Sumber Penerimaan Partai Politik

20 Pengendalian Keuangan Partai Politik maksimal yang ditentukan dalam Undang-Undang. Sumbangan ini dapat berupa uang, barang, danatau jasa. Sumbangan perseorangan dari anggota partai, selain iuran anggota, ditentukan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga partai masing-masing. Perseorangan yang bukan anggota partai dapat memberikan sumbangan maksimal Rp 1 miliar, sedangkan perusahaan danatau badan usaha dapat memberikan sumbangan kepada partai politik paling banyak Rp 7,5 miliar dalam satu tahun anggaran. Dan ketiga, bantuan dari anggaran negara APBN dan APBD yang diterima secara proporsional berdasarkan jumlah suara yang diperoleh pada pemilu sebelumnya. Bantuan keuangan ini diprioritaskan untuk pelaksanaan pendidikan politik bagi anggota partai dan warga masyarakat, yaitu pendalaman mengenai empat pilar berbangsa dan bernegara Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI, pemahaman mengenai hak dan kewajiban warga negara Indonesia dalam membangun etika dan budaya politik, dan pangkaderan anggota partai politik secara berjenjang dan berkelanjutan. Selain itu Pasal 40 ayat 3 Undang-Undang Partai Politik tersebut juga menentukan sejumlah larangan bagi partai politik dalam mencari dana. Pertama, partai politik dilarang menerima dari atau memberikan kepada pihak asing sumbangan dalam bentuk apapun yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Kedua, partai politik juga dilarang menerima sumbangan, baik berupa uang maupun barang, dari pihak manapun tanpa memiliki identitas yang jelas. Ketiga, partai politik dilarang menerima sumbangan dari perseorangan danatau perusahaanbadan usaha melebihi jumlah yang ditentukan dalam Undang-Undang. Kempat, partai politik dilarang meminta atau menerima dana dari badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, badan usaha milik desa atau dengan sebutan lainnya. Kelima, partai politik dilarang mendirikan badan usaha danatau memiliki saham suatu badan usaha. Di samping larangan, UU ini juga mengenakan sejumlah kewajiban dalam hal keuangan. Pertama, pengurus partai politik di setiap tingkatan melakukan pencatatan atas semua penerimaan dan pengeluaran keuangan partai politik. Kedua, pengurus partai politik di setiap tingkatan organisasi menyusun laporan pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran keuangan setelah tahun anggaran berkenaan berakhir. 21 Ketiga, hasil pemeriksaan laporan pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran keuangan partai politik wajib dibuka untuk masyarakat umum. Keempat, pengelolaan keuangan partai politik wajib dilakukan secara transparan dan akuntabel. Pengelolaan keuangan partai tersebut wajib diaudit oleh akuntan publik setiap tahun dan diumumkan secara periodik. Kelima, partai politik wajib membuat laporan keuangan untuk keperluan audit dana yang meliputi: laporan realisasi anggaran partai politik, laporan neraca, dan laporan arus kas. Dan keenam, partai politik wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan dan penggunaan dana bantuan dari APBN dan APBD kepada BPK secara berkala setahun sekali untuk diaudit paling lambat satu bulan setelah tahun anggaran berakhir. Walaupun tidak disertai data berupa angka penerimaan dan pengeluaran, dapatlah disimpulkan bahwa jumlah pengeluaran untuk kegiatan utama mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam partai dan pemerintahan jauh lebih besar daripada jumlah penerimaan resmi yang hanya berasal dari pengurus dan kader partai yang duduk di lembaga legislatif atau eksekutif dan dari APBN dan APBD. Kalau demikian secara faktual, dari manakah partai politik peserta pemilu di Indonesia memperoleh dana untuk membiayai kegiatannya? Berikut ini adalah sumber keuangan partai politik, tetapi tidak semua partai politik memiliki sumber penerimaan yang sama. Pertama, iuran anggota. Tidak ada partai politik peserta pemilu di Indonesia yang mengenakan iuran tetap kepada anggotanya. 8 Jangankan mengenakan iuran, daftar anggota saja tidak dipelihara, apalagi melakukan interaksi secara berkala dengan para anggotanya. Kedua, bantuan APBN dan APBD yang diberikan secara proporsional kepada P4 yang memiliki kursi di DPR dan DPRD berdasarkan jumlah kursi atau jumlah suara sah dari hasil pemilu terakhir. Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 212 Tahun 2010 tentang Pemberian Bantuan Keuangan kepada Partai Politik yang Mendapatkan Kursi di DPR Hasil Pemilu 2009 sekarang ini setiap P4 mendapatkan bantuan negara sebesar Rp 108 untuk setiap suara. Kalau suatu partai yang memiliki kursi di DPR memperoleh 20 juta suara sah pada Pemilu Anggota DPR Tahun 2009, partai tersebut akan menerima dana dari APBN sebanyak Rp 2.160.000.000. Dana sebanyak Rp 2 miliar per tahun dalam praktik hanya cukup untuk kegiatan rutin perkantoran sebagaimana dikemukakan di atas. 8 Lihat Veri Junaidi, dkk., Anomali Keuangan, h. 90.