9
Bagian Kedelapan Pendidikan Jarak Jauh
Pasal 19
1 Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modul dan cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang menjamin
mutu lulusan sesuai dengan standar nasional pendidikan. 2 Pemerintah Daerah wajib memonitor, mengawasi serta membina usaha peningkatan
mutu pelaksanaan pendidikan jarak jauh.
Bagian Kesembilan Pendidikan Bertaraf Internasional
Pasal 20
1 Pemerintah Daerah wajib menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satu satuan
pendidikan yang bertaraf internasional. 2 Penyelenggaraan satu satuan pendidikan bertaraf internasional dapat dikembangkan
dengan model sekolah baru, pengembangan sekolah yang ada, terpadu, danatau kemitraan.
3 Pemerintah Daerah memberikan dukungan untuk terlaksananya dengan baik penyelenggaraan satu pendidikan bertaraf internasional.
4 Penetapan satu satuan pendidikan bertaraf internasional harus memenuhi persyaratan perundang-undangan yang berlaku.
BAB V KELEMBAGAAN PENDIDIKAN
Bagian Kesatu Pendirian, Penggabungan dan Penutupan
Satuan Pendidikan Pasal 21
1 Pendirian satuan pendidikan didasarkan pada kebutuhan masyarakat dan hasil kajian kelayakan.
2 Pendirian satuan pendidikan dapat dilakukan oleh pemerintah daerah, masyarakat, organisasi atau yayasan yang berbadan hukum.
3 Pendirian satuan pendidikan formal dan nonformal selain oleh Pemerintah Daerah wajib memperoleh izin operasional dari Bupati.
4 Tata cara pendirian sebagaimana dimaksud pada ayat 2 berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5 Pendirian satuan pendidikan formal dan nonformal harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut;
a. hasil studi kelayakan; b. Rencana Induk Pengembangan Pendidikan Sekolah RIPS;
c. sumber peserta didik; d. pendidik dan tenaga kependidikan;
e. kurikulumprogram kegiatan belajar f. sumber pembiayaan;
g. sarana prasarana; dan
10 h. penyelenggaraan sekolah.
6 Untuk pendirian satuan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan SMK, selain memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 5, harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Adanya potensi lapangan kerja yang sesuai dengan kemampuan tamatan Sekolah Menengah Kejuruan SMK yang akan didirikan dengan mempertimbangkan
pemerataan satuan pendidikan sejenis. b. Adanya dukungan masyarakat termasuk Dunia UsahaDunia Industri dan unit
Produksi yang dikembangkan di satuan pendidikan tersebut.
Pasal 22
Pemerintah Daerah wajib melindungi masyarakat dari penyelenggaraan pendidikan tinggi yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 23
1 Dua atau lebih satuan pendidikan dapat digabung menjadi satu satuan pendidikan. 2 Penggabungan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan atas dasar efisiensi dan
efektivitas layanan pendidikan dengan mengutamakan prinsip partisipatif. 3 Penggabungan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 ditetapkan dengan Keputusan
Bupati setelah menerima pertimbangan tertulis dari instansi terkait.
Pasal 24
Bupati dapat mencabut izin pendirian dan operasional satuan pendidikan apabila sudah tidak memenuhi syarat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Bagian Kedua Pengeloaan Pendidikan
Paragraf 1 Sekolah satu atap, dan Kelas rangkap
Pasal 25
1 Pengelolaan satu satuan pendidikan untuk tingkat TKRA dan SDMI, SDMI dan SMPMTs dimungkinkan untuk dikelola dalam satu atap.
2 Pemerintah Daerah
wajib untuk
memfasilitasi satuan
pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan satu atap.
Pasal 26
1 Dalam kondisi tertentu proses kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan dengan menerapkan kelas rangkap.
2 Pengelolaan kelas rangkap sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat kelas peserta didik dan rumpun mata pelajaran yang
diajarkan dalam satu satuan pendidikan.
11
Paragraf 2 Kurikulum
Pasal 27
1 Kurikulum satuan pendidikan berpedoman pada standar nasional pendidikan. 2 Diversifikasi kurikulum disesuaikan dengan kebutuhan satuan pendidikan,
karekteristik, potensi, kondisi daerah, dan peserta didik. 3 Satuan
pendidikan mengembangkan
kurikulum muatan
lokal dengan
mempertimbangkan kondisi lingkungan, kemampuan peserta didik dan sumber daya yang dimiliki oleh satuan pendidikan.
4 Materi kurikulum muatan lokal sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dapat mencakup bahasa Sasak, aksara Sasak, danatau budaya Sasak.
Paragraf 3 Bahasa Pengantar
Pasal 28
Bahasa Sasak dapat digunakan sebagai bahasa pengantar di kelas awal sekolah dasar.
Paragraf 4 Pelaporan
Pasal 29
1 Satuan pendidikan berkewajiban menyampaikan laporan perkembangan pengelolaan pendidikan secara periodik kepada:
a. orang tua peserta didik, b. komite sekolahmadrasah,
c. pemerintah dan atau d. pihak- pihak yang terkait.
2 Laporan perkembangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a meliputi prestasi belajar peserta didik, permasalahan yang dihadapi peserta didik dalam pembelajaran,
partisipasi orang tua untuk meningkatkan prestasi peserta didik. 3 Laporan pertanggungjawaban penyelenggaraan satuan pendidikan disampaikan kepada
komite sekolahmadrasah, pemerintah, pihak-pihak yang terkait.
Bagian Ketiga Penunjang Pendidikan
Paragraf 1 Dewan Pendidikan
Pasal 30
1 Dewan Pendidikan merupakan lembaga mandiri yang dibentuk di tingkat Kabupaten dan berperan dalam meningkatkan mutu pelayanan pendidikan.
2 Dewan Pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berperan sebagai pemberi pertimbangan, pendukung, pengontrol dan mediator.
3 Dewan Pendidikan berfungsi mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaran pendidikan yang bermutu, melakukan kerjasama,
menampung aspirasi masyarakat, memberikan masukanpertimbangan, dan mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan.
12 4 Dalam melaksanakan peran dan fungsinya sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dan
ayat 3, Pemerintah Daerah wajib memberikan dukungan dana dan fasilitas lainnya yang tidak mengikat.
Paragraf 2 Komite SekolahMadrasah
Pasal 31
1 Komite Sekolah merupakan badan mandiri yang mewadahi peranserta masyarakat dalam meningkatkan mutu, pemerataan dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan
pendidikan. 2 Komite sekolahmadrasah dapat mewadahi lebih dari satu satuan pendidikan.
3 Untuk memudahkan koordinasi di setiap kecamatan dan gugus satuan pendidikan dapat dibentuk Forum Komunikasi Komite SekolahMadrasah yang anggotanya terdiri dari
perwakilan Komite SekolahMadrasah. 4 Pemerintah Daerah dapat memberikan dukungan berupa fasilitasi pengembangan
Forum Komunikasi Komite SekolahMadrasah.
BAB VI PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN