31
sepanjang 1 km yaitu dari jarak 250 meter sampai 1250 meter dari runway garis pantainya berubah mundur lebih kurang sejauh 50 meter lihat Gambar 4.3. di
bawah. Sedangkan overlay data citra tahun 1972-1997 menunjukkan pergeseran kemunduran atau perubahan garis pantai ke arah utara dari jarak 1000 meter
sampai 2000 meter lihat Gambar 4.3. di bawah. Pergeseran ini dinyatakan Lennart Burg ditimbulkan oleh karena dibangunnya bangunan-bangunan
pelindung pantai groin, breakwater, dll pada sekitar tahun 1975 oleh hotel-hotel.
4.3. Penanganan Hotel-Hotel
Sejak dirasakan terjadi abrasi hotel-hotel melakukan upaya penanganan untuk mencegah dan melindungi pantainya dengan membangun bangunan
pelindung pantai seperti seawall, breakwater ataupun groin. Upaya penanganan diawali oleh Hotel Pertamina dengan membangun seawall sepanjang 200 meter
pada tahun 1975 yang setahun kemudian hancur. Setelah itu tahun 1976 seawall dibangun kembali. Tahun 1988 Hotel Pertamina membangun lagi tiga 3 buah
‘groin’ yang diperpanjang hingga mencapai 90 meter guna memulihkan pantai di depan hotelnya yang hilang.
Tahun 1984, Hotel Santika Plaza mengikuti tindakan Hotel Pertamina membangun seawall sepanjang 125 meter dikombinasikan dengan ‘groin’ yang
panjangnya 20 meter di bagian selatan seawall dan 60 meter di bagian utara seawall. Selanjutnya abrasi semakin ke arah utara sampai di pantai Hotel Kartika
Plaza. Sekitar tahun 1990 Hotel Kartika Plaza lalu membangun seawall sepanjang 600 meter dan empat 4 buah groin masing-masing panjangnya 30 meter.
Gambar 4.3. Perubahan Garis Pantai Kuta 1944-1997
Jarak pantai dari runway meter P
eru ba
ha n
pa n
ta i
m ete
r
Sumber: diambil dari hasil studi lennart Burg, dkk 2004
32
Upaya penanganan secara sendiri-sendiri oleh hotel-hotel dengan membangun seawall ataupun groin pada akhirnya dianggap tidak mampu
mengatasi abrasi. Masyarakat memandang penanganan hotel-hotel ini tidak efektif bahkan dirasakan malah semakin memperburuk kondisi pantai. Karena
penanganan hotel-hotel ini akhirnya memicu abrasi di daerah lain. Selain itu bangunan-bangunan pelindung tersebut tidak dapat bertahan karena sebagian pada
hancur. Upaya hotel-hotel ini tidak terintegrasi, karena penanganannya lebih ditujukan untuk melindungi dan mengamankan pantainya masing-masing. Seperti
yang diungkapkan oleh Bp. Nugre dan Bp. Keddy mengenai upaya penanganan hotel-hotel.
“Masing-masing hotel membuat bentuk penahan ombak di depan pantainya tapi hanya mementingkan lingkungan sendiri-sendiri tanpa
memikirkan tempat lainnya, sehingga membentuk pulau kecil-kecil, pantai yang kiri aman yang kanan tererosirusak. Pihak hotel Tidak ada
koordinasi dengan masyarakat, sampai tahun 1998 krib berdiri sendiri- sendiri sehingga pantai habis, publik space semakin menipis.”
disampaikan Bp. Nugre
“pengusaha sendiri-sendiri membuat penahan tidak satu kesatuan sehingga efektifitasnya diragukan, dibuat dengan kajian apa tidak? jadi
mengamankan masing-masing, disebut krib, secara estetika tidak bagus tidak enak dilihat tidak aman karena banyak beton tidak bisa beraktivitas
apalagi ada nelayan..”disampaikan Bp. Keddy
Gambar 4.4. Konstruksi Seawall Hotel Kartika Plaza hancur diterjang ombak Sumber : Pratista, diambil tahun 2003
33
4.4. Desain Pengamanan Pantai Kuta