banyak yang berpendapat hanya materi-materi tertentu saja berpendapat. T2 mengungkapkan ya, tergantung materinya, PS1, PS2 dan PS3 ya, tentu saja.

Pada pertanyaan cara mengoptimalisasikan perbedaan pendapat antar peserta, T1 menengahi peserta dengan jawaban yang dimiliki pelatih, T2


(44)

61

Nisa Fadilah, 2014

mengungkapkan menengahi peserta dengan jawaban yang dimiliki pelatih, tetapi jawabannya dikembalikan lagi kepeserta dan peserta yang menyimpulkannya. PS1 dan PS2 mengungkapkan memberikan jalan tengah, sehingga peserta dapat memahaminya, PS3 menengahi, tetapi jawabannya disimpukan oleh peserta.

Pada pertanyaan peran pelatih dalam fasilitator pembelajaran, T1, PS2, dan PS3 perannya sebagai komunikator, T2 mengungkapkan menjalin keakraban, PS1 mengungkapkan yang memberikan masukan.

Tabel 4.8

Jawaban Informan untuk Indikator Mampu Menjadi Komunikator yang baik dan Efektif

No. Pertanyaan Kode Jawaban

1. Bagaimana cara agar interaksi dan hubungan bisa terjalin baik dengan peserta?

T1 Dengan cara tanya jawab dengan peserta.

T2 Penyampaian materi yang tidak monoton.

PS1 Dengan cara kata-kata pelatih yang mudah dipahami.

PS2 Dengan cara kata-kata pelatih yang mudah dipahami.

PS3 Dengan cara kata-kata pelatih yang mudah dipahami dan pembawaan yang relaks.

2. Bagaimana cara membangun suasana komunikasi yang menyenangkan saat pelatihan?

T1 Dengan menampilkan video.

T2 Meningkatkan materi atau aktivitasnya. PS1 Tergantung materinya, ada juga

pemutaran video, tetapi terkadang cara penyampaiannya yang berupa kata-kata yang tidak dapat dicerna peserta membuat peserta merasa tidak nyambung.

PS2 Tergantung materinya, ada juga pemutaran video, tetapi terkadang cara penyampaiannya yang berupa kata-kata yang tidak dapat dicerna peserta membuat peserta merasa tidak nyambung.


(1)

(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan hasil penelitian mengenai peran pelatih pada pelatihan pra purnabakti dalam kemamuan berwirausaha di LP2ES Bandung, peneliti akan mengungkapkan beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut: 1. Peran Pelatih Sebagai Pengelola Pembelajaran Pada Pelatihan Pra

Purnabakti dalam Kemampuan Berwirausaha

Pelatihan berjalan dengan baik apabila adanya peran pelatih dalam pelatihan. Peran pelatih tersebut sebagai pengelola, yang mencakupperencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran.

Dari hasil yang telah diperoleh, diketahui bahwa peran pelatih sebagai pengelola tersebut mencakup pembuatan desain pembelajaran yang sesuai dengan tema pelatihan, membuat konsep pembelajaran berupa modul pembelajaran yang dibagikan kepada peserta, membina keakraban antar pelatih dan peserta, membimbing peserta dalam praktek di lapangan, melakukan pembelajaran secara tatap muka,menyampaikan materi yang sesuai dengan kebutuhan peserta.Meskipun dalam proses evaluasi pelatih tidak terlibat.

2. Peran Pelatih Sebagai Fasilitator Pembelajaran Pada Pelatihan Pra Purnabakti dalam Kemampuan Berwirausaha

Keberhasilan pelatih tidak hanya pada pengelola melainkan pada peran sebagai fasilitator. Fasilitator merupakan sebagai penggerak, mediator dan nara sumber dalam pelaksanaan pelatihan. Peran pelatihsebagai fasilitator pembelajaran berperan dalam memberikan motivasi dan dorongan kepada peserta agar peserta mampu membuka usaha, menjadi penengah diantara peserta yang memiliki perbedaan pendapat, menjadi komunikator yang baik dan efektif, serta memantau proses pembelajaran.


(3)

78

3. Peran Pelatih Sebagai Konsultan Pembelajaran Pada Pelatihan Pra Purnabakti dalam Kemampuan Berwirausaha

Menyediakan konsultan untuk peningkatan kapasitas perubahan peilaku peserta. Dalam hal ini, pelatih harus mampu menjadikan dirinya tempat bertanya, menampung permasalahan atau kendala-kendala yang dihadapi peserta, memberikan alternatif pemecahan masalah dengan keputusan tetap ada ditangan peserta sendiri. Memberikan bimbingan, nasehat kepada peserta serta membantu kepentingan peserta.

Peran pelatih sebagai konsultan diatas menunjukan bahwa pelatihmemberikan solusi kepada peserta pelatihan yang memiliki masalah sehingga, peserta pelatihan mendapatkan solusidari masalah yang sedang mereka hadapi, memiliki profesionalitas dalam bekerja, pemecahan masalah tetap ada ditangan peserta sendiri dan knowledge worker dalam bidang yang digelutinya. 4. Faktor yang Menghambat PeranPelatih Pada Pelatihan Pra Purnabakti

dalam Kemampuan Berwirausaha.

Terdapat beberapa faktor penghambat internal pada peran pelatih yaitu sulitnya mengumpulkan SDM atau peserta, sulitnya mencari pelatih yang sesuai dengan pelatihan, mengkonfirmasi pelatih apabila pelatih berasal dari luar lembaga, dan pelatih tidak melakukan monitoring. sedangkan eksternal yaitu pelaksanaan evaluasi program yang dilakukan berasal dari PT Mandiri bukan dari lembaga.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian terssebut diajukan rekomendasi untuk para pihak yang terkait dianatarnya adalah:

1. Bagi Pelatih

a. Diharapkan pelatih dapat mempertahankan cara/teknik mengajar yang dapat membuat peserta rileks di dalam mengikuti proses pembelajaran.


(4)

79

2. Bagi Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Ekonomi Syariah (LP2ES) Bandung

a. Diharapkan lembaga dapat melibatkan pelatih dalam melakukan perencanaan dan evaluasi pembelajaran sehingga pelatih lebih optimal dalam melakukan proses pembelajaran dan tindak lanjut peserta.

b. Agar pihak lembaga dapat mempertahankan dan mengembangkan pelatihan ini sehingga pelatihan ini menjadikan pelatihan yang lebih baik dan semakin efektif.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan mampu untuk mengkaji dengan lebih baik lagi mengenai peran pelatih di lembaga pelatihan yang lain sehingga dapat meningkatkan pengetahuan. Semoga penelitian ini bermanfaat sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang merasa tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenao peran trainer.


(5)

DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku:

Alma. B. (2013). Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta.

Kamil. M. (2012). Model Pendidikan dan Pelatihan (Konsep dan Aplikasi). Bandung: Alfabeta.

Moleong, L.J. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Rosda

Semiawan. Conny. (2012). Metode Penelitian Kualitatif (jenis, karakteristik dan keunggulannya). Jakarta: Grasindo.

Sudjana. (2010). Manajemen Program Pendidikan untuk Nonformal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Falah production. (2007). Sistem dan Manajemen Pelatihan (Teori dan Aplikasi). Bandung:

Falah Production.

(2004). Pendidikan Nonformal Wawasan, Sejarah Perkembangan, Filsafat, Teori Pendukung, dan Asas. Bandung: Falah production.

(1992). Pengantar manajemen pendidikan luar sekolah. Bandung: Nusantara Press

Suryana. (2006). Kewirausahaan (Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses). Jakarta: Salemba Empat.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan, cetakan ke tujuh Bandung: Alfabeta.

Sumber Lain [Online]:

Anon (2007, 5 Mei) “Productivity Enhancement (Peningkatan Produktivitas &

Efisiensi, Penurunan Pemborosan, Dan Perbaikannya/Kaizen)”. [Online].Tersedia:

http://groups.yahoo.com/group/manajemen/message/17820. (22 Juli 2013)


(6)

81

Milman S,Ap (2011, 21 Juli) “Pengertian Kemampuan”. [Online].Tersedia:

http;//milmansyudi.blogspot.com/2011/07/pengertian-kemampuan.html?m=1.(29 Desember 2013)

Riri Satria (2012, 9 Desember) “Kompetensi Konsultan”. [Online].Blogspot.com (26 November 2013). tersedia: http://ririrsatria40.wordpress.com /2012/12/09/profesi-konsultan/.(26 November 2013).

Syakhrudin (2013, 14 Juli) “Masa Persiapan Pensiun”. [Online].Tersedia: http://www.syakhruddin.com/2012/07/masa-persiapan-pensiun.html. (22 Juli 2013).

Yosi Abdian Tindaon .(2012, 16 November). “Pengertian Pengaruh”. [Online]. Tersedia: http://yosiabdiantindaon.blogspot.com/2012/11/pengertian-pengaruh.html. : (22 Juli 2013).

Supriyadi (2006, 24 mei) “Bagaimana Menjadi pelatih”. ”. [Online]. Tersedia: http://www.andragogi.com/document2/Menjadi%20Pelatih.htm. (26 november 2013).


Dokumen yang terkait

Laporan hasil kerja praktek Manajemen Qolbu Information Technology Jl.Gegerkalong Girang Baru No.5 Bandung

0 3 1

Laporan hasil kerja praktek manajemen qolbu information technology Jl.Gegerkalong Girang Baru No.5 Bandung

0 5 1

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIVITAS PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA SEKOLAH DASAR : Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV di SDN Gegerkalong Girang Kota Bandung.

0 1 38

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE KATA LEMBAGA TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK BERKESULITAN BELAJAR MEMBACA: Eksperimen dengan Single Subject Research pada Hf, kelas V SDN Gegerkalong Girang 1-2 Bandung.

0 1 12

PENYELENGGARAAN DIKLATSAR OUTBOUND TRAINING PADA KARYAWAN BANK BNI SYARIAH di LEMBAGA PENDIDIKAN dan PELATIHAN EKONOMI SYARIAH (LP2ES) LEARNING CENTER BANDUNG.

1 5 50

PERAN PELATIH PROGRAM PELATIHAN KETERAMPILAN BERMUSIK DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KEMANDIRIAN MUSISI JALANAN Kasus di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung.

8 15 55

KONTRIBUSI PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP MOTIVASI BERWIRAUSAHA BAGI PESERTA PELATIHAN PERSIAPAN PURNA BAKTI DI LEMBAGA LP2ES BANDUNG.

1 6 46

GAMBARAN TINGKAT STRES PADA ANAK USIA SEKOLAH MENGHADAPI MENSTRUASI PERTAMA (MENARCHE) DI SEKOLAH DASAR NEGERI GEGERKALONG GIRANG 2.

4 22 28

PENGARUH PERAN PELATIH TERHADAP MOTIVASI PESERTA PELATIHAN BELADIRI PUTERI GADING DI KOTA BANDUNG.

0 2 45

PELATIHAN PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERWIRAUSAHA DALAM MENUMBUHKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHA BAGI PURNABAKTI - repository UPI S PLS 100796 Title

0 0 4