12
2.3. Alternatif Penyelesaian Konflik
Mitchell 2003 menyebutkan empat pendekatan yang dapat dipakai untuk penyelesaian sengketa, yaitu: 1 politis; 2 administrasi; 3 hukum; dan 4
alternatif penyelesaian konflik. Lebih lanjut dijelaskannya mengenai alternatif penyelesaian konflik yaitu ada 4 jenis alternatif penyelesaian: 1 konsultasi
publik; 2 negosiasi; 3 mediasi; 4 arbitrasi. Moore dalam Hadi 2004 menyatakan bahwa penyelesaian konflik sangat bervariasi, mulai dari
penyelesaian secara informal dari masing-masing pihak yang bersengketa, jalur hukum sampai dengan cara-cara koersif. Lebih jauh Moore dalam Hadi 2004
mengkategorikan penyelesaian konflik sebagai berikut: 1.
Private decision making by parties : conflict avoidance, informal discusion and problem solving, negotiation and mediation.
2. Private third party : administrative decision dan arbitration
3. Judicial decision dan legislatif decision
4. Extra legal coecion decision making : non-violent direct action dan violence
Menurut Hadi 2004, sejalan dengan Moore, Santosa membagi tipologi penanganan konflik menjadi beberapa kategori sebagai berikut:
1. Penghindaran konflik conflict avoidance
2. Pencegahan konflik conflict prevention
3. Pengelolaan konflik conflict management adalah upaya penanganan untuk
menanggulangi dampak negatif konflik. 4.
Resolusi konflik conflict resolution adalah penyelesaian baik langsung negosiasi maupun melalui mediasi.
5. Penyelesaian konflik conflict settlement adalah upaya penyelesaian yang
memfokuskan pada hasil yang tidak selalu memenuhi kepentingan para pihak. 6.
Rekonsiliasi adalah upaya mencari solusi terhadap akar permasalahan dan berusaha memperbaiki hubungan diantara para pihak ke arah yang lebih baik.
Konsultasi publik menurut Mitchell 2003 dapat diartikan sebagai cara untuk menyelesaikan masalah atau sengketa, serta merupakan satu alternatif
disamping cara-cara melalui hukum, administrasi dan politis. Dengan konsultasi publik isu-isu yang dipertentangkan dapat diselesaikan sebelumnya sehingga
13
konflik atau sengketa dapat dihindari. Hal ini karena melalui konsultasi publik dapat dilakukan untuk saling membagi informasi, meyakinkan berbagai
pandangan yang dapat dikemukakan, membuka proses manajemen secara efesien dan adil, sehingga semua pihak mendapat kepuasan yang sama.
Negosiasi dinyatakan oleh Mitchell 2003 merupakan upaya sukarela pihak-pihak yang bersengketa untuk bertemu dalam usaha mencari isu-isu yang
menyebabkan konflik diantara mereka. Tujuan negosiasi adalah untuk meraih kesepakatan yang saling diterima oleh semua pihak secara konsensus. Dalam
negosiasi tidak ada pihak luar yang memberikan bantuan. Mitchell 2003 menyatakan bahwa mediasi mempunyai karakteristik
negoasiasi ditambah dengan keterlibatan pihak ketiga yang netral sebagai mediator. Pihak ketiga tidak mempunyai kekuatan untuk memutuskan
kesepakatan akan tetapi berfungsi sebagai fasilitator dan perumus persoalan dengan tujuan untuk membantu pihak yang bersengketa agar sepakat. Berbeda
dengan mediasi, pada arbitrasi keterlibatan pihak ketiga sebagai arbitrator yang dapat bertindak dan mempunyai kewenangan untuk mengambil keputusan yang
mengikat maupun tidak mengingat, Mitchell 2003.
2.4. Peran Mediator Dalam Mediasi