Uraian Materi 1 Tugas 1. Pengujian beton segar

5. KEGIATAN BELAJAR 5 PENGUJIAN BETON SEGAR DAN BETON KERAS

a. Tujuan Setelah pembelajaran ini anda diharapkandapat : 1 Menjelaskan dan mengoperasikan alatmesin untuk pemeriksaan beton sesuai dengan SNI 2 Menjelaskan dan menguji beton segar meliputi; mempersiapkan benda uji sesuai kebutuhan, berat isi beton basah, slump beton sesuai dengan SNI 3 Menjelaskan dan menguji beton keras meliputi; kuat tekan beton berdasarkan umur, kuat tekan beton berdasarkan fas dan kuat tekan beton dengan mesin tekan maupun dengan menggunakan Hammer Test, sesuai dengan SNI

b. Uraian Materi 1 Tugas 1. Pengujian beton segar

Pada dasarnya pengujian beton segar dilakukan untuk melihat konsistensi campuran sebagai dasar untuk mengukur sifat mudah dikerjakan workability pekerjaan. Pengujian beton segar dapat dilakukan dengan; Pengujian Slump, Tes Bola Kelly, Tes Kekentalan VB, dan Tes Leleh Flow test; a Pengujian Pengujian Slump berbentuk kerucut terpancung ciptaan “ Abrams” untuk beton yang encer. Yang dipakai secara intensif dilapangan sangat berguna untuk mendeteksi keseragaman campuran sebelum dilakukan pencetakanpengecoran terhadap benda uji. Ada beberapa macam dari bentuk slump yang terjadi yaitu; 1. Slump yang benar true Slump, yaitu Suatu campuran yang telah dibuat dikatakan mempunyai true slump, jika kerucut beton mengalami penurunan secara seragam disetiap sisinya setelah kerucut diangkat. 2. Slump geser Shear Slump yaitu Sebagian kerucut beton meluncur kebawah sepanjang bidang miring. Jika hal itu terjadi, maka pengujian slump harus diulang. Jika bentuk slump itu terjadi secara konsisten maka berarti sifat kohesi campuran yang diuji adalah kurang baik. 3. Slump runtuh Collapse Slump yaitu Campuran dikatakan mempunyai 194 Collapse slump, jika setelah kerucut diangkat campuran akan mengalami runtuh collapse. b Tes Bola Kelly, dikembangkan di Amerika sebagai alternative tes slump, tes ini memiliki keunikan yang menguntungkan dalam hal pemakaiannya untuk beton dalam gerobak dorong atau beton dalam cetakan dan tes ini lebih sederhana secara cepat untuk dilaksanakan dari pada test slump. c Test Kekentalan Vebe dikembangkan di Swedia oleh V. Barkner, pada dasarnya tes penuangan kembali mengidentifikasikan atas dua hal, yaitu compactability dan mobility dari beton yang ditargetkan. d Test leleh flow test, beton yang memiliki nilai leleh yang sama berbeda tingkat kecelakaannya, akan tetapi tes tersebut memberikan perkiraan yang baik dari konsistensi beton yang cenderung menimbulkan segregasi Pengujian Slump Beton Pengujian slump beton bertujuan untuk memperoleh angka slump beton. Pengujian ini dilakukan terhadap beton segar yang mewakili campuran beton. Hasil pengujian ini digunakan dalam pekerjaan : 1 Perencanaan campuran beton; 2 Pengendalian mutu beton pada pelaksanaan pembetonan. Slump beton ialah besaran kekentalan viscocity plastisitas dan kohesif dari beton segar. Peralatan a Bak spesi ukuran ± 400 mm x 400 mm lihat gambar b Cetakan dari logam minimal 1,2 mm berupa kerucut terpancung cone dengan diameter bagian bawah 203 mm; bagian bawah dan atas 102 mm, dan tinggi 305 mm; bagian bawah dan atas cetakan terbuka c Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm, panjang 600 mm, ujung dibulatkan dibuat dari baja yang bersih dan bebas dari karat; d Pelat logam dengan permukaan yang kokoh, rata dan kedap air; e Sendok cengkung terbuat dari logam dan bebas dari karat; f Mistar ukur. 195 Benda Uji Pengambilan benda uji harus dari contoh beton segar yang mewakili campuran beton. Prosedur Pengujian a Basahilah cetakan dan pelat dengan kain basah; b Letakkan cetakan di atas pelat dengan kokoh; c Isilah cetakan sampai penuh dengan beton segar dalam 3 lapis tiap lapis berisi kira-kira 13 isi cetakan; setiap lapis ditusuktumbukan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 tusukantumbukan secara merata; tongkat harus masuk sampai lapisan bagian bawah tiap-tiap lapisan; pada lapisan pertama penusukan bagian tepi tongkat dimiringkan sesuai dengan kemiringan cetakan; d Segera setelah selesai penusukanpenumbukan, ratakan permukaan benda uji dengan tongkat dan semua sisa benda uji yang jatuh di sekitar cetakan harus disingkirkan; kemudian cetakan diangkat perlahan-lahan tegak lurus ke atas; seluruh pengujian mulai dari pengisian sampai cetakan diangkat harus selesai dalam jangka waktu 2,5 menit; e Balikkan cetakan dan letakkan perlahan-lahan disamping benda uji, ukurlah slump yang terjadi dengan menentukan perbedaan tinggi cetakan dengan tinggi rata-rata benda uji. Pengukuran Slump Pengukuran slump harus segera dilakukan dengan cara mengukur tegak lurus antara tepi atas cetakan dengan tinggi rata-rata benda uji; untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti dilakukan dua kali pemeriksaan dengan adukan yang sama dan dilaporkan hasil rata- rata. 196 Gambar 52. Alat slump test dan perlengkapannya Gambar 53. Tiga jenis slump beton Jenis Alat slump menurut Abram, ini merupakan alat yang murah, mudah dibuat serta mudah digunakan untuk pengawasan di lapangan. Slump yang tinggi menunjukkan bahwa beton terlalu cair atau banyak air dan sebaliknya. Maka dibawah ini tabel menunjukkan harga slump maksimum dan minimum yang disesuaikan dengan berbagai jenis pekerjaannya. Tabel 57. Nilai-nilai slump untuk berbagai pekerjaan beton PBI’71 Uraian Slump cm Maksimum Minimum Dinding, pelat pondasi dan pondasi telapan bertulang 12,5 5,0 Pondasi telapak tidak bertulang,kaison 9,0 2,5 197 dan konstruksi dibawah tanah-tanah Pelat, balok, kolom dan dinding 15,0 7,5 Pengerasan jalan 7,5 5,0 Pembetonan masal 7,5 2,5 Sedangkan untuk percobaan dengan alat penggetar V-B meter digunakan untuk menentukan sifat karakteristik dari kekentalan suatu campuran beton yang kaku serta kering. Pada umumnya percobaan ini mula-mula digunakan dalam bidang riset, namun kini kegunaannya telah diakui secara luas di bidang industri. Tabel 58. Berbagai sifat pekerjaan dan nilai slup Ditjen Bina Marga Sifat pekerjaan beton Kondisi pekerjaan tempat pengecoran Ukuran agregat maksimum mm Nilai slump mm Sangat sukar dikerjaka n Bagian-bagian yang harus dipadatkan dengan vibrator secara intensif untuk waktu lama dapat digunakan tekanan 10 20 Sukar dikerjaka n Bagian-bagian kecil harus dipadatkan dengan vibrator secara internsif atau bagian- bagian besar dipadat-kan tanpa vibrator. 10 20 40 0-10 0-25 Sedang Bagian beton bertulang sederhana, dipadatkan dengan vibrator atau Bagian-bagian besar dipadatkan tanpa vibrator 10 20 40 0-5 10-25 25-50 Mudah Bagian beton bertulang sederhana tanpa pemadatan dengan vibrator atau Bagian beton bertulang dengan tulangan rapat, dipadatkan dengan vibrator. 10 20 40 5-25 25-50 50-100 Pengujian Berat Isi Beton Basah Pengujian berat isi beton basah bertujuan untuk menentukan berat isi beton basah, dimana berat isi beton normal adalah 2200 sd 2500 kgdm3, yang diperoleh dari hasil perhitungan berat beton dibagi volume beton. 198 Peralatan a Bak spesi ukuran ± 400 mm x 400 mm b Cetakan dari logam berbentuk kubus 150 x 150 x 150 mm atau silinder Ø 150 mm tingg 300 mm c Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm, panjang 600 mm, ujung dibulatkan dibuat dari baja yang bersih dan bebas dari karat; d Pelat logam dengan permukaan yang kokoh, rata dan kedap air; e Sendok cengkung dan sendok spesi terbuat dari logam dan bebas dari karat; f Timbangan dengan ketelitian 10 gram g Palu karet atau mallet atau vibrator Benda Uji Pengambilan benda uji harus dari contoh beton segar yang mewakili campuran beton. Prosedur Pengujian a Siapkan cetakan kubus 150 x 150 x 150 mm atau silinder Ø 150 mm dengan tinggi 300 mm, kemudian timbang berat cetakan misalnya A kgf dengan timbangan yang memiliki ketelitian 10 gram b Basahilah cetakan dan pelat dengan kain basah; c Letakkan cetakan di atas pelat dengan kokoh; d Isilah cetakan sampai penuh dengan beton segar dalam 3 lapis tiap lapis berisi kira-kira 13 isi cetakan; setiap lapis ditusuktumbuk dengan tongkat pemadat sebanyak 25 tusukantumbukan secara merata; tongkat harus masuk sampai lapisan bagian bawah tiap-tiap lapisan; e Segera setelah selesai penusukanpenumbukan, ratakan permukaan benda uji dengan sendok dan bersihkan cetakan sehingga tidak ada benda uji yang menempelpada cetakan. f Selanjutnya timbang berat cetakan yang telah berisi benda uji misalnya B kgf g Hitung berat isi beton basah dengan rumus : BJ = A B kgf dm 3 199 2 Tugas 2. Pengujian beton Keras Pengujian beton keras pada dasarnya adalah menguji kekuatan tekan beton dengan benda uji berbentuk kubus 150 x 150 x 150 mm atau silinder Ø 150 mm dengan tinggi 300 mm dengan mempergunakan mesin tekan destructive Test atau Hammmer Test Non Destructive Test. Pengujian Kubus Beton atau Silinder Beton Pengujian Destructive Test Pengujian kubus beton atau silinder beton dapat dilakukan pada umur 3, 7, 14, 21, 28, dan 90 hari artinya pengujian didasarkan pada umur beton. Disamping pengujian berdasarkan umur dapat juga diuji berdasarkan faktor air semen fas. Pengujian ini bertujuan untuk mengukur kekuatan tekan beton berdasarkan fas. Pada dasarnya semakin besar fas beton maka semakin rendah kekuatan tekannya, demikian juga sebaliknya. Untuk pengujian beton berdasarkan umur, artinya beton diuji pada umur yang berbeda, sesuai dengan kebutuhan, tetapi proporsi campuran beton tersebut sama perbandingan semen, pasir, kerikil dan fasnya sama. Sedangkan pengujian kekuatan beton berdasarkan fas artinya beton diuji pada umur yang sama tetapi mempunyai fas yang berbeda. Peralatan a Mesin Tekan dengan kecepatan tekan 6 kgfcm 2 ± 4 kgfcm 2 0,4 Nmm 2 ± 2 Nmm 2 b Kubus ukuran 150 x 150 x 150 mm atau silinder ukuran Ø 150 mm tinggi 300 mm c Perlengkapan untuk pembuatan benda uji beton d Mistar baja atau meteran e Perlengkapan untuk capping untuk meratakan bidang tekan Benda Uji Kubus beton ukuran 150 x 150 x 150 mm atau silinder beton ukuran Ø 150 mm dengan tinggi 300 mm yang merupakan perwakilan dari populasi beton yang diuji. 200 Prosedur Pengujian a Mempersiapkan benda uji mengambil benda uji dari tempat perawatan atau curing dan melapisi permukaan agar rata khusus untuk silinder atau capping b Mengukur luas penampang benda uji kubus atau silinder misalnya A mm 2 c Memeriksa dan mempersiapkan mesin tekan lihat gambar di bawah d Memasukkanmengeset benda uji pada mesin tekan dengan bidang tekan yang rata e Menekan benda uji atau menghidupkan mesin dengan kecepatan 6 ± 4 kgfcm 2 sampai benda uji pecah jarum penunjukkekuatan tidak naik lagi sesuai denga SNI f Mencatat besarnya beban tekan sampai benda uji pecah, misalnya B Newton g Mengamati benda uji yang telah pecahhancur misalnya bagaimana pecahnya, apakah agregat pecah atau lepas dari ikatan pasir dengan semen h Menghitung kekuatan tekan beton dengan rumus; f c = P F N mm 2 i Membuat laporan hasil pengujian beton keras Tabel 59. Contoh Perhitungan Kekuatan Tekan Beton dari Hasil Pengujian No Luas Penampang mm 2 Beban Newton fc’ Nmm 2 Keterangan 1 22700 587300 25,87 2 22500 585300 26,01 3 22600 487300 21,56 4 22500 567300 25,21 5 22800 587300 25,76 6 22600 587300 25,99 7 22600 497300 22,00 8 22600 587300 25,99 9 22500 587300 26,10 10 22600 587300 25,99 11 22500 559300 24,86 12 22700 587300 25,87 13 22500 647300 28,77 14 22600 587300 25,99 15 22600 587300 25,99 16 22700 587300 25,87 201 17 22500 587300 26,10 18 22400 555300 24,79 19 22500 567300 25,21 20 22600 599300 26,52 Catatan:  587300 22700 = 25,87 N mm2 atau 258,7 kgfcm 2 Gambar 54. Mesin Tekan dan Benda Uji Pengujian Beton Keras dengan tidak merusak Beton Destructive Test Pada umumnya pengujian ini dilaksanakan bila hasil uji dengan kubus atau silinder beton ada keraguan atau tidak memenuhi syarat, maka perlu dilakukan pengujian non destructive test untuk meyakinkan pengujian terdahulu. Adapun pengujian tersebut dapat dilakukan dengan; 1 Hammer Test 2 Ultrasonic pulsa velocity UPV, dan 3 Gamma radio graphy Pengujian dengan Hammer Test Pengujian ini bertujuan untuk “memperkirakan” nilai kuat tekan beton pada suatu elemen struktur untuk keperluan pengendalian mutu beton di lapangan bagi perencanaan dan atau pengawasan pelaksanaan pekerjaan. Pengertian alat palu beton hammer Test adalah 1 palu baja yang digerakkan oleh gaya pegas yang apabila dilepaskan akan memukul peluncur baja ke permukaan beton ; 2 kekerasan permukaan adalah kekerasan yang ditunjukkan oleh besarnya nilai lenting ; 3 nilai lenting 202 adalah nilai pembacaan yang ditunjukkan oleh alat setelah peluncuran baja memukul permukaan beton ; 4 palu beton tipe N adalah alat uji palu beton yang dapat digunakan untuk pengujian struktur beton normal yang tidak dilengkapi dengan alat pencatat data Recorder ; 5 palu beton tipe NR adalah alat uji palu beton yang dapat digunakan untuk pengujian struktur beton normal dan dilengkapi dengan alat pencatat data Recorder . Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi a Setiap elemen struktur yang diuji harus diberi identitas ; b Palu beton yang dipakai harus sudah dikalibrasi dengan testing anvil sesuai ketentuan yang berlaku atau petunjuk dari pabrik pembuatnya ; c Bila acara visual tampak kelainan khusus, diharuskan melakukan uji karbonasi sebelum pengujian dengan alat uji palu beton ; d Hasil pengujian harus ditandatangani oleh teknisi pelaksana yang ditunjuk sebagai penanggung jawab pengujian ; e Laporan pengujian harus disyahkan oleh kepala laboratorium dengan dibubuhi nama, dan tanda tangan ; f Bukan merupakan alternative SNI-1947-1990-F tentang Metode Pengujian Kuat Tekan Beton, tapi sebagai indikator untuk menilai mutu beton. Benda Uji Tebal elemen struktur pelat dan dinding minimal 100 mm dan kolom minimal 125 mm; Bidang Uji Bidang uji pada elemen struktur harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: a Permukaan beton yang akan diuji harus merupakan permukaan yang padat, halus, dan tidak dilapisi oleh plesteran atau bahan pelapis lainnya; b Bidang uji yang dipilih harus kering dan halus, bebas dari tonjolan- tonjolan atau lubang-lubang; c Lokasi-lokasi bidang uji harus ditentukan sesuai dengan dimensi elemen struktur dan jumlah nilai uji yang diperlukan untuk perhitungan perkiraan kekuatan beton. 203 Peralatan Pengujian Persiapan pengujian harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : a Permukaan bidang uji diberi tanda batas lokasi untuk titik-titik uji dengan minimum berukuran seluas 100 x 100 mm 2 ; b Permukaan bidang uji yang kasar harus digerinda halus sebelum diuji ; c Bidang uji pada struktur yang berumur lebih dari enam bulan harus digerinda rata sampai kedalaman 5 mm sebelum diuji, jika hasil ujinya akan dibandingkan dengan hasil uji beton yang berumur lebih muda. Arah Pukulan Arah pukulan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : a Arah pukulan pada suatu lokasi bidang uji harus sama ; b Pada pengujian dengan arah pukulan tidak horisontal, nilai lenting rata- rata harus dikoreksi dengan nilai inklinasi sesuai dengan petunjuk penggunaan alat palu uji yang bersangkutan Perkiraan Kuat Tekanan Kuat tekan diperkirakan berdasarkan nilai lenting yang diperoleh atau yang telah dikoreksi nilai inklinasinya dengan menggunakan table atau kurva korelasi pada petunjuk penggunaan alat palu beton yang dipakai menguji. Prosedur Pengujian Persiapan pengujian dilakukan sebagai berikut : a tentukan lokasi bidang uji pada elemen struktur yang akan diperiksa dan diberi tanda batas yang jelas sesuai ketentua ; b Bersihkan permukaan bidang uji dari plesteran atau pelapis pelindung lainnya ; c Ratakan permukaan bidang uji dengan gerinda dan Lakukan pengujian sebagai berikut : 1 sentuhkan ujung peluncur pada permukaan titik uji dengan posisi tegak lurus bidang uji ; 2 secara perlahan tekankan palu beton dengan arah tegak lurus bidang uji sampai terjadi pukulan pada titik uji ; 3 lakukan 10 kali pukulan pada satu lokasi bidang uji dengan jarak terdekat antara titik-titik pukulan 25 mm ; 204 4 catat semua nilai pembacaan yang ditunjukkan oleh skala ; 5 hitung nilai rata-rata pembacaan ; 6 nilai pembacaan yang berselisih lebih dari 5 satuan terhadap nilai rata-rata tidak boleh diperhitungkan, kemudian hitung nilai rata-rata sisanya ; 7 semua nilai pembacaan harus diabaikan apabila terdapat dua atau lebih nilai pembacaan yang berselisih 5 satuan terhadap nilai rata- ratanya ; 8 koreksi nilai akhir rata-rata sesuai inkilinasi pukulan bila arah pukulan tidak horisontal ; 9 hitung perkiraan nilai kuat tekan kubus atau silinder beton dengan menggunakan tabel atau kurva korelasi yang terdapat pada petunjuk penggunaan palu beton yang bersangkutan ; 10 isiskan semua nilai lenting dan perkiraan kuat tekan dalam formulir seperti Lampiran B. Posisi Pengujian  Horizontal  α=0  Vertikal ke bawah  α=−90  Vertikal ke atas  α =+ 90  Menyudut ke bawah  α=−45  Menyudut ke atas  α =+ 45 205 2. Penentuan Daerah Uji  Untuk Lantai  tiap titik masing-masing 10 X pukulan dan dirata- ratakan = R Cara Mengkalibrasi;  Catat nomor alat, type, skala terakhir  Alat dipukulkan pada Landasn Tera Anvil dan baca pada skala. Banyak pukulan minimal 20 kali 20 X dan dirata-ratakan  Skala pembacaan harus berada antara 78 - 82 Contoh Hasil Pengujian Kalibrasi; Pukulan : 82 83 82 82 82 82 82 82 81 82 82 83 82 80 82 83 81 82 83 81 Rata-rata : 82  alat tidak perlu dikalibrasi, tetapi ada koreksi sebagai berikut. Untuk  = 0  pada pembacaan : 30 maka hasil koreksi adalah : 80 82 = 0,976 Dengan demikian pembacaan skala 30 menjadi  30 X 0,976 = 29,28 Catatan: Bila hasil rata-rata di luar 78 - 82 alat harus diklibrasi dengan cara membersihkan komponen peralatan dengan menggunakan bensin, kemudian distel diatur pegas pada ujung piston sampai pukulan berada diantara 78 - 82. Tabel 60. Koreksi Sudut 206 O O O O O O O O O O Nilai Pantulan Koreksi Sudut  Arah ke Atas Arah ke Bawah + 90 o + 45 o - 45 o - 90 o 10 20 30 40 50 60 - 5,4 - 4,7 - 3,9 - 3,1 - 2,3 - 3,5 - 3,1 - 2,6 - 2,1 - 1,6 + 2,4 + 2,5 + 2,3 + 2,0 + 1,6 + 1,3 + 3,2 + 3,4 + 3,1 + 2,7 + 2,2 + 1,7 Contoh Penggunaan Tabel Koreksi Sudut dan Tabel Kuat Tekan Berdasarkan hasil perhitungan di atas diperoleh R = 29,28 setelah koreksi alat. Untuk   = - 90 o Vertikal ke bawah  lihat table untuk pembacaan 29,28 terletak di antara 20 dan 30 maka untuk nilai  = - 90 o adalah : Untuk skala  20 angka korekasi = + 3,4 Untuk skala  30 angka korekasi = + 3,1  3,4−3,1 10 × 9,28=0, 2784  Jadi koreksi untuk R = 29,28 adalah 3,4 - 0,2784 = + 3,1216 Maka korekasi untuk  R = 29,28 adalah : 29,28 + 3,1216 = 32,4016 Selanjutnya lihat Tabel kuat tekan  Untuk R = 32,4016 terletak di antara 32 dan 33 Untuk skala  32 kuat tekan adalah : 285 kgfcm 2 atau 28 Nmm 2 Untuk skala  33 kuat tekan adalah : 300 kgfcm 2 atau 29,4 Nmm 2 Maka kuat tekan untuk  R = 32,4016 adalah : 291,024 Cara mengkalibrasi hammer test 207 Gambar 55. Hammer Test a alat dicatat nomor, type, skala terakhir b Dicatat kelainan yang ada c Alat dipukulkan pada landasan tera anvil dibaca pada penunjukkan skala dan catat minimal 20 x pukulan. d Skala pembacaan harus berada di antara 28-82 e Kalau rata-rata pukulan sudah mencapai angka antara 78-82 berarti alat sudah akurat. Contoh hasil pengujian kalibrasi alat hammer test Pukulan : 82 83 82 82 82 82 82 82 81 82 82 82 83 81 82 83 81 82 83 82 Hasil pemukulan berada di antara 78-82 pada anvil, jadi alat tidak perlu dikalibrasi sebab alat sudah akurat. Jika angka pada hasil pengujian ada yang keluar dari 78-82, maka alat perlu dibersihkan dengan bensin dan dirakit kembali pada landasan teraanvil. Rumus Kalibrasi Misal baca = 30, = 0 Kalibrasi = 80rata-rata hasil = 8082,05 = 0,975 Pembacaan skala = 30 x 0,975 = 29,25 Pembacaan pada tabel : Untuk = 0 tidak ada koreksi sudut Untuk = -90, vertikal arah kebawah maka dikoreksi pada tabel 1 halaman 4 Cara Koreksi : baca = 29,25 20 ; + 3,4 untuk = -90 30 ; + 3,1 208 Selisih = 3,4 – 3,1 = 3,0 = 0,310 x 9,25 = 0,28 Koreksi = 29,25 + 3,1 + 2,28 = 32, 38 Setelah itu cara kuat tekan beton pada tabel II : Setelah dikoreksi R = 32,38 ; untuk 28 hari R = 32 Kuat tekan = 285 R = 33 Kuat tekan = 300 Interpolasi = 32,38100 x 15 = 4,857 Kuat tekan untuk R = 32, 38 adalah 285 + 4,875 = 289,875 kgcm 2 Pundit portable ultra sonic Pada dasarnya pengujian ini bertujuan untuk mengetahui; 1 homogenitas dari beton 2 adatidaknya retakan 3 adanya perubahan struktur 4 kuat tekan 5 atau membandingkan kualites yang satu dengan lainnya. Cara menghitung kuat tekan Untuk perhitungan kuat tekan harus ada beton pembanding Log e = 12 = 0,0015 1 = V1 – V2 1 = kuat tekan beton 1 diketahui 2 = kuat tekan beton 2 yang dicari V1 = kekuatan ultra sonic pada beton 1 V2 = kekuatan ultra sonic pada beton 2 Pengukuran dengan alat pundid tergantung kepada : Jenis agregat, Grading agregat, Type semen, WC ratio, Compaction, Curing, dan Umur beton Yang diukur adalah kecepatan rambat bunyi di dalam beton V = LT V = Kecepatan rambat bunyi L = Panjang benda uji T = Transit time waktu yang diperlukandiperoleh oleh bunyi itu untuk melewati 209 Prinsip alat ini adalah; 1 recorder pencatat waktu 2 transmiter pengirim signal 3 Receiver penerima signal R dan 4 transducer alat yang dihitung kepada beton atau TR Gambar 56. Alat Pundit Prosedur Pengujian Pengujian dapat dilakukan dengan cara 1 langsung indirect 2 semi langsung semi indirect dan 3 tidak langsunf indirect Standar hasil pengujian di India : No. Pulse Velosity kmsecon Kualitas beton 1 2 3 4 4 x 3.4 – 4 3 – 3,5 3 – x Sangat Baik Baik Sedang Kurang Perhitungan Core : Cara mengambil sample : - cara horizontal - cara vertikal Contoh harus direndam dalam air, dengan tujuan Untuk menjaga tidak ada penguapan pada beton uji dan Untuk curingpemeliharaan benda uji Ukuran untuk sample :  core 5 cm untuk batu, dan  core 10 cm untuk beton Pengujian di laboratorium a Catat visual : - retak-retak 210 - tidak ada retak b Tentukan dimensinya : - diameter silinder - tinggi silinder c Tentukan jarak dan  tulangan bila ada dan tentukan density beton dalam keadaan asli termasuk tulangan d Bentuk benda uji cilinder dengan perbandingan diameter : tinggi minimal : 1 : 0,80 1 : 1,00 1 : 1,2 1 : 2 f Ditentukan kepadatan beton dengan pundit g Tentukan dimensi diameter dan tinggi berdasarkan persyaratan ukuran h Ukur jarak tulangan bila ada dan density beton untuk diuji i Bidang tekan diratakan dengan plester : 1 semen : 3 pasir atau dengan belerang. j Rendam dalam air sd jenuh selanjutnya diuji kekuatan tekannya dalam keadaan basah Contoh Perhitungan Pengujian mutu beton pada suatu bangunan, ditentukan fc’ = 175. Ditanya : Hitung bk dari bagian konstruksi yang diambil dengan cara core dalam posisi vertikal. Jika core yang diambil adalah 12 sample, dimana k = 1,78. Perhitungan hasil core dalam posisi horizontal adalah : Potensia streght = 3,25 1,5+1 λ x core strenght Kubus kgfcm 2 Dimana :  =  t Tabel 61. Contoh perhitungan Destruktif No. Core  cilinder Tinggi cilinder  = t Streght cilinder Strength 3 1,5+1 λ 211 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10,1 11,2 10,2 11,2 10,2 8,1 8 10 10 8 8 1,1 0,99 0,89 0,98 0,909 0,98 1,23 1,25 1 1 1,25 1,25 0,909 171 167 237 187 175 181 371 192 267 269 267 200 204,4 191 282 222,6 208 208 235 484 320 350 348 260 fcr’ = 333512 = 277,9 kgfcm 2 Sd = 85 85,17 fc’ = 277,9 – 1,782 x 85,17 = 126,12 kgfcm 2 fc’ = 126,12 kgfcm 2 = 72 dari fc’. 175 yang direncanakan Karena fc’ = 126,12 dari 80 fc’ 175, maka beton tidak memenuhi syarat PBI, dan tindakan yang diambil adalah harus ada perubahan pada rancangan campuran mix design dan beton harus dibongkar, jika uji beban tidak memenuhi syarat.

c. Rangkuman