Hubungan Peran Ibu dengan Persiapan Remaja Menghadapi Masa Pubertas di SMP Negeri 1 Juli Kecamatan Juli kabupaten Bireuen

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi yang ditetapkan dalam Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan (International Conference on Populatian and Deelopment/ICPD) adalah keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial yang utuh bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, tetapi dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksidan fungsi serta proses-prosesnya (Depkes, 2010).

Penelitian Hanifah (2000) tentang pengetahuan remaja terhadap kesehatan reproduksi tidak merata memadai, sehingga muncul bentuk-bentuk frustasi yang akan merangsang remaja untuk melakukan tindakan-tindakan menyimpang yang berkaitan dengan seks bebas, penyebaran penyakit kelamin, kehamilan di luar nikah atau kehamilan yang tidak di kehendaki di kalangan remaja.Untuk menghindari hal tersebut maka upaya pendekatan keluarga adalah salah satu aspek penting untuk mengatasi masalah ini.Peran keluarga merupakan salah satu pendekatan untuk remaja dengan keluarga sehingga terhindar dari permasalahan tersebut (Muncie dkk, 1995). Selain itu, peran keluarga sebagai suatu tempat perlindungan keluarga pada remaja dalam mengatasi masalahnya(Faturochman, 2001).

Masa remaja adalah oleh masa pubertas, dimana masa terjadi perubahan-perubahan fisik, meliputi penampilan fisik bentuk tubuh & proporsi tubuh, dan fungsi fisiologis, berupa kematangan organ-organ seksual (MCR& PKBI, 1999).


(12)

Hasil penelitian Arifin (2007) dari hasil survey pada tahun 2006 di dua kota besar di Indonesia, sebanyak 20,50% responden mengaku alasan remaja melakukan seks bebas di luar nikah adalah supaya di anggap sebagai remaja yang modern.Berbagai hail penelitian menunjukkan perilaku seksual khususnya di kalangan remaja saat ini sudah mencapai pada kondisi yang cukup memprihatinkan (Wulansari, 2005). Remaja yang termasuk diantaranya adalah siswa sekolah dan mahasiswa sebanyak 6-20% pernah melakukan hubungan seks bebas pranikah, 17,5% remaja lainnya pernah melakukan kegiatan petting dan hubungan seks bersama pacar, 8% lainnya melakukan hubungan seks dengan sahabat atau teman mereka sendiri.

Dari survei kesehatan reproduksi remaja Indonesia (SKRRI) yang dilakukan pada tahun 2002-2003 didapatkan 2,4% remaja berusia 15-19 tahun dan 8,6% remaja berusia 20-24 tahun yang belum menikah di indonesia pernah melakukan hubungan seks pra nikah dan lebih banyak terjadi pada remaja di perkotaan (5,7 %). Menurut hasil survei BKKBN LDFE UI pada tahun 2002 di indonesia terjadi 2,4% kasus aborsi pertahun dan sekitar 21% dilakukan oleh remaja (Widiastuti, 2005)

Peran ibu sangat penting untuk mengatasi masalah-masalah pada remaja, hal ini dikarenakan ibu merupakan orang yang paling mengerti akan kondisi dari remaja. Ibu, sudah membekali anak dengan pengetahuan tentang masalah dan bagaimana untuk menghadapi fase remaja ini. Peran orang tua merupakan aspek penting yang dapat mempengaruhi permasalahan tersebut (Yusi, 2007).

Menurut data yang diperoleh dari lokasi penelitian itu sendiri, yaitu di SMP Negeri 1 Juli Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen tahun 2013 didapatkan dari pengakuan 25 siswa bahwa 10 ibu berperan dalam persiapan remaja


(13)

menghadapi pubertas ibu dan 15 ibu tidak berperan dengan persiapan remaja menghadapi pubertas.s

Berdasarkan teori dan hasil penelitian sebelumnya yang telah diuraikan di atas peneliti tertarik untuk mengetahui adakah “Hubungan peran Ibu dengan persiapan remaja menghadapi pubertas pada anaknya di SMP Negeri 1 Juli Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen”.

B. Rumusan Permasalahan

Dari pemaparan di atas maka hal ini penting untuk dilakukan penelitian tentang bagaimana hubungan peran Ibu dengan persiapan remaja menghadapi masa pubertas pada anak di SMP Negeri 1 Juli Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan peran ibu dengan persiapan remaja menghadapi masa pubertas pada anak.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi peran ibu dengan persiapan remaja menghadapi masa pubertas pada anak.


(14)

D. Manfaat Penelitian 1. Praktik Kebidanan

Penelitian ini dapat menjadi masukan yang menambah wawasan para penyedia jasa pelayanan kesehatan reproduksi remaja dalam memberikan asuhan pada remaja.

2. Pelayanan Kebidanan

Dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi pembuat kebijakan dalam menentukan program pelayanan kesehatan reproduksi yang tepat bagi remaja.


(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluarga

Menurut Duvall dalam (Harmoko, 2012) konsep keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum: meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari tiap anggota.Keluarga merupakan aspek terpenting dalam unit terkecil dalam masyarakat, penerima asuhan, kesehatan anggota keluarga dan kualitas kehidupan keluarga saling berhubungan, dan menempati posisi antara individu dan masyarakat (Harmoko. 2012).

B. Peran Ibu 1. Pengertian Peran

Peran (role) merupakan posisi tertentu dalam kelompok yang disusun oleh aturan-aturan dan harapan-harapan. Peran menentukan bagaimana remaja harus bertingkah laku dalam posisi tersebut (Santrock, 2003).

Peran menurut Bahasa dari kamus W.J.S Poerwadarminta dalam Nurhayati (2008), adalah Sesuatu yang jadi bagian atau yang memegang pimpinan yang utama. Sedangkan menurut Soekanto dalam Nurhayati (2008) mengungkapkan bahwa peran menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri dari suatu prose.

2. Peran Ibu

Peran orang tua terutama Ibu dalam perhatikan perkembangan kesehatan reproduksi remaja menjadi hal yang penting untukbisa diketahui


(16)

dan bisa menjadi penambahan wawasan tersendiri. Ibu juga memiliki peran yang besar dalam melihat perkembangan anaknya untuk bisa menjalani masa pubertasnya. Remaja memerlukan dukungan, perhatian, pengertian serta dorongan bagi remaja untuk bisa menentukan kepribadian dan membantu untuk menjelaskan perubahan-perubahan yang akan dialaminya. Karena permasalahan pubertas menjadi hal yang tabu dibicarakan anak-anak kepada orang lain, perlu dilakukan pendekatan khusus agar anak merasa nyaman untuk bicara masalah pubertas pada orang tuanya. Pendampingan orang tua, terutama ibu dalam mengawasi masa pubertas anak bertujuan untuk menjaga perilaku menyimpang dan bisa mengarahkan anak-anak yang beranjak remaja dalam menyikapi setiap perubahan semasa pubertas. Disebabkan banyak perilaku remaja yang menyimpang karena belum memahami apa itu pubertas dan bagaimana cara menghadapi dan mengendalikan setiap perubahan dan gejolak yang melanda semua remaja (Hartiningsih, 2010).

a. Fungsi peran Ibu

Peran parental dan perkawinan, (Nye & Gecas , 1976 dalam Harmoko2012) telah mengidentifikasi enam peran dasar yang membentuk posisi sosial sebagai Ibu yaitu peran sebagai provider (penyedia),pengatur rumah tangga, perawatan anak , sosialisasi anak, rekreasi persaudaraan terapeutik dan peran seksual.


(17)

C.Remaja

1. Pengertian

Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa Latin “adolescere” yang berarti tumbuh kea rah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan kematangan fisik saja tetapi juga kematangan sosial dan psikologi (Kumalasari & Andhyantoro, 2013).

Menurut WHO, masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, di mana pada masa itu terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga memengaruhi terjadinya perubahan-perubahan perkembangan, baik fisik, mental, maupun peran sosial (Surjadi, dkk,2002:35 dalam Kumalasari & Andhyantoro, 2013).

2. Batasan usia remaja

Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat. Ditinjau dari bidang kesehatan WHO, masalah yang dirasakan paling mendesak berkaitan dengan kesehatan remaja adalah kehamilan dini. Berangkat dari masalah pokok ini, WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja (Surjadi, dkk, 2002:1 dalam Kumalasari & Andhyantoro, 2013).

Menurut Sarwono (2007) sebagai pedoman umum dapat digunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah untuk remaja Indonesia dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :

a. Usia 11 tahun adalah usia ketika pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai tampak (kriteria fisik).

b. Dibanyak masyarakat Indonesia, usia 11 tahun sudah dianggap akil balik, baik menurut adat maupun agama, sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan mereka sebagai anak-anak (kriteria sosial).


(18)

c. Pada kriteria tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwa, seperti tercapainya identitas diri (ego identity, menurut Erikson), tercapainya fase genital dari perkembangan psikosesual (menurut Freud) dan tercapainya puncak perkembangan kognitif (Piaget)maupun moral (Kohlberg) (kriteria psikologi).

d. Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal, yaitu untuk member peluang bagi mereka yang sampai batas usia tersebut masi menggantungkan diri pada orang tua, belum mempunyai hak-hak penuh sebagai orang dewasa (secara adat/tradisi), belum dapat memberikan pendapatan sendiri, dan sebagainya. Dengan perkataan orang lain, orang-orang yang sampai batas usia 24 tahun belum dapat memenuhi persyaratan kedewasaan secara sosial maupun psikologi, masi dalam golongan remaja.

e. Dalam defenisi diatas, kasus perkawinan sangat menentukan.Hal itu karena arti perkawinan masi sangat penting dimasyarakat kita secara menyeluruh. Seorang yang sudah menikah, pada usia berapa pun dianggap dan diperlukan sebagai orang dewasa penuh, baik secara hokum maupun dalam kehidupan masyarakat dalam keluarga. Oleh karena itu, definisi remaja disini dibatasi khusus untuk yang belum menikah.

3. Klasifikasi Masa Remaja

a. Remaja (Umur 10-12 tahun )

Secara fisik remaja awal mengalami banyak perubahan, semakin matangnya fungsi organ dalam dan seks serta memiliki proporsi tubuh yang seimbang. Sementara perkembangan psikologi remaja awal dimulai


(19)

dari sikap penerimaan pada perubahan kondisi fisik, mulai berkembangnya cara berfikir, menyadari perbedaan pontensi individual, bersikap over estimate, seperti meremehkan masalah, kemampuan orang lain sehingga terkesan sombong, gegabah, kurang waspada, bertindak kanak-kanak, namun kritis, sikap dan moralitas bersifat egosentris ( Janiwarty & Pieter, 2013).

b. Remaja Tengah (Umur 13-15 tahun )

Bentuk fisik makin sempurna dan mirip dengan orang dewasa,perkembangan sosial dan intelektual lebih sempurna, semakin berkembang keinginan untuk mendapat status, ingin mendapatkan kebebasan sikap, pendapat dan minat serta memiliki keinginan untuk menolong dan ditolong orang lain, pergaulannya sudah mengarah ke heteroseksual, mulai bertanggung jawab serta bersikap apatis akibat di tentang sehingga malas menggulanginya dan berprilaku agresif akibat diperlakukan seperti anak-anak (Pieter & lubis,2010).

c. Remaja Akhir ( Umur 17-21 tahun )

Disebut sebagai dewasa muda karena dia mulai meninggalkan kehidupan kanak-kanak dan berlatih mandiri, terutama saat membuat keputusan. Dia mulai memiliki kematangan emosi dan belajar mengendalikan emosi sehingga bisa berpikir objektif dan bersikap sesuai situasi dengan belajar menyesuaikan diri pada norma-norma (Janiwarty & Pieter, 2013).


(20)

4. Tugas Perkembangan Masa Remaja

Tugas perkembangan remaja difokuskan pada upaya meninggalkaan sikap danperilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa. Adapun tugas perkembangan remaja menurut Hurlock (1991) yaitu mampu menerima keadaan fisiknya, menerima serta memahami peran seks usia dewasa,mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompokn yang berlainan jenis, mencapai kemandirian ekonomi,mulai mampu mengembangkan konsep serta keterampilan intelektual yang sangat di perlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat, memahami nilai-nilai orang dewasa dan orang tua serta mampu mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untu memasuki dunia dewasa, mempersiapakan diri untuk memasuki perkawinan dan mehami serta mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga (Kumalasari & Andhyantoro, 2013).

Sebagain kelompok remaja mengalami kebingungan untuk memahami tentang apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan olehnya, antara boleh atau tidaknya untuk melakukan pacaran, melakukan onani, nonton bersama atau ciuman (Soetjiningsih, 2004).

a. Perkembangan Seksual Pada Masa Remaja

Menurut Soetjiningsih (2004), perkembangan organ seksual pada masa pubertas amat nyata bila dibandingkan dengan pada masa anak-anak. Pematangan secara fisik pada masa pubertas hanya merupakan salah satu proses pada remaja sebab variasi pematangan pada remaja bervariasi sesuai dengan perkembangan psikososial. Perkembangan psikososial ini antara lain sebagai berikut : Mereka ingin bersikap tidak


(21)

tergantung pada orang tua, mereka ingin mengembangkan keterampilan secara interaktif dengan kelompoknya, mereka sudah mulai mempelajari prinsip-prinsip etika, mereka ingin menunjukkan kempuan intelektualnya dan mereka mempunyai tanggung jawab pribadi dan sosial.

Pada masa remaja laki-laki maupun perempuan kadang-kadang pada waktu yang bersamaan mempunyai keinginan yang berbeda misalnya disuatu saat mereka harus mengalami suatu perasaan seksualnya, seperti bercinta tetapi pada saat yang bersamaan mereka harus mencegah jangan sampai melakukan hubungan seksual. Tetapi kelompok remaja lainnya, mereka telah mempunyai pematangan intelektual dan emosionalnya yang bersamaan dengan pematangan fisiknya sehingga mereka dapat menciptakan suatu kebebasan dan rangsangan. Secara garis besar seksualitas remaja merupakan suatu proses pematangan biologis saat pubertas dan pematangan psikososial (Soetjiningsih, 2004).

b. Ciri-ciri Masa Remaja

Menurut Gunarsa (2001) dalam Darmasih (2009), masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelum dan sesudahnya yaitu masa remaja sebagai periode yang penting, masa remaja sebagai periode peralihan, masa remaja sebagai periode perubahan, masa remaja sebagai periode bermasalah, masa remaja sebagai masa mencari identitas, masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan dan masa remaja sebagai ambang masa dewasa.


(22)

c. Karakteristik Remaja

Menurut Makmum (2003) dalam Darmasih (2009), karakteristik perilaku dan pribadi pada masa remaja terbagi kedalam dua kelompok yaitu remaja awal (11-13 dan 14-15 tahun) dan remaja akhir (14-16 dan 18-20 tahun) meliputi aspek :

1) Fisik, laju perkembangan secara umum berlangsung pesat, proposi ukuran tinggi, berat badan seringkali kurang seimbang dan munculnya cirri-ciri sekunder.

2) Psikomotor, gerak-gerak tampak canggung dan kurang terkoordinasikan seta aktif dalam berbagai jenis cabang permainan.

3) Bahasa, berkembangnya penggunaan bahasa sandi dan mulai tertarik mempelajari bahasa asing, menggemari literature yang bernafaskan dan mengandung segi erotik, fantastic, dan estetik.

4) Sosial, keinginanan menyendiri dan bergaul dengan banyak teman tetapi bersifat temporer, serta adanya ketergantungan yang kuat kepada kelompok sebaya di sertai semangat konformitas yang tinggi.

5) Perilaku Kognitif, proses berfikir sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal (asosiasi, diferensiasi, komparasi, kausalitas) yang bersifat abstrak, meskipun relative terbatas, kecakapan dasar intelektual menjalani laju perkembangan yang terpesat, kecakapan dasar khusus (bakat) mulai menunjukkan kecenderungan yang lebih jelas.

6) Moralitas, adanya ambivalensi antara keinginan bebas dari dominasi pengaruh orang tua dengan kebutuhan dan bantuan dari orang tua, sikapnya dan berfikirnya yang kritis mulai menguji kaidah-kaidah atau sistem nilai etis dengan kenyataannya dalam perilaku sehari-hari oleh para


(23)

pendukungnya, mengidentifikasi dengan tokoh moralitas yang dipandang tepat dengan tipe idolanya.

7) Perilaku keagamaan, mengenai ekstensi dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan mulai dipertanyakan secara kritis dan skeptik, masih mencari dan mencoba menemukan pegangan hidup, penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari dilakukan atas pertimbangan adanya semacam tuntutan yang memaksa dari luar dirinya.

8) Konatif, emosi, afektif dan kepribadian ada lima kebutuhan dasar (fisiologis, rasa aman, kasih sayang, dan aktualisasi diri) menunjukkan arah kecenderungannya dan merupakan masa kritis dalam rangaka menghadapi kritis identitasnya yang sangat di pengaruhi oleh kondisi psikososialnya yang akan membentuk kepribadiannya.

5. Perubahan Pubertas pada masa remaja a. Pengertian Pubertas

Menurut Elizabeth B. Hurlock : Pubertas berasal dari kata pubis (rambut kemaluan). Pubertas adalah periode dalam rentang perkembangan ketika anak-anak berubah dari makhluk Aseksual menjadi seksual (alat reproduksi menjadi berfungsi), yang ditandai pada perempuan mengalami menstruasi pertama kali (Menarche) dan sudah bisa hamil sedangkan laki-laki mengalami mimpi basah pertama kali (Pollutio) dan sudah mampu menghamili.


(24)

Menurut Root : Pubertas adalah suatu tahap dalam perkembangan dimana terjadi pematangan alat-alat seksual dan tercapai kemampuan reproduksi serta terjadinya perubahan secara somatic (fisik) dan psikologis (Yanti, 2011).

b. Faktor-faktor penyebab perubahan pubertas

Faktor penyebab perubahan pada pubertas yaitu kelenjar endokrin merupakan kelenjar yang langsung berhubungan dengan pertumbuhan dan kematangan, karena kelenjar endrokin bermuara langsung dalam saluran darah melalui zat antara jaringan kelenjar dan hormon. Hormon akan memberikan stimulasi yang menyebabkan rangsangan hormonal. Sekitar lima tahun sebelum memasuki puber, pengeluaran hormon seks jarang terjadi sehingga terjadi penimbunan hormon. Dampak naiknya jumlah hormone yang dikeluarkan yaitu kematangan struktur dan fungsi organ seksual. Semua perubahannya bersumber dari kelenjar pituitary pada dasar otak, di mana terbentuk bersamaan dengan gonad dan kelenjar seks (Pieter & Lubis, 2010).

c. Perubahan fisik masa pubertas

Perubahan fisik masa pubertas adalah berkembanganya ciri-ciri seks primer dan seks sekunder dan semakin bertambah tingginya ukuran tubuh serta proporsi tubuh yang memanjang sehingga dia kelihatan jangkung (Pieter & Lubis, 2010).

1) Tanda-tanda seks primer

Tanda-tanda seks primer yang dimaksud adalah yang berhubungan langsung dengan organ seks. Dalam Modul Kesehatan


(25)

Reproduksi Remaja (Depkes, 2002) disebutkan bahwa cirri-ciri seks primer pada remaja adalah sebagai berikut :

a. Remaja laki-laki

Remaja laki-laki sudah bisa melakukan fungsi reproduksi bila telah mengalami mimpi basah. Mimpi basah biasanya terjadi pada remaja laki-laki usia antara 10-15 tahun, mimpi basah merupakan salah satu cara tubuh laki-laki ejakulasi. Ejakulasi terjadi karena sperma yang terus-menerus diproduksi perlu dikeluarkan, ini adalah pengalaman yang normal bagi semua remaja laki-laki.

b. Remaja Wanita

Pada remaja wanita sebagai tanda kematangan organ reproduksi adalah ditandai dengan datangnya menstruasi (menarche). Menstruasi adalah proses peluruhan lapisan dalam atau endemetrium yang banyak mengandung pembuluh darah dari uterus melalui vagina (Kumalasari & Andhyantoro, 2013).

2) Tanda-tanda seks sekunder

Perkembangan seks sekunder merupakan tanda yang membedakan antara pria dan perempuan. Perkembangan seks sekunder tidak berkaitan langsung dengan reproduksi, tetapi mengarah pada ketertarikan pada lawan jenisnya. Beberapa pola perkembangan seks sekunder ialah rambut-rambut halus pada area kemaluan, bertambah banyak kelenjar lemak, keringat dan minyak, perubahan kulit yang terlihat menjadi kasar, tidak jernih, berwarna pucat dan pori-pori makin luas, perubahan pada suara (pria makin


(26)

serak, perempuan makin penuh dan merdu ), terdapat benjolan- benjolan kecil pada kelenjar susu dan ukuran pinggul pubertas perempuan terlihat semakin bertambah besar (Janiwarty & Pieter, 2013 ).

d. Perubahan psikologis masa pubertas

Menurut, Pieter & Lubis (2010) akibat perubahan masa pubertas pada sikap dan perilaku, antara lain yaitu ingin menyendiri sehingga dia menarik diri dari hubungan sosial dan hanya sebatas teman kelompok, timbul rasa bosan sehingga cenderung menjadi pemalas, perubahan emosi, adanya antagonis sosial yang ditunjukkan tidak mau bekerja sama serta serimg membantah dan menentang serta penuh kritikan dan merasa kurang percaya diri.

e. Masalah-masalah psikologi pada masa pubertas

1. Tidak ada persiapan diri ketika muncul perubahan fisik.

Kurang persiapan seorang pubertas menghadapi perubahan berasal dari sikap orang tua yang normatif terhadap setiap perubahan diri, minimnya pengetahuan mengenai pubertas, tata karma dan rasa malu, kesengajaan menghindari pertanyaan sehingga selalu berpura-pura mengerti tentang perubahan dirinya (Janiwarty & Pieter, 2013). 2. Kebingungan dalam menerima peran seks

Ketidaksiapan menerima peran seks juga bersumber dari konsep kepercayaan tradisional yang menilai bahwa salah satu gender memiliki keungulan, bermatabat dan berbudaya ( Janiwarty & Pieter, 2013).


(27)

3. Turunnya prestasi di sekolah

Salah satu ciri dampak buruk perkembangan dan pertumbuhan di masa pubertas ialah memiliki prestasi rendah, malas belajar, kebiasaan berprestasi di bawah kemampuan normal, rasa bersalah dan perasaan malu( Janiwarty & Pieter, 2013).

4. Merasa tidak bahagia

Faktor penyebab ketidak bahagiaan pubertas berasal dari sikap penolakan pada diri sendiri atau sosial. Mencapai rasa kepuasan dan kebahagiaan mendorong para pubertas untuk diterima orang lain dan menerima diri seadanya yang terkadang dilakukan tanpaa memikirkan dampak buruknya, seperti menjadi anggota geng motor, menyalahgunakan narkoba, pergi kepelacuran dan sebagainya. Semuanya ini untuk mereduksi ketidakbahagiaan ( Janiwarty & Pieter, 2013).

f. Tugas-tugas perkembangan masa pubertas

Menurut, Pieter & Lubis (2010) semua tugas perkembangan masa pubertas berfokus pada usaha mempersiapakan diri masa dewasa dengan cara mencapai relasi yang lebih matang dengan teman sebaya dari jenis kelamin yang berbeda, mencapai peran sosial feminim atau maskulin mampu menerima bentuk perubahan fisik dan menggunakannya, meminta menerima, dan mencapai kemandirian secara emosional dari orang tua ataupun orang dewasa lainnya serta mempersiapkan diri dalam penyesuaian diri pada norma-norma lingkungan sosial.


(28)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

A. Kerangka Konseptual

Kerangka konsep ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan peran Ibu dengan persiapan remaja menhadapi masa pubertas`pada anak di SMP 1 juli Kecamatan juli Kabupaten Bireuen. Adapun cara yang akan di identifikasi dalam penelitian ini adalah peran ibu nengan persiapan remaja dalam menghadapi masa pubertas dimana peran ibu sebagai penyedia, pengatur rumah tangga serta peran sebahgai merawat anak (Harmoko, 2012). Sedangkan dalam persiapan remaja dalam menghadapi pubertas dapat dilihat dari perubahan fisik, perubahan psikologi (Pieter & Lubis, 2010). Kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan berikut ini :

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual B. Hipotesis

Ada hubungan peran Ibu dengan persiapan remaja menghadapi masa pubertas pada anak.

Persiapan remaja menghadapi masa pubertas


(29)

C. Definisi Operasional

Pada penelitian ini terdapat dua variabel yang dapat diuraikan masing-masing definisi operasionalnya sebagai berikut:

Tabel 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional NO Variabel

Penelitian

Defenisi Operasional

Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1 Persiapan

remaja menghadapi masa

pubertas.

Keadaan yang di hadapi anak yang memasuki masa pubertas terhadap perubahan fisik dan psikologis dalam peralihan usia anak-anak menjadi dewasa.

Kuesioner Penyebaran kuesioner

a. Baik b. Cukup c. Kurang

Nominal

2 Peran Ibu Tindakan yang dilakukan seorang ibu terhadap anak remajanya dalam menghadapi masa pubertas meliputi peran sebagai penyedia, peran sebagai pengatur rumah tangga dan peran sebagai merawat anak.

Kuesioner Penyebaran kuesioner

a. Aktif b. Pasif


(30)

BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian adalah suatu upaya untuk memahami dan memecahkan masalah secara ilmiah, sistematis, dan logis melalui penyelidikan atau mencari bukti-bukti yang muncul sehubungan dengan masalah tersebut, yang dilakukan secara hati-hati sehingga diperoleh pemecahannya (Notoatmodjo, 2010).

Jenis penelitian bersifat analitik korelasi yang dilakukan dengan cara pendekatan secara cross sectional merupakan rancangan penelitian yang dilakukan hanya pada satu periode tertentu dan pengambilan sampel dilakukan dalam sekali waktu saja, tidak ada pengulangan dalam pengambilan data, dimana responden hanya mendapat satu kali kesempatan untuk menjadi responden.

B. Polulasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini dilakukan untuk sejumlah siswa kelas kelas 3 di SMP Negeri 1 Juli Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen yang berjumlah 150 siswa ( Data SMPN 1 Juli, 2013 ).

2. Sampel

Penetapan jumlah sampel dalam penelitian ini diambil dengan cara menentukan besar sampel yang menggunakan metode total sampling, dimana seluruh populasi dalam penelitian ini menjadi sampel. Dengan demikian sampel sebanyak 85 orang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.


(31)

a) Kriteria inklusi sampel dalam penelitian ini yaitu : 1) Siswa yang Ibu nya masih ada.

2) Bersekolah di SMP Negeri 1 Juli. 3) Bersedia menjadi responden.

b) Kriteria ekskusi sampel dalam penelitian ini yaitu :

1) Siswa – siswa yang tidak hadir saat dilakukan pengambilan data.

2) Tidak bersedia menjadi responden. 3) Tidak bersekolah di SMP negeri 1 Juli

C. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini adalah di SMP Negeri 1 Juli Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen. Alasan pemilihan tempat penelitian tersebut karena mengenali wilayahnya dan disini belum pernah dilakukan penelitian tentang Hubungan peran Ibu dengan persiapan remaja menghadapi masa pubertas pada anak.

D. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai dari bulan Februari hingga Juni 2014. Dalam kurun waktu tersebut telah dilakukan pengambilan dan pengolahan data yang meliputi : penelusuran kepustakaan, pengajuan judul, bimbingan dan seminar proposal sampai sidang KTI.


(32)

E. Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari

institusi pendidikan yaitu Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan mengajukan permohonan izin

penelitian ke SMP Negeri 1 Juli. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik yaitu : peneliti memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan dan prosedur peneliti. Apabila calon responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri. Responden juga berhak mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Confidentiality (kerahasiaan) catatan mengenai data responden juga dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden (anonimity) pada instrumen penelitian, tetapi menggunakan inisial. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

F. Alat Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer yang diperoleh langsung dari responden melalui lembar kuesioner yang dibagikan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Peneliti menyerahkan lembar kuesioner kepada responden dengan terlebih dahulu meminta persetujuan (informed concent) apakah bersedia untuk dijadikan responden, bila bersedia menjadi subjek penelitia maka diminta kesediaan untuk menandatangani surat persetujuan penelitian.


(33)

2. Selanjutnya peneliti akan menjelaskan cara pengisian kuesioner dan tujuan penelitian tersebut.

3. Agar pengumpulan dapat berjalan dengan cermat dan teliti, peneliti mengawasi atau mendampingi responden saat mengisi kuesioner.

4. Setelah responden selesai menjawab kuesioner yang dibagikan selanjutnya peneliti mengumpulkan kuesioner dengan terlebih dahulu memeriksa jawaban responden apakah sudah terisi seluruhnya, sehingga dalam pengolahan data tidak terjadi kendala.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka (Pieter & Lubis, 2010). Kuesioner ini terdiri 2 bagian yaitu bagian pertama adalah Data Demografi (KDD) dan kuesioner tentang peran ibu dengan persiapan remaja menghadapi masa pubertas (KPI). Kuesioner Data Demografi meliputi umur, jenis kelamin, suku, agama dan pendidikan orang tua. Kuesioner peran ibu terdiri dari 30 pertanyaan yang dibagi menjadi 2 kelompok pertanyaan dimana tentang peran ibu sebagai penyedia 4 pertanyaan, peran ibu sebagai pengatur rumah tangga 3 pertanyaan dan peran ibu sebagai merawat anak 3 pertanyaan. Kelompok pertanyaan kedua tentang persiapan persiapan remaja menghadapi masa pubertas sebanyak 20 pertanyaan yaitu tentang perubahan fisik pada remaja putri 5 pertanyaan, perubahan fisik pada remaja putra 5 pertanyaan dan perubahan psikologis 10 pertanyaan.


(34)

Dimana untuk mendapatkan kriteria digunakan perhitungan sebagai berikut :

1. Jika peran aktif berarti ≥ rata-rata dan jika peran pasif bearti ≤ rata-rata. 2. Nilai 1 untuk jawaban yang benar

Nilai 0 untuk jawaban yang salah

H. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas

Uji Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan kemampuan instrumen pengumpulan data untuk mengukur apa yang harus diukur, untuk mendapatkan data yang relavan dengan apa yang sedang diukur (Dempsey, 2002). Uji ini dilakukan dengan content validity yang di uji oleh orang ahli dalam bidang kurikulum tersebut. Kuesioner ini akan di uji validitasnya oleh salah seorang Dosen dari Fakultas Keperawatan sehingga instrumen yang digunakan tersebut dinyatakan valid dan mampu mengukur variabel yang akan diukur dengan nilai content validity 0,7.

2. Uji Reliabilitas

Test reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti sejauh mana alat tersebut tetap konsisten bila dilakukan beberapa kali dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoadmojo, 2005). Peneliti mencari reliabilitas dengan rumus KR-21. Uji reliabilitas dilakukan dengan kriteria subjek penelitian. Dan selanjutnya dinilai reliabilitasnya dengan menggunakan komputerisasi. Hasil penilaian uji reliabilitanya adalah 0,70 atau lebih.


(35)

I. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti setelah mendapat surat izin penelitian dari Program DIV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan mengajukan permohonan izin kepada Kepala sekolah SMP Negeri 1 Juli, kemudian mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Juli . Setelah mendapat persetujuan maka peneliti menjumpai guru atau wali kelas yang mengajar di kelas 1 ,kelas 2 dan kelas 3 tersebut serta menjelaskan tentang prosedur penelitian, manfaat penelitian, dan cara pengisian kuesioner kepada respoden. Peneliti meminta kesediaan responden untuk mengikuti penelitian.

Setelah mendapat persetujuan dari calon responden untuk menjadi responden dengan menandatangani informed concent, pengumpulan data dimulai. Peneliti memberikan instrumen penelitian berupa kuesioner kepada responden yang terdiri dari kuesioner.

J. PengolahanData

Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan secara kuantitatif.

Pengolah data dilakukan dengan komputerisasi dan kemudian dianalisis. Menurut Hastono (2007) ada empat tahapan dalam pengolahan data yang harus

dilalui yaitu: a) Editing merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isi kuesioner apakah jawaban yang ada dikuesioner sudah lengkap, jelas, releven, dan konsisten. b) Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan. c) Processing adalah memproses data agar data yang sudah di entry dapat di analisis, dilakukan dengan meng – entry data dari kuesioner ke paket program computer. d) Cleaning merupakan


(36)

kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan ada atau tidak.

K. Analisa Data

Analisa data dengan melakukan pengukuran terhadap masing-masing responden, lalu ditampilkan dengan tabel distribusi frekuensi.

Metode statistik untuk analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Statistik univariat

Analisa data dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase tiap variabel yang diteliti. Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi variabel independent yaitu peran Ibu dan variabel dependent yaitu persiapan remaja menghadapi masa pubertas. 2. Statistik bivariat

Statistik bivariat adalah suatu prosedur yang digunakan untuk menerangkan keeratan hubungan antara dua variabel (Arikunto, 2006 ). Dalam menganalisa data secara bivariat, pengujian data dilakukan dengan menggunakan uji statistik chi square (X2), dengan nilai kemaknaan (α= 0,05). Pedoman dalam menerima hipotesis : apabila nilai X2 hitung > X2 tabel atau nilai probalitas (ρ) < 0,05 maka hipotesis penelitian diterima, yaitu ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, dan apabila nilai X2 hitung < X2 tabel atau nilai probalitas (ρ) > 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak, yaitu tidak ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.


(37)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan pada siswi kelas XII SMP Negeri 1 Juli, Bireuen. Besar sampel yang diambil sebanyak 85 responden sebagai subjek penelitian. Pengumpulan data hubungan peran ibu dengan persiapan menghadapi pubertas menggunakan kuesioner.

A. Hasil Penelitian 1. Analisis Univariat

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik di SMP Negeri 1 Juli Kecamatan Juli Kabupaten

Bireuen (n=85)

Karakteristik responden f %

Umur 13 tahun 14 tahun 15 tahun 24 28 33 28,2 32,9 38,8 Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 38 47 44,7 55,3

Dari tabel 5.1 dapat diamati proporsi tertinggi umur responden pada penelitian ini adalah 14 tahun yaitu 28 orang (32,9%). Mayoritas responden berjenis kelamin perempuan 47 (55,3%). Keseluruhan responden penelitian ini beragama islam dan suku aceh 85 (100%).


(38)

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel Penelitian di SMP Negeri 1 Juli Kecamatan Juli Kabupaten

Bireuen (n=85)

Variabel f %

Peran ibu Aktif Fasif 34 51 40 60

Persiapan Menghadapi Pubertas

Baik Cukup Kurang 9 37 39 10,6 43,5 45,9

Berdasarkan hasil penelitian yang tertera pada tabel diatas diketahui sebagian besar ibu menunjukkan peran fasif 51 (60%). Mayoritas responden 39 (45,9%) juga memiliki persiapan yang kurang menghadapi pubertas. 2. Analisis bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel bebas (peran ibu) dengan variabel terikat (persiapan menghadapi pubertas). Uji statistik yang digunakan dengan cara tabel silang dan uji hipotesis (nilai p). Adapun nilai p bertujuan untuk melihat kemaknaan secara statistik, bila nilai p<0,05 maka dianggap hubungan tersebut bermakna. Jika sebaliknya dimana nilai p>0,05 maka dapat dikatakan bahwa hubungan tersebut tidak bermakna.

Hasil uji statistik pada tabel 5.3 menunjukkan peran ibu secara statistik tidak memiliki hubungan bermakna dengan persiapan menghadapi pubertas karena nilai p>0,05. Peran ibu yang fasif menyebabkan responden kurang dalam mempersiapkan diri menghadapi pubertas. Hasil secara rinci dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut.


(39)

Tabel 5.3 Hubungan Peran Ibu Dengan Persiapan menghadapi Pubertas Di SMP Negeri 1 Juli Kecamatan Juli

Kabupaten Bireuen (n=85)

Peran ibu

Persiapan Menghadapi Pubertas

P Baik Cukup Kurang

f % f % f %

Aktif Fasif 5 4 55,6 44,4 13 24 35,1 64,9 16 23 41 59 0,52

Peran ibu secara statistik menunjukkan hubungan tidak bermakna dengan persiapan menghadapi pubertas dimana nilai p=0,52 lebih dari p=0,05.

B. Pembahasan

Dari hasil penelitian peran ibu terhadap persiapan menghadapi pubertasdi SMPN 1 Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2013 secara umum menunjukkan bahwa tidak hubungan signifikan peran ibu dengan persiapan menghadapi pubertas. Hal ini mungkin disebabkan karena faktor dari remaja itu sendiri yang berada pada tahap pubertas, dimana diketahui mayoritas usia responden pada penelitian ini yaitu usia 13 tahun, hal ini didukung pendapat Pieter (2010), dimana batasan usia pubertas bagi pria sekitar 12-15 tahun dan wanita 11-15 tahun yang tentunya masih membutuhkan pembelajaran tentang identitas diri. Widyastuti dkk (2010) memperjelas dimana usia 13 tahun tersebut remaja sedang ingin mencari identitas diri dengan mempelajari perubahan yang terjadi pada dirinya.

Remaja pada penelitian ini juga memiliki persiapan yang kurang menghadapi pubertas, hal ini mungkin dipengaruhi oleh informasi yang didapat siswa disekolah tersebut. Laboratorium komputer yang menyediakan speedy dan letak sekolah yang tidak jauh dari kota kecamatan memungkinkan mereka mengakses informasi mengenai pubertas melalui media elektronik, terlebih


(40)

internet. Namun informasi itu didapatkan begitu saja oleh siswa tanpa ditambah bimbingan khusus. Sehingga siswa memiliki banyak informasi tetapi tidak mampu memilah informasi tersebut.

Hal ini sejalan dengan pendapat Meliono dkk (2007), yang mengatakan bahwa informasi sesuatu yang dapat diketahui, yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Meliono dkk (2007), juga menambahkan bahwa pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya, media yang tersebar di masyarakat dan ketetapan informasi seperti komunikasi.

Sementara sebagian besar responden memiliki persiapan baik mengenai pengertian pubertas mungkin dikarenakan remaja sudah tahu akan perubahan fisiknya, kecenderungan perubahan fisik lebih cepat dialami oleh perempuan dari pada laki-laki. Dalam hal ini mereka banyak mendapatkan informasi dari ilmu yang dipelajari di sekolah, yang merupakan bagian dari pelajaran Biologi. Tentunya hal itu berkaitan dari tuntutan pembelajaran dari pendidikan yang mereka tempuh. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2007), yang mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan akan menyebabkan seseorang semakin cepat mengerti dan paham terhadap informasi yang disampaikan dan tanggap terhadap lingkungan, sementara disini peran orang tua fasif.

Peran ibu yang fasif dalam memberikan memberikan informasi kepada anak sehingga responden dalam penelitian ini tampak tidak siap menghadapi pubertas.


(41)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Sebagian besar ibu menunjukkan peran fasif 51 (60%) dalam persiapan menghadapi pubertas.

2. Mayoritas responden 39 (45,9%) juga memiliki persiapan yang kurang menghadapi pubertas.

3. Tidak ada hubungan yang signifikan peran ibu dengan persiapan menghadapi pubertas (p=0,52).

B. Saran

1. Praktik kebidanan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan suatu acuan bahwa dalam persiapan menghadapi pubertas tidak hanya peran orang tua yang mendukung, tetapi masih banyak faktor lainnya.

2. Pelayanan Kebidanan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai suatu acuan baru bagi pembuat kebijakan untuk menentukan langkah tepat dalam menganalisis salah satu hal yang mempengaruhi remaja menghadapi pubertas.


(42)

(43)

(44)

(45)

(46)

(47)

(48)

BAGIAN II KUESIONER

HUBUNGAN PERAN IBU DENGAN PERSIAPAN REMAJA MENGHADAPI MASA PUBERTAS PADA ANAK DI SMP NEGERI 1 JULI KECAMATAN

JULI KABUPATEN BIREUEN Petunjuk Pengisian:

Berikut ini kami harapkan anda dapat memberikan pilihan jawaban yang menurut anda tepat dengan memberitahu tanda check list () pada jawaban “ ya” atau “tidak.”

Tabel 1

I. Peran Ibu

A. Peran Sebagai Penyedia

NO Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah ibu anda membelikan buku untuk anda tentang masalah pubertas

2. Adakah ibu anda memberikan uang jajan yang berlebihan untuk membeli make up

3. Apakah ibu anda menyiapkan makanan yang bergizi untuk anda

4. Adakah ibu anda membelikan baju baru untuk anda agar penampilan anda menarik

B. Peran Ibu sebagai pengatur rumah tangga

5. Apakah ibu bertanggung jawab apabila anda keluar rumah 6. Apakah anda menceritakan kepada ibu kalau anda punya


(49)

7. Apakah ibu anda ikut memilih siapa saja yang bisa berteman dengan anda

C. Peran Ibu Sebagai Merawat Anak

8. Apakah ibu anda tahu kapan pertama kali anda menstruasi 9. Adakah ibu anda menjelaskan kepada anda ketika puber

anda mengalami perubahan fisik seperti tumbuh kumis, jakun dan suara menjadi kasar

10. Apakah ibu anda memperhatikan setiap perubahan yang terjadi pada anda


(50)

Tabel 2

II. Persiapan Remaja Menghadapi Masa Pubertas

A. Perubahan Fisik Pada Remaja Putri

NO. Pernyataan Ya Tidak

1. Pada cewek pubertas ditandai dengan menstruasi pertarma

2. Perubahan fisik yang terjadi pada perempuana adalah pertumbuhan payudara

3. Menstruasi pertama kali pada remaja putrid disebut menarche

4. Pada pubertas remaja putri tidak ditandai dengan tumbuh bulu pada ketiak

5. Saat memasuki usia pubertas remaja putrin tidak mengalami kenaikan berat badan yang cepat B. Perubahan Fisik Pada Remaja Putra

6. Pada laki-laki pubertas ditandai dengan mimpi basah 7. Pada laki-laki pubertas ditandai dengan perubahan

perubahan suara

8. Bertambah besarnya testis tidak menandakan laki-laki memasuki masa pubertas

9. Tumbuh kumis atau jenggot tidak menandakan laki-laki memasuki masa pubertas

10. Pubertas laki-laki tidak ditandai dengan tumbuhnya jakun


(51)

C. Perubahan Psikologis Masa Pubertas 11. Sejak masuk SMP sudah jatuh cinta 12. Malu jika diantar oleh orang tua kesekolah

13. Malu seandainya kesekolah tidak memakai farfum 14. Merasa malu kesekolah tidak memakai bedak

15. Minder jika belum punya pacar

16. Merasa malu jika tidak memakai Hp Blackberry

17. Malu karena prestasi disekolah menurun

18. Penyebab ketidak bahagiaan pubertas berasal dari sikap penolakan pada diri sendiri atau sosial

19. Akibat perubahan masa pubertas pada sikap dan perilaku remaja yaitu ingin menyendiri sehingga dia menarik diri dari hubungan sosial dan hanya sebatas teman kelompok 20. Masa pubertas remaja tidak mau bekerja sama dan


(52)

Master Tabel Hubungan Peran Ibu Dengan Persiapan Menghadapi Pubertas

No. Responden Umur (Tahun)

Jenis

Kelamin Suku Agama Kelas

Peran Ibu

Persiapan Menghadapi

Persiapan

1 18 L Aceh islam XII Aktif Cukup

2 18 L Aceh islam XII Fasif Cukup

3 18 P Aceh islam XII Aktif Cukup

4 19 L Aceh islam XII Fasif Baik

5 18 P Aceh islam XII Aktif Kurang

6 18 P Aceh islam XII Fasif Kurang

7 18 P Aceh islam XII Fasif Kurang

8 17 P Aceh islam XII Fasif Cukup

9 17 P Aceh islam XII Fasif Cukup

10 18 P Aceh islam XII Fasif Baik

11 18 P Aceh islam XII Fasif Kurang

12 17 L Aceh islam XII Aktif Kurang

13 18 L Aceh islam XII Aktif Cukup

14 18 L Aceh islam XII Fasif Kurang

15 18 L Aceh islam XII Fasif Cukup

16 17 L Aceh islam XII Fasif Cukup

17 18 P Aceh islam XII Aktif Baik

18 18 P Aceh islam XII Aktif Baik

19 18 P Aceh islam XII Aktif Cukup

20 18 P Aceh islam XII Fasif Cukup

21 18 P Aceh islam XII Fasif Kurang

22 18 P Aceh islam XII Fasif Kurang

23 18 P Aceh islam XII Fasif Cukup

24 18 P Aceh islam XII Fasif Cukup

25 18 P Aceh islam XII Aktif Cukup

26 18 L Aceh islam XII Aktif Cukup

27 18 P Aceh islam XII Fasif Kurang

28 18 L Aceh islam XII Fasif Cukup

29 18 P Aceh islam XII Fasif Kurang

30 17 P Aceh islam XII Fasif Baik

31 18 P Aceh islam XII Fasif Baik

32 18 L Aceh islam XII Aktif Kurang

33 18 L Aceh islam XII Aktif Kurang


(53)

36 18 L Aceh islam XII Fasif Cukup

37 18 P Aceh islam XII Fasif Cukup

38 18 P Aceh islam XII Aktif Baik

39 18 P Aceh islam XII Aktif Baik

40 19 P Aceh islam XII Aktif Cukup

41 18 P Aceh islam XII Fasif Cukup

42 18 P Aceh islam XII Aktif Kurang

43 18 P Aceh islam XII Fasif Kurang

44 17 L Aceh islam XII Aktif Cukup

45 17 L Aceh islam XII Fasif Cukup

46 18 L Aceh islam XII Fasif Cukup

47 18 L Aceh islam XII Aktif Kurang

48 17 P Aceh islam XII Fasif Cukup

49 18 P Aceh islam XII Aktif Kurang

50 18 P Aceh islam XII Aktif Cukup

51 18 L Aceh islam XII Fasif Kurang

52 17 L Aceh islam XII Aktif Kurang

53 18 L Aceh islam XII Aktif Kurang

54 18 L Aceh islam XII Fasif Kurang

55 17 P Aceh islam XII Aktif Kurang

56 19 P Aceh islam XII Fasif Kurang

57 18 P Aceh islam XII Fasif Cukup

58 18 P Aceh islam XII Aktif Cukup

59 18 L Aceh islam XII Fasif Kurang

60 18 L Aceh islam XII Aktif Kurang

61 18 L Aceh islam XII Fasif Kurang

62 17 L Aceh islam XII Aktif Cukup

63 17 L Aceh islam XII Fasif Cukup

64 18 L Aceh islam XII Aktif Cukup

65 18 P Aceh islam XII Fasif Kurang

66 18 P Aceh islam XII Aktif Kurang

67 17 P Aceh islam XII Fasif Kurang

68 18 P Aceh islam XII Fasif Kurang

69 18 L Aceh islam XII Fasif Kurang

70 18 L Aceh islam XII Fasif Cukup

71 18 L Aceh islam XII Fasif Cukup

72 18 L Aceh islam XII Fasif Kurang

73 18 L Aceh islam XII Fasif Kurang


(54)

75 18 P Aceh islam XII Aktif Kurang

76 18 P Aceh islam XII Fasif Cukup

77 18 L Aceh islam XII Fasif Cukup

78 18 L Aceh islam XII Fasif Cukup

79 18 P Aceh islam XII Aktif Kurang

80 18 P Aceh islam XII Aktif Kurang

81 18 L Aceh islam XII Fasif Kurang

82 18 L Aceh Islam XII Aktif Kurang

83 18 P Aceh Islam XII Aktif Baik


(55)

(56)

(57)

(58)

(59)

(1)

75

18 P Aceh islam XII Aktif Kurang

76

18 P Aceh islam XII Fasif Cukup

77

18 L Aceh islam XII Fasif Cukup

78

18 L Aceh islam XII Fasif Cukup

79

18 P Aceh islam XII Aktif Kurang

80

18 P Aceh islam XII Aktif Kurang

81

18 L Aceh islam XII Fasif Kurang

82

18 L Aceh Islam XII Aktif Kurang

83

18 P Aceh Islam XII Aktif Baik


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)