C. Remaja
1. Pengertian
Remaja atau adolescence Inggris, berasal dari bahasa Latin “adolescere” yang berarti tumbuh kea rah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah
bukan kematangan fisik saja tetapi juga kematangan sosial dan psikologi Kumalasari Andhyantoro, 2013.
Menurut WHO, masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak- kanak menuju masa dewasa, di mana pada masa itu terjadi pertumbuhan yang
pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga memengaruhi terjadinya perubahan- perubahan perkembangan, baik fisik, mental, maupun peran sosial Surjadi,
dkk,2002:35 dalam Kumalasari Andhyantoro, 2013. 2.
Batasan usia remaja Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat.
Ditinjau dari bidang kesehatan WHO, masalah yang dirasakan paling mendesak berkaitan dengan kesehatan remaja adalah kehamilan dini. Berangkat dari
masalah pokok ini, WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja Surjadi, dkk, 2002:1 dalam Kumalasari Andhyantoro, 2013.
Menurut Sarwono 2007 sebagai pedoman umum dapat digunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah untuk remaja Indonesia dengan
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut : a.
Usia 11 tahun adalah usia ketika pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai tampak kriteria fisik.
b. Dibanyak masyarakat Indonesia, usia 11 tahun sudah dianggap akil balik,
baik menurut adat maupun agama, sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan mereka sebagai anak-anak kriteria sosial.
Universitas Sumatera Utara
c. Pada kriteria tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan
perkembangan jiwa, seperti tercapainya identitas diri ego identity, menurut Erikson, tercapainya fase genital dari perkembangan
psikosesual menurut Freud dan tercapainya puncak perkembangan kognitif Piagetmaupun moral Kohlberg kriteria psikologi.
d. Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal, yaitu untuk member
peluang bagi mereka yang sampai batas usia tersebut masi menggantungkan diri pada orang tua, belum mempunyai hak-hak penuh
sebagai orang dewasa secara adattradisi, belum dapat memberikan pendapatan sendiri, dan sebagainya. Dengan perkataan orang lain, orang-
orang yang sampai batas usia 24 tahun belum dapat memenuhi persyaratan kedewasaan secara sosial maupun psikologi, masi dalam
golongan remaja. e.
Dalam defenisi diatas, kasus perkawinan sangat menentukan.Hal itu karena arti perkawinan masi sangat penting dimasyarakat kita secara
menyeluruh. Seorang yang sudah menikah, pada usia berapa pun dianggap dan diperlukan sebagai orang dewasa penuh, baik secara hokum
maupun dalam kehidupan masyarakat dalam keluarga. Oleh karena itu, definisi remaja disini dibatasi khusus untuk yang belum menikah.
3. Klasifikasi Masa Remaja
a. Remaja Umur 10-12 tahun
Secara fisik remaja awal mengalami banyak perubahan, semakin matangnya fungsi organ dalam dan seks serta memiliki proporsi tubuh
yang seimbang. Sementara perkembangan psikologi remaja awal dimulai
Universitas Sumatera Utara
dari sikap penerimaan pada perubahan kondisi fisik, mulai berkembangnya cara berfikir, menyadari perbedaan pontensi individual,
bersikap over estimate, seperti meremehkan masalah, kemampuan orang lain sehingga terkesan sombong, gegabah, kurang waspada, bertindak
kanak-kanak, namun kritis, sikap dan moralitas bersifat egosentris Janiwarty Pieter, 2013.
b. Remaja Tengah Umur 13-15 tahun
Bentuk fisik makin sempurna dan mirip dengan orang dewasa,perkembangan sosial dan intelektual lebih sempurna, semakin
berkembang keinginan untuk mendapat status, ingin mendapatkan kebebasan sikap, pendapat dan minat serta memiliki keinginan untuk
menolong dan ditolong orang lain, pergaulannya sudah mengarah ke heteroseksual, mulai bertanggung jawab serta bersikap apatis akibat di
tentang sehingga malas menggulanginya dan berprilaku agresif akibat diperlakukan seperti anak-anak Pieter lubis,2010.
c. Remaja Akhir Umur 17-21 tahun
Disebut sebagai dewasa muda karena dia mulai meninggalkan kehidupan kanak-kanak dan berlatih mandiri, terutama saat membuat
keputusan. Dia mulai memiliki kematangan emosi dan belajar mengendalikan emosi sehingga bisa berpikir objektif dan bersikap sesuai
situasi dengan belajar menyesuaikan diri pada norma-norma Janiwarty Pieter, 2013.
Universitas Sumatera Utara
4. Tugas Perkembangan Masa Remaja
Tugas perkembangan remaja difokuskan pada upaya meninggalkaan sikap danperilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai
kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa. Adapun tugas perkembangan remaja menurut Hurlock 1991 yaitu mampu menerima
keadaan fisiknya, menerima serta memahami peran seks usia dewasa,mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompokn yang berlainan jenis,
mencapai kemandirian ekonomi,mulai mampu mengembangkan konsep serta keterampilan intelektual yang sangat di perlukan untuk melakukan peran
sebagai anggota masyarakat, memahami nilai-nilai orang dewasa dan orang tua serta mampu mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang
diperlukan untu memasuki dunia dewasa, mempersiapakan diri untuk memasuki perkawinan dan mehami serta mempersiapkan berbagai tanggung
jawab kehidupan keluarga Kumalasari Andhyantoro, 2013. Sebagain kelompok remaja mengalami kebingungan untuk memahami
tentang apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan olehnya, antara boleh atau tidaknya untuk melakukan pacaran, melakukan
onani, nonton bersama atau ciuman Soetjiningsih, 2004. a.
Perkembangan Seksual Pada Masa Remaja
Menurut Soetjiningsih 2004, perkembangan organ seksual pada masa pubertas amat nyata bila dibandingkan dengan pada masa anak-
anak. Pematangan secara fisik pada masa pubertas hanya merupakan salah satu proses pada remaja sebab variasi pematangan pada remaja
bervariasi sesuai dengan perkembangan psikososial. Perkembangan psikososial ini antara lain sebagai berikut : Mereka ingin bersikap tidak
Universitas Sumatera Utara
tergantung pada orang tua, mereka ingin mengembangkan keterampilan secara interaktif dengan kelompoknya, mereka sudah mulai mempelajari
prinsip-prinsip etika, mereka ingin menunjukkan kempuan intelektualnya dan mereka mempunyai tanggung jawab pribadi dan sosial.
Pada masa remaja laki-laki maupun perempuan kadang-kadang pada waktu yang bersamaan mempunyai keinginan yang berbeda
misalnya disuatu saat mereka harus mengalami suatu perasaan seksualnya, seperti bercinta tetapi pada saat yang bersamaan mereka
harus mencegah jangan sampai melakukan hubungan seksual. Tetapi kelompok remaja lainnya, mereka telah mempunyai pematangan
intelektual dan emosionalnya yang bersamaan dengan pematangan fisiknya sehingga mereka dapat menciptakan suatu kebebasan dan
rangsangan. Secara garis besar seksualitas remaja merupakan suatu proses pematangan biologis saat pubertas dan pematangan psikososial
Soetjiningsih, 2004. b.
Ciri-ciri Masa Remaja Menurut Gunarsa 2001 dalam Darmasih 2009, masa remaja
mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelum dan sesudahnya yaitu masa remaja sebagai periode yang penting, masa remaja
sebagai periode peralihan, masa remaja sebagai periode perubahan, masa remaja sebagai periode bermasalah, masa remaja sebagai masa mencari
identitas, masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan dan masa remaja sebagai ambang masa dewasa.
Universitas Sumatera Utara
c. Karakteristik Remaja
Menurut Makmum 2003 dalam Darmasih 2009, karakteristik perilaku dan pribadi pada masa remaja terbagi kedalam dua kelompok yaitu
remaja awal 11-13 dan 14-15 tahun dan remaja akhir 14-16 dan 18-20 tahun meliputi aspek :
1 Fisik, laju perkembangan secara umum berlangsung pesat, proposi ukuran
tinggi, berat badan seringkali kurang seimbang dan munculnya cirri-ciri sekunder.
2 Psikomotor, gerak-gerak tampak canggung dan kurang terkoordinasikan
seta aktif dalam berbagai jenis cabang permainan. 3
Bahasa, berkembangnya penggunaan bahasa sandi dan mulai tertarik mempelajari bahasa asing, menggemari literature yang bernafaskan dan
mengandung segi erotik, fantastic, dan estetik. 4
Sosial, keinginanan menyendiri dan bergaul dengan banyak teman tetapi bersifat temporer, serta adanya ketergantungan yang kuat kepada
kelompok sebaya di sertai semangat konformitas yang tinggi. 5
Perilaku Kognitif, proses berfikir sudah mampu mengoperasikan kaidah- kaidah logika formal asosiasi, diferensiasi, komparasi, kausalitas yang
bersifat abstrak, meskipun relative terbatas, kecakapan dasar intelektual menjalani laju perkembangan yang terpesat, kecakapan dasar khusus
bakat mulai menunjukkan kecenderungan yang lebih jelas. 6
Moralitas, adanya ambivalensi antara keinginan bebas dari dominasi pengaruh orang tua dengan kebutuhan dan bantuan dari orang tua,
sikapnya dan berfikirnya yang kritis mulai menguji kaidah-kaidah atau sistem nilai etis dengan kenyataannya dalam perilaku sehari-hari oleh para
Universitas Sumatera Utara
pendukungnya, mengidentifikasi dengan tokoh moralitas yang dipandang tepat dengan tipe idolanya.
7 Perilaku keagamaan, mengenai ekstensi dan sifat kemurahan dan keadilan
Tuhan mulai dipertanyakan secara kritis dan skeptik, masih mencari dan mencoba menemukan pegangan hidup, penghayatan kehidupan keagamaan
sehari-hari dilakukan atas pertimbangan adanya semacam tuntutan yang memaksa dari luar dirinya.
8 Konatif, emosi, afektif dan kepribadian ada lima kebutuhan dasar
fisiologis, rasa aman, kasih sayang, dan aktualisasi diri menunjukkan arah kecenderungannya dan merupakan masa kritis dalam rangaka
menghadapi kritis identitasnya yang sangat di pengaruhi oleh kondisi psikososialnya yang akan membentuk kepribadiannya.
5. Perubahan Pubertas pada masa remaja
a. Pengertian Pubertas
Menurut Elizabeth B. Hurlock : Pubertas berasal dari kata pubis rambut kemaluan. Pubertas adalah periode dalam rentang
perkembangan ketika anak-anak berubah dari makhluk Aseksual menjadi seksual alat reproduksi menjadi berfungsi, yang ditandai pada
perempuan mengalami menstruasi pertama kali Menarche dan sudah bisa hamil sedangkan laki-laki mengalami mimpi basah pertama kali
Pollutio dan sudah mampu menghamili.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Root : Pubertas adalah suatu tahap dalam perkembangan dimana terjadi pematangan alat-alat seksual dan tercapai kemampuan
reproduksi serta terjadinya perubahan secara somatic fisik dan psikologis Yanti, 2011.
b. Faktor-faktor penyebab perubahan pubertas
Faktor penyebab perubahan pada pubertas yaitu kelenjar endokrin merupakan kelenjar yang langsung berhubungan dengan pertumbuhan
dan kematangan, karena kelenjar endrokin bermuara langsung dalam saluran darah melalui zat antara jaringan kelenjar dan hormon. Hormon
akan memberikan stimulasi yang menyebabkan rangsangan hormonal. Sekitar lima tahun sebelum memasuki puber, pengeluaran hormon seks
jarang terjadi sehingga terjadi penimbunan hormon. Dampak naiknya jumlah hormone yang dikeluarkan yaitu kematangan struktur dan fungsi
organ seksual. Semua perubahannya bersumber dari kelenjar pituitary pada dasar otak, di mana terbentuk bersamaan dengan gonad dan kelenjar
seks Pieter Lubis, 2010. c.
Perubahan fisik masa pubertas
Perubahan fisik masa pubertas adalah berkembanganya ciri-ciri seks primer dan seks sekunder dan semakin bertambah tingginya ukuran
tubuh serta proporsi tubuh yang memanjang sehingga dia kelihatan jangkung Pieter Lubis, 2010.
1 Tanda-tanda seks primer
Tanda-tanda seks primer yang dimaksud adalah yang berhubungan langsung dengan organ seks. Dalam Modul Kesehatan
Universitas Sumatera Utara
Reproduksi Remaja Depkes, 2002 disebutkan bahwa cirri-ciri seks primer pada remaja adalah sebagai berikut :
a. Remaja laki-laki
Remaja laki-laki sudah bisa melakukan fungsi reproduksi bila telah mengalami mimpi basah. Mimpi basah biasanya terjadi
pada remaja laki-laki usia antara 10-15 tahun, mimpi basah merupakan salah satu cara tubuh laki-laki ejakulasi. Ejakulasi
terjadi karena sperma yang terus-menerus diproduksi perlu dikeluarkan, ini adalah pengalaman yang normal bagi semua
remaja laki-laki. b.
Remaja Wanita Pada remaja wanita sebagai tanda kematangan organ
reproduksi adalah ditandai dengan datangnya menstruasi menarche. Menstruasi adalah proses peluruhan lapisan dalam
atau endemetrium yang banyak mengandung pembuluh darah dari uterus melalui vagina Kumalasari Andhyantoro, 2013.
2 Tanda-tanda seks sekunder
Perkembangan seks sekunder merupakan tanda yang membedakan antara pria dan perempuan. Perkembangan seks
sekunder tidak berkaitan langsung dengan reproduksi, tetapi mengarah pada ketertarikan pada lawan jenisnya. Beberapa pola
perkembangan seks sekunder ialah rambut-rambut halus pada area kemaluan, bertambah banyak kelenjar lemak, keringat dan minyak,
perubahan kulit yang terlihat menjadi kasar, tidak jernih, berwarna pucat dan pori-pori makin luas, perubahan pada suara pria makin
Universitas Sumatera Utara
serak, perempuan makin penuh dan merdu , terdapat benjolan- benjolan kecil pada kelenjar susu dan ukuran pinggul pubertas
perempuan terlihat semakin bertambah besar Janiwarty Pieter, 2013 .
d. Perubahan psikologis masa pubertas
Menurut, Pieter Lubis 2010 akibat perubahan masa pubertas pada sikap dan perilaku, antara lain yaitu ingin menyendiri sehingga dia
menarik diri dari hubungan sosial dan hanya sebatas teman kelompok, timbul rasa bosan sehingga cenderung menjadi pemalas, perubahan
emosi, adanya antagonis sosial yang ditunjukkan tidak mau bekerja sama serta serimg membantah dan menentang serta penuh kritikan dan merasa
kurang percaya diri. e.
Masalah-masalah psikologi pada masa pubertas 1.
Tidak ada persiapan diri ketika muncul perubahan fisik. Kurang persiapan seorang pubertas menghadapi perubahan
berasal dari sikap orang tua yang normatif terhadap setiap perubahan diri, minimnya pengetahuan mengenai pubertas, tata karma dan rasa
malu, kesengajaan menghindari pertanyaan sehingga selalu berpura- pura mengerti tentang perubahan dirinya Janiwarty Pieter, 2013.
2. Kebingungan dalam menerima peran seks
Ketidaksiapan menerima peran seks juga bersumber dari konsep kepercayaan tradisional yang menilai bahwa salah satu gender
memiliki keungulan, bermatabat dan berbudaya Janiwarty Pieter, 2013.
Universitas Sumatera Utara
3. Turunnya prestasi di sekolah
Salah satu ciri dampak buruk perkembangan dan pertumbuhan di masa pubertas ialah memiliki prestasi rendah, malas belajar,
kebiasaan berprestasi di bawah kemampuan normal, rasa bersalah dan perasaan malu Janiwarty Pieter, 2013.
4. Merasa tidak bahagia
Faktor penyebab ketidak bahagiaan pubertas berasal dari sikap penolakan pada diri sendiri atau sosial. Mencapai rasa kepuasan dan
kebahagiaan mendorong para pubertas untuk diterima orang lain dan menerima diri seadanya yang terkadang dilakukan tanpaa memikirkan
dampak buruknya, seperti menjadi anggota geng motor, menyalahgunakan narkoba, pergi kepelacuran dan sebagainya.
Semuanya ini untuk mereduksi ketidakbahagiaan Janiwarty Pieter, 2013.
f. Tugas-tugas perkembangan masa pubertas
Menurut, Pieter Lubis 2010 semua tugas perkembangan masa pubertas berfokus pada usaha mempersiapakan diri masa dewasa dengan
cara mencapai relasi yang lebih matang dengan teman sebaya dari jenis kelamin yang berbeda, mencapai peran sosial feminim atau maskulin
mampu menerima bentuk perubahan fisik dan menggunakannya, meminta menerima, dan mencapai kemandirian secara emosional dari orang tua
ataupun orang dewasa lainnya serta mempersiapkan diri dalam penyesuaian diri pada norma-norma lingkungan sosial.
Universitas Sumatera Utara
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL
A. Kerangka Konseptual