Peranan rohis masjid attaqwa dalam pembinaan akhlak karyawan PT. GMF aeroasia garuda Indonesia bandara Soekarno Hatta

(1)

INDONESIA BANDARA SOEKARNO HATTA Skripsi

Diajukan Kepada fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar sarjana Komunikasi Islam ( S. Kom. I )

Oleh :

Sunita Juliantika

NIM. 106051001892

Dibawah Bimbingan :

Drs. H. Hasanudin Ibnu Hibban, MA NIP. 196606051994031005

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010 M / 1431 H


(2)

Skripsi berjudul “PERANAN ROHIS MASJID ATTAQWA DALAM PEMBINAAN AKHLAK KARYAWAN PT. GMF AEROASIA GARUDA INDONESIA BANDARA SOEKARNO HATTA” telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada …….. 2010. skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, Juli 2010

Sidang Munaqasah,

Ketua


(3)

(4)

Dengan ini saya menyatakan:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, Juli 2010


(5)

V SUNITA JULIANTIKA

PERANAN ROHIS MASJID ATTAQWA DALAM PEMBINAAN AKHLAK KARYAWAN PT. GMF AEROASIA GARUDA INDONESIA BANDARA SOEKARNO HATTA.

Masjid merupakan tempat ibadah dan tempat kegiatan ummat Islam yang didalamnya diisi dengan kegiatan- kegiatan dakwah yang tujuannya adalah untuk membentuk ummat Islam yang bertaqwa dan dapat melaksanakan ajaran Islam yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada ummatnya, masjid juga bukan hanya sebagai tempat ibadah saja, tapi juga merupakan pusat kegiatan dakwah bagi ummat Islam. Hal ini lah yang terjadi di Masjid Attaqwa PT. GMF AeroAsia, dimana ROHIS yang merupakan pengurus dari masjid Attaqwa merancang program- program kegiatan dakwah yang bertujuan untuk menjadikan para karyawan muslim di lingkungan PT. GMF AeroAsia menjadi pribadi muslim yang berkualitas dan dapat menjadi rohmatan lil’alamiin.

Dalam skripsi yang berjudul “ Peranan ROHIS masjid Attaqwa dalam pembinaan akhlak karyawan PT. GMF AeroAsia Bandara Soekarno- Hatta “, penulis mencoba melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana usaha ROHIS masjid Attaqwa dalam pembinaan akhlak para karyawan melalui kajian- kajian dakwah yang dilakukannya, dan juga mengetahui peran dari ROHIS dalam pembinaan akhlak para karyawan.

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan bentuk deskriptif analisis. Dimana penelitian ini dihasilkan dari data- data akurat yang berupa survey, wawancara kepada ketua ROHIS Masjid Attaqwa, dan juga angket yang telah disebarkan kepada para jama’ah, dan kemudian data angket tersebut di interpretasikan untuk diambil sebuah kesimpulan.

Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah bahwa ROHIS masjid Attaqwa PT. GMF AeroAsia sangat berperan penting dalam pembinaan akhlak karyawan. Hal ini terbukti dari perubahan signifikan yang terjadi pada diri jama’ah. Selain itu pun, perubahan ini berdampak positif dalam kehidupan para jamaah yang mulai bisa berprilaku luhur dan baik kepada Alloh SWT sebagai Sang Kholik, kepada sesama manusia, dan juga kepada lingkungannya.


(6)

i Bismillahirrahmanirrahiim

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT dan atas karunia yang dicurahkan-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam selalu tercurah atas Nabi Muhammad SAW.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat untuk kawan-kawan mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam khususnya dan kawan-kawan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada umumnya.

Skripsi dengan judul “Peranan ROHIS Masjid Attaqwa dalam pembinaan akhlak karyawan PT. GMF AeroAsia Garuda Indonesia Bandara Soekarno- Hatta” merupakan karya yang memiliki banyak tantangan dalam proses penyelesainnya. Namun, berkat bantuan serta motivasi dari berbagai pihak Alhamdulillah, skripsi ini dapat terselesaikan.

Untuk itu, atas segala bantuannya penulis berterimakasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Komarudin Hidayat, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta seluruh jajaran civitas akademik.

2. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.


(7)

ii

4. Ibu Umi Musyarafah, MA selaku sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

5. Bapak Drs. H. Hasanudin Ibnu Hibban, MA. selaku dosen pembimbing. Terimakasih banyak pak, atas kesabarannya dalam membimbing penulis. 6. Ayahanda Suhardi dan Ibu Sumiyati atas segala bimbingan, motivasi, dan

juga kasih sayang yang diberikan kepada penulis.

7. Adinda Devi dan mas Anshor atas segala dukungan dan juga kasih sayangnya.

8. Ketua ROHIS Masjid Attaqwa Bapak Eddy Suyanto beserta pengurus ROHIS lainnya.

9. Sahabat-sahabat penulis, iqie, sofi, megha, tika, Serta kawan-kawan seperjuangan KPI D angkatan 2006.

10.Serta semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak bisa disebutkan tapi tidak mengurangi rasa hormat saya pada teman-teman semua, terimakasih.

Jakarta, September 2010


(8)

………... i

DAFTAR ISI

……….iii

ABSTRAK

………v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ………… ………. 1

B. Pembatasan dan perumusan masalah ……….6

C. Tujuan Penelitian ………7

D. Manfaat penelitian ……… .7

E. Metodologi Penelitian ……….8

F. Sistematika penulisan ………13

BAB II KERANGKA TEORITIS A. Peranan 1. Pengertian peranan………..14

2. Teori peran ………..14

B. Masjid 1. Pengertian masjid ………...16

2. Peranan dan Fungsi masjid ……… 19

C. Pengertian ROHIS……..………...22

D. Pembinaan Akhlak karyawan 1. Pengertian pembinaan akhlak………. 23

2. Tujuan pembinaan akhlak ……….. 25

3. Pembagian akhlak………... 27 iii


(9)

iv

5. Urgensi pembinaan akhlak ……….31 BAB III GAMBARAN UMUM ROHIS MASJID ATTAQWA PT. GMF AEROASIA

GARUDA INDONESIA BANDARA SOEKARNO HATTA

A. ROHIS Masjid Attaqwa PT. GMF AeroAsia Garuda Indonesia Bandara Soekarno Hatta

1. Sejarah Masjid Attaqwa dan ROHIS masjid Attaqwa

PT. GMF AeroAsia ……… 34 2. Visi dan Misi ROHIS Masjid Attaqwa PT. GMF AeroAsia ………35 3. Struktur Organisasi ROHIS Masjid Attaqwa PT. GMF AeroAsia….37 4. Program Kegiatan ROHIS Masjid Attaqwa PT. GMF AeroAsia…...39 BAB IV PENYAJIAN HASIL PENELITIAN

A. Analisis data ………42

B. Interpretasi Data………...62 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan………...65

B. Saran……….66

DAFTAR PUSTAKA………..68 LAMPIRAN


(10)

A. Latar Belakang

Islam adalah agama yang memiliki nilai-nilai ajaran bersifat universal untuk seluruh alam. Diantara nilai-nilai universal agama islam adalah aqidah,dan ibadah, iman, dan amal, akhlaq dan perilaku, adab pergaulan dan adab kehidupan dalam bermasyarakat1. Dari berbagai macam nilai-nilai universal Islam tersebut, kesempurnaan akhlaq dan budi pekerti yang luhur sangat ditekankan oleh Rasulullah SAW. Karena tugas pokok beliau diutus ke dunia ini adalah untuk menyempurnakan atau memperbaiki akhlaq manusia sebagai mana sabda beliau:

اﱠﻧ

ﺑﺎ

ﻌْﺜ

رﺎ

م

ْا

ْﺧ

ق

Artinya : ”Sesungguhnya aku diutus (oleh Allah) untuk memperbaiki akhalaq

”.2

Kesempurnaan Akhlaq, seperti pergaulan yang baik, sabar, adil, bersikap lembut, pemaaf, sikap bersaudara, saling tolong menolong, rendah hati, dan bersilaturahmi merupakan bagian kecil dari nilai-nilai universal ajaran islam itu. Oleh karenanya secara otomatis apabila seorang manusia yang meyakini dan mengamalkan semua yang telah diperintahkan oleh Allah SWT melalui Rasul-Nya yang mulia, khususnya berkaitan dengan

1

Ali Abdul Halim Mahmud, Karakteristik Umat Terbaik, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996)h. 4

2

Al-Hufy Muhammad Ahmad, Akhlak Nabi Muhammad SAW, (Jakarta, Bulan Bintang 1981) h. 80


(11)

kesempurnaan dan keluhuran akhlaq, maka Allah SWT telah mempersiapkan baginya yang memiliki akhlaq mulia serta senantiasa mengikuti semua perintah Allah SWT berupa kesenangan surga di akhirat. Sebagaimana telah dijelaskan dalam al-Quran, yaitu:

Artinya: “Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya kami akan memberikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari pada apa yang telah mereka kerjakan”. (An-Nahl : 97).

Kemudian apabila ada di antara manusia yang membuat kerusakan (kejahatan) seperti: kezaliman, perzinahan, perjudian dan berbagai macam kemaksiatan lainnya dan melanggar perintah Allah SWT, maka mereka akan sengsara diakhirat dengan siksaan neraka.3 Berkaitan dengan hal ini Allah SWT juga menegaskan dengan firman-Nya yaitu:

⌧ ⌧

...

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat kami. Kelak akan kami masukan mereka ke dalam neraka…..”(An-Nisa : 56).

3

Muhammad bin Ibrahim AT-Tawajiri, Pilar-Pilar Agama Islam, Terj Farizal Tarmizi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2000)h. 27


(12)

Secara umum, apabila dikategorikan tingkah laku (akhlaq) yang melekat pada diri manusia hanya ada dua tipe manusia yang ada di dunia ini, yaitu yang memiliki tingkah laku atau perbuatan yang baik (akhlaq mahmudah) dan yang mamiliki tingkah laku yang buruk (akhlaq mazmumah).

Kedua tingkah laku ini akan muncul dengan sendirinya melalui berbagai proses kehidupan yang dijalani oleh setiap individu manusia yang ada. Baik ketika ia menjalani hidup dalam lingkungan masyarakat yang baik atau lingkungan masyarakat yang buruk. Penyakit hati lebih berbahaya dari pada penyakit tubuh.4

Peran hati terhadap seluruh anggota badan ibarat raja terhadap prajuritnya. Semua bekerja atas dasar perintahnya, semua tunduk kepadanya dan karena perintah hatilah sikap keistiqamahan dan semua penyelewengan itu muncul.5 Maka sangatlah berbahaya dan merugi jika hati itu kotor dan selalu terjangkit penyakit.

Dikarenakan banyaknya penyakit hati yang melekat pada manusia, maka sangat dibutuhkan tempat yang bisa mengobati penyakit hati tadi. Dan bagi kita ummat islam, masjid merupakan tempat yang paling tepat untuk dijadikan sebagai pembinaan dalam memperbaiki dan juga mengobati penyakit hati.

Ahmad Sutarmadi menjelaskan masjid pada masa Rasulullah SAW. Dan juga para sahabat sudah mulai difungsikan mencakup semua aspek

4

Ibid, hal.129 5

Ibnu Qayyim Al-Juziyah, Tazkiyah An-Nafs, Terj Imtihan Asy-Syafi’I,(Solo: Pustaka Arafah, )h. 54


(13)

kehidupan masyarakat islam waktu itu. Karena itu, masjid menempati posisi sentral( Islamic centre ) yaitu sebagai kegiatan ibadah dan juga pusat pembinaan ummat Islam.6

Masjid merupakan wadah yang paling strategis dalam membina dan menggerakkan potensi ummat islam untuk mewujudkan sumber daya manusia ( SDM ) yang tangguh, berkualitas, dan juga memiliki akhlak yang mulia. Eksistensi masjid kini dihadapkan pada berbagai perubahan dan tantangan yang terus bergulir di lingkungan masyarakat. Masjid juga merupakan simbol eksistensi dari sebuah masyarakat muslim dalam sebuah komunitas muslim, disamping dapat menggambarkan kuantitas muslimin yang ada juga menggambarkan kualitas pemahaman dan pengamalan nilai- nilai islam dan ajarannya.

Keberadaan masjid yang saat ini dapat kita temui dimana sajapun manjadi salah satu eksistensi ummat islam yang selalu ingin meningkatkan kualitas iman dan taqwanya melalui keberadaan sebuah masjid. Seperti hal nya kita dapat temui masjid di sebuah perumahan atau juga sebuah perusahaan. Karena mereka meyakini bahwa masjid adalah wadah yang tepat untuk dijadikan pusat pembinaan untuk ummat islam dimanapun mereka berada.

Demikian pula pemanfaatan masjid sesuai dengan fungsinya sebagai pusat pembinaan ummat dan dakwah islamiyyah diharapkan akan semakin semarak dengan berbagai kegiatan yang dikembangkan secara professional

6

Ahmad Sutarmadi, Visi, Misi, dan langkah strategis ; pengurus dewan Masjid dan pengelola Masjid. (Logos, 2002.)h.28


(14)

oleh para pengelola masjid. Namun demikian mencermati kondisi saat ini sudah saatnya dakwah yang dikelola masjid diarahkan pada pemberdayaan kualitas keagamaan.7

Pengurus masjid yang telah mendapatkan kepercayaan untuk mengelola masjid sesuai dengan fungsinya, memegang peranan penting dalam menjadikan masjid makmur. Selain itu, pengurus masjid harus memiliki kesungguhan dalam mengelola masjid.8

Seperti yang dilakukan para pengurus Masjid Attaqwa PT. GMF AeroAsia atau yang disebut ROHIS dalam hal memakmurkan masjid. Mereka melakukan banyak kegiatan keagamaan di lingkungan PT. GMF AeroAsia. Mereka mempunyai harapan bahwa dengan segala kegiatan- kegiatan keagamaan yang dilakukan di lingkungan perusahaan, para karyawan dapat selalu meningkatkan kualitas keimanan dan juga ketaqwaan. Selain itu, diharapkan juga para karyawan dapat memiliki akhlaqul karimah yang nantinya akan berpengaruh pada kehidupan mereka sehari- hari, khususnya ketika mereka sedang berada di lingkungan perusahaan.

Dengan latar belakang inilah yang mengilhami penulis untuk mengangkat penelitian dengan judul “PERANAN ROHIS MASJID ATTAQWA DALAM PEMBINAAN AKHLAK KARYAWAN PT. GMF AEROASIA GARUDA INDONESIA BANDARA SOEKARNO HATTA”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

7

Yani Ahmad, Panduan Memakmurkan Masjid, ( Jakarta ; Dea press khoiru ummah. 1999) h.11.

8


(15)

Dari judul yang penulis angkat, bisa dilihat bahwa penelitian ini terbatas pada peranan ROHIS Masjid Attaqwa dalam pembinaan akhlaq karyawan PT.GMF AeroAsia.

Berdasarkan pembatasan diatas, masalah yang dirumuskan oleh penulis yaitu:

Bagaimana aktifitas dakwah yang diadakan ROHIS masjid Attaqwa dalam pembinaan akhlaq karyawan?

C. Tujuan penelitian

Dari penelitian ini penulis mempunyai tujuan yang ingin dicapai, yaitu:

1. Mengetahui usaha yang dilakukan ROHIS masjid Attaqwa PT. GMF AeroAsia Garuda Indonesia Bandara Soekarno Hatta dalam pembinaan akhlaq.

2. Mengetahui peranan ROHIS masjid Attaqwa dalam pembinaan akhlaq karyawan PT. GMF AeroAsia Garuda Indonesia Bandara Soekarno Hatta.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah

1. Manfaat akademis : Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi teoritis, dan dapat berguna bagi pengembangan pengetahuan ilmiah dibidang dakwah islamiyah, khususnya penyampaian dakwah terhadap karyawan-karyawan perusahaan.


(16)

2. Manfaat praktis : Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah pengetahuan penulis tentang perkembangan dakwah islamiyah, sehingga dapat bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat, khususnya bagi umat islam.

E. Tempat dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di masjid Attaqwa yang berlokasi di bandara Soekarno- Hatta jakarta. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juni sampai dengan bulan juli 2010.

F. Metodologi Penelitian

a. Teknik pengumpulan data

Untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan sesuai dengan permasalahan penelitian, penulis menggunakan teknik komunikasi langsung dan tidak langsung berdasarkan data pustaka dan data lapangan. Instrument yang digunakan penulis adalah sebagai berikut:

1. Observasi atau Pengamatan : ialah “Pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki”.9 Observasi disini adalah dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung di lapangan dan menjadi bagian dari sample penelitian untuk mendapatkan data-data dan keterangan yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan dakwah dan aktifitas para karyawan sehari-hari di PT. GMF AeroAsia Garuda Indonesia Bandara Soekarno Hatta.

9


(17)

2. Angket : ialah penulis mengajukan sejumlah pertanyaan tertulis kepada responden yang menjadi sample penelitian dengan jawaban yang telah disediakan atau angket tertutup, selain itu ada pula beberapa pertanyaan yang menyediakan jawaban terbuka untuk memperoleh data yang lebih menyeluruh. Pengajuan angket ini bertujuan mencari informasi mengenai hal-hal yang menjadi pertanyaan penelitian.

3. Wawancara : Wawancara yang akan dilakuakan adalah wawancara mendalam (indeeps interview) dengan tujuan mendapatkan informasi lebih jauh mengenai objek dan permasalahannya.10 Bertujuan mencari informasi dan keterangan lain mengenai PT. GMF AeroAsia Garuda Indonesia Bandara Soekarno Hatta, Masjid Attaqwa PT. GMF AeroAsia Garuda Indonesia Bandara Soekarno Hatta, kegiatan-kegiatan islam yang dilaksanakan oleh PT. GMF AeroAsia Garuda Indonesia sehari-hari.

4. Dokumentasi : Dokumentasi merupakan suatu cara yang digunakan untuk mengambil data-data berupa catatan atau dokumen yang tersedia, yaitu: catatan atau dokumen resmi dan akurat PT. GMF AeroAsia Garuda Indonesia Bandara Soekarno Hatta, catatan atau dokumen Masjid Attaqwa PT. GMF AeroAsia Garuda Indonesia, serta dokumen-dokumen lainnya yang berkaitan dengan PT. GMF

10

Koentjaraningrat, Metode Penelitian dalam Masyarakat, Jakarta: PT. Gramedia, 1993 Cet.V hal.129


(18)

AeroAsia Garuda Indonesia dan Masjid Attaqwa Bandara Soekarno Hatta.

b. Model penelitian

Model penelitian yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode kuantitatif, dan sesuai dengan perumusan dan pembatasan masalah, penulis menggunakan metode deskriptif analisis, menurut Suharsimi Arikunto metode ini ialah:

“Salah satu metode yang dapat digunakan dalam prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan dan melukis keadaan subjek dan objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa , metode deskriftif analisis merupakan langkah-langkah melakukan reperesentasi objektif tentang gejala-gejala yang terdapat didalam masalah yang diselidiki.”11

Penulis mengadakan penelitian dengan cara observasi langsung kelapangan dan ikut serta dalam kegiatan-kegiatan dakwah serta kajian-kajian islam yang diadakan di PT. GMF AeroAsia Garuda Indonesia Bandara Soekarno Hatta, guna mendapatkan data-data yang objektif. c. Populasi

11

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineke Cipta. 1993)h. 22


(19)

“Populasi adalah jumlah keseluruhan subjek atau elemen yang ada didalam wilayah penelitian.”12 Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk memperoleh gambaran tentang bagaimanakah peranan ROHIS Masjid Attaqwa PT. GMF AeroAsia dalam pembinaan akhlaq karyawan, lalu kemudian ditetapkan populasinya.

d. Sample

“Sample adalah bagian atau wakil dari populasi yang telah diteliti dan dianggap dapat menggambarkan populasinya.”13 Pengambilan sample berpedoman kepada : “ Apabila subjek kurang dari 100 orang maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan populasi.”14 Atau apabila yang mengikuti kajian dakwah islam di PT. GMF AeroAsia Garuda Indonesia kurang dari 100 orang maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan populasi. Oleh karena jama’ah yang menghadiri kurang dari 100 orang atau berjumlah 50 orang, maka penulis mengambil semua jama’ah untuk dijadikan sampel.

e. Analisis Data

Setelah data-data diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah mengolah data melalui beberapa tahapan, yaitu :

1. Editing: ialah proses mempelajari kembali berkas-berkas data yang telah terkumpul, sehingga keseluruhan berkas itu dapat

12

Ibid, hal. 15 13

Irwan Suharsono Metodologi Penelitian Sosial, Bandung, PT. Remaja Rosda Karya. 1999Cet,III Hal. 75

14


(20)

diketahui dan dinyatakan baik, sehingga dapat disiapkan untuk proses berikutnya.

2. Tabulating: ialah mentabulasikan atau memindahkan jawaban-jawaban responden kedalam table yang kemudian dicari prosentasenya untuk dianalisa. Adapun untuk memperoleh data angket yang telah ditabulasikan dan diprosentasikan digunakan rumus :

P = X100%

N F

Keterangan : -P : Prosentase

-F : Frekuensi (Jumlah jawaban responden) -N : Number Case (jumlah responden)15

3. Penafsiran: penulis menggunakan skala prosentase sederhana, yaitu untuk menafsirkan data kuantitatif yang telah diketahui prosentasenya, penulis menggunakan hasil prosentase terbesar sebagai gambaran dan fakta yang ada dilapangan.Sedang untuk menafsirkan data kualitatif wawancara penulis menggunakan teknik penalaran penyimpulan. Data-data tersebut kemudian di interpretasikan secara rasional.

15

Anas S Darjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 1997)h. 43


(21)

G. Sistematika Penulisan

Untuk sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II: KERANGKA TEORITIS

Bab ini dijelaskan mengenai kerangka teoritis yang terdiri dari: Pengertian peranan, pengertian masjid, peran dan fungsi masjid, pengertian ROHIS, pengertian pembinaan akhlaq, tujuan pembinaan akhlaq, metode pembinaan akhlaq, urgensi pembinaan akhlaq.

BAB III: GAMBARAN UMUM TENTANG PT. GMF AEROASIA GARUDA INDONESIA BANDARA SOEKARNO HATTA DAN ROHIS MASJID ATTAQWA

Bab ini dijelaskan tentang gambaran umum ROHIS masjid Attaqwa yang terdiri: sejarah berdirinya, visi dan misinya, struktur organisasi dan program kegiatannya.

BAB IV: ANALISIS HASIL PENELITIAN

Bab ini dijelaskan tentang: analisa data yang telah didapat dari angket yang telah disebarkan kepada jama’ah masjid Attaqwa di PT.GMF AeroAsia Garuda Indonesia Bandara Soekarno Hatta. Kemudian interpretasi data yang menjelaskan secara deskriptif tentang hasil dari analisa yang telah dilakukan.


(22)

BAB V: PENUTUP


(23)

TINJAUAN TEORITIS

A. Peran

1. Pengertian Peran

Teori peran ( role theory ) adalah teori yang merupakan sebuah perpaduan berbagai teori orientasi maupun disiplin ilmu. Pada dasarnya peran tidak bisa dipisahkan dengan status kependudukan, walaupun keduanya berbeda, akan tetapi saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya, karenanya peran diibaratkandua sisi mata uang yang berbeda.1

Dalam kamus modern “ peran “ berarti sesuatu yang menjadi kegiatan atau memegang pimpinan yang utama, peran, memerankan, memainkan sesuatu, peran lakon, bagian utama.2

Jadi peran adalah seperangkat tindakan atau perbuatan, pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang yang berkedudukan di masyarakat dalam suatu peristiwa atau keadaan yang sedang terjadi untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Sedangkan menurut Gross. Mason dan A. W. Mc Eachern sebagaimana dikutip oleh David Berry mendefinisikan peran sebagai

1

Sarlito Wirawan Sarwono, Teori psikologi Sosial, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003 ), h. 214

2

Poerwadarminta, WJS, Kamus modern, ( Jakarta : Jembatan, 1976 ) h. 473


(24)

seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan social tertentu.3

Menurut David Berry harapan-harapan tersebut merupakan imbangan-imbangan dari norma-norma social, oleh karena itu dapat dikatakan peranan-peranan itu ditentukan oleh norma-norma masyarakat. Artinya diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan oleh masyarakat di dalam pekerjaannya dan dalam pekerjaan-pekerjaan lainnya.

Peranan menurut ahli sosiologi, seperti menurut Ralp Linton, yaitu : The dynamic aspect of status. Seseorang menjalankan peranan manakala ia menjalankan hak dan kewajiban yang merupakan statusnya. Sedangkan suatu status adalah “a collection of right and duhes” suatu kumpulan hak dan kewajiban. Robert k. Merton mempunyai pandangan yang bebeda dengan linton ia memperkenalkan konsep perangkat peranan (Role set), yang didefinisikan sebagai “Complement of Role Which Person have by virtue of occupying a particular status” pelengkap hubungan peranan yang dipunyai seseorang karena menduduki status sosial tertentu.4

Dalam teorinya, Biddle dan Thomas membagi peristilahan dalam teori peran empat golongan yaitu istilah yang menyangkut:

a) Orang yang mengambil bagian dalam interaksi tersebut.

3

N. Gross, W. S. Mason, and A. W. Mc eachern. Explorations in Role Analysis, dalam David Barry, pokok- pokok Pikiran dalam sosiologi ( Jakarta; Raja Grafindo Persada 1995 )h.99

4

Kamanto Sunarto, Pengantar sosiologi, ( Jakarta; Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 1993) h.62- 63.


(25)

b) Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut. c) Kedudukan orang dalam perilaku.

d) Kaitan antara orang dan perilaku.5

Maka dari itu penjelasan tersebut bahwasannya peran merupakan kewaiban yang harus dijalankan oleh seseorang sesuai dengan kedudukannya didalam status tertentu dalam suatu lingkungan masyarakat dimana dia berada. Dengan demikian ROHIS masjid Attaqwa mempunyai peran yang sangat penting untuk meningkatkan masjid sebagai pusat kegiatan dakwah dalam rangka pembinaan akhlaq karyawan PT. GMF AeroAsia.

B. Masjid

1. Pengertian Masjid

Masjid berasal dari kata sajada yang artinya tempat sujud. Secara teknis sujud (sujudun) adalah meletakkan kening ke tanah. Secara maknawi, jika kepada Tuhan sujud mengandung arti menyembah, jika kepada selain Tuhan, sujud mengandung arti hormat kepada sesuatu yang dipandang besar atau agung. Sedangkan sajadah dari kata sajjadatun mengandung arti tempat yang banyak dipergunakan untuk sujud, kemudian mengerucut artinya menjadi selembar kain atau karpet yang

5

Sarlito Wirawan Sarwono, Teori psikologi social, ( Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada 2003 ) h.215.


(26)

dibuat khusus untuk salat orang per orang. Oleh karena itu karpet masjid yang sangat lebar, meski fungsinya sama tetapi tidak disebut sajadah.6

Adapun masjid (masjidun) mempunyai dua arti, arti umum dan arti khusus. Masjid dalam arti umum adalah semua tempat yang digunakan untuk sujud dinamakan masjid, oleh karena itu kata Nabi, Tuhan menjadikan bumi ini sebagai masjid. Sedangkan masjid dalam pengertian khusus adalah tempat atau bangunan yang dibangun khusus untuk menjalankan ibadah, terutama shalat berjamaah.7

Pengertian ini juga mengerucut menjadi, masjid yang digunakan untuk shalat Jum'at disebut Masjid Jami`. Karena shalat Jum`at diikuti oleh orang banyak maka masjid Jami` biasanya besar. Sedangkan masjid yang hanya digunakan untuk shalat lima waktu, bisa di perkampungan, bisa juga di kantor atau di tempat umum, dan biasanya tidak terlalu besar atau bahkan kecil sesuai dengan keperluan, disebut Musholla, artinya tempat shalat. Di beberapa daerah, musholla terkadang diberi nama langgar atau surau.

M. HR Songge menyatakan, masjid secara etimologis, bermakna sebagai tempat para hamba yang beriman bersujud melakukan ibadah mahdhah berupa shalat wajib dan berbagai shalat sunnah lainnya kepada Allah SWT. Sedangkan masjid secara terminologisnya, adalah tempat

6

http://mubarok-institute.blogspot.com, ( minggu, 06 agustus 2006 ) 7


(27)

dimana para hamba melakukan segala aktifitas, baik yang bersifat vertikal maupun horizontal dalam kerangka beribadah kepada Allah SWT.8

Prof. TM Habsi Ash-shidddieqi berpendapat bahwa pengertian masjid tiadalah khusus dengan tempat mendirikan jum’at saja, bahkan perkataan masjid, mengenai segala tempat yang dijadikan tempat umum untuk menegakkan shalat dan jama’ah.9

Syaikh Sayid Sabiq dalam bukunya fiqhus-sunnah mengartikan masjid sebagai berikut : Sebagaimana Alloh telah mengkhususkan kepada ummat ini, yaitu menjadikan bumi dalam keadaan suci dan sebagai masjid, dimana saja seorang muslim telah sampai pada waktu shalat, shalatlah dimana saja ia berada atau mendapatinya.10

Dalam pengertian sehari- hari, masjid merupakan bangunan tempat suci kaum muslim. Tetapi, karena akar katanya mengandung makna tunduk dan patuh, hakikat masjid adalah tempat segala aktifitas yang mengandung kepatuhan kepada Allah semata. Karena itu dalam Al-Qur’an ditegaskan :

Artinya : “ Sesungguhnya masjid- masjid itu adalah milik Allah karena itu janganlah menyembah selain Allah sesuatu pun”. ( Al-jinn : 18).11

8

M. HR Songge, Pesan Risalah Masyarakat Madani, ( Jakarta; PT. Mediacita, 2001 )h. 12- 13.

9

Hasbi Ash shiddieqi TM Prof, Koleksi Hadits hadits hokum, ( Bandung; PT. Al ma’arif 1979 ) jilid 2, cet. Ke-3.h. 346

10

Sayid Sabiq, Fiqhussunnah, ( Beirut; Dar al- fik, 1981 ) jilid 1 h. 209. 11


(28)

2. Peranan Dan Fungsi Masjid

Ketika masjid hendak kita maksimalkan peran dan fungsinya sebagai pusat ibadah dan pembinaan ummat, maka ada banyak sisi aktifitas yang harus dikembangkan, tegasnya semua anggota masyarakat yang menjadi jama’ah masjid harus mendapat pembinaan dari masjid sehingga dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.12

Apabila masjid dituntut berfungsi untuk membina ummat, tentu sarana yang dimilikinya harus tepat, menyenangkan dan menarik untuk semua ummat, baik, dewasa, pria, wanita, yang sehat atau yang sakit, serta yang kaya atau pun yang miskin.13

Al- Qur’an menyebutkan fungsi masjid antara lain didalam firmanNya:

Artinya : “ Betasbihlah kepada Allah di masjid- masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut namaNya didalamnya pada waktu pagi dan petang, laki- laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak ( pula) oleh jual

12

Yani Ahmad, Menuju Masjid Ideal, ( LP2S 1 harmain 2001 ) cet. Ke-1, h. 19. 13


(29)

beli dari mengingat Allah dan dari mendirikan shalat, dan dari membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari, yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang”. ( Annur: 36-37).

Masjid telah mengalami perkembangan yang pesat, baik dalam bentuk bangunan maupun fungsi dan perannya. Hamper dapat dipastikan, dimana komunitas Islam berada, disitu ada masjid. Memang, ummat Islam tak bias terlepas dengan masjid. Masjid telah menjadi sarana berkumpul, menuntut ilmu, bertukar pengalaman, pusat dakwah dan lain sebagainya, dismping menjadi tempat ibadah.

Saat ini, masjid memiliki fungsi dan peran yang semakin terasa penting dalam kehidupan ummat Islam, diantaranya sebagai berikut : a. Tempat Beribadah.

Sesuai dengan namanya, masjid adalah tempat sujud, maka diketahui, bahwa makna ibadah didalam Islam adalah luas fungsi utamanya adalah sebagai tempat ibadah shalat. Sebagaimana menyangkut segala aktifitas kehidupan yang ditujukan untuk memperoleh ridho Allah SWT, maka fungsi masjid disamping sebagai tempat shalat juga sebagai tempat beribadah secara luas sesuai dengan ajaran Islam.

b. Tempat Menuntut Ilmu.

Masjid sebagai tempat untuk belajar dan mengajar, khususnya ilmu agama yang merupakan fardhu ‘ain bagi setiap ummat Islam. Disamping itu, ilmu- ilmu lain pun dapat diajarkan dilmasjid


(30)

dan juga lingkungannya, seperti ilmu alam, soisal, keterampilan, dan lain sebagainya.

c. Tempat Pembinaan Jamaah.

Dengan adanya ummat Islam disekitarnya, masjid perlu mengaktualkan perannya dalam mengkoordinir mereka, baik untuk ibadah maupun aktifitas lainnya, dalam rangka menyatukan potensi dan kepemimpinan ummat. Selanjutnya, ummat yang terkoordinir secara rapi oleh pengurus masjid ( dalam hali ini; DKM atau ROHIS ) dibina keimanan, ketakwaan, ukhuwah dan dakwah Islamiyyah.

d. Pusat Dakwah Dan Kebudayaan.

Masjid merupakan jantung kehidupan ummat Islam, yang selalu berdenyut untuk menyebarluaskan dakwah Islamiyyah dan budaya Islami. Di masjid pula seharusnya direncanakan, diorganisir, dikaji, dilaksanakan dan dikembangkan dakwah dan kebudayaan Islam yang menyahuti kebutuhan masyarakat.14

e. Pusat Kaderisasi.

Sebagai tempat pembinaan jamaah dan kepemimpinan ummat, masjid memerlukan aktifitas yang berjuang menegakkan Islam secara berkesinambungan, patah tumbuh hilang berganti. Karena itu, pembinaan kader perlu disiapkan dan dipusatkan di masjid sejak mereka masih kecil sampai dewasa, diantaranya melalui wadah TPA, remaja masjid, maupun ta’mir masjid dengan segala kegiatannya.

14


(31)

f. Basis Kebangkitan Ummat Islam.

Basis kebangkitan ummat Islam abad lima belas hijriyah ini telah dicanangkan ummat Islam sebagai abad kebangkitan Islam. Ummat Islam yang sekian lama tertidur dan tertinggal dalam percaturan peradaban dunia, berusaha untuk bangkit dengan berlandaskan diri pada ajaran Islam.15

g. Tempat Kegiatan Masyarakat.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa masjid merupakan pusat ibadah dalam pengertian luas yang mencakup juga pusat kegiatan muamalat. Di masjid kita dapat melakukan akad nikah. Ketika rencana kehidupan rumah tangga dimulai. Dari masjid kita dapat petuah dan wejangan tentang bagaimana kehidupan rumah tangga dijalankan. Dari masjid juga dapat diperoleh kejelasan bagaimana kehidupan Islami dapat dijalankan baik menyangkut aspek ekonomi, social, politik, maupun budaya.16

C. Pengertian ROHIS

Rohis berasal dari kata "Rohani" dan "Islam", yang berarti sebuah lembaga untuk memperkuat keislaman. Rohis biasanya dikemas dalam bentuk ekstrakurikuler (ekskul). Padahal fungsi Rohis yang sebenarnya adalah forum, mentoring, dakwah, dan berbagi. Susunan dalam ROHIS

15

Id h. 28

16

Nana Rukmana, Masjid Dan Dakwah , ( Jakarta; Al- Mawardi Prima, 2002 ) Cet. Ke- 1, h. 50- 51.


(32)

layaknya organisasi lainnya, di dalamnya terdapat ketua, wakil, bendahara, sekretaris, dan divisi-divisi yang bertugas pada bagiannya masing-masing ROHIS umumnya memiliki kegiatan yang terpisah antara anggota pria dan wanita hal ini dikarenakan perbedaan muhrim diantara anggota. kebersamaan dapat juga terjalin antar anggota dengan rapat kegiatan serta kegiatan-kegiatan diluar ruangan. Tugas utama ROHIS adalah menjadikan anggotanya lebih islami dan mengenal dengan baik dunia keislaman. Dalam pelaksanaannya anggota ROHIS memiliki kelebihan dalam penyampaian dakwah, karena mereka telah dididik dan dibimbing oleh para mentornya yang merupakan seorang ustadz.17

D. Pembinaan Akhlak

1. Pengertian Pembinaan Akhlak

Pembinaan dan pendidikan adalah dua istilah yang berbeda, akan tetapi penggunaan keduanya sering disama artikan dalam kegiatan diskusi ilmiah. Orang kadang menggunakan pendidikan untuk merujuk pembinaan, atau menggunakan istilah pembinaan untuk maksud pendidikan. Mungkin karena substansi istilah mirip, sehingga orang seringkali tidak terlalu memperdulikan istilah mana yang digunakan, yang penting substansi dan alur pikirannya benar.18

17 http://id.wikipedia.org/wiki/Rohis

18

Dedih Surana, IQ, EQ, dan SQ dalam pembinaan Akhlak Karimah, Jurnal Ta’dib (Bandung : Fakultas tarbiyah Univ. Islam Bandung ) Vol. 2, februari 2002, h. 101.


(33)

Membina berarti membangun, mendirikan, mengusahakan upaya lebih baik. Pembinaan adalah usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara bedaya guna dan berhasil guna memperoleh hasil yang lebih baik. Dalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan bahwa, pembinaan watak manusia sebagai pribadi dan makhluk sosial melalui pendidikan di keluarga, sekolah, organisasi, pergaulan, ideologi agama.19

Adapun kata akhlak secara etimologi diambil dari bahasa arab yang artinya tabi’at, kebiasaan, perangai bahkan agama.20 Kata ini tidak ditemukan dalam al- Qur’an. Yang ditemukan hanyalah bentuk tunggal dari kata tersebut yaitu khuluq, yang tercermin dalam al- Qur’an surat Al- Qalam ayat 4,

Artinya: “ Sesungguhnya engkau ( Muhammad ) berada di atas budi pekerti yang agung”. ( Al-Qalam : 4)

Sedangkan pengertian akhlak secara istilah banyak dikemukakan oleh para pakar diantaranya :

Ibnu Maskawih, menurutnya akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa pmemerlukan pemikiran dan pertimbangan. Ibrahim Anis, menurutnya

19

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Bali pustaka, 1998 ) h. 134. 20

K.H. A.W. Munawwir, kamus Arab- Indonesia Terlengkap, ( Surabaya : Pustaka progresif, 1997 ) cet. 14.


(34)

bahwa akhlak adalah kebiasaan kehendak itu dibiasakan terhadap sesuatu perbuatan maka disebut akhlak.21

Menurut Al- Ghazalii, akhlak adalah :

ْه

ْﻦ

ةرﺎ

ﻖ ﺨ ا

ﺎﻬْﻨ

رﺪْﺼﺗ

ﺔﺨ ار

ْﱠﻨ ا

ْ

ﺔﺌ

ﺔ ْؤرو

ﺮْﻜ

ﻰﱠإ

ﺔﺟﺎﺣ

ﺮْﻏ

ْﻦﻣ

ﺮْ و

ْﻮﻬ ﺑ

لﺎﻌْﻷا

Artinya : “Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-

macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.22

Jadi pada hakikatnya akhlak adalah suatu kondisi atau sifat- sifat yang telah meresap dalam jiwa dan telah menjadi kepribadian hingga dari situlah timbul berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat- buat dan memerlukan pemikiran.

Dengan demikian, pembinaan akhlak lebih jelasnya dapat disimpulkan sebagai upaya pemberian bimbingan, pengarahan secara efektif yang dilakukan baik secara individu, organisasi, perkumpulan, maupun lembaga kepada individu atau kelompok agar memiliki akhlak yang baik atau lebih baik. Pembinaan tersebut menyangkut baik akhlak kepada Allah, sesame manusia, diri sendiri, maupun lingkungan.

2. Tujuan Pembinaan Akhlak

Seacara moralistik, pembinaan akhlak merupakan salah satu cara untuk membentuk mental manusia agar memiliki pribadi yang bermoral, berbudi pekerti yang luhur dan bersusila atau berakhlak terpuji.23

21

Ahmad Amin, Ilmu Akhlak, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1991 ) h.62. 22


(35)

Akhlak merupakan pokok esensi ajaran Islam disamping syari’ah dan aqidah. Karena dengan akhlak akan terbina mental dan jiwa seseorang untuk memiliki kemanusiaan yang tinggi, dengan akhlak dapat dilihat corak dan hakiakt manusia yang sebenarnya.

Adapun tujuan akhlak adalah untuk menciptakan manusia sebagai makhluk yang tinggi dan sempurna, dan membedakan dari makhluk lainnya. Akhlak hendak menjadikan orang berakhlak baik, bertindak tanduk yang baik terhadap sesame manusia, terhadap sesame makhluk dan terhadap Tuhan.24

Omar Muhammad Al Toumy Al Syaibany mengatakan bahwa tujuan akhlak adalah untuk menciptakan kebahagiaan dua kampong ( dunia dan akhirat ), kesempurnaan jiwa bagi individu, dan menciptakan kebahagiaan, kemajuan, kekuatan, dan keteguhan bagi masyarakat.25

Menurut M. Ali Hufi bahwa tujuan akhlak adalah digantungkan kepada akhlak yang mulia yaitu mewujudkan kebajikan, keadilan yang tinggi, terciptanya kecintaan dan kedamaian serta mengutamakan orang lain dalam mengerjakan kebajikan dan meningkatkan ketakwaan.26

Dari pendapat- pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan akhlak pada prinsipnya adalah untuk mencapai kebahagiaan dan

23

Sudarsono S.H, Etika Islam tentang kenakalan remaja, ( Jakarta: Bina Aksara, 1989) h.151.

24

Anwar Masy’ari, Akhlaq al- Qur’an ( Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1990 ) h.4. 25

Omar At Taoumy Al Syaibani, Filsafat Pendidikan Islam, Terj. Hasan Langgulung, ( Jakarta : Bulan Bintang, 1979 ) h. 346.

26


(36)

keharmonisan dalam berhubungan dengan Allah SWT. Disamping berhubungan dengan sesame makhluk, dan juga alam sekitar.

Untuk lebih jelasnya dapat dirumuskan sebagai berikut : a. Untuk mempertahankan hidup

b. Untuk membedakan manusia dengan binatang c. Untuk memperoleh kebahagiaan dunia akhirat d. Untuk mendapat ridho Allah SWT

3. Pembagian Akhlak

Dalam ajaran Islam, bahwa akhlak adalah meliputi semua aktifitas manusia dalam segala bidang atau aspek kehidupannya. Namun secara global pembagian akhlak menurut sifatnya terdiri dari dua macam. Pertama, akhlak yang baik, disebut juga akhlak mahmudah ( terpuji ) atau juga akhlakul karimah. Kedua, adalah akhlak yang buruk, disebut juga akhlak madzmumah ( tercela ).

Berikut penjelasan mengenai kedua akhlak tersebut : a. Akhlak Mahmudah

Yaitu merupakan tingkah laku yang terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan iman kepada Allah, akhlak yang terpuji dilahirkan dari sifat- sifat terpuji pula.

b. Akhlak Madzmumah

Yang dimaksud dengan akhlak madzmumah adalah segala perbuatan atau tingkah laku yang tercela yang dapat menjatuhkan


(37)

martabat manusia. Akhlak madzmumah adalah segala macam akhlak yang bertentangan dengan akhlak mahmudah.

Sedangkan pembagian akhlak menurut objeknya atau kepada siapa akhlak itu ditujukan, adalah sebagai berikut :

1. Akhlak kepada Allah, meliputi : ibadah kepada Allah, cinta kepada Allah, cinta karena Allah, beramal karena Allah, takut kepada Allah, tawadhu’ kepada Allah, tawakkal kepada Allah, taubat, dan nadam. 2. Akhlak kepada rasulullah, meliputi antara lain taat kepada Rasulullah

dan juga ajarannya, cinta kepada Rasulullah.

3. Akhlak kepada keluarga, meliputi antara lain akhlak kepada ayah dan ibu, saudara kandung, nenek dan kakek, paman, keponakan dan seterusnya.

4. Akhlak kepada orang lain, meliputi antara lain kepada tetangga, atasan, bawahan, sesame muslim, kaum yang lemah dan lain sebagainya. 5. Akhlak kepada lingkungan, meliputi antara lain menyayangi binatang,

merawat tumbuhan, dan juga menjaga kelestarian alam.

Muhammad Daud Ali dalam bukunya pendidikan agama Islam mengungkapkan bahwa secara garis besarnya akhlak dibagi menjadi dua yaitu akhlak terhadap Allah sebagai kholik dan juga akhlak terhadap makhluk.27

27

Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998 ) h. 352.


(38)

4. Metode Pembinaan Akhlak

Sebagaimana M. Abdul Quasem Kamil mengutip pendapat al- Ghazali, bahwa akhlak yang baik dapat dicapai melalui usaha pendidikan dan pembinaan yang sungguh- sungguh yaitu dengan metode sebagai berikut :

a. I’tiyad ( pembiasaan ), yakni dengan menahan dan melatih diri dalam melakukan amal perbuatan, bersumberkan akhlak yang baik, sehingga menjadi kebiasaan dan menjadi sesuatu yang menyenangkan. Apabila seseorang itu dibiasakan untuk mengamalkan sesuatu yang baik, ia pasti tumbuh diatas kebaikan.

b. Ta’allum ( belajar ) dengan cara memperhatikan dan bergaul dengan orang- orang yang baik, ini merupakan factor eksternal yang secara tidak langsung membentuk pribadi yang dapat dilihat dalam tingkah lakunya sehari- hari. Perbuatan yang baik adalah suatu pendorong untuk melahirkan perbuatan yang baik sehingga akan berpengaruh dalam diri seseorang.

c. Memberikan latihan- latihan, cara latihan ini adalah meliputi pembiasaan disiplin.28

Metode lain yang dapat ditempuh untuk pembinaan akhlak adalah : a. Pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan belangsung secara

berkesinambungan. Pada awalnya pendidikan akhlak yang bersifat

28


(39)

lahiriyah dapat pula dilakukan dengan cara paksaan yang lama kelamaan akan menjadi kebiasaan.

b. Melalui keteladanan, penanaman akhlak yang baik tidak cukup dengan hanya dengan pelajaran yang bersifat teoritis, instruksi, dan juga larangan. Akan tetapi yang lebih utama dan tepat sasaran melalui pendidikan dan contoh konkrit ( nyata) mengenai teladan yang baik- baik. Sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Dengan budi pekerti yang mulia, dalam membina dan membentuk akhlak para sahabatnya dan kaum muslimin.

c. Bergaul dan berteman dengan orang- orang yang baik. Jika seseorang bergaul dengan orang- orang yang sholih dalam waktu yang relatif lama, maka dengan tidak sadar akan tumbuh beberapa sifat kebaikan dalam dirinya yang terjadi secara alamiah.

d. Selalu menganggap diri ini lebih banyak kekurangan dari pada kelebihannya. Jika seseorang menghendaki dirinya berakhlak mulia, maka hendaknya ia lebih dulu menginstrospeksi kekurangan dan cacat yang dalam dirinya serta membatasi sejauh mungkin untuk tidak melakukan kezhaliman dan kesalahan.

e. Pembinaan Secara efektif, dapat pula dilakukan dengan cara memperhatikan faktor- faktor kejiwaan sasaran yang akan dibina. Oleh karena itu, seorang pendidik harus mampu mengidentifikasi anak didik atau jamah nya, sehingga kalau ada diantara jamaahnya atau binaannya


(40)

yang mengalami tekanan batin atau terlalu banyak masalah dapat diberikan bimbingan khusus.

5. Urgensi pembinaan Akhlak

Pembinaan jiwa merupakan tumpuan perhatian utama dalam misi Islam. Untuk menciptakan manusia yang berakhlak mulia, Islam mengajarkan bahwa pembinaan jiwa haruslah didahulukan dari pembinaan aspek- aspek lain, karena dari jiwa yang baik akan lahir perbuatan yang baik yang pada gilirannya akan membuahkan kebaikan dan kebahagiaan pada seluruh kehidupan manusia lahir dan batin.

Pembinaan kepribadian atau jiwa secara utuh hanya mungkin dibentuk melalui pengaruh lingkungan khususnya pendidikan, baik formal maupun non formal. Sasaran yang ditempuh atau dituju dalam pembentukan kepribadian ini adalah kepribadian yang memiliki akhlak yang mulai, dan tingkat kemuliaan akhlak erat kaitannya dengan tingkat keimanan.

Allah menempatkan manusia sebagai makhluk mulia diantara makhluk- makhluk allah lainnya. Ia diberikan tugas sebagai khalifah di muka bumi, yaitu membangun dan mengolah dunia sesuai kehendak Allah SWT. Tugas ini merupakan amanat yang harus dijaga, apalagi penetapan kedudukan dan peranan ini sebelumnya ditentang dan ditolak malaikat ( QS. Al- Baqoroh : 30 )29

29


(41)

Untuk menyelesaikan tugas kekhalifahan itu, Allah SWT melengkapi manusia dengan potensi dan keistimewaan, yaitu diberikan kemampuan untuk mengetahui sifat, fungsi, dan kegunaan berbagai macam benda. Allah SWT berfirman :

Artinya : Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama- nama ( benda- benda ) seluruhnya….( Al- Baqoroh : 31 ).

Melalui potensi ini manusia dapat menemukan hukum- hukum dasar alam raya, dan teori yang menyangkut ilmu pengetahuan. Teori- teori hasil penemuannya itu kemudian berkembang menjadi teknologi yang dengannya terciptalah alat- alat canggih guna menggali sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan ummat manusia yang tak pernah ada habisnya.

Akan tetapi seiring kemajuan teknologi, masyarakat justru mengalami masalah besar. Banyak manusia yang kehilangan makna hidupnya. Stress, depresi, gelisah, dan juga rasa takut sudah menjadi trend bagi ummat manusia dewasa ini, terutama mereka yang tinggal di Negara- Negara maju.

Modernisasi selain membawa berbagai kemudahan juga sekaligus menjadi tantangan berat yang harus dihadapi masyarakat, selain tantangan alamiah dari dalam dirinya sendiri, yaitu nafsu dunia, ego, dan sikap individualistic, berkembangnya sarana informasi otomatis mengakibatkan pertukaran budaya yang intensif antara satau bangsa dengan bangsa lain.


(42)

Ini akan mempengaruhi pola pikir, gaya hidup bahkan penghargaan terhadap budaya bangsa sendiri yang terdominasi.

Oleh karena itu, pembinaan moralitas terhadap ummat Islam semakin penting apabila melihat fenomena bangsa kita yang semakin terpuruk dalam krisis ekonomi yang sangat parah dan bermuara pada rusaknya moral secara missal.

Pembinaan mental dan akhlak di masyarakat apapun bentukdan metodenya selama tidak keluar dari prinsip- prinsip Islam mutlak diperlukan. Pembinaan akhlak harus dimulai dari individu, sebab kebaikan individu itu akan menyebar kepada orang- orang di sekitarnya. Allah SWT berfirman :

Artinya: Barang siapa yang mengerjakan amal sholeh, baik laki- laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sungguh akan kami beri balasan kepada mereka pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan ( An- Nahl : 97 )


(43)

GAMBARAN UMUM

ROHIS MASJID ATTAQWA PT. GMF AEROASIA GARUDA

INDONESIA

A. ROHIS Masjid Attaqwa PT. GMF AeroAsia Garuda Indonesia 1. Sejarah Masjid Attaqwa PT. GMF AeroAsia Dan ROHIS Masjid

Attaqwa.

Masjid dalam pengertian umumnya merupakan tempat ibadah bagi ummat Islam, khususnya sholat. Pada zaman sekarang masjid sudah banyak didirikan dimana- mana, termasuk salah satunya di lingkungan kantor. Gunanya sudah pasti dalam rangka untuk memfasilitasi para karyawan yang beragama Islam dalam beribadah, khususnya dalam sholat berjamaah.

Selain digunakan untuk ibadah sholat, masjid juga merupakan tempat yang sangat strategis untuk mendidik ummat dalam memahami dan juga mempelajari Islam. Hal ini juga yang melatarbelakangi berdirinya masjid Attaqwa di lingkungan PT. GMF AeroAsia, dengan harapan agar para karyawan dapat melaksanakan ibadah sholatnya secara berjama’ah. Selain itu, para direksi juga mempunyai harapan, agar nantinya fungsi masjid di lingkungan kantor dapat dikembangkan, tidak hanya untuk


(44)

sholat berjama’ah saja, tapi juga dapat sebagai tempat untuk mengakaji Islam dan juga sarana berdakwah.

Oleh sebab itu, maka pada tahun 1985, para direksi PT. GMF AeroAsia dan juga para karyawan sepakat dan merasa perlu untuk mengangkat beberapa orang dari lingkungan karyawan sendiri untuk dijadikan pengurus masjid yang biasa disebut ROHIS atau rohani Islam. Tugas dan juga fungsi dari pengurus ROHIS ini adalah untuk merencanakan, menyusun, dan juga melaksanakan program- program kegiatan yang nantinya akan dilaksanakan sebagai kegiatan rutin Masjid Attaqwa.

Dengan berjalannya waktu, ROHIS masjid Attaqwa semakin mengembangkan program- program kegiatan dakwah yang dilakukannya.kegiatannya tidak hanya pengajian rutin saja, tapi juga sudah mulai melakukan kegiatan dakwah dengan hal yang lebih real, seperti melakukan bakti sosial, mengadakan pelatihan computer bagi anak- anak dhuafa, dan lain sebagainya. Secara internal pun ROHIS sudah mulai menyiapkan generasi- generasi penerus sebagai kaderisasi yang nantinya akan menjadi pengurus ROHIS di masa yang akan datang.


(45)

Demi mewujudkan sebuah tujuan yang diinginkan seluruh jama’ah masjid Attaqwa yang juga merupakan karyawan PT. GMF AeroAsia, para pengurus ROHIS mempunyai visi yang sama, yaitu menjadikan insan muslim PT. GMF menuju ikhsan melalui pembinaan sumber daya manusia ( SDM ) yang berorientasi masjid Attaqwa, agar nantinya PT. GMF dapat menjadi perusahaan yang rohamatan lil’alamiin. Dalam wawancara yang dilakukan penulis terhadap ketua ROHIS masjid Attaqwa, dapat diambil kesimpulan bahwa ROHIS masjid Attaqwa ingin menjadikan setiap karyawan muslim yang berada di lingkungan PT. GMF AeroAsia dapat menjadi seorang muslim yang baik, yang dapat menerapkan ajaran- ajaran Islam yang mereka telah dapatkan didalam masjid Attaqwa secara benar, baik itu didalam lingkungan kantor ataupun lingkungan di luar kantor.sehingga nantinya, para karyawan muslim dapat menjadi manusia yang dapat berguna bagi setiap manusia lainnya, atau dengan kata lain dapat menjadi rohmatan lil’alamiin.

Sedangkan misi- misi yang dilakukan ROHIS PT. GMF dalam rangka untuk mencapai visinya adalah sebagai berikut,

a. Menyediakan sarana masjid sebagai pusat pembinaan jasadiyah dan rohaniyah ( Moral Dan Mental ). Bapak Eddy Suyanto selaku ketua ROHIS menjelaskan dalam sesi wawancara, bahwa yang dimaksud dengan penyediaan masjid sebagai sarana untuk pusat pembinaan adalah dengan menjadikan masjid sebagai pusat pendidikan bagi setiap karyawan muslim dalam rangka untuk membina moral dan mental


(46)

mereka agar nantinya para karyawan muslim dapat berkarya untuk perusahaan dengan baik dan juga mempunyai dedikasi tinggi untuk perusahaan.

b. Membuat kegiatan ROHIS sebagai mitra perusahaan dalam pembinaan sumber daya manusia ( SDM ). Dalam misi ini, ketua ROHIS menjelaskan bahwa misi ROHIS selanjutnya adalah merancang semua program kegiatan dengan menyesuaikan kebutuhan perusahaan. Seperti ROHIS memberikan kajian khusus tentang pembinaan akhlak karyawan, dengan harapan agar nantinya karyawan dapat bekerja dengan baik di perusahaan dengan landasan akhlak yang baik.

c. Membuat role model pembinaan SDM yang berakhlaqul karimah. Dalam hal ini ketua ROHIS menjelaskan bahwa ROHIS membuat role model dalam pembinaan sumber daya manusia di lingkungan perusahaan yang berorientasi pada akhlaqul karimah.

d. Melaksanakan kaderisasi kepemimpinan, mengembangkan sistem kerja dan juga iklim kerja yang islami. Pada misi ini ketua ROHIS menjelaskan bahwa dalam ROHIS terdapat juga pelaksanaan kaderisasi kepemimpinan yang bertujuan agar tidak terjadi suatu kefakuman dari sebuah organisasi karena tidak adanya generasi penerus yang dapat melanjutkan visi dan misi ROHIS. Selain itu, ROHIS juga mempunyai misi untuk mengembangkan sistem kerja dan


(47)

juga iklim kerja didalam lingkungan perusahaan dengan system dan iklim kerja yang islami.

3. Struktur organisasi ROHIS Masjid Attaqwa PT. GMF AeroASia Organisasi merupakan kerjasama diantara beberapa orang untuk mencapai tujuan dengan mengadakan pembagian dan pengaturan kerja yang menjadi ikatan kerjasama dalam organisasi itu demi mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

Organisasi menjadi sangat penting untuk pengaturan dan pembagian tugas. Pentingnya organisasi tersebut disebabkan terlalu banyak tugas atau pekerjaan tertumpuk pada satu orang dan harus dikerjakan dalam waktu tertentu, pekerjaan tersebut memerlukan banyak keahilian yang tidak mungkin dapat dikerjakan oleh satu orang saja. Dan apabila pekerjaan dikerjakan oleh lebih dari satu orang, maka perlu adanya pembagian pekerjaan.

Struktur organisasi dalam sebuah kepengurusan diperlukan sebagai kerangka untuk mengetahui ruang lingkup, jalur kordinasi, kegiatan dan fungsi- fungsi yang dijalankan oleh masing- masing bagian yang ada dalam struktur organisasi yang bersangkutan.

Berangkat dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa struktur organisasi dimaksudkan sebagai kerangka kerjasama dimana orang- orang


(48)

akan bertindak, menyusun tenaga kerja dan tugas- tugas serta menyusun bagian- bagian sedemikian rupa dengan penuh rasa tanggung jawab sehingga tujuan organisasi dapat dicapai dan sesuai dengan yang dicita- citakan.

Dalam menyusun struktur organisasi atau kepengurusan, ROHIS masjid Attaqwa bersifat terbuka. Semua karyawan mempunyai hak yang sama untuk mengelola dan menempati secara bersam- sama, selain itu setiap karyawan juga mempunyai hak yang sama untuk menjadi pengurus yang dapat diganti menurut periode kepengurusannya.

Secara struktural, ROHIS masjid Attaqwa mempunyai dewan penasihat dan syariah yang bertugas melakukan monitoring dan juga pengawasan terhadap kegiatan yang diprogramkan oleh pengurus. Kemudian, untuk melaksanakan visi dan misi yang dicita- citakan, disusunlah sebuah kepengurusan ROHIS masjid Attaqwa PT. GMF AeroAsia sebagai berikut :

Ketua : Eddy Suyanto

Bidang kesekretariatan dan kehumasan : Purubojo Soemadi

Bidang keuangan dan Usaha : Tarmidzi Abdullah

Bidang pengembangan dan kajian Islam : Ambar Harsanto


(49)

Bidang Kemakmuran masjid dan sosial : Muhammad Thaib

Bidang Fasilitas umum : Djasno Pambudi

Bidang kewanitaan/ muslimat :Lestari wahyuningsih

4. Program kegiatan ROHIS Masjid Attaqwa PT. GMF AeroAsia

Dalam rangka mewujudkan maksud dan tujuan yang dicita-citakan, maka disusunlah program- program kegiatan yang terarah, terancana dan berkesinambungan. Berhasil atau tidaknya program- program tersebut akan sangat bergantung dari kesungguhan, kerja keras dan dedikasi yang tinggi dari seluruh pengurus serta dukungan dari para direksi dan juga karyawan. Adapun program- program tersebut adalah sebagai berikut :

a. Program harian

Program ini berupa pelaksanaan sholat wajib berjama’ah di masjid Attaqwa dan juga kulian zhuhur. Program harian ini bertujuan untuk menambah wawasan dan juga mempererat ukhuwah islamiyah diantara para karyawan. Program harian ini biasa dilaksanakan dari hari senin sampai kamis untuk kuliah zhuhur, dan setiap hari untuk pelaksanaan sholat berjama’ah. Untuk kuliah zhuhur, pengurus ROHIS menerapkan metode ceramah dalam kajiannya, yang


(50)

dilanjutkan dengan Tanya jawab antara penceramah dan jama’ah. Sedangkan materi yang disampaikan adalah aqidah, fiqih, akhlaq, dan juga muamalat.

b. Program mingguan

Untuk program ini, ROHIS masjid Attaqwa memiliki beberapa program, diantaranya adalah tahsin qur’an, pelajaran bahasa arab, tarbiyah jasadiyah, dan kajian yang lebih intensif tentang islam untuk para karyawan. Untuk tahsin qur’an dan bahasa arab, program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas bacaan Al- Qur’an dari para karyawan dan juga pemahaman mereka tentang bahasa arab, program ini dilaksanakan setiap hari rabu sore. Kemudian tarbiyah jasadiyah, program ini dilaksanakan setiap hari selasa dengan tujuan untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh yaitu dengan melakukan senam bersama. Sedangkan untuk program kajian intensif tentang islam, program ini dilaksanakan setiap jum’at dengan tujuan untuk membangun pribadi karyawan muslim yang benar dan juga baik.

c. Program bulanan

Pada program ini, pengurus ROHIS mempunyai beberapa kegiatan, yaitu MABIT, pelatihan pengembangan diri, pengajian bulanan,beasiswa untuk anak yatim dan dhuafa,dan juga pelatihan change spirit development.


(51)

d. Program tahunan

Pengurus ROHIS memfokuskan kegiatan ini di bulan ramadhan. Beberapa kegiatannya adalah pesantren kilat, daurah ramadhan, I’tikaf, dan juga santunan anak yatim dan dhuafa.


(52)

A. Analisis Data

Data statistik yang akan dianalisa adalah skor- skor dari penyebaran angket jama’ah yang ditemukan di lapangan, kemudian data tersebut diolah dalam bentuk tabel –tabel prosentase yang dapat diuraikan sebagai berikut :

Tabel 1

Materi yang diberikan dalam dakwah

No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase %

1 Tauhid/ ibadah 2 4

2 Baca tulis al- Qur’an 1 2

3 Akhlak 5 10

4 semua 42 84

Total 50 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pemberian materi dalam kajian dakwah meliputi beberapa materi, itu dapat dilihat dari hasil prosentase jawaban 84% yang menjawab semua alternatif jawaban (tauhid/ Ibadah, Baca tulis Al- Qur’an, dan Akhlak ), 10% yang menjawab akhlak, 2% yang menjawab baca tulis Al-Qur’an, dan 4 % yang menjawab Tauhid/ Ibadah. Hal ini membuktikan bahwa kajian dakwah ROHIS masjid Attaqwa tidak hanya melakukan pembinaan atau pendidikan pada salah satu aspek saja, melainkan semua aspek.


(53)

Tabel 2

Pemberian materi akhlak dalam kajian dakwah

No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase%

1 Selalu 7 14

2 Sering 40 80

3 Kadang – kadang 3 6

4 Tidak pernah - -

Total 50 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 14% dari responden menyatakan bahwa pemberian materi akhlak selalu diberikan dalam kajian, 80% menyatakan sering diadakan pemberian materi akhlak, 6% menyatakan kadang- kadang dan 0% yang menyatakan tidak pernahnya pemberian materi akhlak dalam kajian dakwah. Hal ini membuktikan bahwa kajian dakwah ROHIS Attaqwa sangat berperan dalam pembinaan akhlak jamaahnya yang merupakan karyawan dari PT. GMF AeroAsia.

Tabel 3

Materi akhlak yang diberikan

No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase%

1 Akhlak kepada Allah 6 12

2 Akhlak kepada diri sendiri 2 4

3 Akhlak kepada manusia dan lingkungan

2 4

4 Semau jawaban benar 40 80

Total 50 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 12% yang menyatakan materi akhlak yang diberikan yaitu Akhlak kepada Allah SWT, 4 % yang menyatakan materi akhlak hanya akhlak kepada diri sendiri, 4% yang menyatakan pemberian


(54)

materi akhlak hanya akhlak kepada manusia dan lingkungan, dan 80% responden menyatakan semua alternatif jawaban yakni pemberian materi akhlak meliputi akhlak kepada Allah, kepada diri sendiri, kepada manusia dan juga lingkungan.

Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa adanya keseimbangan dalam pemberian materi akhlak yang meliputi akhlak kepada Allah, diri sendiri, manusia dan lingkungan, sehingga para kader memiliki akhlak yang sempurna.

Tabel 4

Pengabaian metode dalam penyampaian materi akhlak

No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase %

1 Selalu 1 2

2 Sering 7 14

3 Kadang – kadang 20 40

4 Tidak pernah 22 44

Total 50 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 2% menyatakan penggunaan metode dalam penyampaian materi akhlak selalu diabaikan. 14% menyatakan penggunaan metode dalam penyampaian materi akhlak sering diabaikan. 20% menyatakan kadang- kadang diabaikan, dan 44% responden menyatakan bahwa penggunaan metode dalam penyampaian materi akhlak tidak pernah diabaikan.

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa para ustadz dalam menyampaikan materi akhlak menggunakan metode yang sesuai agar mudah diterima oleh para jamaah.


(55)

Tabel 5

Metode yang digunakan dalam penyampaian materi

No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase%

1 Ceramah 6 12

2 Tanya jawab 9 18

3 Diskusi 10 20

4 Kombinasi metode 25 50

50 100

Dari tebel diatas menunjukkan bahwa 12% responden yang menyatakan penyampaian materi menggunakan metode ceramah, 18% menyatakan penyampaian materi melalui metode Tanya jawab, 20% menyatakan menggunakan metode diskusi dalam penyampaian materi, dan 25% yang menyatakan menggunakan kombinasi metode dalam penyampaian materi.

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa para ustadz sangat memandang perlu penggunaan metode dalam penyampaian materi, ini terlihat dari para responden yang menyatakan penggunaan berbagai macam metode yang digunakan dalam penyampaian materi.

Tabel 6

Metode yang digunakan dalam penyampaian materi akhlak

No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase%

1 Sangat Menarik 20 40

2 Kurang menarik 12 24

3 Biasa saja 10 20

4 Tidak menarik 8 16


(56)

Dari tabel dapat diketahui bahwa 40% responden menyatakan bahwa metode penyampaian materi sangat menarik, 24% menyatakan bahwa metode yang diterapkan kurang menarik, 20% menyatakan biasa saja penggunaan metode dalam penyampaian materi akhlak, dan 16% menyatakan bahwa metode penyampaian materi tidak menarik.

Dari data diatas dapat disimpulakan bahwa metode yang digunakan ustadz dalam menyampaikan materi dakwah secara keseluruhan dapat diterima dan disukai oleh para jamaah.

Tabel 7

Sarana atau tempat yang digunakan dalam kajian dakwah

No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase%

1 Masjid 40 80

2 Kantor 8 16

3 Alam terbuka 2 4

4 Lembaga pendidikan -

Total 50 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 80% responden menyatakan masjid sebagai sarana atau tempat dalam kegiatan kajian dakwah, 16% menyatakan kantor sebagai tempat untk kajian, 4% yang menyatakan alam terbuka sebagai tempat untuk kajian, dan 0% untuk yyang menyatakan lembaga pendidikan sebagai tempat untuk kajian.

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sarana atau tempat yang digunakan dalam kegiatan kajian bermacam- macam. Ini merupakan salah satu cara mengatasi atau mengantisipasi kejenuhan


(57)

Tabel 8

Pemilihan sarana dan prasarana tidak disesuaikan dengan materi kajian

No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase%

1 Selalu 5 10

2 Sering 5 10

3 Kadang – kadang 28 56

4 Tidak pernah 12 24

Total 50 100

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa 10% responden menyatakan bahwa dalam memilih sarana dan prasarana tidak selalu disesuaikan dengan materi kajian,10% menyatakan bahwa pemilihan sarana dan prasarana sering tidak sesuai dengan kajian, 56% menyatakan bahwa kadang- kadang pemilihan sarana dan prasarana tidak sesuai dengan kajian, 24% menyatakan bahwa pemilihan sarana dan prasarana tidak pernah tidak disesuaikan dengan kajian.

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana sangat diperhatikan dan disesuaikan dengan kajian yang akan dibahas.

Tabel 9

Reward diberikan kepada jama’ah yang terbaik

No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase%

1 Selalu 2 4

2 Sering 3 6

3 Kadang – kadang 28 56

4 Tidak pernah 17 34

Total 50 100

Reward (penghargaan) merupakan salah satu alat untuk meningkatkan semangat jama’ah, dan hal ini cukup menjadi perhatian dalam kegiatan dakwah. Dapat dilihat dari data yang diperoleh bahwa 4% dari responden yang menyatakan


(58)

selalu ada reward bagi jama’ah, 6% menyatakan sering ada reward bagi jama’ah, 56% menyatakan kadang-kadang ada reward, sedangkan 34% dari responden menyatakan tidak pernah ada reward bagi jamaah.

Tabel 10

Jenis Reward yang diberikan

No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase%

1 Materi 2 4

2 Jabatan - -

3 Buku 44 88

4 Piagam 4 8

Total 50 100

Data table diatas menujukan bahwa jenis penghargaan yang di berikan pada jamaah bermacam-macam. Ini dapat dilihat dari 4% responden yang menyatakan jenis penghargaan yang diberikan berupa materi, 88% yang menyatakan bahwa jenis penghargaan yang diberikan bagi jama’ah yang berpreatsi berupa buku, 8% yang menyatakan jenis penghargaan yang diberikan berupa piagam.

Tabel 11

Jama’ah rutin mengikuti kajian dakwah

No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase%

1 Selalu 40 80

2 Sering 6 12

3 Kadang – kadang 4 8

4 Tidak pernah - -


(59)

Dari data tabel diatas menunjukkan bahwa 80% responden yang menyatakan selalu rutin mengikuti kegiatan kajian dakwah, 12% menyatakan sering mengikuti kegiatan kajian dakwah, 8% menyatakan kadang- kadang mengikuti kegiatan dakwah, 0% menyatakan tidak pernah mengikuti kegiatan dakwah.

Dari data ini dapat disimpulkan bahwa para jama’ah aktif dan rutin dalam mengikuti kajian dakwah yang diadakan oleh ROHIS.

Tabel 12

Mengikuti kajian banyak menyita waktu

No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase%

1 Selalu - -

2 Sering 6 12

3 Kadang – kadang 3 6

4 Tidak pernah 41 82

Total 50 100

Pada tebel diatas menunjukkan 0% responden yang menyatakan mengikuti kegiatan dakwah selalu menyita waktu, 12% menyatakan bahwa mengikuti kegiatan dakwah sering menyita waktu, 6% menyatakan bahwa mengikuti kajian dakwah kadang- kadang menyita waktu, 82% menyatakan bahwa mengikuti kegiatan kajian dakwah tidak pernah menyita waktu.

Berdasarkan data tersebut disimpulkan bahwa para jama’ah mengikuti kegiatan kajian dengan tulus, ikhlas, dan telah menetapkan waktu khusus untuk mengikuti kajian sehingga pekerjaan yang lain tidak terganggu atau terabaikan.


(60)

Tabel 13

Ustadz memberikan suri tauladan yang baik

No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase%

1 Selalu 42 84

2 Sering 7 14

3 Kadang – kadang 1 2

4 Tidak pernah - -

Total 50 100

Peran ustadz dalam hal ini memberi suri tauladan yang baik kepada para jama’ah sangat berperan dalam pembentukan kepribadian atau akhlak yang baik bagi apara jama’ah. Berdasarkan tabel dibuktikan bahwa para pengajar member suri tauladan yang baik kepada para jama’ah. Dengan hasil persentase jawaban 84% responden yang menyatakan ustadz selalu member suri tauladan yang baik kepada jama’ah, 14% yang menyatakan ustadz sering member suri tauladan yang baik kepada jama’ah, 2% yang menyatakan ustadz kadang- kadang ustadz member suri tauladan yang baik kepada jama’ah.

Tabel 14

Ustadz mengevaluasi akhlak para jama’ah

No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase%

1 Selalu 4 8

2 Sering 28 56

3 Kadang – kadang 12 24

4 Tidak pernah 6 12

Total 50 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 8% responden yang menyatakan para ustadz selalu mengevaluasi akhlak jama’ah setelah mengikuti kajian, 56% menyatakan ustadz sering mengevaluasi akhlak para jama’ah setelah mengikuti


(61)

kajian, 24% menyatakan bahwa ustadz kadang- kadang mengevaluasi akhlak jama’ah, dan 12 % menyatakan bahwa ustadz tidak pernah mengevaluasi akhlak para jama’ah.

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa para ustadz sangat memperhatikan kemajuan atau perkebangan akhlak para jama’ah.

Tabel 15

Pengaruh positif terhadap pribadi

No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase%

1 Selalu 43 86

2 Sering 6 12

3 Kadang – kadang 1 2

4 Tidak pernah - -

Total 50 100

Berdasarkan tabel diatas, mengasumsikan bahwa mengikuti kajian sangat berpengaruh positif terhadap kepribadian atau pembentukan akhlakul karimah. Ini dapat dilihat dari persentase yang menyatakan bahwa 86% responden selalu mengalami perubahan positif setelah mengikuti kajian, 12 % menyatakan bahwa kajian dakwah sering mempengaruhi perubahan positif terhadap pribadi, 2% menyatakan bahwa kajian dakwah kadang- kadang mempengaruhi kepada hal yang positif terhadap pribadi.


(62)

Tabel 16

Sebelum mengikuti kajian dakwah, melaksanakan shalat berjama’ah

No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase%

1 Selalu 15 30

2 Sering 20 40

3 Kadang – kadang 8 16

4 Tidak pernah 7 14

Total 50 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 30% responden yang menyatakan sebelum mengikuti kajian dakwah selalu melaksanakan shalat berjama’ah, 40% menyatakan sebelum mengikuti kajian dakwah sering melaksanakan shalat berjama’ah, 16% menyatakan sebelum mengikuti kajian kadang- kadang melaksanakan shalat berjama’ah, 14% menyatakan sebelum melaksanakan kajian dakwah tidak pernah melaksanakan shalat berjama’ah.

Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan shalat berjama’ah para jama’ah sebelum mengikuti kajian sudah melaksanakan sholat berjama’ah dangan kesadaran yang bagus.

Tabel 17

Setelah mengikuti kajian dakwah, melaksanakan shalat berjama’ah

No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase%

1 Selalu 30 60

2 Sering 16 32

3 Kadang – kadang 3 6

4 Tidak pernah 1 2


(63)

Dari tabel di atas dapat diasumsikan bahwa kegiatan kajian dakwah memberi pengaruh besar dalam perubahan akhlak kadernya, salah satunya dalam mengikuti sholat berjama’ah terjadi peningkatan setelah mereka mengikuti kajian dakwah, dapat dilihat dari prosentase 60% yang menyatakan selalu melaksanakan sholat berjama’ah setelah mengikuti kajian dakwah, 32% menyatakan sering melaksanakan sholat berjama’ah setelah mengikuti kajian dakwah, 6% menyatakan kadang-kadang melaksanakan sholat berjama’ah setelah mengikuti kajian dakwah, 0% menyatakan tidak pernah melaksanakan sholat berjama’ah.

Tabel 18

Sebelum mengikuti kajian dakwah, selain membayar zakat fitrah juga membayar zakat maal

No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase%

1 Selalu 24 48

2 Sering 18 36

3 Kadang – kadang 6 12

4 Tidak pernah 2 4

Total 50 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 48% responden yang menyatakan sebelum mengikuti kajian dakwah selalu membayar zakat maal selain zakat fitrah, 36% menyatakan sebelum mengikuti kajian dakwah sering membayar zakat maal selain zakat fitrah, 12% menyatakan sebelum mengikuti kajian dakwah kadang-kadang membayar zakat maal selain zakat fitrah, 4% menyatakan sebelum mengikuti kajian dakwah tidak pernah membayar zakat maal selain zakat fitrah.

Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa kesadaran jama’ah dalam mengeluarkan zakat maal sudah cukup baik.


(64)

Tabel 19

Sesudah mengikuti kajian dakwah, selain membayar zakat fitrah juga membayar zakat maal

No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase%

1 Selalu 40 80

2 Sering 8 16

3 Kadang – kadang 2 4

4 Tidak pernah - -

Total 50 100

Dari tabel diatas dapat terllihat adanya peningkatan bagi para kader dalam membayar zakat maal selain zakat fitrah, dengan perolehan hasil prosentase 80% responden menyatakan setelah mengikuti kajian dakwah selalu mengeluarkan zakat maal selain zakat fitrah, 16% menyatakan sering mengeluarkan zakat maal selain zakat fitrah, 4% menyatakan kadang-kadang membayar zakat maal selain zakat fitrah,dan tidak ada dari jama’ah yang tidak pernah membayar zakat maal selain zakat fitrah.

Tabel 20

Sebelum mengikuti kajian dakwah, mempunyai motivasi kerja yang tinggi

No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase%

1 Selalu 30 60

2 Sering 13 26

3 Kadang – kadang 6 12

4 Tidak pernah 1 2

Total 50 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 60% jama’ah selalu mempunyai motivasi kerja yang tinggi sebelum mengikuti kajian dakwah, 26% dari jama’ah sering mempunyai motivasi kerja yang tinggi sebelum mengikuti kajian dakwah,


(65)

12% jama’ah menyatakan kadang- kadang mempunyai motivasi kerja yang tinggi sebelum mengikuti kajian, dan 2% dari jama’ah yang tidak pernah punya motivasi tinggi dalam kerja sebelum mengikuti kajian dakwah.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa para jama’ah sebelum mengikuti kajian dakawah telah mempunyai motivasi kerja yang tinggi.

Tabel 21

Setelah mengikuti kajian dakwah, mempunyai motivasi kerja yang tinggi

No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase%

1 Selalu 35 70

2 Sering 10 20

3 Kadang – kadang 5 10

4 Tidak pernah - -

Total 50 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa 70% responden menyatakan bahwa setelah mengikuti kajian para jama’ah selalu mempunyai motivasi kerja yang tinggi, 20% menyatakan bahwa setelah mengikuti kajian para sering mempunyai motivasi kerja yang tinggi, 10% menyatakan bahwa setelah mengikuti kajian para jama’ah kadang- kadang memiliki motivasi yang tinggi dalam bekerja, dan 0% dari jama;ah yang tidak pernah mempunyai motivasi kerja yang tinggi setelah mengikuti kajian dakwah.

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan signifikan bagi para jama’ah dalam motivasi kerja setelah mereka mengikuti kajian dakwah.


(66)

Tabel 22

Sebelum mengikuti kajian dakwah, tidak terbiasa mengucapkan kalimat yang thoyyibah ( seperti basmalah, istighfar, tahmid, tasbih, dan lain- lain )

No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase%

1 Selalu 6 12

2 Sering 12 24

3 Kadang – kadang 18 36

4 Tidak pernah 14 28

Total 50 100

Dari pernyataan negatif diatas yakni pernyataan tidak terbiasa mengucapkan kalimat thoyyibah sebelum mengikuti kajian dakwah, dapat dikatakan bahwa jama’ah kurang terbiasa dalam mengucapkan kalimat thoyyibah. Ini dibuktikan dari hasil prosentase yaitu 12% menyatakan selalu tidak terbiasa mengucapkan kalimat thoyyibah, 24% menyatakan sering, 36% menyatakan kadang-kadang, dan 28% menyatakan tidak pernah.

Tabel 23

Setelah mengikuti kajian dakwah, tidak terbiasa mengucapkan kalimat yang thoyyibah ( seperti basmalah, istighfar, tahmid, tasbih, dan lain- lain )

No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase%

1 Selalu - -

2 Sering 5 10

3 Kadang – kadang 10 20

4 Tidak pernah 35 70

Total 50 100

Dari tabel diatas dapat diketahui adanya peningkatan dalam hal kebiasaan mengucapkan kalimat thoyyibah setelah para jama’ah mengikuti kajian dakwah, hal ini dapat dibuktikan dengan hasil prosentase 0% menyatakan selalu tidak


(67)

terbiasa mengucapkan kalimat thoyyibah, 10% menyatakan sering tidak terbiasa , 20% menyatakan kadang- kadang, 70% menyatakan tidak pernah. Dapat disimpulkan bahwa para jama’ah menjadi terbiasa untuk mengucapkan kalimat thoyyibah dalam kehidupan sehari- hari setelah mereka mengikuti kajian dakwah.

Tabel 24

Sebelum mengikuti kajian dakwah, acuh terhadap orang tua

No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase%

1 Selalu - -

2 Sering 2 4

3 Kadang – kadang 20 40

4 Tidak pernah 28 56

Total 50 100

Dari tabel diatas dapat diketahui prosentase mengenai sikap acuh para jama’ah terhadap perintah orang tua sebelum mereka mengikuti kajian dakwah, ini terlihat dari sebagian mereka yang terkadang suka acuh terhadap orang tua, namun hanya sebagian kecil saja. Hal ini dapat dilihat dari prosentase yang diperoleh bahwa 0% menyatakan selalu, 4% menyatakan sering, 40% menyatakan kadang- kadang, dan 56% menyatakan tidak pernah acuh terhadap orang tua sebelum mereka mengikuti kajian dakwah.

Tabel 25

Setelah mengikuti kajian dakwah, acuh terhadap orang tua

No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase%

1 Selalu - -

2 Sering - -

3 Kadang – kadang 18 36

4 Tidak pernah 32 64


(68)

Orang tua adalah orang yang sangat berjasa kepada kita, oleh karena itu Islam mengajarkan kepada ummatnya untuk memperlakukan orang tua dengan baik. Dari data tabel diatas dapat diketahui bahwa sikap para jama’ah terhadap orang tua dinilai baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil prosentase mereka yang tidak memilih alternatif jawaban selalu dan sering sebanyak 0%, yang memilih kadang- kadang 36%, dan yang menyatakan tidak pernah acuh terhadap orang tua cukup besar yakni 64%. Data ini terlihat ada peningkatan dari data sebelum mereka mengikuti kajian dakwah.

Tabel 26

Sebelum mengikuti kajian dakwah, kurang menghormati yang lebih tua dan juga atasan

No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase%

1 Selalu - -

2 Sering 4 8

3 Kadang – kadang 17 34

4 Tidak pernah 29 58

Total 50 100

Dari data tabel diatas memberkan gambaran bahwa sikap para jama’ah terhadap orang yang lebih tua dan juga atasan sebelum mereka mengikuti kajian dakwah cukup baik. Ini dilihat dari jawaban mereka yang tidak memilih alternatif jawaban selalu sebanyak 0% atau tidak ada, yang memilih alternatif jawaban sering hanya sedikit sekali sebanyak 8% saja,34% memilih kadang- kadang dan 58% yang memilih tidak pernah.


(1)

a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah 5. Metode yang digunakan dalam penyampaian materi

a. Ceramah b. Tanya jawab c. Diskusi d. Kombinasi metode 6. Metode yang digunakan dalam penyampaian materi akhlak

a. Sangat menarik b. Kurang menarik c. Biasa saja d. Tidak menarik

7. Sarana atau tempat yang digunakan dalam kajian dakwah ( jawaban boleh lebih dari satu )

a. Masjid b. kantor c. Alam terbuka d. Lembaga pendidikan 8. Pemilihan sarana dan prasarana tidak disesuaikan dengan materi kajian

a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah 9. Reward diberikan kepada jama’ah yang terbaik

a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah 10. Reward yang diberikan berupa( jawaban boleh lebih dari satu)

a. Materi ( uang ) b. Jabatan c. Buku d. Piagam 11. Saudara rutin mengikuti kajian dakwah

a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah 12. Apabila saudara mengikuti kajian, banyak menyita waktu

a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah 13. Para ustadz/ ustadzah memberi suri tauladan yang baik kepada para jama’ah

a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah 14. Setelah mengikuti kajian dakwah, para ustadz mengevaluasi akhlak para jama’ah


(2)

15. Selama mengikuti kajian dakwah ada pengaruh positif terhadap pribadi saudara

a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah

Variabel Y

16. Sebelum mengikuti kajian dakwah, saudara melaksanakan shalat berjama’ah

a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah 17. Setelah mengikuti kajian dakwah, saudara melaksanakan shalat berjama’ah

a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah

18. Sebelum mengikuti kajian dakwah, selain membayar zakat fitrah saudara juga membayar zakat maal

a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah

19. Sesudah mengikuti kajian dakwah, selain membayar zakat fitrah saudara juga membayar zakat maal

a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah 20. Sebelum mengikuti kajian dakwah, saudara mempunyai motivasi kerja yang tinggi

a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah

21. Setelah mengikuti kajian dakwah, saudara mempunyai motivasi kerja yang tinggi

a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah

22. Sebelum mengikuti kajian dakwah, saudara tidak terbiasa mengucapkan kalimat yang thoyyibah ( seperti basmalah, istighfar, tahmid, tasbih, dan lain- lain )

a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah

23. Setelah mengikuti kajian dakwah, saudara tidak terbiasa mengucapkan kalimat yang thoyyibah ( seperti basmalah, istighfar, tahmid, tasbih, dan lain- lain )


(3)

24. Sebelum mengikuti kajian dakwah, saudara acuh terhadap orang tua

a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah 25. Setelah mengikuti kajian dakwah, saudara acuh terhadap orang tua

a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah 26. Sebelum mengikuti kajian dakwah, saudara kurang menghormati yang lebih tua dan juga atasan

a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah 27. Setelah mengikuti kajian dakwah, saudara kurang menghormati yang lebih tua dan juga atasan

a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah 28. Dalam pergaulan sesama karyawan, saudara saling menghargai dan juga menghormati

a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah 29. Sebelum mengikuti kajian dakwah, saudara tidak memelihara dan menjaga lingkungan alam

a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah 30. Setelah mengikuti kajian dakwah, saudara tidak memelihara dan menjaga lingkungan alam


(4)

Wawancara

Wawancara ini dilakukan kepada ketua ROHIS, yaitu Bapak Eddy Suyanto. Wawancara ini

dilakukan pada tanggal 20 Juli 2010 di ruang sekretariat ROHIS PT. GMF AeroAsia.

Sunita : penjelasan visi dan misi dari ROHIS masjid Attaqwa, mohon penjelasan dari

bapak..

Pak Eddy: intinya sebetulnya adalah Menjadikan Insan Muslim GMF menuju Ikhsan melalui

pembinaan SDM yang berorientasi Masjid At-Taqwa agar GMF menjadi

perusahaan yang rohmatan lil’alamin. Dimana pengurus berharap agar nantinya

setiap karyawan PT. GMF dapat menjadi insan yang taqwa yang rohmatan

lil’alamin…

Sedangkan misinya yaitu. Meyediakan sarana Masjid sebagai pusat pembinaan

jasadiyah & rohaniah. Untuk misi ini Rohis mengadakan banyak kegiatan, untuk

rohani ROHIS mengadakan kajian- kajian dakwah, dari program harian sampai

dengan program tahunan. Sedangkan jasadiyah, biasanya ROHIS mengadakan

kegiatan olahraga bersama setiap minggu dan juga melakukan kegiatan outbond.

Lalu yang kedua, Membuat kegiatan Rohis sebagai mitra perusahaan dalam

pembinaan SDM (MindSet). Untuk hal ini, ROHIS menjadi mitra perusahaan

untuk membina mental danmoral para karyawan yang muslim. Yang ketiga,

Membuat role model Pembinaan SDM yang berakhlaqul karimah , lalu yang

keempat Menumbuhkan kembangkan kepemimpinan, sistem kerja & iklim-kerja

yang Islami (Mobile). Misi ini berarti bahwa dalam ROHIS terdapat juga

pelaksanaan kaderisasi kepemimpinan yang bertujuan agar tidak terjadi suatu

kefakuman dari sebuah organisasi karena tidak adanya generasi penerus yang

dapat melanjutkan visi dan misi ROHIS. Selain itu, ROHIS juga mempunyai misi

untuk mengembangkan sistem kerja dan juga iklim kerja didalam lingkungan

perusahaan dengan system dan iklim kerja yang islami.


(5)

Sunita : Lalu bagaimana kegiatan yang ada Di ROHIS itu sendiri pak…

Eddy : banyak ya… nanti saya akan berikan rincian dari program kegiatan ROHIS.

Intinya seh kita membagi program tersebut menjadi beberapa waktu. Dari program

harian seperti kuliah zhuhur, mingguan seperti tahsin Qur’an, tarbiyah jasadiyah.

Kemudian bulanan seperti pengajian bulanan seluruh karyawan dan juga direksi,

dan juga tahunan, tapi tahunan ini biasanya kita berfokus kepada kegiatan di bulan

ramadhan.

Sunita : Lalu strategi apa yang diterapkan ROHIS untuk mengajak jamaah agar mereka

mau mengikuti kegiatan di ROHIS..dan bagaimana juga mempertahankan para

jamaah yang telah aktif lama dalam kegiatan

Pak Eddy : yang pasti kita mempunyai banyak strategi agar para jamaah selalu tertarik untuk

mengikuti kegiatan di masjid. Salah satunya dalam kajian dakwah kita selalu

memanggil para da’I dari luar. Selain itu, kita juga melakukan kegiatan- kegiatan

diluar masjid, seperti out bond, smart camp dan juga tarbiyah jasadiyah.

Sunita : ya mungkin untuk sementara itu saja dulu pak yang dapat saya tanyakan.

Pak Eddy : Baik kalau begitu…semoga skripsinya bias lancar..nanti saya akan kirim via

email susunan pengurus ROHIS, visi dan misi ROHIS, Job description dari setiap

pengurus, dan juga nanti akan kita kirim program- program kegiatan ROHIS

selama satu tahun

Sunita : Terima kasih pak atas kesempatan wawancaranya…

Pak Eddy : Ya ..sama- sama..

Nara Sumber


(6)