Model Terbaik Tinjauan Statistik

sisaan jika tidak membentuk pola acak maka dikatakan tidak ada autokorelasi antar sisaan atau saling bebas.

2.3.2.3 Asumsi Kehomogenitas Ragam Residual

Menurut Permadi 1999 Untuk mengetahui apakah sisa antara variable terikat dengan variable bebas mempunyai keragaman yang homogen, atau tidak menunjukkan kecenderungan tertentu. Jika standar sisa 95 berada diantara -2,2 secara merata maka sisa dikatakan berada dalam sebaran sehingga mempunyai keragaman yang tetap. Jika asumsi kehomogenan ini terpenuhi maka secara otomatis asumsi normalitas akan dipenuhi, jika sumsi ini tidak dipenuhi maka dilakukan cara untuk mengatasi salah satunya dengan cara melakukan transformasi terhadap data tersebut.

2.3.3 Model Terbaik

Beberapa kriteria yang digunakan untuk melihat tepat tidaknya model regresi yang diperoleh, salah satunya adalah dengan melihat koefisien determinasi berganda R k 2 Drapper dan Smith, 1992. Suatu masalah penting dalam penerapan analisis regresi non linier sederhana adalah pemilihan peubah- peubah bebas yang dapat digunakan dalam model agar diperoleh model regresi non linier terbaik diantaranya : 1. Koefisien Korelasi yang Tinggi Korelasi adalah derajat hubungan linier antara dua variabel atau lebih dari data hasil pengamatan. Dua variabel dikatakan berkorelasi apabila perubahan dalam satu variabel diikuti oleh perubahan variabel lain, baik yang searah maupun tidak. Hubungan antara variabel dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis: a Korelasi Positif Terjadinya korelasi positif apabila perubahan antara variabel yang satu diikuti oleh variabel lainnya dengan arah yang sama berbanding lurus. b Korelasi Negatif Terjadinya korelasi negative apabila perubahan antara variabel yang satu diikuti oleh variabel lainnya dengan arah yang berlawanan berbanding terbalik. c Tidak Ada Korelasi Tidak Ada Korelasi apabila perubahan antara variabel yang satu diikuti oleh variabel lainnya dengan arah yang tidak teratur acak. Berdasarkan hubungan antar variabel yang satu dengan variabel lainnya dinyatakan dengan koefisien korelasi yang disimbolkan dengan ”r ” . Besarnya korelasi berkisar antara − 1 ≤ r ≤ 1 . Untuk mencari korelasi antara variabel dengan dapat dirumuskan sebagai berikut : X i Y i ∑ ¿ ¿ ¿ ¿ X i ∑ ¿ Y i n ∑ Y i 2 − ∑ ¿ 2 ¿ ¿ X i 2 − ¿ ¿ 2 ¿ n ∑ ¿ ¿ ∑ ¿ ¿ X i Y i − ¿ n ∑ ¿ r= ¿ Nilai koefisien korelasi adalah − 1 ≤ r ≤ 1 . Jika dua variabel berkorelasi negative maka nilai koefisien korelasinya akan mendekati −1, jika dua variabel tidak berkorelasi atau berkorelasi lemah maka nilai koefisien korelasinya akan mendekati 0, sedangkan jika dua variabel berkorelasi positif maka nilai koefisien korelasinya akan mendekati 1. 2. Koefisien Determinasi R 2 Koefisien Determinasi R 2 merupakan bilangan yang menyatakan proporsi keragaman total nilai-nilai peubah Y yang dapat dijelaskan oleh nilai-nilai peubah X melalui hubungan linier tersebut. Jika suatu korelasi sebesar r=0,9 menunjukkan adanya hubungan linier yang kuat antara X dan Y, sehingga r 2 = 0,81 dapat dikatakan bahwa 81 di antara keragaman total nilai-nilai Y dapat dijelaskan oleh hubungan liniernya dengan X Permadi,1999.

3. Standar Error kecil

Standar Error standard error dari rata-rata merupakan standar deviasi dari rata-rata sampel. Ukuran statistik ini dapat melihat akurasi penduga sampel terhadap parameter populasi. Semakin kecil nilai standar error maka penduga sampel lebih akurat. Semakin banyak sampel maka standar error semakin kecil, maka sampel semakin representatif mewakili. SE= SD √ n Keterangan : SE= ¿ standar error SD= ¿ standar deviasi n= ¿ banyak sampel

2.3.4 Pengambilan Sampel