commit to user 1
I. PENDAHULUAN A.
Latar Belakang
Jeruk pamelo merupakan salah satu jenis buah-buahan yang sudah dikenal sejak lama di Indonesia. Beberapa ahli menduga bahwa tanaman jeruk pamelo merupakan salah
satu jenis tanaman asli Indonesia. Kebutuhan akan buah jeruk pamelo meningkat dari tahun ke tahun bersamaan meningkatnya permintaan pasar baik dalam maupun luar negeri.
Meningkatnya pendapatan perkapita dan kesadaran orang akan kebutuhan sebagai sumber gizi menyebabkan meningkatnya permintaan pasar akan kebutuhan buah-buahan.
Populasi tanaman jeruk pamelo di Indonesia tersebar secara luas di seluruh pelosok nusantara. Di Indonesia varietas jeruk pamelo ada beberapa macam diantaranya Adas
Duku, Bali Merah, Bali Putih, Nambangan, Srinyonya, dan beberapa jenis lokal lainnya. Di Kabupaten Pati terdapat satu jenis jeruk pamelo dan sedang dikembangkan oleh
pemerintah daerah Pati, yaitu jeruk pamelo Bageng. Jenis jeruk ini telah didaftarkan di Perlindungan Varietas Tanaman PVT dan sudah dikaji oleh Tim Penilai Pelepas Varietas
Tanaman pada tanggal 2 Juli 2009 untuk direkomendasikan sebagai varietas unggul nasional. Tanggal 10 Februari 2010 pamelo Bageng ditetapkan sebagai varietas unggul
nasional. Menurut Kompas 2009 permintaan jeruk pamelo Bageng terus meningkat meski
harganya lebih mahal karena unggulnya, sehingga produksi belum mencukupi kebutuhan konsumsi. Dengan meningkatnya permintaan pasar pada komoditas buah-buahan, buah
jeruk Bageng yang memiliki rasa khas banyak diminati masyarakat. Rasa daging buah manis tanpa getir sedikitpun meski buah belum matang, dengan kandungan air tinggi
membuat jeruk Bageng terasa segar saat dikonsumsi. Jeruk Bageng tidak berbiji dan oleh karenanya, berdasarkan hasil pengamatan di
lapangan, selama ini petani memperoleh bibit jeruk pamelo dalam bentuk okulasi antara jeruk Karag sebagai batang bawah dan jeruk pamelo Bageng sebagai batang atas, atau
pencangkokan. Jumlah pohon induk yang terbatas menyebabkan hasil perbanyakan tidak banyak. Teknik cangkok menyebabkan tajuk pohon induk rusak dan memerlukan waktu
lama. Sementara untuk pengembangannya, diperlukan jumlah bibit banyak dalam waktu
serempak. Oleh karena itu perlu dicari alternatif pemecahan masalah pengadaan bibit jeruk
commit to user 2
dalam jumlah yang besar dan waktu yang singkat. Menurut Suryowinoto 1996 salah satu alternatif pemecahan masalah yaitu melalui teknik kultur jaringan atau teknik invitro.
Dalam budidaya tanaman dengan menggunakan teknik invitro, pemberian zat pengatur tumbuh dalam media tanam dan pemilihan eksplan sebagai bahan inokulum
awal yang ditanam dalam media perlu diperhatikan karena mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan eksplan tersebut menjadi bibit yang baru. Zat pengatur tumbuh yang
sering diberikan adalah auksin dan sitokinin. Sitokinin adalah zat pengatur tumbuh yang berperan dalam mengatur pembelahan
sel serta mempengaruhi diferensiasi tunas pada jaringan kalus. Menurut Mariska et al., 1987 Benzyl Adenine BA merupakan zat pengatur tumbuh sintetik yang daya
rangsangnya lebih lama dan tidak mudah dirombak oleh sistem enzim dalam tanaman. BA dapat merangsang pembentukan akar dan pembentukan tunas.
Pemakaian sitokinin dalam perbanyakan jeruk secara in vitro telah dilakukan oleh Tao et al. 2004 pada jeruk pamelo dengan eksplan daun yang mendapatkan bahwa BA
konsentrasi 0.89 µM menghasilkan jumlah tunas terbanyak 5-7 tunas; Mukhtar et al. 2005 pada Citrus reticulata mendapatkan 1 mgl BAP dan 1.5 mgl kinetin menghasilkan
persentase tunas tertinggi. Belum ada informasi tentang perbanyakan secara in vitro pada jeruk Bageng. Oleh
karena itu penelitian in vitro terhadap jeruk pamelo Bageng perlu dilakukan mengingat kebutuhan bibit berkualitas terus meningkat dan harus dipenuhi, tanpa harus merusak
tanaman induk oleh karena metoda perbanyakan okulasi dan cangkok.
B. Perumusan Masalah
Jeruk Bageng banyak diminati konsumen sehingga pasokan tidak mencukupi kebutuhan. Teknik perbanyakan jeruk Bageng masih menggunakan cara okulasi dan
cangkok. Cara ini menghasilkan jumlah bibit sedikit dan merusak tanaman induk yang jumlahnya terbatas. Untuk mendapatkan jumlah bibit banyak dengan kualitas baik dalam
waktu singkat dapat ditempuh dengan teknik kultur jaringan. Sementara belum ada informasi mengenai aplikasi teknik kultur jaringan pada jeruk Bageng.
Permasalahan yang dipelajari dalam penelitian ini adalah pengaruh konsentrasi zat pengatur tumbuh sitokinin BA dan Kinetin dalam perbanyakan tunas jeruk Bageng
secara in vitro.
commit to user 3
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian untuk mengetahui respon induksi tunas jeruk pamelo Citrus maxima Merr. varietas Bageng akibat pemberian jenis dan konsentrasi sitokinin, secara
invitro.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan pengetahuan tentang teknik perbanyakan tanaman jeruk Bageng secara in vitro yang kemudian dapat dimanfaatkan
oleh pemerintah Kabupaten Pati untuk mempercepat penyediaan bibit dalam rangka pengembangan pertanaman jeruk Bageng di Kabupaten Pati.
commit to user 4
II. KAJIAN PUSTAKA