perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
iv
B. LATAR BELAKANG
Tujuan hidup berbangsa dan bernegara di Indonesia telah diatur dalam Undang- Undang Dasar 1945. Aturan-aturan di dalamnya dibentuk agar masyarakat dapat hidup
dengan aman, tentram dan sejahtera menuju masyarakat yang adil dan makmur. Dalam pencapaian cita-cita tersebut Negara perlu dana yang besar guna pembiayaan
pelaksanaan pembangunan. Untuk bisa melaksanakan pembangunan Nasional secara berkesinambungan,
berkelanjutan serta merata di seluruh tanah air, Negara ini memerlukan sumber dana yang cukup besar. Sumber penerimaan negara yang paling utama sekarang ini adalah
penerimaan dari sektor pajak. Hal tersebut tercermin dari susunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN setiap tahunnya. Dasar penerimaan negara
yang sangat potensial dan sangat vital, maka penerimaan dari sektor pajak harus terus ditingkatkan. Usaha yang kemudian dilakukan pemerintah untuk meningkatkan
penerimaan negara yang berasal dari sektor pajak diawali dengan cara mengadakan pembaharuan sistem perpajakan nasional atau lebih dikenal dengan istilah tax reform.
Tax reform ini ditandai dengan diberlakukannya sistem self assessment sebagaimana diatur dalam Pasal 12 Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Self assessment adalah sistem pemungutan pajak yang
memberikan kepercayaan penuh kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus
dibayar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
v Pencapaian target dalam pemenuhan penerimaan pajak belum terjamin dengan
adanya pelimpahan kepercayaan kepada Wajib Pajak. Berdasarkan hal itu maka dalam rangka tertib administrasi dan terlaksananya kewajiban perpajakan yang lebih baik
maka diadakan sanksi-sanksi yang tegas. Sebagai konsekuensinya, Direktorat Jenderal Pajak berkewajiban untuk melakukan pelayanan, pengawasan, pembinaan, dan
penerapan sanksi perpajakan demi mengamankan penerimaan negara. Saat ini masih banyak Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajibannya dengan baik
sehingga timbul tunggakan pajak. Tunggakan pajak yang semakin meningkat dari tahun ke tahun mengharuskan aparat perpajakan fiskus untuk melakukan penagihan pajak.
Sebagai instrument pendukung, pemerintah telah mengesahkan Undang-undang Nomor 19 tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah
diubah dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 19 tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan tindakan penagihan aktif yang meliputi penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan Surat Paksa serta penyanderaan.
Penagihan aktif tersebut merupakan upaya terakhir Direktorat Jenderal Pajak dalam mengamankan penerimaan negara dari sektor pajak. Segala bentuk penagihan aktif
tersebut merupakan tugas dari Jurusita Pajak. Jurusita pajak harus bersifat proaktif terhadap kendala dan permasalahan yang
dihadapinya dalam menjalankan tugas. Jurusita pajak setelah dididik dan disumpah ditempatkan di Kantor Pelayanan Pajak untuk melaksanakan penegakan hukum pajak
dan merupakan ujung tombak sekaligus penegak hukum di bidang perpajakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
vi Kedudukan jurusita pajak adalah sangat strategis karena ia harus bekerja dengan
profesional dan merupakan benteng terakhir dalam rangka pengamanan penagihan pajak negara. Keberhasilan tugas Jurusita Pajak tergantung sepenuhnya pada bobot
ketrampilan, keuletan, kejelian dan mental yang dimiliki olehnya, apalagi sebagai petugas lapangan dengan segala konsekuensi yang beraneka ragam coraknya.
Jurusita Pajak memegang peranan yang penting dalam upaya pengamanan penerimaan negara. Dalam melaksanakan penagihan pajak, kinerja Jurusita Pajak
dipengaruhi berbagai hal, misalnya kondisi lingkungan kerja, jumlah Wajib Pajak, Wajib Pajak dan tingkat kepatuhannya, kondisi perekonomian, dan sebagainya.
Untuk mendukung tercapainya rencana penerimaan pajak, perlu dilaksanakan intensifikasi kegiatan penagihan pajak secara terpadu, profesional, terfokus,
terukur dan konsisten serta berhasil guna sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku. Oleh karena itu, perlu diupayakan penguranganpencairan tunggakan
pajak secara optimal melalui peningkatan kegiatan operasional penagihan sehingga dirumuskanlah Kebijakan Penagihan Pajak melalui SE-01PJ.0752007
dan SE-03PJ.042009 yang memuat sebuah pengukuran standar prestasi Jurusita Pajak. Adapun standar prestasi Jurusita Pajak yang ditetapkan meliputi
penerbitan Surat
Paksa, pelaksanaan
penyitaan, pelaksanaan
lelang, pemblokiran, dan pencegahan Penanggung Pajak ke luar Negeri.
Sehubungan dengan pentingnya Jurusita pajak dalam melaksanakan penagihan pajak sebagai salah satu sumber pendapatan Negara dalam membantu
melaksanakan pembangunan. Penulis tertarik untuk melakukan penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
vii
dengan judul “EFEKTIVITAS JURUSITA PAJAK DALAM PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK DI KPP PRATAMA SURAKARTA”
C. PERUMUSAN MASALAH